REFLEKSI KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
:
:
:
:
Sdr. GV
19 tahun
Laki-laki
Asrama Akademi TNI
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada atas alis mata kanan.
B.
C.
Riwayat Pengobatan
mampet bergantian sejak kelas SMP, keluhan nyeri dahi seperti tertekan
pada pagi hari terakhir diakui kurang lebih 6 bulan yang lalu, setelah
berobat ke praktek dokter umum keluhan hilang. Pasien mengaku diberi
obat minum, pasien tidak ingat nama obatnya.
Riwayat trauma pada wajah : disangkal
Riwayat sakit gigi
: disangkal
Riwayat alergi
: (+) pasien
mengaku
sejak
kecil
mempunyai alergi yaitu sering bersin-bersin pada pagi hari dan saat
terkena debu
Riwayat penyakit sistemik
E.
: disangkal
F.
STATUS GENERALIS
B.
Kondisi umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Status gizi
: baik
: mesocephale
Wajah
o
o
o
o
Simetris
Pipi : Tidak bengkak
Allergic shiner : ada
Allergic crease : ada
Leher
Pre auricular
Retro auricular
Mastoid
CAE
Dexter
Sinister
Bentuk normal
Bentuk normal
Bengkak (-)
Bengkak (-)
Fistula (-)
Fistula (-)
Bengkak (-)
Bengkak (-)
Bengkak (-)
Bengkak (-)
Serumen (-)
Serumen (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Membran
timpani
Intak
Intak
Putih mengkilat
Putih mengkilat
Pemeriksaan Hidung
Dexter
Sinister
Normal
Normal
Deformitas atau
septum deviasi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Normal
Normal
Normal
Sekret
+ (mukoid)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Pucat (-)
Pucat (+)
Benda asing
Perdarahan
Hipertrofi (+)
Hipertrofi (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (+)
Hipertrofi (+)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Mukosa
Deviasi (-)
Pemeriksaan Sinus
Inspeksi
Palpasi
Transiluminasi
Pemeriksaan Tenggorokan
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna
Kripte
Detritus
Faring
hari.
Post nasal drip (+)
Obstruksi nasal
Sering bersin
Rinore warna putih kental
Sefalgia
Malaise
Riwayat alergi (+)
Riwayat keluarga alergi (+)
Riwayat keluhan hidung mampet bergantian yang sejak kelas 2 SMP
Riwayat keluhan nyeri supraorbita yang sama dirasakan 6 bulan yang
lalu.
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini pasien seorang laki-laki berusia 19 tahun datang dengan
keluhan nyeri pada daerah atas alis mata kanan dirasakan sejak 2 hari yang lalu,
seperti tertekan-tekan terutama pada pagi hari, jika siang nyeri berkurang. Setiap
keluhan timbul, dirasakan ada seperti lendir yang mengalir ke hidung kanan dan
berwarna bening. Pasien mengaku seperti menelan lendir atau adanya lendir yang
jatuh ke tenggorokan yang dirasakan terutama saat berbaring. Pasien juga
mengaku sudah sejak lama hidungnya sering tersumbat bergantian kanan dan kiri.
Pasien mengaku sering bersin-bersin pada pagi hari dan saat sedang
membersihkan kamar. Pasien juga mengeluhkan keluar ingus berwarna bening
dan terkadang berwarna putih kental. Selain itu pasien juga merasakan kepala
terasa berat. Pasien juga mengatakan badannya seperti meriang, lesu, dan mudah
mengantuk.
Pasien mengaku memiliki riwayat alergi yang dicetuskan oleh debu dan
diperburuk dengan suhu dingin yang termasuk dalam rhinitis alergi. Pasien
mengaku tidak pernah menggunakan masker saat membersihkan kamar. Ibu
pasien alergi seafood. Hal tersebut merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya sinusitis.
Dari pemeriksaan kepala dan leher dapat dilihat adanya tanda alergi berupa
allergic shiner dan allergic crease. Pada pemeriksaan hidung ditemukan hidung
luar yang terlihat normal, terdapat nyeri tekan dan ketuk sinus. Pada pemeriksaan
rhinoskopi anterior diperoleh hasil yakni terdapat sekret yang mukoid, hipertrofi
konka, konka hiperemis dan mukosa pucat. Hal tersebut mengarah ke diagnosis
rhinosinusitis.
Dari anamnesis diperoleh 3 gejala mayor dan 2 gejala minor sinusitis yang
dikeluhkan oleh pasien. Gejala mayor terdiri dari nyeri pada wajah, post nasal
drip, obstruksi nasal, sedangkan gejala minornya berupa sakit kepala, dan malaise
(lesu dan mudah mengantuk). Hal tersebut sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis sinusitis. Dan diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan hidung
dan pemeriksaan rhinoskopi anterior. Pada pemeriksaan palpasi sinus didapatkan
pada Sinus Frontalis didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketuk supraorbita. Telah
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi dengan hasil terdapat
bayangan yang suram pada sinus frontalis. Namun untuk lebih meyakinkan lokasi
sinusitis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa X-ray kepala posisi PA,
Waters dan Lateral serta sinuskopi. Dari pemeriksaan transiluminasi tersebut
dapat ditegakkan diagnosis suspek rhinosinusitis frontalis dextra.
Berdasarkan waktu terjadinya, pasien mengaku kelainan tersebut telah
dirasakan selama 2 hari. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama dirasakan
terakhir kali 6 bulan yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik juga menunjang
diagnosis kronik yaitu mukosa hidung yang pucat, sekret yang mukoid dan konka
yang hipertrofi dan hiperemis. Hal tersebut menunjukkan penyakit kronik yang
muncul secara akut atau disebut dengan kronik eksaserbasi akut. Sehingga
diagnosis sementara yang dapat ditegakkan ialah rhinosinusiti frontalis kronik
eksaserbasi akut.
Hasil pemeriksaan rontgen kepala posisi lateral dan waters : Suspek sinusitis
maksilaris minimal, sinusitis frontalis dekstra, deviasi septum nasi, opasitas
cavum nasi sinistra DD tanda rhinitis
Terapi yang diberikan berupa terapi konservatif (irigasi sinus), terapi
medikamentosa (antibiotik oral, dekongestan + anti histamin oral, kortikosteroid
oral & topikal, analgetik) dan terapi pembedahan yakni FESS atau pembedahan
metode Caldwell-Luc, serta imunoterapi.
REFLEKSI KASUS RHINOSINUSITIS
Mekanisme kasus
Adanya faktor predisposisi reaksi inflamasi mukosa hidung
Edema organ-organ yang membentuk kompleks osteomeatal
Mukosa yang berhadapan saling bertemu
Silia tidak dapat bergerak
Ostium sinus tersumbat
Tekanan negatif di dalam rongga sinus
rinosinusitis
Transudasi awalnya serous
non-bakterial
Kondisi menetap
rinosinusitis akut
bakterial
Inflamasi berlanjut
Hipoksia jaringan
Bakteri anaerob berkembang
Mukosa semakin membengkak
Perubahan mukosa kronik
Hipertrofi polipoid/pembentukan polip dan kista
10
Terapi antibiotik