Anda di halaman 1dari 83

SURAT KETERANGAN

Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku
Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh:
Penulis Pertama,
Nama
: Dra. Damriani
NIP
: 131658096
Penulis Kedua,
Nama
: Zainal Abidin, S.Pd
NIP
: 132003007
dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

Bandar Lampung, 4 Mei 2008


Kepala SMAN 3 Bandar Lampung

Drs. H E R N A D I
NIP. 131870646

KATA PENGANTAR
Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.
Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.
Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi
sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari
para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung,
yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd.
Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat
disampaikan melalui email: mbak_annie@yahoo.co.id atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com.
Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.

Bandar Lampung, 30 April 2008

Damriani
Zainal Abidin

DAFTAR ISI

Surat Keterangan
Kata Pengantar
Daftar Isi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

Besaran dan Satuan


Gerak Lurus
Hukum Newton
Memadu Gerak
Gerak Rotasi
Gravitasi
Usaha-Energi
Momentum-Impuls-Tumbukan
Elastisitas
Fluida
Gelombang Bunyi
Suhu dan Kalor
Listrik Stattis
Listrik Dinamis
Medan Magnet
Imbas Elektromagnetik
Optika Geometri
Alat-alat Optik
Arus Bolak-balik
Perkembangan Teori Atom
Radioaktivitas
Kesetimbangan Benda Tegar
Teori Kinetik Gas
Hukum Termodinamika
Gelombang Elektromagnetik
Optika Fisis
Relativitas
Dualisme Gelombang Cahaya

1
2
3
4
9
12
14
16
20
21
22
23
24
26
30
33
37
43
47
49
53
55
58
61
64
69
71
75
77
80
81

BESARAN DAN SATUAN


Ada 7 macam besaran dasar berdimensi:

Besaran
1. Panjang
2. Massa
3. Waktu
4. Suhu Mutlak
5. Intensitas Cahaya
6. Kuat Arus
7. Jumlah Zat

Satuan (SI)

Dimensi

m
kg
detik
K
Cd
Ampere
mol

[L]
[M]
[T]
[]
[J]
[I]
[N]

2 macam besaran tambahan tak berdimensi:


a.
b.

Satuan

Sudut datar
Sudut ruang

SI

---->
---->

satuan : radian
satuan : steradian

Satuan Metrik

MKS

Dimensi ---->
Primer ---->
: Checking persamaan Fisika.

M
L

T

CGS

dan dimensi Sekunder ---> jabaran

Guna dimensi untuk

Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik


Contoh :

W
= F v = P (daya)
t
ML2 T -2
= MLT -2 LT -1
T

ML2 T -3 = ML2 T -3

No

Besaran

Rumus

Percepatan

s
v=
t
v
a=
t

Gaya

F =ma

4
5
6
7

Kecepatan

Usaha
Daya
Tekanan
Energi kinetik

W = F s
W
P=
t
F
P=
A
1
Ek = mv 2
2

Energi potensial

Ep = m g h

Momentum

M = mv

10

Impuls

i = F t

11
12
13

14

Massa Jenis
Berat Jenis
Konst. pegas

Konst. grafitasi

15

Konst. gas

16

Gravitasi

Sat. Metrik (SI)

dt

LT 1

dt 2
kg m

LT 2

dt 2

kg m 2
kg m 2
kg

kg m 2
kg m
kg m
kg

Fr 2
2
G= m
P.V
R = n.T
F
g=
m

m3

kg
kg

( Joule)

dt 3

( Watt )

( atm )

dt 2

( Joule)

dt 2

( Joule)

MLT 2
ML2T 2
ML2T 3
ML1T 2
ML2T 2
ML2T 2

dt

MLT 1

dt

MLT 1

m3

ML3

m 2 dt 2

ML2T 2

dt 2

MT 2

kgdt 2

M 1 L3T 2

kgm 2
m

(N)

dt 2

m dt 2

kg m 2

m
V
w
s= V
F
k=
x

Dimensi

dt 2

dt 2 mol o K

ML2T 2 N 1 1
LT 2

17

I = mR 2

Momen Inersia

kg m 2

ML2

ANGKA PENTING
Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
Angka pasti
Angka taksiran
Aturan :
a.
Penjumlahan / Pengurangan
Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
Contoh :
2,7481
8,41
------- +
11,1581 ------> 11,16
b.

Perkalian / Pembagian
Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
Contoh :
4,756
110
---------
0000
4756
4756
-------------- +
523,160 ----> 520

BESARAN VEKTOR
Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Sifat-sifat vektor

1.

2.

A+ B
A

+ ( B +C ) = (

Sifat komutatif.

A+ B ) +C

Sifat assosiatif.

3. a (

A+ B

4. /

)=a

+a

A/ + / B / / A+ B /

RESULTAN DUA VEKTOR

= sudut antara A dan B

/R/=

/ A/ 2 + / B / 2 +2 / A/ / B / cos

arahnya :

/ R/
/ A/
/ B/
=
=
sin sin 1 sin 2

Vektor

sudut

vx = v cos

V1

vx = v cos

vy = v sin

V2

vx = v cos

vy = v sin

V3

vx = v cos

vy = v sin

vx = .......

vy = v sin

vy = .......
8

Resultan / v R / =

( v X ) 2 + ( vY ) 2

Arah resultan : tg =

vY
vX

Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )

, ,
dengan sumbu-sumbu x, y dan z
/ A x / = A cos /
Besaran vektor A

Ay/= A

cos

= masing-masing sudut antara

Ax+ Ay+ Az
/ A z / = A cos
=

atau

=/

A x / i + / A y /

vektor A

j A k
+/ z/

A = / A X / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2
dan

i , j , k

masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z

GERAK LURUS

Vt = kecepatan waktu t detik


Vo = kecepatan awal
t = waktu

S = jarak yang ditempuh


a = percepatan
g = percepatan gravitasi

10

v0=0

v=

2 gh

t=

2h / g

v=

2 g (h1 h 2)

GJB
vo=0
v?
h2

h1

Variasi GLB

SP + SQ = AB
A

SA = SB

SP

SP SQ = AB
B
SQ

Gerak Lurus Berubah Beraturan

r r2 r1
=
t t 2 t1

11

v v 2 v1
=
t t 2 t1

2.

a=

3.

vx =

drx
dt

vy =

dry
dt

vz =

v = v x +v y +v z

4.

ax =

dv x
dt

ay =

dv y
dt

a =

az =

drz
dt

a x +a y +a z

dv z
dt

Diketahui a(t)
t2

v = a( t ) dt
t1

t2

6.

r = vt dt
t1

h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y

h1 = ketinggian pertama

Vz = kecepatan terhadap sumbu z

h2 = ketinggian kedua

| v | = kecepatan rata-rata mutlak

SP = jarak yang ditempuh P


SQ = jarak yang ditempuh Q
AB = panjang lintasan
SA = jarak yang ditempuh A
SB = jarak yang ditempuh B

|| = percepatan rata-rata mutlak


ax = percepatan terhadap sumbu x
ay = percepatan terhadap sumbu y
az = percepatan terhadap sumbu z
a(t) = a fungsi t

= kecepatan rata-rata

r = perubahan posisi
t = selang waktu
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
= percepatan rata-rata
V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2

V(t) = V fungsi t
V1 = kecepatan 1
Vx = kecepatan terhadap sumbu x

12

HUKUM NEWTON
1.

Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) :


Untuk benda diam dan GLB

2.

F = 0 Fx = 0 dan Fy = 0

0 GLBB
1 2 = ( m1 + m2 ) a
Hk. II Newton a

F = ma

1 T = m1 a

3.

Hukum III Newton F aksi = - F reaksi


Aksi reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda

4.

Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs) diam fs = N.s


* Gaya gesek kinetik (fk) bergerak fk = N. k
Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem.

N=w

N = w F sin

N = w + Fsin

N = w cos

. Statika

F = 0 :
*

= 0

Fx = 0
Fy = 0
*

13

Fx = resultan gaya sumbu x


Fy = resultan gaya sumbu y
F = resultan gaya
m = massa
a = percepatan
N = gaya normal
s= koefisien gesek statis
k= koefisien gesek kinetik
W = gaya berat
=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu

14

MEMADU GERAK
1.

2.

v R = v1 +v 2

GLB GLB

+2v1 v 2 cos

Gerak Peluru
Pada sumbu x
Pada sumbu y

Vr = kecepatan resultan
V1 = kecepatan benda 1
GLB
V2 = kecepatan benda 2
GVA GVB

v x = v0 cos
x = v0 cos t

Y
Vo

v y = v 0 sin g t

y = v 0 sin t

1 2
gt
2

X = jarak yang ditempuh benda pada sb x


Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
Vx = kecepatan di sumbu x
V0 = kecepatan awal

Syarat :

Mencapai titik tertinggi

Jarak tembak max

y=0

vy = 0
g

= waktu

= percepatan gravitasi

y = h

Koordinat titik puncak

v0 2 sin 2 v0 2 sin 2

2
g
2
g

15

Jarak tembak max

tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai

y = h

v sin 2
= 0
g
2

x max

16

GERAK ROTASI
GERAK TRANSLASI
Pergeseran linier
s
Kecepatan linier
v
Percepatan Linier
a

G E R A K R O TA S I

Pergeseran sudut

Kecepatan sudut

Percepatan sudut

Kelembaman

Kelembaman rotasi

translasi
( massa )
Gaya
Energi kinetik
Daya
Momentum linier

H u b u n g a n n ya
s=.R
v=.R
a=.R

I = m.r2

=I.

=F.R
-

(momen inersia)
F=m.a
P=F.v
p = m.v

Torsi (momen gaya)


Energi kinetik
Daya
Momentum anguler

P=.
L = I .

PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP


GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP)
vt = v0 + at
s = vot + 1/2 a t 2
vt 2 = v0 2 + 2 a.s

GERAK ROTASI (SUMBU TETAP)


t = 0 + .t
= 0t + 1/2 .t 2
t2 = 02 + 2.

s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jarijari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
t = kecepatan sudut dalam waktu t detik
o= kecepatan sudut awal

Besarnya sudut :

17

S
R

radian

S = panjang busur
R = jari-jari

f.T=1 f=
=

2
T

1
T

atau

=2f

v=R

v1 = v2, tetapi 1

v1 = v2, tetapi 1

A = R = C , tetapi v A

ar =

v2
R

atau

ar = 2 R

Fr = m .

v2
R

atau

F r = m 2 R

vB

vC

1. Gerak benda di luar dinding melingkar

18

N=m.g-m.

v2
R

N = m . g cos - m .

v2
R

N = m . g cos + m .

v2
R

2. Gerak benda di dalam dinding melingkar.

N=m.g+m.

N=m.

v2
R

v2
R

- m . g cos

N=m.

v2
R

-m.g

3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal

19

T=m.g+m

T=m.

v2
R

v2
R

T = m m . g cos + m

- m . g cos

T=m.

v2
R

v2
R

-m.g

4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis)


T cos = m . g
T sin = m .

v2
R

Periodenya T = 2

L cos
g

Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran

5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar.


N . k = m .

v2
R

N = gaya normal
N=m.g

20

GRAVITASI
1.

F =G

2.

g=G

m1 m2
R2

M
R2

VEKTOR

VEKTOR

kuat medan gravitasi

M
R

3.

v = G

4.

Ep = G

5.

w AB = m( v B v A )

6.

HKE

massa bumi

mM
R

1
1
2
2
v 2 = v1 + 2GM

R1 R2

F = gaya tarik-menarik antara kedua benda


G = konstanta gravitasi
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
R = jarak antara dua benda
Ep = energi potensial gravitasi
V = potensial gravitasi
WAB = Usaha dari benda A ke B
V1 = kecepatan benda 1
V2 = kecepatan benda 2

21

USAHAENERGI
1.

_______________
w = F cos s

= sudut kemiringan
v = kecepatan

2.

Ek =

1 2
mv
2

W = usaha
F = Gaya

3.

Ep = m g h

s = jarak
Ep = Energi Potenaial

4.

Emek = Ep + Ek

m = massa benda
g = percepatan gravitasi

5.

w = Ek

= ketinggian benda dari tanah

Ek = Energi Kinetik

6.

7.

w = Ep

Em = Energi mekanik

HKE (Hukum Kekekalan Energi)

Ek1 + Ep1 = Ek 2 + Ep 2

22

MOMENTUMIMPULSTUMBUKAN
1.

P =m v

2.

I =
F
t

P = momentum
m = massa
v = kecepatan
I = impuls

I = P
3.

4.

F= gaya

I = m( v t v 0 )
HKM (Hukum Kekekalan Momentum)

t = selang waktu

m A v A +m B v B =m A v A +m B v B

arah kekanan v +
arah ke kiri v -

5.

