Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional,

mengatur

pemberian

asuhan

keperawatan,

termasuk

lingkungan tempat asuhan diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).


Hoffart dan Woods, mendefenisikan model praktik keperawatan
profesional sebagai suatu sistem yang meliputi suatu sistem yang meliputi
struktur, proses dan nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur
lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Sebagai model berarti
sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan
profesional di rumah sakit. Aspek stuktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan

berdasarkan

jumlah

klien

sesuai

dengan

derajat

ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien


menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan.
2. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP adalah sebagai berikut:
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruangan lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan
3. Macam-macam MPKP
Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi beberapa jenis MPKP,yaitu:
a. MPKP Transisi

6
Ners URINDO

Program Studi Profesi

MPKP dasar yang masih memiliki tenaga perawat yang berpendidikan


SPK, tetapi kepala ruangan dan kepala timnya minimal dari D3
keperawatan.
b. MPKP Pemula
MPKP dasar dengan semua tenaga minimal dari D3 keperawatan
c. MPKP Profesional dibagi menjadi 3 bagian,
1) MPKP I basik (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3
keperawatan,tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim)
minimal S1 keperawatan.
2) MPKP II intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3
keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, dan sudah
memiliki spesialis tenaga keperawatan
3) MPKP III advance (tingkat lanjut) yang semua perawatannya
minimal Ners Sarjana Keperawatan dan sudah mempunyai tenaga
spesialis keperawatan yang bekerja di area keperawatan.
4. Empat (4) Pilar Nilai Model Praktik Keperawatan Profesional
I.
Manajemen Approach (Pendekatan Manajemen)
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting,
karena mengurangi resiko pembuatan keputusan yang kurang tepat
atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Suatu perencanaan yang baik harus
berdasarkan pada sasaran dan menggunakan sumber sumber yang
tersedia lebih dahulu (Swansburg, 2000). Prinsip-prinsip yang ada
dalam perencanaan tersebut, dengan menjalankan prinsip-prinsip
yang ada dala perencanaan ini, maka diharapakan tujuan dapat
tercapai dengan efektif baik dalam penggunaan sumber daya
manusia maupun sumber daya material (Swansburg, 2000).
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan
untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk
sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti
arahan tersebut (Huber, 2006). Fungsi perencanaan mencakup
proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai
sasaran yang telah ddisepakati, dan mengembangkan perencanaan

7
Ners URINDO

Program Studi Profesi

tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah


kegiatan (Robins dan Coulter, 2007)
Manajemen keperawatan, perencanaan

dimulai

dengan

kegiatan menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis


dan mengorganisasikan data-data yang akan digunakan untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan
sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya, perencanaan juga
membantu utnuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan
yang mereka inginkan serta butuhkan. Sumber daya yang
digunakan dapat digunakan seefektif dan seefesien mungkin.
Jenis jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanan strategis
yang disusun untuk 3 10 tahun
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 5 tahun
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam 1 tahun
Kegiatan perencanaan yang dipakai diruang MPKP meliputi
perumusan visi, misi, filosofi, dan kebijakan. Sedangkan untuk
jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka
pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan
tahunan.
Visi yang dimaksud adalah perawat atau manajer keperawatan
harus mempunyai suatu pandangan dan pengetahuan yang luas
tentang manajemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan
yang akan datang yaitu tentang penduduk, sosial ekonomi, politik
yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan (Budiono,
2004).
Misi diartikan sebagai suatu langkah langkah nyata dari
profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah
ditetapkan,

yaitu

profesionalisasi

menjaga

dan

keperawatan

mengawasi

agar

terus

suatu
berjalan

proses
dan

berkesinambungan (Deming, 2002).


Filosofi adalah seperangkat nilai yang mengakar dan menjadi
rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan

8
Ners URINDO

Program Studi Profesi

serta arahan seluruh rencana jangka panjang. Nilai nilai dari


filosofi dapat lebih dari satu.
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi
dalam pengambilan keputusan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk
mencapi tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menetukan cara pengkoordinasian aktivitas yang
tepat, baik vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP
menggunakan

penekatan

sistem

penugasan

tim

primer

keperawatan. Pengorganisasian secara vertikal terdapat kepala


ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Berikut ini adalah pengorganisasian diruang MPKP:
1) Struktur organisasi
Susunan organisasi adalah susunan komponen dalam suatu
organisasi (Sutuko, 2000). Dalam hal ini, struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi
atau kegiatan yang berbeda beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan.

Struktur

organisasi

spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi ruang

MPKP

juga

menunjukkan

menggunakan

system

penugasan tim primer. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala


ruangan yang dibawahi 2 atau lebih ketua tim. Ketua tim
berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat
pelaksana yangKEPALA
memberikan
asuhan keperawatan secara
RUANGAN
menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur organisasi
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini,
Bagan Struktur Organisasi Ruangan MPKP
TIM II
Ketua Tim
Anggota Tim
Perawat Pelaksana

TIM I
Ketua Tim
Anggota Tim
Perawat Pelaksana
9

Program Studi Profesi

Ners URINDO

8 10 Pasien

8 10 Pasien

Uraian tugas personil diruang MPKP adalah sebagai


berikut:
a) Kepala ruangan
Pendekatan manajemen (management approach)
Perencanaan
Menyusun visi
Menyusun misi
Menyusun filosofi
Menyusun rencana jangka pendek: harian, bulanan, dan
tahunan.
Pengorganisasian
Menyusun struktur organisasi
Menyusun jadwal dinas
Membuat daftar alokasi pasien
Pengarahan
Memimpin operan
Memimpin preconference
Memimpin postconference
Menciptakan iklim motivasi
Mengatur pendelegasian
Melakukan supervisi
Pengendalian
Mengevaluasi indikator mutu
Melakukan audit dokumentasi
Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga, perawat

dan tenaga kesehatan lainnya


Melakukan survei masalah kesehatan / keperawatan

Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward)

