Kaki jacket
Braces (penguat) vertikal, horisontal dan diagonal
Joint pertemuan antara kaki jacket dan braces
Skirt pile, dll.
Jacket dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal,
lunak dan berlumpur. Setelah jacket ditempatkan di posisi yang diinginkan, pile dimasukkan
melalui kaki bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras
kemudian dek dipasang dan dilas.
Bahan baku atau material utama struktur jacket yang digunakan adalah baja. Baja memiliki
sifat-sifat yang menguntungkan untuk dipakai sebagai bahan struktur yang mampu memikul
beban statik maupun beban dinamik, serta mudah untuk disambung.
Sedangkan bagian atas dari fixed installation maupun floating installation disebut Topsides.
Topside biasanya dibagi dalam beberapa deck tergantung kebutuhan dari suatu struktur
tersebut nantinya seperti production ataupun untuk pencarian reservoir.
Top Sides
Jacket Structure
General Description
Type
Operator
Flag
Classification
: Heavy Lift
: Seaway Heavy Lifting
: Cyprus
: DNV 1A1 crane vessel clean DK (+) HELDK-SH DYNPOS
AUTRO EO BIS
Principal Dimension
Length overall
: 183.0 m
Breadth
: 47.0 m
Depth from deck
: 18.2 m
Draft
: 8.5 13.5 m
Displacement
: 77,210 m3
Positioning System
DP3 positioning system
Eight-point mooring system
Anchor
: 15 t
Propulsion/Power
Main engines (six)
: 4,500 kW
Main thrusters (two) : 5,500 kW
DP thrusters (two)
: 3,500 kW
Bow thursters (two) : 1,145 kW
Transit speed
: 14 knots
Accommodation
220 people
Helideck
Equipped for S-961 and S-92
Cranes
Main hook
Maximum revolving capacity : 5,000 mt @ 32 m
Maximum lift height above
water level
: 102 m
Auxiliary hook
Maximum revolving capacity : 800 mt @ 72 m
Maximum lift height above
water level
: 200 mt
udara/inair)
Lifting stage 2 (Transportation by Crane Vessel)
Lifting stage 3 (Placed Structure, Unhooked Structure at Jacket)
Demobilization (Operation Ended)
Perencanaan mengenai teknis Lifting Operation dilakukan setelah informasi struktur dan
data-data lingkungan sudah didapatkan. Perencanaan teknis sebuah Marine Operation sebisa
mungkin dirancang agar seluruh operasi dapat diulangi dari tahapan awal apabila terjadi
kegagalan pada tahap-tahap tertentu (Reversible Operation).
Perencanaan yang sudah dirancang nantinya akan dikumpulkan dalam sebuah Lifting
Operation Manual yang harus menjelaskan struktur organisasi personnel dari operation team
serta menjelaskan seluruh stage atau setiap fase operasi yang akan dilakukan, mulai dari
tahap preparasi/persiapan hingga tahap operasi. Kondisi-kondisi kritis yang dapat terjadi pada
tiap tahapan juga perlu dicantumkan dalam manual tersebut.
Lifting Operation Manual juga menjelaskan kriteria-kriteria pada setiap tahapan operasi.
Kriteria-kriteria ini sebagai acuan apakah operasi dapat dilanjutkan (Criteria for starting
each phase of the operation).
Beberapa hal yang harus direncanakan dengan seksama antara lain;
3.1. Organisasi dan Komunikasi Personnel
Dalam setiap kegiatan Marine Operation, organisasi dari seluruh personnel yang terlibat di
dalamnya perlu dibentuk sebagai syarat keberhasilan eksekusi dari Marine Operation tadi.
Pembagian tanggung jawab dan koordinator-koordinator untuk aspek-aspek tertentu perlu
dilakukan untuk memudahkan kontrol dan pengawasan terhadap aspek-aspek tadi dalam
Marine Operation yang dilakukan. Alur komunikasi yang jelas juga harus dibentuk agar
operasi dapat dilakukan dengan efektif, dan terkoordinasi dengan baik.
3.2. Clearance saat Operasi dilakukan
Clearance dalam hal ini adalah ruangan kosong antar vessel yang ikut serta dalam operasi
yang dilakukan. Perlu direncanakaan berapa luas atau panjang Clearance yang dibutuhkan
berkaitan dengan mooring system dan anchoring serta struktur yang berdekatan agar vessel
dapat beroperasi secara leluasa dan aman.
3.3. Ballasting dan Dynamic Positioning System
Perlu dilakukan kajian dan perkiraan tentang system atau prosedur Ballasting dan Dynamic
Positioning System dari crane vessel dan transport barge yang digunakan dalam operasi. Hal
ini dilakukan berkaitan dengan stabilitas dan keamanan vessel dalam operasi, dan juga
keberhasilan dalam proses lifting.
Analisis ini sangat penting untuk dilakukan untuk meramalkan kondisi-kondisi yang mungkin
terjadi dalam proses operasi.
PERIODE 4. Eksekusi.
Setelah semua data dan analisis sudah dilakukan. Maka operasi utama siap dilakukan.
