Anda di halaman 1dari 14

MODULE LIFTING OPERATION with OLEG STRASNHOV FLOATING CRANE

VESSEL from TRANSPORT BARGE to INSTALATION


I.PENDAHULUAN
I.I Lifting
Lifting merupakan proses pengangkatan modul dengan menggunakan crane. Lifting dengan
menggunakan Crane Vessel merupakan salah satu kegiatan yang paling penting di laut,
menyangkut aspek Review of Weight Report, Assesment of Critical Elevation, Assesment
Feasible Crane Vessel, Spreader frames, Spreader bars, Shackles, Padeyes dan Trunnions.
Skenario lifting suatu struktur dek akan berhubungan dengan konfigurasi rigging yang
digunakan, dan berkaitan erat dengan penentuan lift point serta spreader bar. Lift point atau
padeye yang akan dipasang harus direncanakan dengan tepat, karena dengan adanya
pemasangan padeye akan mempengaruhi titik berat berat dari struktur terhadap sumbu
globalnya. Penentuan jumlah serta pemilihan tata letak dari padeye akan mempengaruhi
kestabilan struktur pada saat pengangkatan karena pendistribusian massa yang tidak merata
sehingga terjadi tegangan yang berlebihan pada suatu member. Penggunaan spreader bar akan
mempengaruhi tegangan yang terjadi pada sling saat struktur diangkat. Lifting stuktur pada
umumnya menggunakan empat, enam, atau delapan lift point.
Sedangkan tipe konfigurasi spreader yang umum digunakan dapat terdiri dari satu spreader
bar, dua spreader bar, atau sebuah spreader frame. Konfigurasi spreader bar akan
mempengaruhi tegangan yang terjadi pada sling, sudut sling, beban pada lift point, gaya pada
shackle dan komponen padeye, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap desain dari
komponen lifting.

Gambar 1. Lifting Procces

I.II Jacket Structure dan Top Sides


Jacket merupakan suatu struktur yang digunakan pada bangunan lepas pantai. Jacket
berfungsi untuk melindungi pile agar tetap pada posisinya, menyokong deck dan melindungi
konduktor serta menyokong sub-struktur lainnya seperti boat landing, barge bumper dan lainlain. Elemen utama struktur jacket adalah sebagai berikut:

Kaki jacket
Braces (penguat) vertikal, horisontal dan diagonal
Joint pertemuan antara kaki jacket dan braces
Skirt pile, dll.

Jacket dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal,
lunak dan berlumpur. Setelah jacket ditempatkan di posisi yang diinginkan, pile dimasukkan
melalui kaki bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras
kemudian dek dipasang dan dilas.
Bahan baku atau material utama struktur jacket yang digunakan adalah baja. Baja memiliki
sifat-sifat yang menguntungkan untuk dipakai sebagai bahan struktur yang mampu memikul
beban statik maupun beban dinamik, serta mudah untuk disambung.
Sedangkan bagian atas dari fixed installation maupun floating installation disebut Topsides.
Topside biasanya dibagi dalam beberapa deck tergantung kebutuhan dari suatu struktur
tersebut nantinya seperti production ataupun untuk pencarian reservoir.

Top Sides

Jacket Structure

Gambar 2. Jacket Structure


II. DATA DAN PEMBAHASAN

II.I Data Oleg Strasnhov Floating Crane Vessel


Pada makalah ini kita menggunakan Oleg Strasnhov Floating Crane Vessel sebagai vessel
yang berfungsi sebagai pengangkut yang dilengkapi dengan fasilitas crane. Oleg Strasnhov
Floating Crane Vessel merupakan kapal dengan 2 hook. Pada main hook, jangkauan
ketinggian mencapai 102m dengan kapasitas 5000 mt (metric tons). Sedangkan pada
auxiliary hook, jangkauan ketinggian mencapai 134m dengan kapasitas 800 mt (metric tons).
Berikut merupakan spesifikasi pada Oleg Strasnhov Floating Crane Vessel :

