Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi virus Dengue merupakan suatu penyakit yang dapat menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis adanya panas tinggi
mendadak tanpa disertai kebocoran plasma dan perdarahan yang bertendensi
menimbulkan DHF bahkan DSS, (Rejeki dkk., 1999) Infeksi virus Dengue sampai
saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang
cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas penyebarannya
(Hendarwanto, 1997). Hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti di
seluruh pelosok tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan air laut (Rejeki, 1999)
Infeksi virus Dengue pertama kali dilaporkan di Surabaya tahun 1968 (Subdit
Arbovirus, 1999). Dalam waktu relatif singkat dilaporkan dari berbagai daerah di
Indonesia, sehingga sampai tahun 1984 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit
penyakit ini. (Soemarmo, 2000).Infeksi virus Dengue di wilayah Semarang
merupakan penyakit endemis(Hadinegoro, 2001). Menurut catatan Subdit Arbovirus,
Ditjen pemberantasan penyakit menular didapatkan angka kejadian Infeksi virus
Dengue sekitar 2816 orang dalam kurun waktu 1 tahun yaitu 1 januari 1999 sampai
31 desember 1999 (Subdit Arbovirus, 1999). Di wilayah Bangetayu sendiri kasus
DBD pada tahun 2014 sebanyak 56/ 100.000 penduduk dimana angka kesakitan
paling tinggi berada di bangetayu kulon dan case fatality rate paling tinggi berada di
Karangroto (Laporan DBD Bangetayu, 2015)

Keberhasilan dalam upaya penanganan kasus infeksi virus Dengue ini


terutama ditentukan oleh kecermatan dalam mendiagnosa secara dini serta
penatalaksanaannya dan perawatan termasuk observasi tekanan darah, denyut nadi
serta pemberian cairan untuk mencegah hingga mengatasi syok (Rejeki dkk, 1999)
Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta
masyarakat yang terus-menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara
3 M yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penyimpanan air dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (Rejeki dkk, 1999). Penulis
tertarik untuk lebih mendalami Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam
Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi
Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan
Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi Dengue
Dengan Pendekatan HL Blum?

1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis Holistik Dan Terapi
Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Lakilaki 22tahun Dengan Infeksi Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Untuk memperoleh

informasi

mengenai

faktor

perilaku

yang

mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.


b) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.
c) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.
d) Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Infeksi dengue.
1.4 MANFAAT
1.4.1. Bagi Masyarakat
a)
Masyarakat mengetahui mengenai infeksi dengue
b)
Masyarakat mengetahui tentang kesehatan

lingkungan

yang

berpengaruh dengan terjadinya infeksi dengue


1.4.2. Bagi Mahasiswa
a)
Mahasiswa melakukan diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif
Dalam Layanan Kedokteran Keluarga

BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku, lingkungan
dan pelayanan kesehatan. Aspek Perilaku dan lingkungan dilakukan diamati dengan
melakukan kunjungan rumah pasien di Karaangtoto 002/ 004 wilayah kerja
Puskesmas Bangetayu Semarang.
Waktu pengamatan:
1) Jumat, 23 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB
2) Senin, 26 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB
3) Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB
2.2 HASIL PENGAMATAN
2.2.1 Anamnesis Holistik
2.2.1.1 Aspek 1 Personal
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn Enggar

Usia

: 22 th

Jenis kelamin

: laki-laki

Pekerjaan

: karyawan RM Holiday Pandanaran

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Karangroto 2/ 3 Semarang

Keluhan utama

: panas mendadak

Harapan

: pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala

Kekhawatiran

: panas terus menerus, tidak bisa bekerja


kembali, pasien meninggal

2.2.1.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
6 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas tinggi mendadak,
terus menerus, tanpa sebab, menggigil (-),batuk (-), nyeri perut (+),
mual (+), muntah (-), mencret (-) bintik merah seperti digigit nyamuk
(-), riwayat pergi keluar kota(1 minggu terakhir) disangkal, berak
seperti petis (-), muntah darah (-), berak tak ada kelainan, kencing tak
ada kelainan, warna kuning jernih. Pasien dibawa ke klinik As Syifa
mendapatkan pengobatan jalan obat penurun panas, dan 2 obat lainnya
yang menurut keterangan pasien, pasien lupa.
Tetangga maupun teman penderita tidak ada yang sakit seperti ini.
3 hari sebelum masuk RS pasien hanya mampu bekerja setengah hari
dan keadaan pasien tidak kunjung membaik, keluarga membawa
pasien ke puskesmas.
Penderita dibawa ke puskesmas, tes torniquet (+), kemudian dirujuk
ke RSISA.Di RSISA penderita disarankan mondok dan diberi

parasetamol.