10
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat


pelaksana
Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
Hubungan profesional (profesional relationship)
Memimpin rapat tim keperawatan
Memimpin case conference
Melakukan rapat tim kesehatan
Melakukan kolaborasi dengan dokter : visit dokter dan
lain-lain.
Pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system)
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi tindakan, dan pendokumentasian
keperawatan.
b) Ketua tim
Pendekatan manajemen (management approach)
Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek : harian,
bulanan, dan tahunan.
Pengorganisasian
Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Pengarahan
Memimpin preconference
Memimpin postconference
Menciptakan iklim motivasi
Mengatur pendelegasian dalam timnya
Melakukan supervisi kepada anggota timnya
Pengendalian
Melakukan pemantauan terhadap seluruh aktivitas

keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim


Membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada
tingkat pelaksana

Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward)


Menilai kinerja perawat pelaksana
Hubungan profesional (profesional relationship)
Memimpin case conference
11
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Melakukan kolaborasi dengan dokter : visit dokter dan


lain-lain.
Pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system)
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi tindakan, dan pendokumentasian
keperawatan.
c) Perawat pelaksana
Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)
Pemberian asuhan keperawatan
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi tindakan dan pendokumentasian
keperawatan
2) Daftar dinas ruangan
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, perawat yang
bertugas dan penanggung jawab shift.
Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat untuk 1
minggu. Dengan demikian, perawat sudah mengetahui dan
mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan
jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari
terakhir minggu tersebut dan pembuatan jadwal dinas pada
minggu selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim
memiliki anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam,
dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas
pada malah hari.

No
1
2
3

Contoh Format Daftar Dinas Ruangan MPKP Dalam Seminggu


Sn
Sl
Rb
Km
Jm
Nama Petugas
1
2
3
4
5
Karu
P
P
P
P
P
TIM I
Katim
P
P
P
P
P
PA. A
M
M
M
M
12

Ners URINDO

Program Studi Profesi

Sb
6
P

Mg
7
L

P
L

L
P

4
5
6
7

PA. B
PA. C
PA. D
PA. E
TIM II
8 Katim
9 PA. F
10 PA. G
11 PA. H
12 PA. I
13 PA. J
Pagi
Sore
Malam
Keterangan:
P : Pagi
L : Libur

P
S
S*
P

P
L
S*
S

P
S
S*
L

P
S
L
S

L
S
M*
S

S
S
M*
S

P
S
M*
S

P
S
M*
P
P
S
7
4
2

P
S
M*
P
P
S
6
3
2

P
S
M*
P
P
S
6
4
2

P
S*
M*
P
L
L
5
3
2

P
L
P
S*
M
4
3
2

P
P
L
L
S*
M
4
5
2

L
P
P
S
S*
M
4
4
2

S : Sore
PA: Perawat Asosiet

M :Malam
* : Penanggung jawab shift

3) Daftar pasien
Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung
jawab pada pasien dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total
selama dirawat dan juga setiap shift.
Daftar pasien juga dapat mengambarkan tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujud keperawatan pasien yang holistic. Dafatra
psien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan
keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
perawatan pasien.
Daftar pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum
operan dinas pagi ke dinas sore. Contoh di bawah ini
menunjukkan hal-hal berikut:
Perawat dinas pagi tanggal 7 Februari 2006 adalah Tono,
Henny, Tito dan Hartini. Tono sebagai penanggung jawab
sekaligus perawat pelaksana merawat feri dan merawat

13
Ners URINDO

Program Studi Profesi

zulkifli karena ujang yang bertanggung jawab sedang dinas


malam.
Perawat dinas sore tanggal 6 Februari 2006 adalah ulfa dan
pusti
Perawat dinas malam tanggal 6 Februari 2006

PP

1
2
3
4
5
6
7
No
.
dst

Nama
Pasien
TIM I
Ferri
Zulkifi
Arman
Bari
Dulah
Achmad
Polan
TIM II

Contoh Daftar Pasien Ruangan MPKP


Nama
Nama
PP
Pagi
Sore
7/2/06
6/2/06
Dokter
Katim

Malam
6/2/06

dr. Citra
dr. Citra
dr. Akbar
dr. Akbar
dr. Pudi
dr. Anton
dr. Joni

Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang

Hartini
Hartini
Hartini
Hartini
Hartini
Hartini
Hartini

Tono
Ujang
Henny
Ulfa
Tito
Pustie
Hartini

Tono
Tono
Henny
Henny
Tito
Tito
Hartini

Ulfa
Ulfa
Pustie
Ulfa
Pustie
Pustie
Pustie

c. Pengarahan
Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi manajemen,
yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan utnuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah inilah yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengorganisasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan
pada akhirnya akan berakhir pada melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan sebelumnya (Keliat, 2009)
Menurut Keliat (2009), dalam pengarahan jika perlu dilakukan
pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,
seorang manager harus melakukan upaya sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
intuk memuaskan kebutuhan manusia yang bervariasi, motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan
individu merupakan salah satu cara memotivasi. Iklim motivasi
dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut ini.