General Description
Type
Operator
Flag
Classification

: Heavy Lift
: Seaway Heavy Lifting
: Cyprus
: DNV 1A1 crane vessel clean DK (+) HELDK-SH DYNPOS

AUTRO EO BIS
Principal Dimension
Length overall
: 183.0 m
Breadth
: 47.0 m
Depth from deck
: 18.2 m
Draft
: 8.5 13.5 m
Displacement
: 77,210 m3
Positioning System
DP3 positioning system
Eight-point mooring system
Anchor
: 15 t
Propulsion/Power
Main engines (six)
: 4,500 kW
Main thrusters (two) : 5,500 kW
DP thrusters (two)
: 3,500 kW
Bow thursters (two) : 1,145 kW
Transit speed
: 14 knots
Accommodation
220 people
Helideck
Equipped for S-961 and S-92
Cranes
Main hook
Maximum revolving capacity : 5,000 mt @ 32 m
Maximum lift height above
water level
: 102 m
Auxiliary hook
Maximum revolving capacity : 800 mt @ 72 m
Maximum lift height above
water level
: 200 mt

II.II Proses Lifting


Proses Lifting pada makalah ini dimulai dengan datangnya Jacket yang dibawa dengan barge
sedangkan Oleg Strasnhov Floating Crane Vessel sudah berada pada lokasi instalasi. Ketika
crane mengangkat jacket, barge yang membawa jacket ditarik oleh tugboat meninggalkan
daerah instalasi.

Gambar 3. Proses Lifting Jacket


Main hook pada crane mengangkat pada titik terberat jacket yaitu dibagian bawah sedangkan
auxiliary hook mengikat bagian atas untuk membantu mengarahkan jacket pada posisi yang
diinginkan. Ketika posisi jacket telah sesuai dengan posisi yang diinginkan jacket ditegakan
dengan cara menurunkan posisi main hook dan mengangkat auxiliary hook sampai jacket
dalam posisi tegak.

Gambar 4. Proses Lifting Top Sides


Sedangkan untuk topside, hanya main hook yang digunakan untuk proses lifting topside
tersebut. Topside yang diangkat oleh main hook di letakan sesuai dengan posisi jacket yang
sebelumnya sudah terpasang serta dilakukan pengelasan di titik joint yang bertemu antara
jacket dengan topside.
II.III Dimensi Ruang, Dimensi Periode, Dimensi Aktivitas
II.III.I Dimensi Ruang
Dimensi ruang merupakan lokasi dimana setiap proses lifting terjadi, berdasarkan analisis
yang didapat dimensi ruang pada proses ini adalah wilayah instalation site dikarenakan pada
ruang instalation site inilah jacket ataupun topside diangkat dari barge serta di instalasi satupersatu

II.III.II Dimensi Periode


Dimensi periode pada proses lifting ini secara garis besar diabgi dengan 4 proses yaitu :

1. Obtaining Structural Data (Dimension, Gross Weight, etc., merupakan data-data


dari struktur yang akan dilift saat operasi dari Transport Barge)
2. Environmental Survey based on Present Data (survey data-data oseanografi,
seperti gelombang, angin, dan sebagainya)
3. Planning for Lifting Operation
4. Execution.
4.1.
Briefing to All Personnel
4.2.
Initiation (Vessel Positioning, Hooked Structure at Transport Barge)
4.3.
Lifting stage 1 (Lifted Structure, posisi menggantung bebas di
4.4.
4.5.
4.6.

udara/inair)
Lifting stage 2 (Transportation by Crane Vessel)
Lifting stage 3 (Placed Structure, Unhooked Structure at Jacket)
Demobilization (Operation Ended)