6.

e=

v A vB
v A vB

e = koefisien tumbukan (kelentingan)

Jenis tumbukan
Lenting sempurna

e =1

0 < e <1
e=0

Lenting sebagian

Tidak lenting sama sekali

h1
h0

7.

e=

8.

hn = h0 e

HKE
HKM
HKM
HKM

h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1


ho = tinggi benda mula-mula

9.

2n

hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n

E hilang = Ek sebelum tumbukan Ek sesudah tumbukan


=

1 2 1 2
1
1
2
2
m
v
+
m
v

m A v A + mB v B
A A
B B
2
2
2
2

23

ELASTISITAS
1.

F =kx

F = gaya pegas
k = konstanta pegas

2.

Ep =

1
k x2
2

luasan grafik F x

x = simpangan pada pegas


Ep = energi potensial

kp = k1 + k 2

4.

1
1 1
= +
ks k1 k 2

5.

E=

susunan paralel

susunan seri

P F L0
=
A L

F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress

= strain

24

FLUIDA
Fluida Tak Bergerak
m
v

1.

zat =

2.

relativ =

z
air

c =

4.

h =z g h

6.

1 gr

pada 40C

cm 3

= 1000

kg

m3

m A + mB
v A + vB

3.

5.

air

Fh = h A
= z g h A

Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
dipindahkan.
FA =z g h

7.

Terapung

w < FA

(jika dibenamkan seluruhnya)

w = FA

dalam keadaan setimbang

bd g vb = z g v 2
8.

Melayang

w1 + w2 = z g ( v1 + v 2 )

25

9.

Tenggelam

10.

Kohesi (K)
Adhesi (A)

11.

Kapilaritas

w > FA
w s = w FA

y=

2 cos
z g r

Fluida Bergerak

1.
2.

Q=

Vol
= Av
t

Kontinuitas
A1v1 = A2 v 2

3.

Bernoully

P1 + g h1 +

1
1
2
2
v1 = P2 + g h2 + v2
2
2

= massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
relatif = massa jenis relatif

26

GELOMBANG BUNYI
GETARAN

1.

w
k =
x

2.

F=-k.
3.

Ep = ky2

4.

E mek = kA2

5.

Ek = k (A2-y2)

6.

v=

7.

k = m 2

8.

y = A sin t

9.

v = A cos t

10.

a = 2 A sin t

11.

Ek =

k ( A2 y 2 )
m

k = konstanta pegas
W = berat
x = perubahan panjang pegas
F = gaya pegas
y = simpangan
Ep = energi potensial
Emek = energi mekanik
Ek = energi kinetik
A = amplitudo
t = waktu
= kecepatan sudut
m = massa
T = periode
k = konstanta
l = panjang
f = frekuensi
= panjang gelombang
Lo = panjang mula-mula
L = perubahan panjang
n = nada dasar ke
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
P = daya
R1= jarak 1
R2 = jarak 2

m 2 A 2 cos 2 t

27

12.

Ep =

13.

E mek =

14.

T = 2

m
k

15.

T = 2

l
g

m 2 A 2 sin 2 t

m 2 A 2

GELOMBANG
mekanik refleksi

Gelombang

gel.
refraksi
interferensi
defraksi
polarisasi

gel.
longitudinal
1

elektromagnetik
gel.

1.

2.

3.

transversal

v =f
=v t

y gel. berjalan =

t x
A sin 2
T

y diam

ujung bebas

y = 2 A cos 2

x
t L
sin 2

y diam

ujung terikat

4.

y = 2 A sin 2

= 0

1
2

x
t L
cos 2

T
28

5.

6.

v=

v=

E = modulus young

E=

v gas =

Cp
RT
=
Cv
M

7.

stress P
= =
strain

F
L

A
Lo

F Lo
A L

BUNYI Gelombang Longitudinal

Bunyi

nada
20 Hz
desah

Nada
1.

3.

keras / lemah tergantung Amplitudo


tinggi/rendah tergantung Frekuensi

Sumber
Dawai

ND
2

> 20.000 Hz (Ultrasonic)


20.000 Hz
< 20 Hz (Infrasonic)

( n + 1) P
( n + 2) s

fn =

n +1
v
2L

( n + 2) P
( n + 1) s

fn =

n +1
v
2L

( n + 1) P
( n + 1) s

fn =

2n + 1
v
4L

Pipa Organa Terbuka

Pipa Organa Tertutup

29

Sifat :

Refleksi (Pemantulan)

( 2n 1) 1

Pelayangan (beat)

Beat

fA fB

Efek Doppler

v vP
fs
v vs

Intensitas

I=

P
P
=
A 4R 2

I1 : I 2 =

( n + 1) 1

memperlemah

fP =

ln =

Interferensi (Percobaan Quinke)


memperkuat
n

f layangan =

v.tpp
2

Resonansi

d=

1
R1

1
R2

Taraf Intensitas (TI)

TI = 10 log

I
I0

I 0 = 10 12 Watt m 2

dB

30

SUHU DAN KALOR


01.

C
100

Td
Air

R
80

100

Tb

F
212

K
373

80
0

180
32

C = celcius
R = reamur
F = fahrenheit
tk= suhu dalam kelvin
tc = suhu dalam

100
273

celsius
C:R:F=5:4:9
tK = tC + 273
Contoh :
X
Tb -20

Y
40

60

X : Y = 150 : 200
=3:4

4
3
Td 130

240

Sifat termal zat

2.

(60 + 20) + 40 =

Muai panjang.
L = Lo . . t
Lt = Lo ( 1 + . t )

diberi kalor (panas)

enaikkan suhu
perubahan dimensi (ukuran)
ubahan wujud

L = perubahan panjang
= koefisien muai panjang
Lo = panjang mula-mula
t = perubahan suhu
Lt = panjang saat to
A = perubahan luas

Ao = luas mula-mula

31

3.

Muai luas.

= koefisien muai luas


V = perubahan volume
Vo = Volume awal
= koefisien muai volume

A = Ao . . t
At = Ao ( 1 + . t )

4.

Muai volume.
V = Vo . . t
Vt = Vo ( 1 + . . t )

=2

} =

Q = kalor

=3

5.

Q = m . c. t

6.

Q = H . t

7.

H=m.c

8.

Azas Black.

m = massa
c= kalor jenis
t = perubahan suhu
H = perambatan suhu

T1
Qdilepas

Qdilepas = Qditerima

TA

Qditerima
T2

09. Kalaor laten

Kalor lebur
Kalor uap

9.

