Disusun oleh :
Langgeng Perdhana
012106205
Pembimbing Akademik :
dr. H. Irawan Sanjoto Putro, Sp.OG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Langgeng Perdhana
NIM
: 012106205
Universitas
Bagian
: Obstetri Ginekologi
RS
Periode
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Langgeng Perdhana
Department of Microbiology, Kathmandu University School of Medical Sciences, Kavre, P.O.Box11008, Nepal
Department of Obstetrics and Gynecology, Kathmandu University School of Medical Sciences,
Kavre, Nepal
Department of Microbiology, Dhulikhel Hospital-Kathmandu University Hospital, Kavre, Nepal
Department of Community Medicine, Kathmandu University School of Medical Sciences, Kavre,
Nepal
Department of Community Programs, Dhulikhel Hospital- Kathmandu University Hospital, Kavre,
Nepal
Department of Biochemistry, Kathmandu University School of Medical Sciences, Kavre, Nepal
Abstrak : Pengaruh infeksi TORCH terhadap kejadian abortus spontan masih menjadi perdebatan
oleh karena hasil penelitiannya menjadi pederbatan dimana variasi keadaan geografis yang mungkin
berperan besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi TORCH pada
wanita yang dideteksi melalui pemeriksaan serologis dengan kejadian abortus spontan. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan desain case control yang dilaksanakan dari Januari hingga Desember
2012. Pemeriksaan serologis dilakukan untuk menentukan adanya immunoglobulin spesifik G (IgG)
dan antibodi immunoglobulin M dari Toxoplasma gondii, Rubella, Citomegalovirus (CMV) dan
Herpes Simpleks Virus (HSV) menggunakan metode diagnostik menggunakan teknik EnzymeLinked Immunosorbent Assay (ELISA). Rata-rata umur kelompok penelitian dan kelompok kontrol
yakni 24,8 6,4 tahun dan 23,8 3,8 tahun. Dimana 72,8% dari kelompok penelitian berumur antara
20 sampai 35 tahun dan 23% wanita dengan abortus spontan berumur di bawah 20 tahun. Kasus yang
paling banyak adalah abortus inkomplet (43%) diikuti dengan abortus komplet (26%). Hanya 1,3%
dari keseluruhan IgG dan IgM yang hasil seropositif terhadap agen TORCH yang tercatat pada
subjek penelitian ini dimana kadar IgG seropositif terbanyak terdeteksi pada Rubella (86,8%) diikuti
dengan HSV-I (72,8%). Rasio kemungkinan infeksi pada Toxoplasma gondii sebesar 77,9%, Rubella
sebesar 11,7%, CMV sebesar 51,9%, HSV-I sebesar 36,4% dan HSV-II sebesar 84,4%. Tidak
terdapat perbedaan signifikan antara hubungan umur dan tipe abortus yang serumnya didapatkan
positif antara kelompok studi dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini, kemungkinan pertama dari
Nepal, menyatakan bahwa adanya infeksi terkini dari agen TORCH mungkin tidak merupakan
penyebab yang memungkinkan terjadinya abortus spontan. Hasil skrining seroposiitifitas TORCH
mungkin tidak bisa disimpulkan.
Kata kunci : Skrining, agen TORCH, Abortus Spontan, Imunoglobulin, Seropositivitas
1. INTRODUKSI
Infeksi
maternal
yang
dapat
ditransmisikan secara transplacenta pada
berbagai tahapan kehamilan dapat
disebabkan oleh berbagai organisme, yang
termasuk
dalam
TORCH,
yakni
Toxoplasma gondii, virus Rubella,
Citomegalovirus (CMV), Herpes Simpleks
Virus I (HSV-I), Herpes Simpleks Virus II (HSV-II) yang menempati urutan
pertama. 1,2 Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa adanya infeksi dari
TORCH disertai dengan pengeluaran janin
yang tidak diinginkan seperti abortus
multiple, sterilitas, intra uterine fetal death,
still birth, malformasi kongenital, dan
kegagalan reproduktif lainnya.3,5 Meskipun
demikian, penyebab dari pengeluaran janin
yang tidak diinginkan tersebut dapat pula
disebabkan dari genetic, hormonal, respon
imun maternal yang abnormal, atau infeksi
maternal. Kemungkinan pengaruh dari
infeksi TORCH tidak dapat disimpulkan,
hanya sebagian dari penyebab abortus
spontan.6-8
Abortus spontan yakni adanya
terminasi kehamilan tanpa adanya
intervensi dari luar pada usia kehamilan
di bawah 20 minggu, mengenai pada 20%
kehamilan dan dibagi menjadi threatened
abortion, inevitable abortion, incomplete
abortion, missed abortion, septic abortion,
complete
abortion,
dan
recurrent
9
spontaneous abortion. Bukti terkini yang
menjelaskan tentang penyebab abortus
masih belum jelas.10 Terlebih lagi, melalui
beberapa resiko tinggi mengindikasikan
sebagai penyebab dari abortus spontan,
namun sepertinya pada kelompok yang
berbeda ras dan berbeda kelompok
masyarakat memiliki penyebab yang
berbeda pula dan aturan mengenai
evaluasi
diagnostic
pada
abortus
11
spontan. Berdasarkan program evaluasi
HSV-I,
HSV-II
IgM
dan
IgG
menggunakan alat ELISA komersial yang
bersertifikasi International Organisation
for Standardization (ISO) dan terdaftar di
Food and Drug Administration (FDA)
(Diagnostic
Automation/
Cortez
Diagnostics, Inc. 23961 Craftsman Road,
CA 91302, USA).). Hasilnya dikalkulasi
menggunakan ELISA reader (Lab Life,
2007, RFCL, India) berdasarkan petunjuk
manufaktur dan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Rubella IgG dan IgM
diperiksa menggunakan tekhnik Sandwich
ELISA dimana yang lainnya dilakukan
menggunakan tekhnik ELISA indirect.