II.III.III Dimensi Aktivitas


PADA PERIODE 1. Obtaining Structural Data.
Data-data struktur yang akan dilift dari Transport Barge harus diketahui serta dipahami
terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan analisis yang dilakukan saat merencanakan Lifting
Operation. Data-data mengenai Crane Vessel dan Transport Barge sendiri juga perlu
diketahui. Untuk lebih lanjut data-data engineering (kekuatan, material, faktor keamanan)
dari Crane dan Hook yang digunakan dalam Lifting Operation juga perlu diketahui. Yang
semuanya akan bermanfaat dalam analisis perencanaan teknis Lifting Operation.
PADA PERIODE 2. Environmental Survey based on Present Data.
Setelah tahu data-data dari struktur yang akan dilift saat operasi, tentu kita perlu mengetahui
data-data lingkungan tempat kita akan melakukan operasi. Data-data ini meliputi data angin
dan data gelombang. Data angin sangat penting dan krusial saat struktur in air atau
menggantung bebas di udara. Kecepatan angin dapat berpengaruh pada stablitas struktur,
yang mengganggu stabilitas dari crane vesselnya. Data gelombang pun juga sangat penting
dalam hal heave compensationnya, yang berkaitan dengan stabilitas dari crane vesselnya.
Data-data ini didapat dari data yang sudah ada dan valid untuk di area sekitar Installation
Site.
PADA PERIODE 3. Planning for Lifting Operatios.

Perencanaan mengenai teknis Lifting Operation dilakukan setelah informasi struktur dan
data-data lingkungan sudah didapatkan. Perencanaan teknis sebuah Marine Operation sebisa
mungkin dirancang agar seluruh operasi dapat diulangi dari tahapan awal apabila terjadi
kegagalan pada tahap-tahap tertentu (Reversible Operation).
Perencanaan yang sudah dirancang nantinya akan dikumpulkan dalam sebuah Lifting
Operation Manual yang harus menjelaskan struktur organisasi personnel dari operation team
serta menjelaskan seluruh stage atau setiap fase operasi yang akan dilakukan, mulai dari
tahap preparasi/persiapan hingga tahap operasi. Kondisi-kondisi kritis yang dapat terjadi pada
tiap tahapan juga perlu dicantumkan dalam manual tersebut.
Lifting Operation Manual juga menjelaskan kriteria-kriteria pada setiap tahapan operasi.
Kriteria-kriteria ini sebagai acuan apakah operasi dapat dilanjutkan (Criteria for starting
each phase of the operation).
Beberapa hal yang harus direncanakan dengan seksama antara lain;
3.1. Organisasi dan Komunikasi Personnel
Dalam setiap kegiatan Marine Operation, organisasi dari seluruh personnel yang terlibat di
dalamnya perlu dibentuk sebagai syarat keberhasilan eksekusi dari Marine Operation tadi.
Pembagian tanggung jawab dan koordinator-koordinator untuk aspek-aspek tertentu perlu
dilakukan untuk memudahkan kontrol dan pengawasan terhadap aspek-aspek tadi dalam
Marine Operation yang dilakukan. Alur komunikasi yang jelas juga harus dibentuk agar
operasi dapat dilakukan dengan efektif, dan terkoordinasi dengan baik.
3.2. Clearance saat Operasi dilakukan
Clearance dalam hal ini adalah ruangan kosong antar vessel yang ikut serta dalam operasi
yang dilakukan. Perlu direncanakaan berapa luas atau panjang Clearance yang dibutuhkan
berkaitan dengan mooring system dan anchoring serta struktur yang berdekatan agar vessel
dapat beroperasi secara leluasa dan aman.
3.3. Ballasting dan Dynamic Positioning System
Perlu dilakukan kajian dan perkiraan tentang system atau prosedur Ballasting dan Dynamic
Positioning System dari crane vessel dan transport barge yang digunakan dalam operasi. Hal

ini dilakukan berkaitan dengan stabilitas dan keamanan vessel dalam operasi, dan juga
keberhasilan dalam proses lifting.