Riwayat Penyakit Dahulu


-

Penderita baru pertama kali sakit seperti ini


Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
tidak mempunyai sakit kelainan darah, jantung, alergi, dan lain

sebagainya.
Riwayat Penyakit Keluarga
-

Keluhan serupa (-)

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya. Ayah
bekerja serabutan penghasilan Rp 400.000/ bulan.Ibu tidak bekerja,
menanggung 2 orang anak yang sudah mandiri.Kakak laki-laki
bekerja sebagai karyawan swasta dengan pernghasilan Rp 65.000/
hari.Sedangkan pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan
penghasilan Rp 1.950.000/ bulan.Tidak ada sumber penghasilan selain
yang sudah disebutkan.
Kesan : Tingkat sosial ekonomi cukup/ marginal.
2.2.1.3 Aspek 3 Kondisi Internal
Perilaku Kesehatan Pasien
Pengetahuan pasien kurang mengenai infeksi dengue, pasien
berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang, pasien tidak pernah
ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Pasien juga memiliki

pengetahuan yang kurang dalam penerapan PHBS. Pasien mandi


minimal 2x dalam sehari. Menggunakan repellan dan menyalakan obat
nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.
2.2.1.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal
Perilaku kesehatan orang tua pasien
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi dengue,
pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang, keluarga
tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari. Menggunakan repellan
dan menyalakan obat nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.
Mengganti setiap hari ember penampungan air.
Pelayanan Kesehatan
Keluarga pasien tinggal di Karangroto 002/ 003 cakupan
Puskesmas Bangetayu. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien
dengan puskesmas tidak jauh sehingga sangat mudah dicapai dengan
akses transportasi apapun. Keluarga pasien selalu memeriksakan diri ke
puskesmas saat merasa mengalami keluhan
2.2.1.5 Derajat fungsional
Derajat fungsional
2.2.1.6 Anamnesis Keluarga

: 2 (dua)

ANAMNESIS KELUARGA
Genogram

keterangangabar:
:

Laki-laki

Perepuan

Pasien

Bentuk dan struktur keluarga


Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara tinggal dari
kecil dengan ayah, ibu, dan kakak lak-lakinya yang belum menikah.
Fase kehidupan keluarga
Ayah dan ibu pasien menikah saat usia 18tahun, anak pertama
laki-laki lahir tahun 1990, anak kedua laki-laki lahir tahun 1993.
Kedua anaknya sudah bekerja dan berpenghasilan, juga membantu
ekonomi keluarga
Identifikasi fungsi keluarga
Menu makanan dirumah selalu diusahakan makan sayur dan lauk

pauk
Sumber penghasilan dari ayah yang bekerja sebagai serabutan
dengan upah Rp400.000/ bulan, dari kakak pasien Rp 65.000/

hari, dan dari pasien Rp1.950.000/ bulan.


Keluarga tidak mengatur penghasilan dan kebutuhannya
Risiko-risiko internal keluarga
Keluarga pasien terdiri dari seorang ayah, ibu dan dua orang
anak, aspek kebiasaan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi

penyakit yang dialaminya saat ini.


Risiko-risiko eksternal keluarga
Perilaku kesehatan lingkungan

Pengetahuan lingkungan rumah tinggal pasien kurang


mengenai infeksi dengue, berkebiasaan menggantung baju di
ruang belakang, jarang ikut kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan. Tidak teratur menguras bak mandi.