Q = m . Kl

Q = m . Ku

Kl = kalor lebur
Ku = kalor uap

Perambatan kalor.

32

Konduksi

H=

k . A.t
l

Konveksi

Radiasi

H = h . A . t

I = e . . T4

A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
= konstanta Boltzman
T = suhu

33

LISTRIK STATIS
01.

F=k
k=

q1 . q 2
r2

1
9
2
2
4 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb

0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2


F = gaya
Q1 = muatan benda 1
Q2 = muatan benda 2
R = jarak benda 1 ke 2

E=k
02.

Q
r2

E = kuat medan listrik


Q = muatan
R = jarak
03.

Kuat medan listrik oleh bola konduktor.

E =0.
R

Es = k

Q
R2

Ep = k

Q
r2

Er = kuat medan listrik di pusat bola


Es = kuat medan listrik di kulit bola
Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola

04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.

34

Ep =

20

Q
A

EP =

= rapat muatan
05.

WA > B = k . Q. q.(
Bila rA = maka

6.

V =k

Ep = kuat medan listrik

1
1
)
rB rA
W~ > B = k .

Q. q
rB

-----

EP = k

Q. q
1 Q. q
=
.
rB
4 0 rB

Q
1
Q
=
.
rB 4 0 rB

V = potensial listrik
07.

WA > B = q.(v B v A )

08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR.

VO = VK = V L

= k.

q
q
VM = k.
R
r

09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI

( v 2 ) 2 = ( v1 ) 2 +
10.

C=

2q
(V1 V2 )
m

Q
V

35

11.

C0 =

12.

C = C0 . K =

C=

Q2
C

13.

W=

14.

Susunan Seri.

1
2

.A
d

K 0 A

atau

W = 21 CV 2

- Q = Q1 = Q2 = Q3 = .....
s
- V = V + V + V + V +.....
s
ab
bc
cd
de
-

1
1
1
1
=
+
+
+.....
CS C1 C2 C3

15. Susunan paralel.

- V = V1= V2 = V3
p
- Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
- Cp = C1 + C2 + C3 + .....

36

16.

VGAB =

C1V2 + C 2V2
C1 + C 2

C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor

37

LISTRIK DINAMIS
1.

i=

dq
dt

dq = n.e.V.A.dt

2.

i=

03.

J=

dq
= n. e.V . A
dt

i
= n. e.V
A

Ampere

Ampere/m2

04.

i=

05. R = .

V A VB
R

L
A

06. R(t) = R0 ( 1 + .t )
07. SUSUNAN SERI

i = i1 = i2 = i3 = ....

38

VS = Vab + Vbc + Vcd + ...


RS = R1 + R2 + R3 + ...

08. SUSUNAN PARALEL

VP = V1 = V2 = V3
i + i1 + i2 + i3 + ....

1
1
1
1
=
+
+
+...
R p R1 R2 R3

09. Jembatan wheatstone

RX . R2 = R1 . R 3

RX =

R1 . R3
R2

1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LVA N O M E T E R .

RS =

1
Rd
n 1

Ohm

11. V O LT M E T E R .

39

Rv = ( n - 1 ) Rd

Ohm

.
W=i2.r.t=V.i.t

Joule

1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori


W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t

P=

13.

dw
= V .i
dt

Kalori

(Volt -Ampere = Watt)

14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah

sejumlah energi

dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.


Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
1.

Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
Volta.

2.

Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.

misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.


b)

Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai
Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.

c)

Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.

40

15. =

16.

i=

dW
dq

( Joule/Coulomb = Volt )

R+r

17. disusun secara seri

i=

n.

n. r + R

18. disusun secara paralel

i=

r
+R
m

19. Susunan seri - paralel

41

i=

n .

n
.r + R
m

20. TEGANGAN JEPIT


K = i . R
21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang )
i=0

i1 + i2 + i3 = i4 + i5
22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )

+ i.R = 0
E

: negatif

: positif

arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif.


I = kuat arus

Ro = hambatan mula-mula

q = muatan listrik
t = waktu

= koefisien suhu
P = daya

v = kecepatan electron
n = jumlah electron per satuan volume

r = hambatan dalam
= GGL

42

e = muatan electron
A = luas penampang kawat

n = jumlah rangkaian seri


m = jumlah rangkaian paralel

V = beda potensial

Rd = hambatan dalam

R = hambatan

K = tegangan jepit

= hambat jenis kawat

Rv = tahanan depan

43

MEDAN MAGNET

01. r =

02.

03.
04.

A
B
H=

B=

B = H = r. o. H

05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat
paramagnetik.
Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu.
Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )
06. Rumus Biot Savart.
dB =

k=

I .d sin
r2

= 10-7

Weber
A. m

07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus


B=

H=

2
B

I
.a

B
r .

=
0

I
2 . a

44

08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.

B=

a. I . N
. sin 1
r2

atau

B=

a2. I. N
r3

09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.

B=

I. N
a

10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :

B=

n I

Bila p tepat di ujung-ujung solenoide

B=

n I

1 1 . To r o i d a

B= n I
n=

N
2 R

12. Gaya Lorentz


F=BI

sin

F = B.q.v sin
13.

Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang

F=

I P IQ

1 4 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n L i s t r i k

45

lintasan berupa : PARABOLA.


percepatan :

a=

q. E
m

Usaha : W = F . d = q . E .d
Usaha = perubahan energi kin
Ek = q . E .d
1
2

mv 2 2 21 mv1 2 = q. E . d

15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.

t=

d = 21 at 2 = 21 .

q. E 2
.
m vX 2

Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.

v = v X 2 + vY 2
v Y = a. t =

q. E
.
m vX

Arah kecepatan dengan bidang horisontal :

tg =

vY
vX

1 6 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n M a g n e t
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.

mv
B q
jari-jari :

R=

46

17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
= B.i.A.N.Sin
r = permeabilitas relative

a = jarijari lingkaran

= permeabilitas zat

r = jarak

B = induksi magnet

I = kuat arus

= Fluks
H = kuat medan magnet
A = luas bidang yang ditembus
q = muatan listrik
= sudut antara v dengan B

N = banyak lilitan
l = panjang kawat
F = gaya Lorentz
v = kecepatan partikel
R = jari-jari lintasan partikel

47

IMBAS ELEKTROMAGNETIK
d
dt
di
Eind = -L
dt

Perubahan fluks : Eind = -N


Perubahan arus :
GGL IMBAS

Induktansi timbal balik : Eind1 = -M

di1
dt1

, Eind2 = -M

di 2
dt 2

K a wa t m e m o t o n g g a r i s g aya : E i n d = B . l . v s i n
Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t

i
o N 2 A

L=N
L=
I N D U K TA N S I D I R I

M = N2
M=

T R A N S F O R M AT O R

1
i1

, M = N1

o N1 N 2 A

2
i2

(Induktansi Ruhmkorff)
Ideal
: Np : Ns = Is : Ip
Np : Ns = Ep : Es

Tidak ideal : Ps = Pp
Eind = GGL induksi
N = banyak lilitan
B = induksi magnet
A = luas bidang permukaan/kumparan
= fluks magnet
L = induktansi diri
I = kuat arus
Np = banyak lilitan kumparan primer

48

Ns = banyak lilitan kumparan sekunder


l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
= kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff

49

OPTIKA GEOMETRI
Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar
penglihat.

