PENDAHULUAN
Periapikal kronis merupakan lesi dasar inflamasi periapikal yang
disebabkan oleh iritan pada pulpa nekrotik yang masuk ke jaringan periapikal. Di
bidang ilmu kedokteran gigi kasus yang melibatkan periapikal kronis pada pulpa
nekrosis dapat secepat mungkin disembuhkan melalui perawatan saluran akar.2
Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta tercatat data pasien dari bulan
Januari 2007 sampai Desember 2007 yang berkunjung ke poli gigi adalah 7656
orang. Dari keseluruhan 26,3 % pasien didiagnosa nekrosis pulpa yang sebagian
besar sudah terdapat lesi periapikal.2
Proses keradangan pulpa yang berlanjut dapat menyebabkan kelainan
jaringan periapikal, yaitu lesi periapikal yang dikelompokkan menjadi:
periodontitis simptomatik apikalis, periodontitis asimptomatik apikalis dan abses
periapikal.2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas sebelah kiri bengkak
2. Present illness
Pada daerah yang bengkak terdapat gigi yang patah, patah tersebut dialami
pasien semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar, dikarenakan jatuh.
Sekarang gusi sudah berubah warna dan bengkak dengan warna hitam
1
kemerahan. Dari pemeriksaan intra oral, terdapat gigi fraktur 1/3 mahkota
yang sudah berubah warna dan bengkak di regio 2.1
3. Diagnosa
Abses Periapikal kronis et causa Nekrose pulpa
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
Abses adalah pengumpulan nanah secara lokal dalam suatu kavitas yang
terjadi karena hancurnya jaringan, biasanya disebabkan oleh infeksi kumankuman piogenik.6 Abses periapikal adalah suatu infeksi pada dasar atau akar gigi
yang biasanya meliputi 1/3 dari akar gigi.1 Abses periapikal adalah suatu
kumpulan nanah yang terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah
kematian pulpa, dengan perluasan infeksi ke dalam jaringan periradikular melalui
foramen
apikal.1
Di sekitar apeks dari gigi terlihat daerah yang radiolusen dan berangsurangsur menyatu di sekeliling tulang tanpa danya batas yang jelas di antara
keduanya.
Gambaran rontgenologi pada abses periapikal akut adalah sebagai berikut :
cervical loop. Gabungan dari eksternal dan internal dental epithelium disebut
sebagai Hertwigs epithelial root sheath yang berfungsi untuk mengontrol formasi
pembentukan akar. Setelah proses pembentukan akar selesai, Hertwigs epithelial
root sheath akan mengalami proses disintegrasi menjadi jaring-jaring epitel di
ligamen periodontal yang dinamakan sel epitel Malassez. 5
Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks (akar) gigi
yang jaringan pulpanya sudah nonvital/mati. Kista ini merupakan lanjutan dari
pulpitis (peradangan pulpa). Dapat terjadi di ujung gigi manapun, dan dapat
terjadi pada semua umur. Ukurannya berkisar antara 0.5-2 cm, tapi bisa juga lebih.
Bila kista mencapai ukuran diameter yang besar, ia dapat menyebabkan wajah
menjadi tidak simetri karena adanya benjolan dan bahkan dapat menyebabkan
parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista tersebut. Dalam pemeriksaan
rontgen kista radikuler akan terlihat gambaran radiolusen berbatas jelas. 1
Pola umum pertumbuhan suatu kista terjadi karena adanya stimulasi
(cytokinase) pada sisa-sisa sel epitel pertumbuhan yang kemudian mengalami
proliferasi dan di dalam pertumbuhannya tidak menginvasi jaringan sekitarnya.
Sisa epitel tersebut kemudian akan berproliferasi membentuk massa padat.
Kemudian massa akan semakin membesar sehingga sel-sel epitel di bagian tengah
massa akan kehilangan aliran darah, sehingga aliran nutrisi yang terjadi melalui
proses difusi akan terputus. Kematian sel-sel dibagian tengah massa kista tersebut
akan menyebabkan terbentuk suatu rongga berisi cairan yang bersifat hipertonis.