Keadaan Lingkungan

Pasien tinggal di limgkungan Karangroto, rumah sekitar


15meter dari gang. Luas rumah lebih kurang 6x3m2 .Batas kanan, kiri,
adalah dinding yang langsung berbatasan dengan rumah tetangga.
Batas belakang merupakan dinding yang tidak berhubungan langsung
dengan halaman belakang (tidak ada pintu maupun jendela). Halaman
rumah pasien terdapat dedauanan yang digenangi air hujan dan
terdapat sisa semen di halaman rumah tetangga yang digenangi air.
Ruang tamu dan ruang keluarga tidak dibatasi oleh bilik dan di ruang
keluarga terdapat gantungan sarang burung dan dipakai sebagai garasi
motor.

Bagian belakang rumah adalah dapur, kamar mandi, dan

tempat mencuci, tidak ada ventilasi maupun genting kaca di bagian


belakang, dan kamar mandi- dapur hanya dibatasi kelambu. Di bagian
belakang rumah terdapat tempat penampungan air yang diganti airnya
setiap hari. Di bagian belakang juga terdapat pakaian-pakaian yang
menggantung. Terdapat dua kamar tidur di dalam rumah yang
ditempati masing-masing 2 orang, hanya diisi bed tempat tidur dan

10

dibataso kelambu. Ventilasi udara bangunan rumah hanya berasal dari


pintu depan dan pintu samping rumah. Penerangan berasal dari lampu
listrik tanpa adanya akses untuk mendapatkan cahaya matahar
sepanjang waktu dari hingga sore hari. Sumber air bersih untuk air
minum didapatkan dari PAM sedangkan untuk kebutuhan lainnya
seperti mandi dan mencuci didapatkan dari sumur bor. Untuk
keperluan minum, biasanya air PAM dimasak lebih dulu sampai
mendidih. Penilaian air minum secara fisik: kualitas air jernih, tidak
berwarna, tidak berbau.
Septik tank terletak 5 m dari sumur bor yang digunakan
sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari selain memasak.
Pasien membuat wadah pembuangan sampah yang terbuat dari ember
bekas berukuran besar dan diletakkan di tepi gang depan rumahnya
yang berjarak 5 m dan

7 m dari sumur. Sampah tersebut

dikumpulkan setiap hari oleh petugas sampah. Jika petugas sampah


tidak datang, nenek pasien membuang sampah di tempat pembuangan
sampah yang ada di dekat pasar.
Denah Rumah Keluarga Pasien
Keterangan :
3

1. Kamar tidur
2. Kamar mandi
3. Dapur

11

Pelayanan Kesehatan
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam
wilayah cakupan Puskesmas Bangetayu. Akses terhadap puskesmas
juga mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum.

2.2.2

Pemeriksaan Fisik
Status praesens
Umur
: 22 th
BB
: 68kg
PB
: 163 cm
Keadaan umum
: baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital
Nadi
: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR
: 26 x/menit
Temperatur 37,2 C
Keadaan tubuh
Anemik : (-)
Sianotik : (-)
Ikterik
: (-)
Turgor
: cukup
Tonus
: normotoni
Rambut : kemerahan, tidak mudah dicabut
Kulit
: petechie (-)
Oedema : (-)
Cerebral : kejang (-)
Dyspnoe : (-)

12

Kepala
Lingkar kepala : mesosefal (lingkar kepala 49 cm)
UUB
: datar
Mata
: konjungtiva palpebra anemis - / Hidung : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut
: sianosis (-), kering (-)
Bibir
: kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
Selaput lendir: kering (-)
Lidah
: kotor (-), tremor (-)
Gigi
: karies (-)
Tenggorokan : T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran (-)
Leher
: Pembesaran nnll (-)
Dada
Paru
Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi
:
suara dasar
: vesikuler
suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan
paru
Jantung
Batas kiri : SIC V 2 cm
medial LMCS
Batas atas : SIC II LPS
sinistra
Batas kanan : SIC II LPS
Bunyi jantung
: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
dextra
Apex cordis
: tidak kuat angkat dan tidak melebar
Frekuensi : 120 x/menit
Aktivitas : normoaktif
Thrill
: (-)
Irama
: reguler
Souffle
: (-)
Mitral
: M1 > M2
Aortal
: A1 < A2
Pulmonal : P1 < P2
Abdomen
Inspeksi : Datar, lemas, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Hepar
: - BH, tympani
Lien
: So
Palpasi
: Hepar teraba