14
Ners URINDO

Program Studi Profesi

a) Memberikan
b)
c)
d)
e)

harapan

yang

jelas

kepada

staf

dan

mengomunikasikan harapan tersebut secara efektif


Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf
Memebuat keputusan yang bijaksana
Mengembalikan konsep kerjasama kelompok
Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf degan

kebutuhan dan organisasi


f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf
mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g) Meghilangkan hambatan tradisional antar staf dan pekerjaan
yang telah dikerjakan
h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
i) Melibatkan staf dalam semua pengambilan keputusan
j) Memastikan bahwa semua staf mengetahui alasan di
belakang semua keputusan dan tindakan
k) Memberikan kesemptan kepada staf

untuk

membuat

penilaian sesering mungkin


l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong
menolong dengan staf
m) Memberi kesempatan

kepada

staf

ntuk

mengontrol

lingkungan kerjanya
n) Menjadi role model bagi staf
o) Memberikan reinforcement sesering mungkin
Di ruangan MPKP, menciptakan iklim motivasi diterapkan
dengan sasaran sebagai berikut:
a) Budaya memberikan reinforcement positif.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan
setiap pergantian dinas
c) Meamnggil staf secara berkala untuk mengidentifikasi
masalah setiap personil secara mendalam dan membantu
penyelesaiannya
d) Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan
pengembangan jenjang karier dan kompetensi
e) System reward yang adil sesuai dengan kinerja
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluas oleh kepala
ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan seklai (per semester)
dengan menggunakan instrument evaluasi diri
2) Komukasi efektif

15
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Komunikasi

efektif

merupakan

salah

satu

fungsi

manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi


dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat
mengganggu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,
penapat dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih
yang bekerja sama.
a) Penerapan komunikasi di ruang MPKP
Beberapa komunikasi di ruang MPKP adalah:
Operan, yaitu komunikasi dan serah terima pekerjaan antar
shift pagi, shift sore, dan shift malam. Operan dari shift
malam ke operan shift pagi dan operan dari shift pagi ke
operan shift sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh
penanggung jawab tim
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau
PJ tim. Jika hanya satu perawat yang dinas pada tim
tersebut, preconference tidak dilakukan. Isi pre conference
adalah rencaan tiap perawat (rencan harian), dan tambahan
rencana dari katim atau PJ tim.
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat
Pedoman operan antar shift
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
dilakukan
sebelum
operan14.00,
kepada
shift berikut. Isi post
Waktu kegiatan : Awal kegiatan
shift
(pukul 07.00,
21.00)
Tempat : Nurse Station conferance adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat
Penanggung jawab :
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
Kepala Ruangan atau penanggung jawab(PJ) shift
Conference dipimpin oleh ketua tim atau PJ tim
Kegiatan :
1. Karu atau PJ shift membuka acara dengan salam
2. PJ shift yang memberikan operan, menyampaikan:
Kondisi pasien : diagnosis keperawatan, tindakan yang telah
dlaksanakan, hasil asuhan.
Tindak lanjut untuk shift berikutnya
3. Perawat shift berikutnya mengklarifikadi penjelasan yang sudah
disampaikan
4. Karu memimpin ronde ke kamar pasien
5. Karu merangkum informasi laporan dan memberikan saran tindak lanjut
6. Karu memimpin dan doa bersama
16
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Pedoman preconference
Waktu kegiatan : setelah operan
Tempat : meja masing-masing
Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim
Kegiatan :
1. Katim / PJ tim membuka acara dengan salam
2. Katim / PJ tim menanyakan perencanaan masing-masing perawat pelaksana
3. Katim / PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut yang terkait dengan asuhan
yang diberikan saat itu
4. Katim / PJ tim memberikan
reinformence
(penguatan)
Pedoman
postconference
5. Katim / PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat berkerja
Waktu kegiatan : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim
Kegiatan :
1.
2.
3.
4.

Katim / PJ tim biasa membuka acara dengan salam


Katim / PJ tim menanyakan asuhan masing-masing pasien
Katim / PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan
Katim / PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan
b) Evaluasi pelaksanaan aktivitas komuniksi di ruang
kepada perawat shift berikutnya
5. Katim / PJ tim menutup
MPKPacara dengan salam
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf
perawat MPKP. Evaluasi aktivitas komuniksi dilakukan tiap
bulan mengunakan instrumen aktivitas komunikasi
3) Manajemen konflik
Konflik adlah perbedaan pangan atau ide antara satu orang dan
orang lain. Dalam organisai yang dibentuk dari sekumpulan
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, konfli mudah
17
Ners URINDO

Program Studi Profesi

terjadi. Begitu pula di ruang MPKP, konflik dapat terjadi.


Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan mengatasi konflik sedin
mungkin harus dibudayakan di ruang MPKP. Menurut Keliat
(2009), penanganan konflik ada beberapa macam yaitu:
Bersaing (kompetisi), mengatasi konflik dengan bersaing atau
berkompetisi penanganan konflik ketika seseorang atau satu
kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri
tanpa mempedulikan dampaknya pda orang lain atau
kelompok lain. Cara ini kurang sehat jika diterapkan karena
bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar.
Kolaborasi, adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan
kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Berbagai pihak
yang teribat konflik didorong untuk menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi dengan jalan mencari dna menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan
Menghindar, adalah cara menyelesaikan konflik yang
ditandai dengan pihak yang sedang berkonflik

mengakui

adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain, tetapi


menarik diri atau menekan konflik tersebut. Cara ini tidak
dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik.
Akomodasi, adalah untuk menyelesaikan konflik dengan cara
salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan
pihak alain yang berkonflik diatas kepentingan dirinya.
Berkompromi, adalah cara peneyelesaian konflik ketika
semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya
demi terjalinnya konflik ini, tidak ada salah satu pihak yang
menang atau klaah.
a) Penerapan manajemen konflik di Ruang MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di ruang
MPKP adalah upaya win-win solution, suatu upaya
berkolaborasi. Oleh karena itu, pembudayaan kolaborasi
antar shift menjadiprioritas utam adalah menyelenggarakan
pengelolaan ruangan MPKP

18
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Menurut Keliat (2009) pendektan penyelesaian konflik


yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving), meliputi hal-hal berikut ini:
Mengidentifikasi akar masalah yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik
Mengidentifikasi penyebab konflik
Mengidentifikasi alternative penyelesaian yang dapat
diterapkan
Memeilih alternative penyelesaian yang terbaik untuk
diterapkan
Menerapkan solusi pilihan
Mengevaluasi peredaan konflik
b) Evaluasi penerapan aktivitas penyelesaian konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf
keperawatan

MPKP.

Evaluasi

dilakukan

dengan

menggunakan instrument evaluasi penyelesain konflik.


4) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivtas
organisai tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
a) Proses pendelegasian
Membuat rencana tugas yang perlu dituntaskan
Mengidentifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
Memilih orang-orang yang mampu melaksasnakan tugas
yang didelegasikan
Mengkomunikasikan

dengan

jelas

apa

yang

akan

dikerjakan dan apa tujuannya


Membuat batasan waktu dan monitor penyelesain tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksasnakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manager harus dapat
menjadi role model dan menajdi narasumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
Mengevaluasi kinerja setelah tugas selesai
Memberikan pendelegasian yang terdiri dari tugas dan
kewenangan
19
Ners URINDO

Program Studi Profesi

b) Penerapan pendelegasian di ruang MPKP


Pendelegasian dilaksanakna di ruang MPKP dalam
bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua
tim, ketua tim kepada perawat pelaksana dan dilakukan
melalui pelimpahan tugas dan wewenang serta dilakukan
secara

berjenjang

yaitu

pendelegasian

terencana

dan

incidental (sewaktu-waktu)
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang
secara otomatis terjadi sebgai konsekuensi system penugasan
yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuk pendelegasian
adalah sebagai berikut:
Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim
untuk sementara menggantikan tugas karena alasan
tertentu.
Pendelegasian kepala ruangan kepada penanggung jawab
shift
Pendelegasian tugas ketua tim kepada perawat pelaksana
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan.
Pendelegasian incidental terjadi jika salah satu personal
ruang MPKP berhalangan hadir. Dalam hal ini yang mengatur
adalah kepala seksi keperawatan, kepala ruangan, ketua tim
atau penanggung jawab shift,bergantung pada personel yang
berhalangan. Mekanisme pendelegasian adalah sbb:
Jika kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk
salah satu ketua tim untuk menggantikan kepala ruangan
Jika kepala tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan
menunjuk salah satu anggota tim (PP) menjalankan ketua
tim
Jika adal perwat pelaksana yang berhalangan hadir
sehingga satu tim kekurangan personil, karu/PJ shift
berwenang memindahkan PP dari tim lain untuk masuk ke
tim yang kekurangan personil tersebut atau katim
melimpahkan pasien kepada PP yang hadir

20
Ners URINDO

Program Studi Profesi

c) Prinsip-prinsip pendelegasian tugas di ruang MPKP


Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan
format pendelegasian tugas
Personil yang menerima pendelegasain tugas adalah
personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan
yang digantikan tugasnya.
Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara
rinci, baik verbal maupun tulisan
Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib
memantau pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan jika ada
kesulitan yang dihadapi
Setelah selelsai pendelegasian, dilakukan serah terim
atugas yang sudah dilaksanakan dan hasialnya.
d) Evaluasi penerapan pendelegasian tugas
Pendelegasian tugas dalam MPKP dievaluasi dengan
menggunakan instrumen yang diisi oleh seluruh staf dengan
cara evaluasi diri
Contoh Surat Pendelegasian Tugas
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
NIP
:
Unit Kerja
:
Jabatan
:
Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai
pada
Hari/tanggal
:
Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan
pelaksanaan tugas beserta kewenangannya kepada
Nama
:
NIP
:
Unit kerja
:
Jabatan
:
Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya
Jakarta, 2006
Yang mendelegasikan tugas

Penerima Delegasi

21
Ners URINDO

Program Studi Profesi

(.)

(..)

5) Supervisi
Supervise atau pengawasan adalah prose

pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah


kegiatan tersebut dilakukan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan.
Supervise dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan
yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur
organisasi, supervise biasanya dilalukan oleh atasan terhadap
bawahan atau konsultasn terhadap pelaksana. Dengan supervise
kegiatan yang dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpnag dan menciptakan hasil (produk)
seperti yang diinginkan.
Supervise tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari
kesalahan tetapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif,
yaitu mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal
positif yang dilakukan dan mencari jalna keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dnegan demikian bawahan tidak
merasa bahwa ia sedang dinilai, namun ia juga dibimbing untuk
melakukan pekerjaannya dengan benar.
a) Penerapan supervisi di ruang MPKP
Di ruangan MPKP kegiatan supervise dilaksankan secara
optimal untuk menjamin kegiatan pelayan MPKP sesuai
dengan standar mutu professional yang diterapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi, baik
dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta
mengusai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di
MPKP, oleh karena itu, mekanisme pengaswasan dilakukan
berjenjang, yaitu sbb:
Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan
pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana

22
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Kepala ruangan melakukan pengawasana terhadap ketua


tim dan perawat pelaksana
Ketua tim melakukan pengawasan terhdap ketua tim dan
perawat pelaksana
Ketua tim melakukan pengawasan

terhadap perawat

pelaksana.
Materi supervise atau pengawasan disesuaikan dnegan
uraian tugas

dari masing-masing staf perawat yang

disupervisi. Materi supervisi kepala ruangan berkaitan


dengan kemampuan manjerial dan asuhan keperawatan.
Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan
di timnya dan kemampuan suhan keperawatan. Perawat
pelaksana disupervisi terkait dnegan kemamuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervise dapat menjadi alay pembinaan dan tidak
menjadi momok bagi staf, perlu disusun jadwal supervise dan
standar kinerja masing-masing staf.

