ITS Undergraduate 9910 Paper
ITS Undergraduate 9910 Paper
Desain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA & DASAR TEORI
Tugas akhir
Desain
ELKE
EKKE
5t
ZKKE
6.3 t
8t
10 t
12.5 t
16 t
20 t
25 t
ZKKE
32 t
40 t
ELKE adalah tipe overhead crane termasuk dalam EKKE (single girder) dimana struktur
girder terbuat dari struktur beam atau baja profil. Sedangkan perbedaan dari EKKE dan
ZKKE terletak pada jumlah girder dan struktur girder untuk keduanya terbuat dari plat baja
yang dibentuk sedemikian rupa menjadi kotak (box). Pada bab ini akan dijelaskan tiap-tiap
komponen yang akan digunakan dalam perancangan overhead crane beserta perumusan yang
diperlukan sebagai berikut :
2.2.1 Hoist
Hoist merupakan bagian utama pada overhead crane yang berfungsi sebagai mekanisme
pengangkat muatan dengan arah lintasan melintang sepanjang cross travel girder. Pada
bagian ini terdapat beberapa komponen meliputi :
2.2.2.1 Rope
Wire rope atau tali baja digunakan dalam mechanism pengangkatan sebagai
flexible lifting appliances. Apabila dibandingkan dengan rantai, wire rope
memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih ringan, tidak berisik dalam
pengoperasian kecepatan tinggi dan lebih handal. Wire rope dibuat dari kawat
baja yang memiliki kekuatan sampai dengan 130200 kg/mm2 kemudian
melalui proses heat treatment dikombinasi dengan proses cold drawing lalu
dililit melingkar, sehingga didapat mechanical properties yang lebih tinggi.
Pada pemilihan kawat baja terjadi hal yang sangat rumit karena banyaknya
parameter yang tidak dapat ditentukan dengan tepat. Setiap kawat di dalam tali
yang ditekuk mengalami tegangan yang rumit, yang merupakan gabungan
tegangan tarik, lentur dan puntir serta ditambah dengan saling menekan dan
Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS
Tugas akhir
Desain
bergesekan diantara kawat dan untaian. Sehingga tegangan total yang terjadi
dapat ditentukan secara analitis hanya pada tingkat pendekatan tertentu.
Terlebih jika tali melewati puli dan drum dimana kawat pada bagian terluar
akan mengalami kikisan yang akan mengurangi kekuatan tali tersebut. Dalam
perhitungan tali hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tarikan maksimum pada
tali, konstruksi tali, sistem puli, kondisi operasi dan tinggi angkat tali. Berikut
ini perhitunganperhitungan pada tali :
Tarikan maksimum tali
Tarikan maksimum pada tali ditentukan oleh sistem puli yang digunakan.
Tarikan pada satu bagian tali sama dengan :
(Q + G )
S =
(2.1)
z p
dimana :
S
:
Q
:
G
:
z
:
:
1
0,95
efisiensi
0,9
0,85
0,8
0,75
0,7
0
10
jumlah puli
Tugas akhir
Desain
i
:
jumlah kawat dalam tali
Tabel berikut menunjukkan nilai
Dmin
sebagai fungsi jumlah lengkungan.
d
Dmin
sebagai fungsi jumlah lengkungan. Ref : N. Rudenko
d
Dmin
Dmin
Dmin
Dmin
Jumlah
Jumlah
Jumlah
lengkungan
lengkungan
lengkungan
d
d
d
d
16
26.5
32
13
36
20
28
10
33
14
37
23
30
11
34
15
37.5
25
31
12
35
16
38
S
E '
= b =
+
(2.4)
K
Ftali Dmin
dimana :
b
K
S
Ftali
:
:
:
:
d
d
E'
b
b
.E '
. E'
.
K Dmin
K Dmin d
K Dmin 1.5 i
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan diatas dengan b (kekuatan putus
bahan kawat tali) maka diperoleh kekuatan putus tali yang mengacu pada
penampang total tali :
S . b
Ptali =
(2.6)
b
d
E'
.