13

Lien tak teraba


Alat kelamin : laki-laki, dalam batas normal
Kelenjar
Pembesaran nnll leher (-)
Anggota gerak
Superior
Akral dingin
-/Sianosis
-/Oedem
-/Capp. Refill
< 2
Reflek fisiologis
+/+N
Reflek patologis
-/Uji tourniquet
:+

Inferior
-/-/-/< 2
+/+N
-/-

PEMERIKSAAN STATUS GIZI


Status Gizi Antropometri NCHS WHO
Laki-laki : BB = 63kg, PB = 163 cm
BMI : 24.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.2.3

Tidak dilakukan

Diagnosis Holistik
a Aspek 1 Personal

Keluhan

: panas mendadak

Kekhawatiran

: keadaan memburuk, pasien meninggal

Harapan

: agar sehat dan bisa bekerja kembali

Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


-

Diagnosis kerja

: susp. DHF

Diagnosis Banding

: typhoid

Aspek 3 Kondisi Internal

14

Pengetahuan pasien kurang mengenai infeksi dengue,


pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang, pasien
tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Pasien juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari. Menggunakan
repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar apabila banyak
nyamuk di rumah.
d

Aspek 4 Kondisi Eksternal


Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi
dengue, pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang,
keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang
dalam penerapan PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.
Menggunakan repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar apabila
banyak nyamuk di rumah. Mengganti setiap hari ember
penampungan air

Aspek 5 Derajat Fungsional


Derajat fungsional: 2

2.2.4

Diagnosis keluarga
a Aspek 1 Personal
-

Keluhan

: panas mendadak

Kekhawatiran

: keadaan memburuk, pasien meninggal

15

Harapan

: agar sehat dan bisa bekerja kembali

Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


-

Diagnosis kerja

: susp. DHF

Diagnosis Banding

: typhoid

Aspek 3 Kondisi Internal


Pengetahuan pasien kurang mengenai infeksi dengue,
pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang, pasien
tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Pasien juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan
PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari. Menggunakan
repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar apabila banyak
nyamuk di rumah.

Aspek 4 Kondisi Eksternal


Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi
dengue, pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang belakang,
keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang
dalam penerapan PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.
Menggunakan repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar apabila
banyak nyamuk di rumah. Mengganti setiap hari ember
penampungan air

16

Aspek 5 Derajat Fungsional


Derajat fungsional: 7

Usulan Penatalaksanaan Komprehensif


1) Identifikasi Masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab timbulnya infeksi dengue pada anak, yaitu:
1.

Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah

2.

dengan ABJ rendah


Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang

3.

banyak terdapat bekas semen dan dedauan yang digenangi air


Bagian belakamg rumah pasien yang lembab dan tidak ada

4.

pencahayaan
Tngkat pengetahuan pasien dan lingkungan yang kurang dalam

5.

kaitannya dengan infeksi dengue


Kebiasaan pasien dan keluarga menggantung baju

GENETIKA
Tidak ada peran genetic dalam
kejadian infeksi dengue

LINGKUNGAN
Banyak dedaunan/ bekas
semen yang digenangi
air
Rumah yang kurang
pencahayaan
ABJ rendah

PERILAKU

INFEKSI
DENGUE

Gambar 2.1 Diagram HL Blum


PELAYANAN
KESEHATAN
Tidak ada permasalahan
dalam pelayanan kesehatan
dengan infeksi dengue

Pengetahuan kurang
Kebiasaan menggantung
pakaian

17

Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas masalahnya


dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3 Kelompok kriteria :
1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera
ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak untuk
ditanggulangi.
2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, orang dll.
3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin
berkembang masalah, semakin diprioritaskan.
Metode Hanlon Kualitatif
Tabel 2.1 Kriteria Urgency
Masalah