Hasilnya diintepretasikan sebagai positif,
equivocal
dan
negative
dengan
menentukan
kadar
indeks
immunoglobulin. Indeks IgG atau IgM
yakni <0,9 , 0,9-0,99 , dan >1,0
diintepretasikan sebagai hasil negative,
equivocal dan positif.
2.4.
Analisis Data
Data dimasukkan ke dalam
Microsoft
Excel
dan
dianalisis
menggunakan SPSS versi 16 (SPSS Inc;
Chicago,
IL,
USA).
Hasilnya
diintepretasikan berdasarkan frekuensi
distribusi dan persentase. Dilakukan tes
Chi Square untuk menentukan adanya
hubungan
antar
data
kategorik.
Signifikansi secara statistik diatur sebagai
p<0,05.
2.5.
Persetujuan Etik
Seluruh subjek penelitian telah
dimintakan
persetujuan
mengenai
dilakukannya
penelitian
ini
dan
persetujuan secara verbal telah didapatkan
dari seluruh subjek penelitian. Data
didapatkan menggunakan nomor registrasi
rumah sakit dan nama pasien. Ethical
clearance didapatkan dari Intitutional
Rview Committee DH-KUH.
3. Hasil
Pada periode tahun pertama,
terdapat 151 kasus abortus spontan di DHKUH yang dilakukan skrining TORCH.
Seropositifitas pada
kelompok penelitian (N =
151)
IgG
IgG
Total %
&
positifita
IgM
s
IgG
&
IgM
Total %
positifita
s
P
valu
e
Toxoplasma
32
0
21,2
17
gondii
Rubella
131
2
86,8
68
Citomegaloviru
97
1
64,2
37
s
Herpes
110
NT
72,8
49
Simpleks
Virus - I
Herpes
10
1
6,6
12
Simpleks
Virus II
NT = Not Tested, * = Terdapat perbedaan yang signifikan
22,1
0,80
0
0
88,3
48,1
0,80
0,20
NT
63,6
0,17
15,6
0,30
Usia (tahun)
Toxoplasma
gondii
<20
20-35
>35
<20
20-35
>35
<20
20-35
>35
<20
20-35
>35
<20
20-35
>35
Rubella
Citomegaloviru
s
Herpes
Simpleks
Virus I
Herpes
Simpleks
Virus II
Kelompok
Penelitian
yang
Dilakukan
Tes Serum
35
110
6
35
110
6
35
110
6
35
110
6
35
110
6
Serum
Positif
(%)
5 (14,3)
27 (24,5)
0 (0,0)
33 (94,3)
94 (87,5)
4 (66,7)
22 (62,9)
71 (64,5)
4 (66,7)
24 (68,6)
82 (74,5)
4 (66,7)
4 (11,4)
4 (3,6)
2 (33,3)
Kelompok
Kontrol
yang
Dilakukan
Tes Serum
16
60
1
16
60
1
16
60
1
16
60
1
16
60
1
Serum
Positif
(%)
6 (37,5)
11 (18,3)
0 (0,0)
14 (87,5)
54 (90,0)
0 (0,0)
11 (68,8)
25 (41,7)
0 (0,0)
11 (68,8)
38 (63,3)
0 (0,0)
6 (37,5)
6 (10,0)
0 (0,0)
Toxoplasma
gondii
Abortus
complete
(n = 39)
Positive
%
sera
8
20,5
Abortus
incomplete
(n = 65)
Positive
%
sera
16
24,6
Missed
abortion
(n = 29)
Positive
%
sera
6
20,6
Threatened
abortion
(n = 18)
Positive
%
sera
2
11,1
Rubella
Citomegaloviru
s
Herpes
Simpleks
Virus I
Herpes
Simpleks
Virus - II
4.
37
29
94,8
74,3
51
36
78,4
55,3
26
19
89,6
65,5
17
13
94,4
72,2
31
79,4
46
70,6
23
79,3
10
55,5
12,8
6,1
3,4
0,0
Diskusi
7. Referensi
[1] J.D. Pizzo, Congenital infections
(TORCH), Pediatrics in Review 2011,
vol. 32(12), pp. 537-542.
[2] V. Kumar,A.K. Abbas, N. Fausto, J.
Aster, Robbins & Cotran, Pathologic
Basis of Disease, Elsevier, 8th ed., 2009.
[3] Y. Maruyama, H. Sameshima, M.
Kamitomo, et al., Fetal manifestations
and poor outcomes of congenital
cytomegalovirus infections: possible
candidates for intrauterine antiviral
treatments, J Obstet Gynecol, vol. 33,
pp. 619-623, 2007.
[4] Z. Li, C. Yan, P. Liu, R. Yan, Z. Feng,
The prevalence of the serum anti-bodies
to TORCH among women before
pregnancy or in the early period of
pregnancy in Beijing, International
Journal of Clinical Chemistry and
Diagnostic Laboratory Medicine, vol.
403, pp. 212-215, 2009.
[5] D. Turbadkar, M Mathur, M. Rele.
Seroprevalence of torch infection in bad
obstetric history, Indian Journal of
Medical Microbiology, vol.21, pp. 108110, 2003.
[6]
M.E.
Paul,
Disorders
of
reproduction, Primary Care, vol. 21, pp.
367-386, 1994.
[7] P.R. Summers, Microbiology
relevant to recurrent miscarriage, Indian
Journal of Medical Residents, vol. 100,
pp. 19-22, 1994.