K Dmin 1.5 i
Tugas akhir
Desain
Tabel 2.3 Harga minimum faktor K dan e3 yang diizinkan. Ref : N. Rudenko
No
II
III
IV
VI
Digerakan
Oleh
Kondisi
Pengoperasian
Tangan
Ringan
16
Daya
Ringan
16
Daya
Medium
Berat dan sangat
berat
Ringan
Ringan
Medium
Berat dan sangat
berat
5.5
18
6
4.5
5
5.5
20
18
2
25
30
Daya
Tangan
Daya
Daya
Faktor
K
Faktor
e3
12
5.5
20
20
30
Ptali
K
2.2.2.2
Pulley
Pulley atau puli berfungsi sebagai pemandu karena dapat merubah arah dari
flexible hoisting appliance, seperti wire rope. Sistem pulley adalah kombinasi
dari beberapa moveable pulley dan fixed pulley. Sistem ini digunakan untuk
mendapatkan gaya dan kecepatan yang lebih besar. Perhitungan drum dan puli
didasarkan pada jumlah lengkungan tali yang terdapat pada sistem puli
majemuk. Satu lengkungan tali diasumsikan sebagai perubahan tali dari
kedudukan lurus menjadi kedudukan melengkung, atau dari kedudukan
melengkung menjadi kedudukan lurus. Di dalam menentukan jumlah
Tugas akhir
Desain
lengkungan tali untuk sistem puli majemuk, jumlah lengkungan tali ditentukan
oleh jumlah titik (puli, drum) tempat tali lewat. Lengkungan dalam satu arah
pada satu titik setara dengan lengkungan tunggal dan lengkungan variabel
setara dengan lengkungan ganda. Dalam perhitungan, puli kompensasi
diabaikan karena puli ini tetap diam (tidak berputar) ketika muatan dinaikkan
atau diturunkan. Pengaruh jumlah lengkungan dikompensasikan dengan suatu
D
perubahan pada perbandingan min ( Dmin adalah diameter minimum puli dan
d
d ialah diameter tali).
Diameter puli
Diameter puli minimum diperoleh dengan menggunakan rumus :
Ddr e3 .e4 .d
(2.8)
dimana :
Ddr : diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm)
d
: diameter tali (mm)
e3
: faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya
(lihat tabel 2.2)
: faktor yang tergantung pada konstruksi tali (lihat tabel 2.4)
e4
Tabel 2.4 Harga faktor e4 yang Tergantung pada Konstruksi tali. Ref : N.Rudenko
Konstruksi Tali
Biasanya 6x19 = 114 + 1 poros
Posisi berpotongan
Posisi sejajar
Compound 6x19 = 114 +1 poros
a) Warrington
Posisi berpotongan
Posisi sejajar
b) Scale
Posisi berpotongan
Posisi sejajar
Biasanya 6x37 = 222 + 1 poros
Posisi berpotongan
Posisi sejajar
Faktor
e4
1.00
0.90
0.90
0.85
0.95
0.85
1.00
0.90
Tugas akhir
Desain
Untuk mencegah agar tali yang keluar menyimpang dari alur sisi dalam roda
puli tanpa terjadi pelengkungan yang tajam (sudut simpang ), titik pusat e
dari penampang tali harus berada di dalam alur. Sudut simpang yang
diizinkan dapat ditentukan dengan rumus :
2 tan
tan maks <
(2.9)
D
1+
0.9k
Penampang roda puli untuk tali baja menurut standar Soviet dapat dilihat pada
tabel 2.4
a
22
22
28
40
40
40
55
65
80
90
110
b
15
15
6
30
30
30
40
50
60
70
85
5
5
6
7
7
7
10
10
12
15
18
0.5
0.5
1.0
1.0
1.0
1.0
1.5
1.5
2.0
2.0
2.9
h
12.5
12.5
15.0
25.0
25.0
25.0
30.0
37.0
45.0
55.0
65.0
l
8
8
8
10
10
10
15
18
20
22
22
t
4.0
4.0
5.0
8.5
8.5
8.5
12.0
14.5
17.0
20.0
25.0
r1
2.5
2.5
3.0
4.0
4.0
4.0
5.0
5.0
6.0
7.0
9.0
r2
2.0
2.0
2.5
3.0
3.0
3.0
5.0
5.0
7.0
8.0
10.0
r3
8
8
9
12
12
12
17
20
25
28
40
r4
6
6
6
8
8
8
10
15
15
20
30
Untuk diameter roda puli kompensasi pada umumnya diambil 40% lebih kecil
dari pada puli yang diberi beban.
2.2.2.3
Load handling mechanism
Pada pemakaian pesawat pengangkat secara umum, beban yang memiliki
berbagai macam bentuk dibawa oleh wire rope yang dipasangkan dengan hook
(kait). Jenis yang digunakan secara umum adalah single (standar) atau
ramshorn, sedangkan dalam penulisan ini yang digunakan aalah jenis single.
Tugas akhir
Desain
Breaking device
2.2.2.4
Pada mekanisme pesawat pengangkat, rem digunakan untuk mengatur
kecepatan turun beban atau saat menahan beban ketika diangkat. Rem juga
berfungsi untuk menyerap inersia dari beban yang bergerak.
10
Tugas akhir
Desain
merupakan roda rachet berputar. Putaran roda rachet dapat berlangsung karena
pengunci 7 tidak dalam posisi mengunci. Ketika poros 9 diam, akibat bobot
muatan maka cenderung untuk memutar flange 2 untuk bergerak ke kanan
sehingga menekan disc clutch 4, namun muatan tidak dapat turun karena roda
rachet dalam posisi mengunci. Untuk menurunkan muatan poros 9 diputar
dengan arah sebaliknya dimana arah perputaran poros cenderung untuk
menggerakkan flange 2 ke kiri sehingga meskipun roda rachet dalam posisi
mengunci, namun karena adanya celah diantara disc clutch 4 sehingga flange 2
dan 5 terpisah dan muatan dapat diturunkan. Prinsip kerja ini pada dasarnya
memanfaatkan gaya aksial yang terjadi pada ulir trapesium akibat putaran
poros 9 dimana gaya aksial tersebut dimanfaatkan sebagai gaya tekan pada
cone clutch. Sedangkan roda rachet sebagai pengunci / pengaman ketika poros
9 tidak bergerak.
2.2.2.6
Transmissions
Transmisi dari hoist berfungsi untuk mengatur rasio putaran motor hoist
tersebut, sehingga beban dapat berpindah dengan aman.
2.2.2.7
Control device
Sedangkan komponen ini berfungsi secara umum untuk mengendalikan
keseluruhan fungsi operasi dari hoist.
2.3.1 Perhitungan roda hoist trolli
Untuk hoist trolli dengan empat buah roda yang dibebani beban secara tidak simetris dan
distribusi bebannya tidak merata pada kempat rodanya gaya yang dikenakan pada roda ialah :
dimana,
Whoist
FSWL
FBeam
11
Tugas akhir
Desain
M A = 0 (2.11)
734
=0
hoist 139 + (FSWL 389 ) + W hoist 639 (FB [1915 396 ]) + FBeam
2
2
12
Tugas akhir
Desain
Setelah didapat besar momen yang terjadi pada beam, maka dengan asumsi bahan beam
adalah Steel-A36 yang memiliki ijin = 166.67MPa = 166.67 N
maka didapat tegangan
mm2
bengkok yang terjadi yaitu
M
b =
ijin (N/mm2) (2.14)
wp
dimana,
M
: Momen bengkok yang terjadi (N-mm)
wp
: Inersia polar yang terjadi (mm3)
Kemudian dari inersia polar yang terjadi, maka dapat dicari dari tabel bahan beam yang
tersedia di pasaran
M
(2.15)
wp
ijin
13
Tugas akhir
Desain
Mq
maks
Mq
maks
Mq
maks
G1 L2
4
8
L2 G1 L2
= 2G1
8
8
= G1
= G1
L2
8
(2.17)
dimana :
G1
: bobot mati girder yakni beban konstan yang terdistribusi seragam sepanjang
bentangan
14
Tugas akhir
Desain
M maks
=
p
2 Prh 2 L 2b L b L b
+
L 2
4 2 4 2 4
M maks
=
p
2 Prh
L
L b L b
2 4 2 4
M maks
=
p
2 Prh
L
L2 bL bL b 2
+
8
8 16
4
M maks
=
p
2 Prh
L
L2 bL bL b 2
+
8
8 16
4
M maks
=
p
2 Prh
L
L2 bL b 2
+
4 16
4
M maks
=
p
2 Prh
4L
2
b2
L
bL
+
M pmaks =
Prh
b
L
2L
2
ton-m (2.19)
15
Tugas akhir
Desain
M q + M p + M add
Wgirder
ijin (2.21)
dimana :
M add : momen lentur akibat beban tambahan
M add =
M maks
+ M qmaks
p
7
(2.22)
G1 5L
.
EI x 384
(2.23)
dimana :
Ix : momen inersia bidang arah sumbu x
E : modulus elastisitas
G1 : bobot girder
L : bentangan girder
b. Defleksi akibat beban gerak
Defleksi akibat beban gerak diasumsikan akibat pembebanan hoist troli yaitu :
P
2
" = rh (L b ) L2 + (L + b )
(2.24)
48EI x
dimana :
b : jarak antar roda hoist troli arah memanjang girder
Prh : beban pada roda hoist troli
Dari dua persamaan diatas maka dapat ditentukan defleksi yang terjadi pada girder
yaitu :
dimana :
= defleksi total
Untuk pengecekan keamanan defleksi total girder harus lebih kecil dari
L
750
16
Tugas akhir
Desain
+k
R 2
W 2 = (Q + G 0 )w
W1 =
W = W1 + W2
W .v
(hp)
(2.27)
N=
75.
Penentuan daya motor end carriage
Daya motor yang dibutuhkan
d + 2k
w=
D
La
1 d + 2 k
W1 = (Q + G 0 )
+ G1
L
2 D
W 2 = (Q + G 0 )w
W = W1 + W2
W .v
(hp)
N=
75.
(2.28)
17