Teori melihat benda

Aristoteles
Al Hasan

: Menentang sinar-sinar penglihat.


: Pancaran atau pantulan benda

S i r I s a a k N e w t o n : Te o r i E m i s i S u m b e r
c a h a y a m e n y a l u r ka n
Pa r t i ke l y a n g ke c i l d a n r i n g a n b e r ke c e p a t a n
tinggi.
C h r i s t i a n H u y g e n s : Te o r i E t e r a l a m : c a h a y a
p a d a d a s a rn y a
S a m a d e n g a n b u n y i , m e r a m b a t m e m e r l u ka n
medium.
T h o m a s Yo u n g d a n A u g u s t i n e Fre s n e l l :
C a h a y a d a p a t l e n t u r d a n b e r i n t e r f e re n s i

J ean Le on Foucaul t : C epat r am bat cah a ya di z at


c ai r l ebi h keci l da ri pada di udara.
TEORI CAHAYA

James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang

elektromagnetik.
Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang
transversal
karena Mengalami polarisasi.
Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan
magnet
yang kuat.
Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan
listrik
yang kuat.
Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum
cahaya.
Albert Einstein : Teori dualisme cahaya.
Cahaya sebagai partikel dan bersifat gelombang
Merupakan gelombang elektromagnetik.
Tidak memerlukan medium dalam
perambatannya

50

Merambat dalam garis lurus


Ke c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a ku m 3 . 1 0 8 m / s
Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di
vakum.
Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergantung pada pengamat.

S I FAT C A H AYA

PEMANTULAN CAHAYA.
01.

02.

1 1 1
= +
f s s'
s'
h'
M==/
s
h

/
R=

03. Cermin datar :

n=

360
-1

04. cermin gabungan

Cermin cekung :

sifat bayangan : maya, sama besar, tegak

d = s1 + s2
Mtotal = M1.M2

R = positif
Mengenal 4 ruang
Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar
Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar
Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil

Cermin cembung :

R = negatif

sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil

PEMBIASAN/REFRAKSI.

01. Indeks bias

nbenda =

c
= u
vm m

nbenda > 1

n relatif medium 1 thdp medium 2

02. benda bening datar

n sin i = n sin r

03. kaca plan paralel

(1) n sin i = n sin r (cari r)

(2)

t=

n12 =

n1 v 2 2
=
=
n 2 v1 1

d
sin(i r )
cos r

51

04. Prisma

(deviasi)

umum

(1) n sin i1 = n sin r1 (cari r1)


(2) = r1 + i2 (cari i2)
(3) n sin i2 = n sin r2 (cari r2)
(4) = i1 + r2 -

minimum
> 10o

sin (min + ) =

> = 10o

min =

n'
1
sin
n
2

n'
( 1)
n

n n' n' n
+ =
s s'
R

05. Permukaan lengkung.

06. Lensa tebal

syarat : i1 = r2

(1)

n n' n' n
+
=
s1 s1 '
R1

(2)d = s1 + s2

n'
n
n n'
+
=
(3)
s2 s2 '
R2

07. Lensa tipis

1
n'
1
1
= ( 1)( )
f
n
R1 R2
1
f gab

1
1
+
f1 f 2
Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 Datar cembung R1 = tak hingga , R2 Cekung cembung R1 - , R2 Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +
Datar cekung R1 = tak hingga , R2 +
Cembung cekung R1 + , R2

52

9. Lensa

Konvergen (positif)

divergen (negatif)

10. Kekuatan lensa (P)

P=

P=

1
f
100
f

n = banyak bayangan (untuk cermin datar)


= sudut antara ke dua cermin
f = jarak focus
s = jarak benda ke cermin
s = jarak bayangan ke cermin
h = tinggi benda
h = tinggi bayangan
m = perbesaran bayangan
i = sudut datang
r = sudut pantul
n = indeks bias
d = tebal kaca
t = pergeseran sinar
= sudut pembias
= deviasi

1 1 1
= +
f s s'
M=-

s'
s

=/

h'
h

f dalam meter

f dalam cm

R = jari-jari bidang lengkung


= panjang gelombang cahaya
P = kekuatan lensa

53

ALAT-ALAT OPTIK
Mata Emetropi (mata normal)

MATA

pp = 25 cm

; pr =

Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm

; pr <

Mata Hipermetropi (rabun dekat)

; pr =

Mata Presbiopi (mata tua)

pp > 25 cm
pp > 25 cm

; pr <

Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi)


s = dan s = -pr
KACA MATA
Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
s = 25 cm dan s = -pp

Akomodasi max

P=

Sd
+1
f

Tanpa Akomodasi

P=

Sd
f

Ditempel dimata

54

LOUPE
Berjarak d cm dari mata

D = -s + d
P=

D = daya akomodasi

Sd Sd Sd .d
+

f
D D. f

Sd = titik baca normal


d = soby + sok
Akomodasi max
P=

MIKROSKOP

s ' oby Sd
(
+ 1)
s oby fok

d = jarak lensa obyektif - okuler


Tanpa Akomadasi
P=

d = soby + fok

'

s oby Sd
(
)
s oby fok

Akomodasi max
P=

d = foby + sok

f oby Sd + f ok
(
)
f ok
Sd

TEROPONG BINTANG
Tanpa akomodasi
P=

d = foby + fok

f oby
f ok

Pp = titik jauh mata


Pp = titik dekat mata
s = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler

55

ARUS BOLAK-BALIK
Osiloskop = mengukur tegangan max
E=Emax. Sin .t
Eefektif = yang diukur oleh voltmeter
Emax = yang belum terukur
Epp = dari puncak ke puncak
= frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode

V max
2
i max
1
Iefektif=
Iefektif = Imax{
2
T
Eefektif=

sin 2 (

2
)dt }
T

Epp = 2.Emax
I.

Resistor pada DC-AC

II.

Induktor (L) pada DC-AC

56

Xl = reaktansi induktif

dim ax. sin .t


dt
E = L. .i max . cos .t
Xl = .L

E=L

(satuan XL = ohm)

III.

Capacitor pada DC-AC

C = kapasitas kapasitor
Q=C.V
Xc = reaktansi kapasitif

dQ dc.V
=
dt
dt
c.dV max . sin .t
i=
dt
i = .c.V max . cos .t
1
XC =
C
i=

(Satuan XC = 0hm)
IV.

R-L-C dirangkai seri

. Xl = .L
1
2. Xc =
.C
1.

3.

Gambar fasor

57

Z = R 2 + ( Xl Xc) 2
E
5. i =
Z
6. Vab = i.R
Vac = Vr 2 + Vl 2
Vbd = Vl Vc
Vbc = i. Xl
4.

Vcd = i. Xc
7.

Vad = Vr 2 + (Vl Vc) 2

Daya=Psemu.cos
Daya=Psemu.

R
Z

Psemu = V.I (Volt Amper)


a. Xl > Xc RLC bersifat induktif
V mendahului I dengan beda fase
b. Xl = Xc RLC resonansi
Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.

f =
c.

1
2

1
L.C

T = 2 L.C

Xc > Xl RLC bersifat capasitif

I mendahului V dengan beda fase

8.

tg =

XL XC
R

Z = Impedansi
= sudut fase
L = induktansi diri
f = frekwensi
T = periode
R = hambatan

58

PERKEMBANGAN TEORI ATOM

DALTON

Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat


Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
Yang lebih kecil.
Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain.
Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
berlainan dapat membentuk senyawa.
Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perbanDingan tertentu.
Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
kedua senyawa itu sederhana.

KELEMAHANNYA.
Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspeRimen.
Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
Satuan molekul juga disebut atom.
Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat berTentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson
Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan
Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom.

59

TEORI
ATOM

J.J THOMSON

Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektronElektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif
Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan
Positif.
KELEMAHANNYA.
Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan hamBuran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata naMun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.

RUTHERFORD

Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh


Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul
ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM.
Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar
Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom.
Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
KELEMAHANNYA.
Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
Atau tidak mendukung kemantapan atom.
Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.

Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.

SINAR KATODA

Partikel bermuatan negatif

Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
- Memiliki energi
- Memendarkan kaca
- Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.
MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU :
1.

Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan

60

Stasioner ini adalah : mvr =

nh
2

n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.


2.

Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang energinya tinggi, dan sebaliknya.

1.

Ep = -k

2.

Ek = - k

3.

Etotal = - k

4.

r=

5.

r1 : r2 : r3 : = 12 : 22 : 32 :

6.

1
1
1
= R( 2 2 )

nA
nB

e2
r
e2
r

e2
r
2
n
h
( )2
2
me k 2

Deret Lyman
Deret Balmer
Deret Paschen
Deret Brackett
Deret Pfund
max
min

fmin
fmax

R = tetapan Ridberg

nA = 1
nA = 2
nA = 3
nA = 4
nA = 5

R = 1,097.107 m-1

nB = 2, 3, 4 .
nB = 3, 4, 5, .
nB = 4, 5, 6, .
nB = 5, 6, 7, .
nB = 6, 7, 8, .

nB = 1 lebihnya dari nA
nB =

13,6
eV
n2

Energi stasioner

E=

Energi Pancaran

E = 13,6 (

05. Energi

1
nA

1
nB

) eV

E = h.f (J)

e = muatan electron
r = jari-jari lintasan electron
Ep = Energi potensial
Ek = energi kinetic
n = bilangan kuantum
r = jari-jari lintasan electron

61

= panjang gelombang
h = tetapan Planck

RADIOAKTIVITAS
Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.
Dasar penemuan
Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.

Penemu: Henry Becquerel


Menghitamkan film
Dapat mengadakan ionisasi
Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Merusak jaringan tubuh
Daya tembusnya besar

Sifat-sifat

Macam sinar

Sinar
Sinar
Sinar

Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie

Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar


Urutan naik daya ionisasi: Sinar , Sinar , Sinar
x x x x x x x x x x x
B
xxxxxxxxxxxx

62


xxxxxxxxxxxx

01. I = Io e-x

02. HVL
03.

nilai x

XA

sehingga I = Io

HVL =

ln 2 0,693
=

N=AZ

04. Deffect massa = (mproton + mnetron) minti


05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) minti }.931 MeV m dalam sma
= {(mproton + mnetron) minti }.c2
m dalam kg

A
A-4
A-4
atau ZXA
+
ZX
Z-2X
Z-2X
06. Hukum Pergeseran

A
A
A
atau ZXA
ZX
Z+ 1X
Z+ 1X +
Jika memancarkan
07. T =

tetap

0,693 ln 2
=

8.

R = . N

9.

N = No.2-t/T

10. D =

E
m

11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV


= (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2
12. Reaksi FISI

Reaksi FUSI

m dalam sma.
m dalam kg

Pembelahan inti berat menjadi ringan


Terjadi pada reaktor atom dan bom atom
Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI
Dapat dikendalikan.
Penggabungan inti ringan menjadi inti berat
Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen
Tidak dapat dikendalikan.

63

13. ALAT DETEKSI

Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)


Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
Emulsi film

X = nama atom / unsure


z = nomor atom
a = nomor massa
p = proton
n = netron
m = massa
T = waktu paruh
N = jumlah inti yang belum meluruh
No = jumlah inti mula2
= konstanta peluruhan
t = lamanya berdesintegrasi
R = aktivitas radioaktif

64

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR


Momen:

Momen Gaya : =F.l.sin


Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d

Kesetimbangan

Kesetimbangan Translasi : Fx=0,Fy=0


Kesetimbangan Rotasi : =0
Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0
Kesetimbangan Stabil (mantap) :
Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula.
(titik berat benda akan naik)
Kesetimbangan Indeferen :
Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan
(titik berat benda tetap)
Keseimbangan labil :
Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula.
(titik berat benda akan turun)

T I T I K B E R AT B E N D A
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
x0 =

ln . x n
l

y0 =

ln . y n
l

65

b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :


x0 =

An . x n
A

y0 =

An . y n
A

y0 =

Vn . y n
V

c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )


x0 =

Vn . xn
V

Sifat - sifat:
1.

Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.

2.

Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.

3.

Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.

Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.
Fx = resultan gaya di sumbu x
Fy = resultan gaya di sumbu y
= jumlah momen gaya

Tabel titik berat teratur linier


Nama benda
1. Garis lurus

Gambar benda

letak titik berat


x0 =

2. Busur lingkaran

1
2

keterangan
z = titik tengah garis

y0 = R

tali busur AB
busur AB

R = jari-jari lingkaran

3. Busur setengah
lingkaran

y0 =

2R

Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen

66

Nama benda
1. Bidang segitiga

Gambar benda

Letak titik berat


y0 =

1
3

Keterangan
t = tinggi

z = perpotongan
garis-garis berat
AD & CF
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat,

y0 =

t = tinggi

1
2

Bujur sangkar

z = perpotongan

Persegi panjang

diagonal AC dan
BD

3. Bidang juring

y0 =

lingkaran

2
3

tali busur AB
busur AB

R = jari-jari lingkaran

4.Bidang setengah
lingkaran

y0 =

4R
3

R = jari-jari lingkaran

Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen


Nama benda
1. Bidang kulit
prisma

Gambar benda

Letak titik berat


z pada titik

bidang alas

tengah garis z1z2 y0 =


1
2

Keterangan
z1 = titik berat

z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak.

67

2. Bidang kulit

t = tinggi

silinder.

y0 =

( tanpa tutup )

1
2

A = 2 R.t

silinder
R = jari-jari
lingkaran alas
A = luas kulit
silinder

3. Bidang Kulit
limas

Tz =

T T

1
3

TT = garis
tinggi ruang

4. Bidang kulit
kerucut

zT =

1
3

T T = tinggi

T T

kerucut
T = pusat
lingkaran alas

5. Bidang kulit
setengah bola.

R = jari-jari

Letak titik berat

Keterangan

y0 =

1
2

Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen


Nama benda

Gambar benda

68

1. Prisma
beraturan.

z pada titik tengah

z1 = titik berat

garis z1z2

bidang alas

y0 =

1
2

V = luas alas kali


tinggi

z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak
V = volume
prisma

2. Silinder Pejal
y0 =

1
2

V = R2 t

3. Limas pejal
beraturan

t = tinggi silinder
R = jari-jari
lingkaran alas

T T = t = tinggi
y0 =
=

1
4

limas beraturan

T T
t

1
4

V = luas alas x tinggi


3
4. Kerucut pejal

t = tinggi kerucut
y0 =
V=

1
4

t
R2 t

1
3

R = jari-jari lingkaran
alas

5. Setengah bola
pejal

y0 =

3
8

R = jari-jari bola.

69

TEORI KINETIK GAS


GAS IDEAL
1.

Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar
sekali.

2.

Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.

3.

Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.

4.

Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel
dapat diabaikan.

5.

Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.

6.

Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.

7.

Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.

N
N0

n=

1.
v

2.

ras =

3kT
m

M
N

dan

m=

03.
04. v

ras =

k=

R
N0

3RT
M

05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :
v

v
ras1 : ras2 =

1
M1

1
M2

06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :

70

v
ras1 : ras2 =

T1

T2

2L
Vras

07.

t=

08.

F=

N m V 2 ras
.
3
L

09.

P=

N m V 2 ras
.
3
V

10.

P=

2 N
.
3 V

11. P . V = K . T

1
2

mV 2 ras =

atau

P=

atau

1
V 2 ras
3

2 N
.
Ek
3 V

P . V = N. k .T

k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K


12. P . V = n R T
R

dengan

n=

N
N0

= 8,317 joule/mol.0K
= 8,317 x 107 erg/mol0K
= 1,987 kalori/mol0 K
= 0,08205 liter.atm/mol0K
R
T
Mr

13.

P=

14.

P1 .V1 P2 .V2
=
T1
T2

atau

P R. T
=
Mr

atau

P. Mr
T
R. T

Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.


15.

Ek =

3
Nk .T
2

P = tekanan gas ideal


N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif

71

k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
= massa jenis gas ideal
T = suhu

HUKUM TERMODINAMIKA
01. cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.
02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :

5
R
2

3
R
2

c
c

= 1,67

b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :

7
R
2

5
R
2

c
c

= 1,4

= konstanta Laplace.

03. Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar : W = p.


04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah :

U =

3
n. R. T
2

05.HUKUM I TERMODINAMIKA

Q= U+ W

Q = kalor yang masuk/keluar sistem

U = perubahan energi dalam

W = Usaha luar.
PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I
1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik.
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.

72

( lihat gambar ).

sebelum dipanaskan

sesudah dipanaskan

Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac


V1 V2
=
T1 T2

Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :

Pemanasan

W=

Pendinginan

Q-

U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 )

2.Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )


Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan.

Sesudah dipanaskan.

Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P1 P2
=
T1 T2

Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :

Pemanasan
Pendinginan
V = 0 ------- W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )

73

Q = U2 - U1
Q= U
U = m . cv ( T2 - T1 )

3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.


Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan.
Sesudah dipanaskan.
Oleh karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum BOYLE.
P1 V2 = P2 V2
Jika digambarkan grafik hubungan P dan V maka grafiknya berupa :

Pemanasan
T2 = T1 -------------->

Pendinginan
U = 0 ( Usaha dalamnya nol )

W = P1 V1 ( ln

V2
V
) = P2 V2 ( ln 2 )
V1
V1

W = P1 V1 ( ln

P1
P
) = P2 V2 ( ln 1 )
P2
P2

W = n R T1 ( ln

V2
V
) = n R T2 ( ln 2 )
V1
V1

W = n R T1 ( ln

P1
P
) = n R T2 ( ln 1 )
P2
P2

ln x =2,303 log x
4. Hukum I Termodinamika untuk proses Adiabatik.
Selama proses tak ada panas yang masuk / keluar sistem jadi Q = 0
( lihat gambar )

74

Sebelum proses
Selama/akhir proses
oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac
PV
PV
1 1
= 2 2
T1
T2

Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka berupa :

Pengembangan
Q = 0 ------ O = U + W
U2 -U1 = - W
-1
-1
T1.V1 = T2.V2

W = m . cv ( T 1 - T 2 )

atau

W=

P1 .V1

Pemampatan

-1

( V2

- V1

-1

P1.V1 = P2.V2

06. HUKUM II TERMODINAMIKA

=
=

Energi yang bermanfaat


Energi yang dim asukkan

Q Q1
W
= 2
Q2
Q2

= ( 1

Q1
) 100%
Q2

Menurut Carnot untuk effisiensi mesin carnot berlaku pula :

75

= ( 1

T1
) 100%
T2

T = suhu
= efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Gelombang Elektromagnet : Rambatan perubahan medan listrik dan medan magnet
Vektor perubahan medan listrik tegak lurus vektor perubahan medan magnet

Ciri-ciri GEM :

Menunjukkan gejala : pemantulan, pembiasan difraksi, polarisasi


diserap oleh konduktor dan diteruskan oleh isolator.