No
1
2
3
4

Waktu
6/3/06
7/3/07
7/3/06
7/3/06

Contoh Jadwal Supervise Ruangan MPKP


Supervisior Yang Disupervisi
Materi Supervisi
Karu
Katim I
Memimpin Preconference
Karu
Katim II
Memimpin Preconference
Katim I
PA
Askep GE
Kati II
PA
Askep BP
b) Evaluasi aktivitas supervise
Aktivitas supervise dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua
tim yang melakukan supervise dengan evaluasi diri
menggunakan instrument evaluasi aktivitas supervise.

d. Pengendalian
Proses terakhir manajemen adalah pengendalian (controlling)
atau kontrol. Pengendalian manajemen adalah proses untuk
memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai aktivitas yang
direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta
mengevaluasi penampilan. Langkah langkah yang perlu
dilakukan dalam pengendalian (Keliat, 2009) :

23
Ners URINDO

Program Studi Profesi

1)
2)
3)
4)

Menetapkan standar metode pengukuran prestasi kerja


Melakukan pengukuran prestasi kerja
Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti

dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia.


Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kategori audit keperawatan,yaitu :
1) Audit struktur
Audit struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP, dan rekam medic: pelanggan
(internal maupun eksternal).
2) Audit proses
Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan
tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent
(persamaan), atau hasil dari peer review (tinjauan sejawat).
Retrospektif

adalah

pelaksanaan

asuhan

mengobservasi

audit

dengan

keperawatan.

ketika

kegiatan

menelaah
Concurrent
keperawatan

dokumen
adalah
dedang

berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame angota tim


terhdap pelaksanaan
3) Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang meliputi kondisi
pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi pasien
meliputi keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi SDM dapat
berupa efektivitas dan efisiensi, serta kepuasaan. Indikator mutu
umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI,dan angka infeksi
nosokomial.
Pada model praktik keperawatan profesional (MPKP),
kegiatan

pengendalian

diterapkan

dalam

bentuk

kegiatan

pengukuran:
1) Indikator mutu umum
a) BOR (Bed Occupancy Rate)

24
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Jumlah rata-rata tempat tidur terpakai. BOR adalah


presentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu.

Indikator

ini

memberikan

gambaran

tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.


Standar internasional BOR yang diangap baik adalah 80 90%, sedangkan standar BOR adalah 70 80 %.
Rumus,
Jumlah hari perawatan
BOR :

x 100%

Keterangan:
Jumlah TT x Jumlah hari per satuan waktu
Jumlah hari perawatan adalah lama total pasien dirawat
dalam 1 hari x jumlah hari dalam satuan waktu
Jumlah hari persatuan waktu, jika dihitung persatuan bulan
jumlahnya 28 31 hari, bergantung pada hari dalam 1

bulan terakhir (Keliat, 2009)


b) ALOS (Average Length Of Stay)
ALOS adalah rata rata lama hari seorang pasien dirawat.
Indicator ini selain memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan jika
diterapkan diagnosis tertentu yang masih membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut. Secara umum ALOS yang ideal
adalah 6 9 hari.
Rumus:
Jumlah hari perawatan pasien keluar
x 100%
Keterangan:
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

ALOS :

Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari


perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu
periode waktu
Jumlah pasien keluar (hidup - mati) adalah jumlah pasien
yang pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.
c) TOI (Turn Over Internal)
TOI adalah rata rata jumlah hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat terisi hingga saat terisi berikutnya.
Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong

25
Ners URINDO

Program Studi Profesi

hanya dalam waktu 1 3 hari. Dalam MPKP, pengukuran


TOI dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan.
Rumus,
(Jumlah TT x hari) Hari perawatan
TOI :
x 100%
Keterangan:
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur adalah jumlah total kapasitas tempat


tidur yang dimiliki
Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien
yang keluar hidup dan mati
Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang

dimutasikan keluar baik pulang maupun meninggal


d) Angka infeksi nosokomial
Angka infeksi nosocomial adalah jumlah pasien yang
mengalami infeksi didapat atau terjadi selama dalam
perawatan di rumah sakit. angka ini diukur melalui
penghitungan jumlah pasien dalam satu periode waktu
tertentu. Dalam MPKP penghitungan yang dilakukan oleh
kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan cara
menghitung jumlah pasien dalam satu periode satuan waktu
tertentu (satu bulan).
2) Kondisi pasien
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan

mengevaluasi

dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan


oleh perawat pelaksana. Dalam MPKP, kegiatan audit
dilakukan oleh kepala ruangan dengan memeriksa rekam
medik setiap pasien yang telah pulang atau meninggal.
Hasil audit tersebut direkapitulasi dalam satu bulan. Akhir
penilaian, rekapitulasi nilai dibuat sebagai laporan hasil
pelaksanaan evaluasi (Keliat, 2009).
b) Survey masalah keperawatan
Survai masalah keperawatan adalah survei diagnosa
keperawatan dengan standar NANDA untuk pasien baru /
opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu

26
Ners URINDO

Program Studi Profesi

(satu bulan). Hasil survey masalah didokumentasikan dalam


format:
Contoh Survei Masalah Keperawatan
Ruangan
: ..
Periode
: ..
Jumlah Pasien Masuk : ..
No
Masalah Keperawatan
Jumlah
1
2
3
4
5

Presentase

c) Survey kepuasan
Survei kepuasaan yang akan dilakukan diruangan MPKP
adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga
kesehatan yang lain. Dalam MPKP, survei kepuasan pasien
dilakukan

setiap

pasien

pulang.

Setiap

pasien

menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan


pulang, suatu angket diberikan kepada pasien dan keluarga
untuk diisi. Survei kepuasan dilakukan setiap 6 bulan sekali
(Keliat, 2009).
II.

Compensatory Reward (Kompensasi dan Penghargaan)


a. Proses Perekrutan Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Perekrutan diruang MPKP berfokus pada perekrutan perawat yang
ada di Rumah Sakit bukan mencari tenaga perawat baru dari luar
Rumah Sakit. Sebelum mendapatkan proses perekrutan jumlah
perawat yang dibutuhkan harus ditetapkan. Jenis tenaga perawat
terdiri dari kepala ruangan (karu), perawat primer sebagai ketua
tim, dan perawat pelaksana.
Kriteria perawat yang akan bekerja diruangan MPKP adalah
sebagai berikut :
1) Kepala ruangan
a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika belum ada
diperbolehkan D3 keperawatan pada MPKP pemula.
b) Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun, dan
bekerja pada area keperawatan minimal 2 tahun.
27

Ners URINDO

Program Studi Profesi

c) Sehat jasmani dan rohani.


d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat)
Asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan / audit keperawatan
Komunikasi keperawatan
Manajemen keperawatan
Bimbingan klinik (untuk RS pendidikan)
2) Perawat primer / ketua tim
a) Pendidikan minimal S1 keperawatan (perawat primer), jika
belum ada D3 keperawatan diperbolehkan pada MPKP
pemula.
b) Pengalaman kerja diarea keperawatan untuk D3 keperawatan
minimal 3 tahun dan S1 magang 3 bulan
c) Sehat jasmani dan rohani
d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat) :Asuhan keperawatan,
Standar asuhan keperawatan / audit keperawatan, komunikasi
keperawatan, manajemen keperawatan
e) Lulus tes tulis
f) Lulus tes wawancara
3) Perawat pelaksana
a) Pendidikan minimal D3 keperawatan
b) Pengalaman kerja dibagian kesehatan minimal 1 tahun
c) Sehat jasmani dan rohani
d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat): asuhan keperawatan
e) Lulus tes tertulis
f) Lulus tes wawancara
b. Proses Seleksi Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Tenaga perawat yang akan bekerja diruang MPKP dituntut
untuk mengikuti proses seleksi. Berikut adalah proses seleksi :
1) Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokument untuk
menetapkan perawat yang memenuhi syarat menjadi kepala
ruangan, perawat primer / ketua tim, dan perawat pelaksana.
2) Semua perawat yang memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes
tulis. Hasil tes tulis menetapkan perawat pelaksana yang
memenuhi kriteria dan calon ketua tim dan kepala ruangan.
3) Perawat yang mengikuti tes tulis mengikuti tes wawancara
4) Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti perawat
yang memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala
ruangan dan ketua tim.
c. Proses Orientasi Tenaga Perawat di Ruang MPKP
28
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Setiap perawat yang akan bekerja diruang MPKP harus


melalui masa orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum
seseorang bekerja pada unit kerja tertentu. Orientasi berupa
pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi
umum mengenai rumah sakit (visi, misi, program jangka panjang
dan pendek, program mutu dan kebijakan serta peraturan).
Kegiatan

orientasi

menggunakan

metode

klasikal,

praktek

lapangan, dan praktek kerja (implementasi). Metode klasikal


berlangsung selama 3 hari, praktek lapangan berlangsung selama 3
hari yang diakhiri dengan presentasi hasil praktik. Praktik kerja
dilakukan selama 6 bulan. Kepala bidang keperawatan, dan
konsultan membimbing dan mengawasi implementasi konsep
MPKP.
Kegiatan orientasi dilanjutkan pada seluruh perawat baru
yang akan bekerja di ruang MPKP. Karu dan katim membuat
rencana orientasi dengan menggunakan metode on the job training
untuk semua kegiatan MPKP.
Kegiatan MPKP akan diorientasikan pada saat orientasi
dilakukan.
1) Kepala ruangan: (23 kegiatan)
a) Pendekatan manajemen (17 kegiatan)
Perencanaan (4 kegiatan)
Pengorganisasian (3 kegiatan)
Pengarahan (6 kegiatan)
Pengendalian (4 kegiatan)
b) Kompensasi dan penghargaan (2 kegiatan)
c) Hubungan professional (4 kegiatan)
d) Asuhan keperawatan
2) Ketua tim (11 kegiatan)
a) Pendekatan manajemen (8 kegiatan)
Perencanaan (1 kegiatan)
Pengorganisasia (2 kegiatan)
Pengarahan (5 kegiatan)
b) Kompensasi dan penghargaan (1 kegiatan)
c) Hubungan professional (2 kegiatan)
d) Asuhan keperawatan
3) Perawat pelaksana (1 kegiatan)
29
Ners URINDO

Program Studi Profesi

a) Pendekatan manajemen (1 kegiatan)


b) Asuhan keperawatan
Selama masa orientasi dilakukan, evaluasi atau penilaian
terhdap kerja perawat dalam melaksanakan budaya kerja
MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah menjalani masa
orientasi, dilakukan penetuan apakah perawat tersebut
diterima atau tidak diruangan MPKP. Penentuan dilakukan
oleh pimpinan keperawatan dan kosultan sesuai dnegan
pencapaian kemampuan.
c) Penilaian kerja
Penialain atau evaluasi kinerja di ruang MPKP ditujukan
kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan
supervise baik secara langsung (observasi) maupun tidka
langsung (melalui dokumentasi)
d) Pengembangan tenaga perawat
Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses
yang berhubungan demgan manajemen SDM. Tujuan
pengembangan tenaga perawat adalah membantu masingmasing perawat mencapia kinerja sesuai dengan posisinya
dan

sebagai

kemampuan

pengakuan
professional

memaksimalkan

atau
tenaga

pencapain

penghargaan
perawat

jejaring

terhadap

yang

karier.

akan
Bentuk

pengembangan tenaga perawat di ruang MPKP adalah


pendidikan

keperawatan

berkelanjutkan

dan

program

pengembangan jenjang karier.


III.

Professional Relationship (Hubungan Profesional)


Hubungan profesional relationship dalam pemberian pelayanan
keperawatan merupakan standar hubungan antara pemberi pelayanan
ke;perwatan merupakan standar hubungan antara pemberi pelayanan
keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan kesehatan
keperawatan (pasien) dan keluarga.
Pada pelaksanaannya, hubungan profesional dapat saja terjadi
secara internal, artinya hubungan yang terjadi antara pemberi
pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dan perawat, antara
30

Ners URINDO

Program Studi Profesi

perawat dengan tim kesehatan lain dan seterusnya, sedangkan


hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan yang terjadi
antara pemberi dan penerima layanan kesehatan. Kedua hubungan
tersebut merupakan satu siklus yang tidak terpisahkan dalam
pemberian pelayanan kesehatan
a. Rapat Perawat Ruangan
Rapat tim keperawatan adalah suatu media komunikasi untuk
menyampaikan infomasi permasalahan yang ditemukan pada
pasien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan, informasi/
peraturan/ perkembangan, iptek dan lain-lain. Focus pembicaraan
adalah membahas hasil-hasil kerja keperawatan selama sebulan
mengenai semua aktivitas ruangan MPKP
b. Conference Keperawatan
Case conference (konferensi kasus) adalah diskusi kelompok
tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga. Dilakukan
dua kali perbulan dan kasusnya bergantian antar tim.
c. Rapat Tim Kesehatan
Rapat tim kesehatan adalah media komuniksi antara tim kesehatan
(rapat multidisiplin) untuk membahas manjerial ruang MPKP.
Focus pembicaraan rapat adalah semua hal yang terkait dengan
manajerial
d. Kolaborasi Dengan Dokter
1) Visit dokter
Visit dokter adalah kunjungan dokter keruangan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan ketua tim
bertanggung jawab melakukan kolaborasi serta mendampingi
dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan
informasi tentang pasien
2) Konsultasi via telepon
Konsultasi via telepon adalah tindakan melaporkan kondisi
pasien kepada dokter melalui telepon. Konsultasi vi atelepon
dilakukan jika menuru perawat, kondisi pasien membutuhkan
tindakan kedokteran. Saat konsultasi, dokter memberikan

31
Ners URINDO

Program Studi Profesi

program terapi berupa tindakan yang dilaksanakan oleh


perawat. Oleh karena itu, diperlukan seorang saksi yang ikut
mendengarkan program terapi tersebut atau strategi pasien
safety lainnya.
IV.

Patien Care Delivery


Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara
sistematis

dan

terorganisasi.

Manajemen

asuhan

keperawatan

merupakan pengaturan sumber daya alam dalam menjalankan


kegiatan

keperawatan

dengan

menggunakan

metode

proses

keperawatan untuk memeenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan


masalah pasien (Keliat, 2009).
Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,
yaitu manajemen SDM (perawat) yang menggunakan sistem
pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem
klasifikasi kebutuhan pasien (proses keperawatan) (Keliat, 2009).
a. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan hal yang penting dalam proses
penyelesaian masalah ini. Menurut Craven dan Hirnle (2000)
dalam Keliat (2009), proses keperawatan merupakan suatu
pedoman untuk memberikan asuhan keperawatan professional, naik
untuk

individu,

kelompok,

keluarga

maupun

komunitas.

Selanjutnya, Craven dan Hirnle (2000) dalam Keliat (2009)


menyatakan bahwa proses keperawatan memiliki enam fase yaitu
pengkajian, diagnosis, rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.
Proses keperawatan itu dibuat format pengkajian dan pedoman
pengisianya. Rencana keperawtaan yang mencakup diagnosis
standar

tujuan

dan

rencana

tindakan

keperawatan

dibuat

berdasarkan diagnosis keperawatan utama. Selain itu dibuat


pedoman implementasi tindakan keperawatan untuk masingmasing diagnosis keperawatan utama setiap melakukan pertemuan
32
Ners URINDO

Program Studi Profesi

dengan pasien. Selanjutnya, format evaluasi dibuat untuk menilai


kemampuan perawat dalam merawat pasien (Keliat, 2009)
Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
A. Petunjuk Pengisian
a. Audit dilakukan oleh Karu
b. Karu mengisi kolom 3 dan 4
c. Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi kode rekam medic pasien
sesuai dengan urutan pulang pada waktu evaluasi. Tiap sub kolom hanya
digunakan untuk satu berkas rekam medic yang dinilai. Rekam medic
yang telah dinilai diberi tanda agar tidak dinilai ulang
d. Pada tiap kolom beri tanda jika ditemukan aspek yang dinilai (nilai 1),
sedangkan jika aspek yang dinilai tidak ditemukan (nilai 0), beri tanda 0
e. Kolom keterangan diisi sesuai jika penilaian dianggap perlu
mencantumkan penjelasan atau jika ada keraguan penilaian.
f. Subtotal diisi dengan hasil penjumlahan jawaban nilai yang ditemukan
pada masing-masing kolom
g. Total nilai adalah hasil penjumlahan subtotal
h. Tiap variable dihitung persentasinya dengan cara:
Total nilai
Persentase =

X 100 %
Jumlah berkas Rekam medik x jumlah aspek yang dinilai
Kode berkas rekam
No
Aspek yang dinilai
Ket
medic pasien
A Pengkajian
1
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
pedoman pengkjian
2
Data dikelompokan (Bio-psiko-sosiospiritual)
3
Data dikaji sejak pasien masuk sampai
pulang
4
Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan dan
norma serta pola fungsi hidup
Subtotal
Total Nilai
Persentase
B Diagnosis
1
Diagnosis keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan
2
Diagnosis keperawatan actual
33

Ners URINDO

Program Studi Profesi

C
1
2
3

4
5

D
1
2
3
4

E
1
2

F
1
2
3
4

dirumuskan
Diagnose keperawatan risiko dirumuskan
Subtotal
Total Nilai
Persentase
Perencanaan
Rencana tindakan berdasarkan diagnosis
keperawatan
Rencana tindakan disusun menurut urutan
prioritas
Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek, perubahan perilaku,
kondisi pasien dan/atau kriteria
Rencana tindakan mengaku pada tujuan
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
Rencana tindakan menggambarkan kerja
sama dengan tim kesehatan lain
Subtotal
Total Nilai
Persentase
Tindakan
Tindakan dilaksanakan mengacu pada
rencana keperawatan
Perawat mengobservasi respons pasien
terhadap tindakan keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi
Semua tindakan yang telah dilaksanakan
dicatat ringkas dan jelas
Subtotal
Total Nilai
Persentase
Evaluasi
Evaluasi mengacu pada tujuan
Hasil evaluasi dicatat
Subtotal
total Nilai
Persentase
Catat Asuhan Keperawatan
Menulis pada format yang baku
Pencatatan dilakukan sesuai dengan
tindakan yang dilakukan
Pencatatan dituli dengan jelas, ringkas,
istilah yang baku dan benar
Setiap melakukan tindakan, perawat

34
Ners URINDO

Program Studi Profesi

mencantumkan paraf/nama jelas, dan


tanggal, waktu dilakukan tindakan
Berkas catatan keperawatan disimpan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Subtotal
Total Nilai
Persentase

B. KOMPONEN-KOMPONEN MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut:
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996)
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal
Memerlukan waktu 1 2 jam / 24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda tanda vital dilakukan setiap shift
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b. Perawatan intermediet
Memerlukan waktu 3 4 jam / 24 jam yang terdiri atas :
7) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
8) Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam
9) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
10) Voley kateter / intake output dicatat
11) Klien terpasang infus
c. Perawatan maksimal / total
Memerlukan 5 6 jam / 24 jam:
12) Semua kebutuhan pasien dibantu
13) Posisi yang diatur, observasi tanda tanda vital setiap 2 jam
14) Makan melalui NGT, menggunakan terapi intravena
15) Pemekaian suction
16) Gelisah / disorientsi
Menurut Douglas (1984) kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien:
Waktu klasifikasi
Minimal
Partial

Pagi
0,17
0,27

Sore
0,14
0,15
35

Ners URINDO

Malam
0,10
0,07
Program Studi Profesi

Total

0,36

0,30

0,20

Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien
minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total, maka jumlah perawat yang
diperlukan untuk jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------Jumlah
= 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang
dibutuhkan untuk dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan actual tenaga keperawatan di ruang
perawatan sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari dan
dalam waktu yang sama.
Misalnya: rata-rata perawat yang diperlukan di ruangan bedah menurut
perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang
diperlukan pada ruangan tersebut adalah
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 1 orang
d. Kepala ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
2. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien.
Terdapat tiga pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional,penugasan tim, penugasan
primer
a. Penugasan keperawatan fungsional
Sistem penugasan ini berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian
obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan,
observasi TTV dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan melalui
tingkat kemampuan masing masing perawat pelaksana. Oleh karena
itu kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan

36
Ners URINDO

Program Studi Profesi

tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang bertanggng


jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan
keperawatan pada seorang pasien.
1) Keuntungan:
Menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan /
kurang tenaga keperawatan profesional
Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan
langsung dan selalu berulang ulang dikerjakan.
2) Kerugian :
Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat
Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab
Hubungan perawat pasien sulit terbentuk
Pelayanan tidak profesional
Pekerjaan monoton
b. Penugasan keperawatan tim
Merupakan suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian
asuhan keperawatan, dimana kepala ruangan membagi perawat
pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh
seorang perawat profesional/berpengalaman. Metode ini digunakan
apabila perawat pelasana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan
dan kemampuanya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien. Ketuan tim
melakukan pengkajian danmenyusun rencana keperawatan pada setiap
pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah
dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok,
maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan
anggota timnya (konferensi tim) guna membahsa kejadian-kejadian
yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
1) Keuntungan
Melibatkan semua anggota timdalam asuhan keperawatan pasien

37
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat


dipertanggung jawabkan
Membutuhkan biaya lebih sedikit / murah, dibanding setiap
penugasan lain
Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan
profesional
2) Kerugian
Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan
Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan /
konferensi, karena anggotanya terbagi bagi dalam shift
Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim
c. Penugasan keperawatan primer
Keperawatan primer suatu metoda pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawtan pasien selama 24 jam / hari. Tanggung
jawab meliputi pengkajian pasien,perencanaan, implementasi dan
evaluasi asuhan keperawtan dari sejak pasien masuk RS hingga pasien
dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhankeperawtan yang komprehensif, Diana asuhan
keperawatan berorientasi pada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawtan pasien
dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat asosiat yang
akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam
tindakan keperawatan
1) Keuntungan
Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab

dan tanggung gugat meningkat.


Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan
Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien
Terciptanya kolaborasi yang baik
Membebaskan perawat dari tugas tugas yang bersifat

perbantuan
Metoda ini mendukung pelayanan profesional
Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer
2) Kerugian

38
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana


harus perawat profesional
Biaya yang diperlukan banyak
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan
keputusan adalah:
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaian masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkahlangkah proses keperawatan yaitu :
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalahmasalah keperawatan
c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. Implementasi rencana
e. Evaluasi hasil tindakan
4. Dokumentasi Keperawatan
Merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan,
karena melalui pendokumenmtasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping

itu

dokumentasi

merupakan

dokumen

legaltergantung

pemberian asuhan keperawatan. Secra lebih spsifik dokumentasi berfungsi


sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian
asuhan keperwatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan
pasien.

39
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah


sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5
komponen yaitu :
a. Nilai-nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga,

menjadi

partner

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai


otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggung jawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. Hal ini
berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai nilai profesional.
Nilai nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan
yaitu :
1) Hubungan perawat klien
2) Hubungan perawat dan praktik
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar profesional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk, sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional
lain khusunya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawtan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang rencana
perawatan ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan
klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan
klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

40
Ners URINDO

Program Studi Profesi

e. Sistem kompensasi dan penghargaan


PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan
bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan
berdasarkan prosedur.

41
Ners URINDO

Program Studi Profesi

Anda mungkin juga menyukai