Gambar 5. Proses Pengangkatan Modul

3.4. Calculation with Dynamic Amplification Factor (DAF) or Calculation with


Response Amplitude Operator (RAO)
Karena operasi yang kita lakukan berlangsung di laut lepas yang beban-beban dinamisnya
sangat signifikan (seperti arus, angin dan gelombang), maka dalam analisis-analisis yang kita
lakukan, kita perlu menggunakan DAF atau RAO untuk mengetahui beban-beban actual yang
dapat terjadi. Apabila menggunakan analisis statis maka gunakan DAF, dan apabila
menggunakan analisis dinamis, gunakan RAO.
Untuk keperluan praktis, analisis yang dilakukan biasanya pada kondisi-kondisi yang kritis,
di mana seluruh beban-beban terkonsentrasi pada suatu titik atau posisi saat berlangsungnya
operasi. Dalam Lifting Operation, kondisi ini berada pada tahapan saat struktur sudah
menggantung bebas di udara. Dalam kondisi tersebut struktur dapat bergerak ke segala arah
secara periodic (dalam istilah biasanya disebut sebagai Pendulum Motion), maka dari itu
untuk keperluan analisis kita perlu menentukan berapa jumlah derajat kebebasan dari
struktur, (degrees of freedom / DoF) yang merupakan asumsi kita dari kemungkinan
pergerakan struktur tadi saat menggantung bebas di udara.

Analisis ini sangat penting untuk dilakukan untuk meramalkan kondisi-kondisi yang mungkin
terjadi dalam proses operasi.
PERIODE 4. Eksekusi.
Setelah semua data dan analisis sudah dilakukan. Maka operasi utama siap dilakukan.

Periode 4.1. Briefing to All Personnel

Dilakukan briefing mengenai operasi yang akan dilakukan dan segala macam koordinasi
yang perlu untuk keberhasilan operasi. Operasi akan lanjut ke tahapan selanjutnya apabila
Operation Inspector sudah memutuskan. Keputusan ini diambil karena kriteria sudah
terpenuhi, yaitu ketika seluruh kondisi sudah aman (cuaca, equipment) dan siap untuk lanjut.

Periode 4.2. Initiation

Dalam periode ini, seluruh personnel dan koordinatornya sudah berada dalam post masingmasing. Begitu pula dengan crane vessel dan transport barge serta seluruh elemen operasi
juga sudah berada dalam posisi yang sudah ditetapkan masing-masing. Dalam tahap ini,
posisi dari crane vessel berdampingan transport barge dengan clearance yang sudah
direncanakan.
Kaitan-kaitan dipasang pada struktur yang akan dilift, lalu personnel yang bertanggung jawab
pada aspek ini harus menginspeksi kaitan-kaitan yang sudah dilakukan. Operasi akan
dilanjutkan apabila koordinator dari aspek ini memutuskan bahwa operasi siap untuk
dilanjutkan ke tahapan berikutnya.

Gambar 6. Proses Lifting Jacket

Periode 4.3. Lifting Stage 1: Lifted Structure.

Perlahan-lahan, crane mengangkat struktur dari transport barge hingga pada kondisi struktur
dalam keadaan menggantung bebas di udara. Di periode inilah fase-fase kritis dapat terjadi
(beban-beban dinamis angin, gelombang akan begitu signifikan). Stabilitas dari vessel akan
begitu penting dan menjadi aspek utama yang diawasi. Ballasting juga terus dipantau dan
dilakukan untuk membantu stabilitas vessel. Hal ini dilakukan melalui komunikasi yang
terorganisir dari personnel pada control room crane vessel dengan operator crane.

Gambar 7. Proses Lifting Top Sides

Titik-titik kritis yang juga harus terus dipantau adalah kaitan-kaitan cook crane dengan
struktur, di mana kemungkinan terjadi stress yang terkonsentrasi di tempat itu.
Ketika struktur yang menggantung bebas di udara sudah cukup stabil begitu pula dengan
crane vessel yang membawanya, sehingga koordinator aspek ini mengatakan siap untuk
lanjut maka kriteria untuk melanjutkan operasi ke tahapan selanjutnya sudah terpenuhi.