Coulomb : Muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat


Oersted : Di sekitar arus listrik ada medan magnet
Faraday : Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan
listrik
TEORI

Lorentz : kawat berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya


Maxwell : Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet,
Gahaya adalah gelombang elektromagnet
Biot Savart : Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan
magnet
Huygens : Cahaya sebagai gerak gelombang

(S)Intensitas GEM/energi rata-rata per satuan luas :


S =

E 0.B 0

S max =
S=

. sin 2 (kx .t )

E 0 .B 0
0

1
0.E 0 2.c
2

76

c=

1
0. 0

S=

E02
2.c. 0

Radiasi Kalor :
Radiasi dari benda-benda yang dipanasi
Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak
Konduksi : partikelnya bergetar
Konveksi : molekul berpindah
Radiasi : tanpa zat perantara.

zat padat
zat cair dan gas

Spektrum GEM: Urutan naik frekwensinya (urutan turun panjang gelombangnya):


gel. Radio, gel radar dan TV, gel. Infra merah, cahaya tampak, sinar ultra ungu,
sinar X, sinar gamma.
I =

w
= e..T 4
A

e=emitivitas :

hitam mutlak : e=1


putih : e=0
= konstanta Boltzman = 5,672.10-8 watt/m2

c
T

c=tetapan Wien=2,898.10-3m

v = kecepatan
c = kecepatan cahaya
T = suhu mutlak
= panjang gelombang
e = emisivitas
A = luas permukaan
S = intensitas
_
S = Intensitas rata-rata

77

OPTIKA FISIS
CAHAYA

Sinar yang dapat diuraikan


Polikromatik
Sinar yang tak dapat diuraikan
Monokromatik
Dalam ruang hampa
cepat rambat sama besar
f r e k we n s i m a s i n g wa r n a b e d a
Pj. Gelomb masing warna beda

DISPERSI (PERURAIAN WARNA)

Benda bening

r = /rm ru/

Plan paralel

t = /tm tu/

Prisma

= u - m

Lensa

s = /sm su/
f = /fm fu/

MENIADAKAN DISPERSI :

Merah ( dan v terbesar)


Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Nila
Ungu
(n, , f dan Efoton terbesar)

Prisma Akromatik
(nu nm) = (nu nm)
Lensa Akromatik.

78

1
1
=
f gabmerah
f gabungu
'

nm
n
1
1
1
1
1)(

) + ( m 1)(

)=
n
R1
R2
n
R1
R2

Flinta

Kerona

PRISMA PANDANG LURUS

'

nu
n
1
1
1
1
1)(

) + ( u 1)(

)
n
R1 R2
n
R1 R2

Flinta

Kerona

(nh 1) ) = (nh 1) )

Max

p.d
1
= ( 2k )

Min

p.d
1
= (2k 1)

Max

p.d
1
= ( 2k )

Min

p.d
1
= (2k 1)

Cermin Fresnell

Percobaan Young

INTERFERENSI
(Syarat : Koheren)
(A, f, sama)
Cincin Newton
(gelap sbg pusat)

Selaput tipis

Max

rk2 = R (2k-1)

Min

rk2 = R (2k)

Max

2n d cos r = (2k-1)

Min

2n d cos r = (2k)

Max

d sin = (2k + 1)

79

Celah tunggal

Min

sin = (2k)

DIFRAKSI
Max

d sin = (2k)

Min

d sin = (2k 1)

Kisi

k = 1, 2, 3 . . . .
Daya Urai (d)

d = 1,22

.L
D

L = jarak ke layar
D = diameter lensa

n = indeks bias
= deviasi
= sudut pembias
= panjang gelombang cahaya
p = jarak terang dari pusat
k = orde garis terang/gelap

d = tebal lapisan
r = sudut bias
rk = jari-jari cincin terang ke k
R = jari-jari lensa
= sudut difraksi/deviasi
f = fokus

80

RELATIVITAS
Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1 V2

b.

V1 +V 2
Vr =
V 1.V 2
1+
C2
V2
C2

t<t0

V2
C2

Massa dan Energi

m' =

m0
1

e.

V1 V 2
V 1.V 2
1
C2

Kontraksi Lorentz

L' = L 0 1
d.

Vr =

Dilatasi waktu

t' = t0 1
c.

V1 V2

V2
C2

m>m0

Etotal=Ediam+Ek

2
Ek = m.C
1
2
1 V

C2

V1 = kecepatan partikel 1 terhadap bumi


V2 = kecepatan partikel 2 terhadap partikel 1

81

Vr = kecepatan partikel 2 terhadap bumi


c = kecepatan cahaya
V = kecepatan
L = panjang setelah mengalami perubahan
Lo = panjang mula-mula
m = massa benda saat bergerak
mo = massas benda saat diam
Ek = energi kinetik
to = selang waktu yang daiamati oleh pengamat diam terhadap benda
t = selang waktu yang diamati pengamat bergerak

DUALISME GELOMBANG CAHAYA


a.
b.

Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan
Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin besar pula
kecepatan elektron yang diemisikan

E = h. f
E = Ek + E 0
Ek = E a
1
m.V 2 = h. f hf 0
2
1
C C
mV 2 = h
2
0
1 1
Ek = h.c.
0
h. f
h
Pfoton =
;p=
C

p=momentum

E = Energi
h = tetapan Planck
f = frekwensi
c = kecepatan cahaya
v = kecepatan
a = energi ambang
m = massa
= panjang gelombang
p = momentum
Ek = Energi kinetik

Hypotesa de Broglie

=
=

c
f

h
h
=
p
m.V

p = 2.m.Ek
82

Catatan penting :
Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule
Massa 1e = 9,1.10-31 kg
Hamburan Compton :

' =

h
.(1 cos )
m0.c

83

Anda mungkin juga menyukai