Dilakukan briefing mengenai operasi yang akan dilakukan dan segala macam koordinasi
yang perlu untuk keberhasilan operasi. Operasi akan lanjut ke tahapan selanjutnya apabila
Operation Inspector sudah memutuskan. Keputusan ini diambil karena kriteria sudah
terpenuhi, yaitu ketika seluruh kondisi sudah aman (cuaca, equipment) dan siap untuk lanjut.
Dalam periode ini, seluruh personnel dan koordinatornya sudah berada dalam post masingmasing. Begitu pula dengan crane vessel dan transport barge serta seluruh elemen operasi
juga sudah berada dalam posisi yang sudah ditetapkan masing-masing. Dalam tahap ini,
posisi dari crane vessel berdampingan transport barge dengan clearance yang sudah
direncanakan.
Kaitan-kaitan dipasang pada struktur yang akan dilift, lalu personnel yang bertanggung jawab
pada aspek ini harus menginspeksi kaitan-kaitan yang sudah dilakukan. Operasi akan
dilanjutkan apabila koordinator dari aspek ini memutuskan bahwa operasi siap untuk
dilanjutkan ke tahapan berikutnya.
Perlahan-lahan, crane mengangkat struktur dari transport barge hingga pada kondisi struktur
dalam keadaan menggantung bebas di udara. Di periode inilah fase-fase kritis dapat terjadi
(beban-beban dinamis angin, gelombang akan begitu signifikan). Stabilitas dari vessel akan
begitu penting dan menjadi aspek utama yang diawasi. Ballasting juga terus dipantau dan
dilakukan untuk membantu stabilitas vessel. Hal ini dilakukan melalui komunikasi yang
terorganisir dari personnel pada control room crane vessel dengan operator crane.
Titik-titik kritis yang juga harus terus dipantau adalah kaitan-kaitan cook crane dengan
struktur, di mana kemungkinan terjadi stress yang terkonsentrasi di tempat itu.
Ketika struktur yang menggantung bebas di udara sudah cukup stabil begitu pula dengan
crane vessel yang membawanya, sehingga koordinator aspek ini mengatakan siap untuk
lanjut maka kriteria untuk melanjutkan operasi ke tahapan selanjutnya sudah terpenuhi.
Transportasi dalam hal ini adalah pergerakan dari crane ke posisi instalasi strukturnya. Di
periode ini fase-fase kritis akan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk terjadi,
karena pergerakan dari crane akan berdampak pula pada stabilitas crane vesselnya. Maka dari
itu, sekali lagi ballasting berperan penting untuk membantu menjaga stabilitas crane vessel
saat periode ini.
Koordinasi dan komunikasi tetap harus dilakukan untuk memantau kondisi-kondisi di titiktitik kritis yang masih sama seperti periode sebelumnya. Begitu pula untuk posisi struktur
pada tempat yang sudah direncanakan, personnel yang bertanggung jawab harus
memantaunya. Ketika posisi struktur sudah tepat pada posisi yang direncanakan, dan
koordinator aspek ini sudah mengatakan siap, maka kriteria untuk melanjutkan operasi ke
tahapan selanjutnya sudah terpenuhi. Semuanya dilakukan dengan komunikasi yang
terorganisir antar elemen personnel.
Pada periode ini sudah mendekati akhir dari Marine Operation yang dilakukan. Crane akan
menurunkan struktur pada Jacket, lalu personnel yang bertanggung jawab akan menginspeksi
sambungan-sambungan struktur pada Jacket. Welding personnel akan mengelas sambungansambungan tadi dan Welding Inspector akan menginspeksi hasil las tadi. Semuanya dilakukan
dengan komunikasi yang terorganisir antar elemen personnel. Ketika Welding Inspector
mengatakan seluruh sambungan sudah aman, maka crane akan melepaskan kaitannya dari
struktur, dan kriteria untuk melanjutkan operasi ke tahapan selanjutnya sudah terpenuhi.
Seluruh rangkaian Marin Operation selesai, maka vessel dan personnel yang menjadi bagian
dalam operasi meninggalkan lokasi. Dan dengan demikian berakhirlah Lifting Operation.
III.KESIMPULAN
Lifting Operation adalah salah satu jenis dari Marine Operation yang paling sering dan
mungkin selalu ada dalam segala macam aspek konstruksi bangunan laut. Dalam operasi
lifting, tentu dilakukan berbagai macam persiapan untuk menunjang keberhasilan lifting yang
dilakukan, mulai dari data-data tentang struktur yang akan dilift hingga hasil analisis pada
titik-titik dan kondisi-kondisi kritis pada setiap periode operasi.
Oleh karena itu dalam setiap Marine Operation, analisis dilakukan dengan membagi periodeperiode proses operasi, yang pada saat periode-periode itu, terdapat aktivitas-aktivitas yang
dilakukan. Dan pada setiap periode tadi diberikan kriteria-kriteria mengenai lanjut atau
tidaknya operasi yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kita menganalisis dan
mengesekusi operasi, dan dapat mempersiapkan case-case tertentu yang mungkin terjadi saat
eksekusi operasi.
Tidak hanya analisis, komunikasi dan organisasi antar elemen personnel dalam operasi
sangatlah penting untuk keberhasilan operasi. Distribusi tanggung jawab dan koordinasi akan
benar-benar memberi dampak yang begitu positif dalam eksekusi operasi.