2
3
5
6

Tabel 2.2 Kriteria Seriously


Masalah
1
2

18

3
4

Tabel 2.3 Kriteria Growth


Masalah

1
2

3
4
5

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

Banyakpakaiantergantung di beberapasudut
Jentiknyamuk
Pengetahuankurang
Pencahayaankurang
Lingkunganrumahterdapatdaun yang digenangi air
Tabel 2.4 Urutan Prioritas Masalah

Masalah

Total

Prioritas

19

20

Urutan prioritas masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Jentiknyamuk
Lingkunganrumahterdapatdaun yang digenangi air
Pencahayaankurang
Banyakpakaiantergantung di beberapasudut
Pengetahuankurang

Table 2.5 Plan of Action

N
o

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempa
t

Waktu

Pelaks

P.dan
a

Metode

Tolokukur
program

Tolokukur
hasil

Pembera
ntasanje
ntiknya
muk

Mengurangi
vector dengue

Rumah
warga
+ jentik

Kudu
2/ 3

Senin,
26/10/15

Koas

Koas

Ikanisasi

Terbagin
yaikanpa
da
5
rumah +
jentik

berkuran
gnyabakb
erjentikn
yamuk

Kudu
2/3

Selasa
27/10/15

Koas

Koas

Memang
kasdaun

Pemangk
asandaun
di
sekitarru
mahwarg
a

Berkuran
gnyagena
ngan air
di daun

Memang
kasdaun Meniadakant Rumah
genanga empatberkem warga
bangbiaknyav yang
n air
ektor

adagen
angand
aun

Pencaha
yaanrum
ah

Pencahayaanr
umahbaik,
rumahtidakle
mbab

Rumah
pasieni
nfeksi
dengue

Kudu
2/3

Selasa
27/10/15

Koas

Koas

Gentingk
aca

Terpasan
gnyagent
ingkaca

Pencahay
aanrumah
baik,
rumahtdk
lembab

Pembagi
an
containe
r

PSN

Rumah
pasieni
nfeksi
dengue

Kudu
2/3

Selasa
27/10/15

Koas

Koas

Containe
r

Penempa
tan
container
pakaian

Pengguna
an
container
untukpak
aianbekas
pakai

Penyulu
han

Wargamenger
tittg DBD

Warga

Kudu
2/3

Selasa
27/10/15

Koas

Koas

Penyuluh Terbagin
an
+ ya leaflet
leaflet
minimal
20 rumah

Meningk
atnyaeng
etahuantt
g
PSN
dan DBD

21

2) Intervensi

Promotif
Patient centered

Pasien dijelaskan tentang infeksi dengue serta cara-cara yang dapat dilakukan
dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.
Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini adalah
virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan kaki,
berkeliaran pada waktu siang sampai sore hari yaitu kurang lebih pukul 10.00
sampai pukul 17.00 dan lebih suka pada tempat genangan air yang bersih.
Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya karena dapat
mematikan.

Family oriented
Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini
adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan
kaki, berkeliaran pada waktu siang sampai sore hari yaitu kurang lebih pukul
10.00 sampai pukul 17.00 dan lebih suka pada tempat genangan air yang
bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya karena
dapat mematikan.

Community oriented

22

Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini


adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan
kaki, berkeliaran pada waktu siang sampai sore hari yaitu kurang lebih pukul
10.00 sampai pukul 17.00 dan lebih suka pada tempat genangan air yang
bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya karena
dapat mematikan.Preventif
Patient centered
1) Menggunakan mosquito repellent atau insektisida bentuk spray.
Family oriented
1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
4) Menguras bak mandi / tempat menampung airMemperbanyak istirahat
di rumah dan mengurangi bermain bersama teman-teman sesama balita
Community oriented
1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
4) Menguras bak mandi / tempat menampung airMemperbanyak
istirahat di rumah dan mengurangi bermain bersama teman-teman
b

sesama balita
Kuratif
Patient centered

1. Perawatan
Infus kristaloid iv6-7cc/kgBB/jam

23

2. Medikamentosa
PO : Parasetamol 3x500mg
Vit B complex 3x1 tab
Vit. C 3x500 mg
3. Diet
3 x lunak
3 x 200 cc susu
1 x buah
banyak minum
Kebutuhan

Cairan (cc)

Kalori (kkal)

Protein (gr)

24 jam

4896

1360

64

Iv 2 jalur

3000

576

3 x 100 lunak
saring

300

1017

43,26

3 x 200 cc susu

600

366

18,6

1 x buah

100

50

9,6

Mx : - Pengawasan keadaan umum dan tanda vital.