Keadaan hipertonis akan menyebabkan terjadinya proses transudasi cairan dari
ekstra lumen menuju ke dalam lumen. Akibatnya terjadi tekanan hidrostatik yang
berakibat semakin membesarnya massa kista. Proses pembesaran massa kista
dapat terus berlangsung, kadang sampai dapat terjadi parastesia ringan akibat
ekspansi massa menekan daerah saraf sampai timbulnya rasa sakit. Kista ini tidak
menimbulkan keluhan atau rasa sakit, kecuali kista yang terinfeksi. 1
Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan gambaran
seperti dental granuloma yaitu lesi radiolusen berbatas jelas di sekitar apeks gigi
yang bersangkutan dan tepinya seperti lapisan tipis yang kompak seperti lamina
dura. Hampir semua kista radikuler berasal dari granuloma periapikal yang terjadi
sebelumnya. Kista ini juga disebabkan oleh berlanjutnya peradangan yang
awalnya terjadi pada pulpa, yang kemudian meluas hingga jaringan periapikal di
bawahnya.1
Patofisiologi dari kista radikuler yaitu diawali dari peradangan jaringan
pulpa yang lama kelamaan menyebabkan inflamasi periapikal. Inflamasi ini
merangsang the malassez ephitelial rest yang terdapat pada ligamentum
periodontal sehingga menghasilkan pembentukan granuloma periapikal yang
dapat bersifat terinfeksi atau steril. Akhirnya epitelium mengalami nekrosis karena
kehilangan suplai darah dan granuloma berubah menjadi kista. 1
3.5.2. Granuloma Periapikal
Granuloma periapikal merupakan lesi yang berbentuk bulat dengan
perkembangan yang lambat yang berada dekat dengan apex dari akar gigi,
biasanya merupakan komplikasi dari pulpitis. Terdiri dari massa jaringan
inflamasi kronik yang berprolifersi diantara kapsul fibrous yang merupakan
ekstensi dari ligamen periodontal. 1
Gambaran radiografi yaitu Tampak gambaran radiolucent dengan batas
tepi yang kadang terlihat jelas pada periapikal. Umumnya berbentuk bulat. Gigi
yang bersangkutan akan menunjukkan hilangnya gambaran lamina dura. Biasanya
tidak disertai adanya resorbsi akar, namun ada juga yang menunjukkan gambaran
resorbsi akar. 1
10
pulpa menjadi nekrosis. Ruangan pulpa dan jaringan pulpa yang nekrotik akan
memudahkan kolonisasi bakteri. Ketiga, karena gigi berada pada rahang, maka
bakteri akan menyebar melalui foramen apikal menuju jaringan periapikal . 1
Gejala klinis dari granuloma periapikal dan kista periapikal sangat sulit
dibedakan, biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, dan tes perkusi
negatif. Oleh karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis, stimulasi
thermal akan menunjukkan nilai yang negatif. Gambaran radiografi akan
menunjukkan adanya radiolusen dengan batas yang jelas. Meskipun pemeriksaan
dengan radiografi merupakan kunci diagnostik, satu satunya cara untuk dapat
membedakan keduanya secara akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskopik; gambaran histopatologis granuloma periapikal telah dijelaskan
sebelumnya, sedangkan gambaran histopatologis kista periapikal ditandai dengan
adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel jenis non-keratinizing stratified
squamous dengan ketebalan yang bervariasi, dinding epitelium tersebut dapat
sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Secara khas dapat
dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak sel radang, yaitu sel
plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut. Rousel body atau round
eusinophilic globule banyak ditemukan didalam atau diluar sel plasma sehingga
terjadi peningkatan sintesis imunoglobulin. 1
Granuloma periapikal merupakan reaksi inflamasi kronis yang berada di
sekitar apex gigi yang merupakan kelanjutan dari keradangan pada pulpa yang
disebabkan oleh berbagai macam iritan, seperti bakteri, trauma mekanis, dan
bahan kimia. Patogenesis yang mendasarinya adalah reaksi dari sistem imun
tubuh terhadap adanya iritan. Granuloma periapikal biasanya tidak bergejala dan
ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiografi sebagai gambaran
11
13
14
Abses periapikal dapat berlangsung secara akut dan kronis. Apabila ada
keseimbangan antara pus dan imunitas penderita maka abses periapikal dapat
berlangsung secara kronis. Jika tekanan hidrostatik dalam pus meningkat
mengakibatkan pus dalam abses periapikal berkembang progesif sehingga pus
membuat jalan yang mengekibatkan penyebaran pus di dalam intra oral maupun
ekstra oral.
Gambar
3.7
Gambaran
penyebaran pus pada abses periapikal
Dari gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pus yang terdapat
pada abses periapikal dapat keluar melalui ruang saluran pulpa yang ditunjukan
dengan angka (1), pus dapat melewati ligamentum periodontal menuju sulkus
gingival (2), pus menyebabkan fistula pada jaringan lunak rongga mulut
menembus gingival sehingga terjagi gum boil (3), pus dapat menyebar menjauhi
jaringan apical. Selain keadaan tersebut abses periapikal juga dapat menyebabkan
terjadinya abses maxillaries dan abses mandibularis yang dapat membahayakan
16
kondisi pasien jika dibiarkan lama oleh pasien tanpa ada penanganan dari dokter
gigi.
3.8 PROGNOSA
Prognosis bagi gigi tergantung pada pembersihan yang tepat, pemberian
bentuk dan obturasi saluran akar. Di samping itu, faktor-faktor lain, seperti status
periodontal, keperluan restoratif, dan potensi fungsional, membantu untuk
menentukan prognosis1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bayu, dkk (2014). Tugas Bedah Mulut. Denpasar : Fakultas Kedokteran
Gigi Mahasaraswati
2. Cilmiaty, Raisa (2007). Bagian Gigi dan Mulut : Fakultas Universitas
Semarang
3. Daliemunthe, Saidina Hamzah (2008). Periodonsia. Medan: Departemen
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
4. Louis, dkk (1995). Ilmu endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC
5. Nugraha, Andreas Pratama (2010 2012). Pola Distribusi Kasus Kista
Odontogen pada Instalasi Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota Surabaya
17
periode 2010 2012. RSUD Dr. Soetomo, RUMKITAL Dr. Ramelan, dan
RSGM-P Universitas Airlangga) : Universitas Airlangga
6. Sumawinata, Narlan (1995). Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
18