Periode 4.4. Lifting Stage 2 : Transportation

Transportasi dalam hal ini adalah pergerakan dari crane ke posisi instalasi strukturnya. Di
periode ini fase-fase kritis akan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk terjadi,
karena pergerakan dari crane akan berdampak pula pada stabilitas crane vesselnya. Maka dari
itu, sekali lagi ballasting berperan penting untuk membantu menjaga stabilitas crane vessel
saat periode ini.
Koordinasi dan komunikasi tetap harus dilakukan untuk memantau kondisi-kondisi di titiktitik kritis yang masih sama seperti periode sebelumnya. Begitu pula untuk posisi struktur
pada tempat yang sudah direncanakan, personnel yang bertanggung jawab harus
memantaunya. Ketika posisi struktur sudah tepat pada posisi yang direncanakan, dan
koordinator aspek ini sudah mengatakan siap, maka kriteria untuk melanjutkan operasi ke
tahapan selanjutnya sudah terpenuhi. Semuanya dilakukan dengan komunikasi yang
terorganisir antar elemen personnel.

Gambar 8. Proses Lifting Top Sides

Periode 4.5. Pemasangan struktur pada Jacket. Unhooked Structure at Jacket.

Pada periode ini sudah mendekati akhir dari Marine Operation yang dilakukan. Crane akan
menurunkan struktur pada Jacket, lalu personnel yang bertanggung jawab akan menginspeksi
sambungan-sambungan struktur pada Jacket. Welding personnel akan mengelas sambungansambungan tadi dan Welding Inspector akan menginspeksi hasil las tadi. Semuanya dilakukan
dengan komunikasi yang terorganisir antar elemen personnel. Ketika Welding Inspector
mengatakan seluruh sambungan sudah aman, maka crane akan melepaskan kaitannya dari
struktur, dan kriteria untuk melanjutkan operasi ke tahapan selanjutnya sudah terpenuhi.

Gambar 9. Jacket dan Top Side Sudah Terpasang

Periode 4.6. Demobilization

Seluruh rangkaian Marin Operation selesai, maka vessel dan personnel yang menjadi bagian
dalam operasi meninggalkan lokasi. Dan dengan demikian berakhirlah Lifting Operation.

III.KESIMPULAN
Lifting Operation adalah salah satu jenis dari Marine Operation yang paling sering dan
mungkin selalu ada dalam segala macam aspek konstruksi bangunan laut. Dalam operasi
lifting, tentu dilakukan berbagai macam persiapan untuk menunjang keberhasilan lifting yang
dilakukan, mulai dari data-data tentang struktur yang akan dilift hingga hasil analisis pada
titik-titik dan kondisi-kondisi kritis pada setiap periode operasi.
Oleh karena itu dalam setiap Marine Operation, analisis dilakukan dengan membagi periodeperiode proses operasi, yang pada saat periode-periode itu, terdapat aktivitas-aktivitas yang
dilakukan. Dan pada setiap periode tadi diberikan kriteria-kriteria mengenai lanjut atau
tidaknya operasi yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kita menganalisis dan
mengesekusi operasi, dan dapat mempersiapkan case-case tertentu yang mungkin terjadi saat
eksekusi operasi.
Tidak hanya analisis, komunikasi dan organisasi antar elemen personnel dalam operasi
sangatlah penting untuk keberhasilan operasi. Distribusi tanggung jawab dan koordinasi akan
benar-benar memberi dampak yang begitu positif dalam eksekusi operasi.

IV. DAFTAR PUSTAKA


DNV. April 2014. Lifting Operations - Dnv-Os-H205 (Vmo Standard - Part 2-5)
http://www.subsea7.com/content/dam/subsea7/documents/whatwedo/fleet/rigidpipelay/Oleg_
Strashnov.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-26216-4308100095-Chapter1.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20108-Chapter1-2366226.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-31177-4309100007-Paper.pdf
http://www.kamusilmiah.com/arsitek/membangun-anjungan-lepas-pantai-2/
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-ekaferryse-27242-2-2007ts-2.pdf
Noble Denton. Guidelines For Lifting Operations By Floating Crane. No: 0027/Ndi
16.02.06
Norsok Standard. Rev. 1, January 1995. Common Requirements - Marine Operations J-Cr003 ;
Imca. October 2007. Sel 019, Imca M 187 - Guidelines For Lifting Operation

Anda mungkin juga menyukai