- Pengawasan perkembangan dan fluktuasi jumlah trombosit,
hemoglobin dan hematokrit
4. Rujuk ke Rumah SakitIslam Sultan Agung

24

Family oriented
1) Memeriksakan anggota keluarga yang sedang sakit ke pelayanan
kesehatan terdekat
Community oriented
1) Memeriksakan warga yang sedang sakit ke pelayanan kesehatan
terdekat

25

Rehabilitatif
Patient centered
1) Rutin kontrol pengobatan hingga pasien ditanyakan sembuh oleh
dokter
2) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,
agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.

Family oriented
1) Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal yang
memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau menyebabkan
kekambuhan
2) Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke puskesmas
hingga dinyatakan sembuh oleh dokter
3) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,


agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.

Community oriented

26

1) Follow up
Kondisi Pasien

Hari/ tanggal

SOAP
S: tak

Jumat/ 23
Oktober 2015

O: RR 16 x/menit, T 37,10C
A: Post DD
S: tak

Senin/26
Oktober 2015

O: RR 16x/menit, T 36,80C
A: Post DD

27

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI


GENETIKA
Tidak ada peran genetic dalam
kejadian infeksi dengue

LINGKUNGAN
PERILAKU

Banyak dedaunan/ bekas


semen yang digenangi
air
Rumah yang kurang
pencahayaan
ABJ rendah

INFEKSI
DENGUE

Pengetahuan kurang
Kebiasaan menggantung
pakaian

Gambar 3.1 Diagram HL Blum


PELAYANAN

3.2.

KESEHATAN
URAIAN TEMUAN PADA SETIAP
ASPEK
Tidak ada permasalahan
dalam pelayanan kesehatan
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan
dengan infeksi dengue

munculnya infeksi dengue pada pasien, analisis terhadap masalah tersebut didasarkan
pada teori adalah sebagai berikut:

1. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu terhadap
rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Blum mengatakan derajat kesehatan manusia

28

dipengaruhi 4 faktor yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan,


perilaku. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan
demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007).
Sedang menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau heredity dan
lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam
berperilaku, lingkungan turut berpengaruh dalam perkembangan bawaan atau
kehidupan seseorang.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat dalam pencegahan DBD ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan,
norma, keturunan dan lingkungan dari atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan juga akan mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku pencegahan DBD.

29

2. Lingkungan
Penyebaran penyakit DBD dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi
lingkungan, movilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan
atau alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah
lainnya, faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, merupakan faktor
yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya KLB penyakit DBD.
Kepadatan populasi sangat nyata pengaruhnya terhadap kasus penularan DBD.
Mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, kebiasaan menggantung
baju, kondisi tempat penampungan air (TPA), kebersihan lingkungan dengan
kejadian DBD.
Lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat memberikan peluang
yang besar terhadap terjadinya penyakit DBD, di mana keadaan rumah
berdasarkan kepadatan penghuni merupakan salah satu faktor yang mendukung,
karena luas bangunan rumah harus sesuai dengan jumlah penghuninya, sebab
akan mengakibatkan over crowding atau kepadatan yang berlebihan. Banyak
orang atau anggota keluarga yang tinggal dalam rumah akan berpengaruh
terhadap keadaan rumah dan lingkungannya. Demikian pula terhadap kejadian
demam berdarah yang banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, banyak
penghuni yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi pola hidup dan
keadaan lingkungan serta kepadatan penduduk tempat itu sendiri. Jadi selain akan
berpengaruh terhadap pola hidup kebiasaan masyarakat, kepadatan rumah juga
akan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di lingkungan yang dapat
memudahkan terjadinya penularan di wilayah tersebut karena jarak terbang

30

nyamuk 50-100 meter, sehingga mudah bagi nyamuk Aedes aegypti untuk
berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
3. Pelayanan Kesehatan
Tidak ada masalah pada pelayanan kesehatan dalam hubungannya dengan
infeksi dengue.
\

31

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
1.1.1

Pengetahuan masyarakat Karangroto, Bangetayu masih sangat kurang dalam


pencegahan infeksi dengue.

1.1.2 Perilaku masyarakat sebagai faktor resiko timbulnya infeksi dengue seperti tidak
menguras bak mandi, menggantung pakaian, masih ditemukan.
1.1.3 Faktor lingkungan seperti, banyak dedauan di halaman rumah yang digenangi air,
pencahayaan rumh yang kurang sehingga lembab, menjadi faktor resiko
timbulnya infeksi dengue.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:
5.2.1 Pasien dapat menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku sehat yang
kaitannya mencegah infeksi dengue, seperti menguras bak mandi secara teratur,
membersihkan dedaunan di halaman rumah yang digenangi air, tidak
menggantung pakaian, memperhatikan pencahayaan rumah, dan mengerti cara
penularan, tindakan yang harus dilakukan dalam mencegah dan terkena infeksi
dengue.
5.2.2 Untuk puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan keluarga
seperti menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan aktif kebersihan

32

lingkungan, menggalakkan kader-kader untuk memeriksa jentik dan penyuluhan


rumah ke rumah.
5.2.3 Untuk FK Unissula agar dapat membantu masyarakat dan puskesmas untuk
berpartisipasi dalam menanggulangi infeksi dengue.

33

DAFTAR PUSTAKA

Sri Rezeki, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso, editors. Tatalaksana demam
dengue/demam berdarah dengue. Edisi pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1999.
Hendarwanto. Dengue. Di dalam : Sjaifoellah Noer, Sarwono Waspadji, A Muin Rachman dkk,
editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1997 :
417-26.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 2. Rusepno Hassan,
Husein Alatas, editors. Edisi ketujuh. Jakarta : Infomedika, 1997 : 607-21.
Subdit Arbovirus ,Ditjen PPM dan PLP .1 januari sampai 31 desember 1999
Scott

B.Halstead.

Dengue

fever/Dengue

Hemorrhagic

Fever.Nelson.Textbook

of

th

pediatri.16 edition,WB Saunder Company.A division of hartcourt Brace and Company


Sumarmo, Wydia MS. Dengue Hemorrhagic Fever Klinis, Dignosis dan Pengobatan. Dalam :
Sumarmo, Tjokronegoro, editor Demam Berdarah Dengue Sepuluh Tahun Penelitian Pada Anak
di Jakarta. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1985: 1 17.
Hasyimi. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Demam Berdarah Dengue: Mengapa
Litbangkes, 1992; IV: 13 6.

Uji HI. Media

34

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru

REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGA


DENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF

No Rm
Identitas
Umum Pasien
Nama Lengkap
Tempat
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
DESA/KELURA
HAN
KABUPATEN/K
OTA
Agama
Status
Perkawinan
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
Kewarganegar
aan
Cara
Pembayaran
Nama
Penanggung
Jawab
Notelp/ Hp
Klinik Yang
Dituju

LAKI LAKI

PEREMPUAN

ISLAM

KATHOL
IK

HINDU

JANDA

DUDA

KAWIN

KRISTEN
BELUM
KAWIN

BUDHA

SD

SMP

SMA

PNS

WIRASW
ASTA

TNI/POL
RI

DIPLOMA
PELAJAR/
MAHASIS
WA

BPJS

UMUM/MANDIRI

WNI
WNA
ASURANSI
SWASTA

S1

LAIN LAIN

S2

LAIN
LAIN

LAIN - LAIN

Balai Pengobatan Umum


Kesehatan Ibu Dan Bayi
Lansia
Rehabilitasi Medik

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan
yang diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien
tersebut di atas

Semarang,

35

(.)

36

LAMPIRAN 2 Keadaan lingkungan sebelum intervensi

37

LAMPIRAN 3 Keadaan setelah intervensi

38

LAMPIRAN 3 Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai