Anda di halaman 1dari 20

Kebakaran Hutan,

Ini 7 Gangguan Kesehatan Akibat Asap


Jum'at, 31 Juli 2015 | 01:07 WIB

Bangunan gedung pencakar langit diselimuti kabut tebal di wilayah Wuhan, Cina.
Pencemaran udara di Cina disebabkan oleh asap industri batu bara yang menjadi sumber
bahan bakar utama negara itu.

TEMPO.CO, Jakarta - Kabut asap


yang dipicu oleh kebakaran hutan di
Sumatera dan Kalimantan belum
mereda. Kabut asap akibat kebakaran
hutan dapat menjadi ancaman serius

apa yang dapat terjadi akibat kabut


asap

kebakaran

hutan,"

katanya

melalui keterangan resmi, Rabu, 29


Juli 2015.

bagi kesehatan, lingkungan, dan

Pertama,

kelestarian hayati. Kepala Badan

menyebabkan

Penelitian

selaput lendir di hidung, mulut dan

Kementerian

dan

Pengembangan

Kesehatan

Tjandra

asap

umum kabut asap dapat mengganggu

menyebabkan

kesehatan semua orang, baik yang

peradangan

"Ada tujuh jenis gangguan kesehatan

asap

iritasi

lokal

dapat
pada

tenggorokan yang langsung terkena

Yoga Aditama mengatakan secara

dalam kondisi sehat maupun sakit.

kabut

kebakaran

hutan,
reaksi

dan

mungkin

serta
alergi,
juga

infeksi.
Kedua, gangguan serupa juga dapat
terjadi di mata dan kulit, yang

langsung

kontak

kebakaran

dengan

hutan,

keluhan

gatal,

peradangan,

menimbulkan
mata

dan

asap
berair,

infeksi

yang

tidak

mungkin

terjadi

gangguan

saluran cerna dan penyakit lainnya.


Keenam,

secara

umum

maka

berbagai penyakit kronik di berbagai

memberat.

organ tubuh (jantung, hati, ginjal dan

Ketiga, dampak kabut asap dapat

lain-lain) juga dapat saja memburuk.

memperburuk asma dan penyakit

Ini terjadi karena dampak langsung

paru kronis lain, seperti bronkitis

kabut asap, maupun dampak tidak

kronik karena asap kebakaran hutan

langsung

akan masuk terhirup ke dalam paru.

menurunkan daya tahan tubuh dan

Kemampuan kerja paru menjadi

juga

berkurang dan menyebabkan orang

Ketujuh, mereka yang berusia lanjut

mudah

mengalami

dan anak-anak (juga mereka yang

bernapas.

punya penyakit kronik) dengan daya

Keempat, kemampuan paru dan

tahan tubuh rendah akan lebih rentan

saluran pernapasan mengatasi infeksi

untuk mendapat gangguan kesehatan.

berkurang, sehingga menyebabkan

Gangguan kesehatan biasanya baru

lebih mudah terjadi infeksi misalnya

akan timbul kalau seseorang cukup

infeksi

lama kontak dengan asap kebakaran

lelah

serta

kesulitan

saluran

pernapasan

akut

(ISPA), Ini terjadi karena ketidak


seimbangan daya tahan tubuh (host),
pola bakteri atau virus penyebab
penyakit
lingkungan

(agent)

dan

buruknya

(environment).

Kelima, bahan polutan di asap


kebakaran hutan yang jatuh ke
permukaan bumi juga mungkin dapat
menjadi sumber polutan di sarana air
bersih dan makanan yang tidak
terlindungi. Kalau kemudian air dan
makanan

terkontaminasi

itu

dikonsumsi masyarakat, maka bukan

hutan.

di

mana

kabut

menimbulkan

asap
stres.

terus-menerus.

"Pada

kondisi

Hati-hati,
kesehatan tertentu, orang menjadi
Ini Dampak Kabut Asap bagi
Kesehatan Manusia
Minggu, 06 September 2015 | 07:46
WIB

Jamaah calon haji menggunakan masker saat menunggu kepastian keberangkatan ke Embarkasi
Batam, di Kota Pekanbaru, Riau, 2 September 2015. Keberangkatan jamaah calon haji Riau
beberapa kali mengalami keterlambatan akibat kabut asap kebakaran lahan dan hutan sehingga
mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif II Pekanbaru.

TEMPO.CO, Jakarta - Kabut asap


yang menyeruak di Sumatera dan
Kalimantan sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia. Kepala Badan

lebih mudah mengalami gangguan

Penelitian

kesehatan

dan

Pengembangan

akibat

kabut

asap

Kesehatan Kementerian Kesehatan

dibandingkan orang lain, khususnya

Tjandra

orang dengan gangguan paru dan

Yoga

Aditama

mengungkapkan sedikitnya ada lima

jantung, lansia, dan anak-anak," kata

dampak langsung dan tak langsung

Tjandra dalam keterangan tertulis,

bagi tubuh akibat paparan kabut asap

Ahad, 6 September 2015. Pernyataan


itu

disampaikannya

menyikapi

bencana kabut asap akibat kebakaran

hutan di sejumlah daerah, seperti

menyebabkan iritasi pada mata dan

Jambi dan Riau. Seseorang dapat

kulit. Mata yang terkontaminasi asap

mengalami sesak napas dan infeksi

akan menjadi gatal, berair, dan

paru jika selalu terpapar kabut asap

menimbulkan peradangan.

secara langsung dan dalam jangka

tidak langsung, polutan asap juga

waktu lama. Tjandra mengatakan

akan mencemari air dan makanan.

asap tersebut dapat menyebabkan

Jika air dan makanan itu dikonsumsi

iritasi lokal pada selaput lendir di

masyarakat,

hidung, mulut, dan tenggorokan. Tak

gangguan saluran cerna seperti diare.

hanya itu, asap kebakaran hutan juga

Asap juga mampu menimbulkan

menyebabkan

alergi,

stres pada manusia dan menurunkan

reaksi

akan

Secara

menimbulkan

peradangan,

dan

infeksi

saluran

daya tahan tubuh. Dinas Kesehatan

pernapasan

akut

(ISPA)

hingga

Riau menyebutkan,

hingga kini,

pneumonia. ISPA mudah menyerang

sebanyak 9.386 orang terjangkit

ketika daya tahan tubuh manusia

penyakit

melemah,

pola

bakteri,

Adapun jumlah pasien penderita

lingkungan

yang

buruk,

seperti

paparan

kabut

asap.

sebanyak 7.312 orang, asma 296

saluran

orang, pneumonia 290 orang, iritasi

pernapasan mengatasi infeksi juga

mata 485 orang, dan iritasi kulit 903

berkurang, sehingga menyebabkan

orang.

adanya

"Kemampuan

paru

dan

dan

lebih mudah terjadi infeksi," ujar


Tjandra. Tjandra mengatakan asap
akibat kebakaran hutan juga akan
memperburuk asma dan penyakit
paru lain, seperti bronkhitis kronik
dan penyakit paru obstruktif kronis.
Penyakit

ini

ditandai

dengan

hambatan aliran udara di saluran


napas karena respons paru terhadap
gas

beracun.

pernapasan,

Selain
kabut

gangguan
asap

juga

saluran

akibat
pernapasan

paparan
atas

asap.
(ISPA)

Sementara

daerah

paling

parah

adalah Sumatera Selatan (Sumsel)

Kebakaran Hutan Menggila,


Riau Kirim Asap ke Singapura
Banda Haruddin Tanjung
Senin, 14 September 2015 14:00 WIB

Kebakaran
Hutan
Menggila
Riau
Kirim
Asap
ke
Singapura
Asap kebaran hutan di Riau mulai memasuki wilayah Singapura.(dok.Sindonews)

PEKANBARU - Kebakaran hutan


dan lahan di Pulau Sumatera semakin
menggila. Hari ini terpantau ada 982
titik panas (hotspot) yang tersebar di
beberapa propinsi. Ini menunjukan
peningkatan drastis dari kemarin
yang hanya 200 hotspot. Staf analisa
BMKG

Pekanbaru

Yesi

Chisty

menyatakan untuk hari ini Riau


menyumbang

55

titik

panas.

dengan 618 titik panas. Disusul


dengan Propinsi Jambi dengan 184
titik panas sisanya tersebar provinsi
lainnya.

"Untuk di Riau titik api

terbanyak

berada

di

Kabupaten

Pelalawan dengan 22 titik panas.


Kemudian Inhu 17 titik panas,
Kuansing 13 titik panas, Kampar dua
titik panas dan Inhil satu titik panas,"
kata

Yesi,

Senin

(14/9/2015).

Saat ini jarak pandang di Riau hanya


sekitar

200

hingga

500

meter.

BMKG menyatakan bahwa selain


dari daerah sendiri, Provinsi Riau
juga mendapatkan kiriman asap dari
Sumsel dan Jambi. Berdasarkan arah
mata angin, saat ini asap Riau juga
mengarah ke Negara Singapura yang
merupakan

daerah

luar

negeri

terdekat Riau. "Saat ini arah mata


angin tenggara ke selatan barat daya.
Artinya asap kita mengarah ke
Singapura.
anginnya

Namun
lambat

pungkasnya.

pergerakan

atau

rendah,"

Sementara kondisi di

Pekanbaru, Riau saat ini semakin


pekat

karena

kabut

asap.

Berdasarkan data Indeks Standar


Pencemaran Udara (ISPU) saat ini
masih bertahan diposisi terburuk
yakni

level

berbahaya.

BENCANA ASAP: Makan Korban,


Seorang Bayi Meninggal Di Jambi
Jum'at, 02/10/2015 13:43 WIB

Kabut asap pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Senin (28/9). Antara
Bisnis.com, PEKANBARU Akibat
kabut asap yang berkepanjangan di
wilayah Sumatra termasuk Jambi,
korban jiwa terus berjatuhan seperti
yang terjadi pada bayi dari wanita
warga Jambi bernama Ria. Dalam
akun Facebooknya Rhia Moorlife
Jambi mengirim lima foto bayinya
yang sudah tidak bernyawa dalam
kondisi

masih

berselang

infus.

Cukup anak hamba ya Allah yang


jdi korban akibat asap yang tidak
kunjung berhenti, jangan lagi ada

korban yang lain. Sesak napas,


batuk, pilek akibat kabut asap dari
orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, tulisnya, Jumat (2/10/2015).
Kiriman dari Ria ini mendapatkan
tanggapan
seperti
menulis

beragam

akun

Liza

dari

netizen

Puspita

Sari

komentar:

Innalillahiwainailaihirojiun

ya

terkejut aku liat keadaan ini yg


sabar y ya aku turut berduka cita
smga dipertemukan lagi sm dedek di
surga y ya :,( Yun Agyunien menulis

ya Allah ria kapan..... ei ndak sgka

Aceh dua titik. Sementara itu, di

nya

Sumut tidak ada terlihat titik api

ya

allah.......

sabar

ya

sayang ..... kalo ak di tempat mu ak


jg tidak tau apa yg Harus ak
buat ...... c cantik ini 1 umur dgn
anakku

kan....

selamat

jalan

bidadari cantik.... aduii sabar ya ria.


...... sabar ya.... Sementara itu,
MadaniFiz Souvenir Jambi menulis:
Yang

sabarx

mbk,aq

jg

udh

merasakan. Bertapa sakitx d sedih


kehilangan sibuah hati.Tp apa mau
dikata mbk,Tuhan lbh sayang sm
anak kita.Tp aq berusaha tegar,dgn
seperti itu aq bs membahagiaknx
mbk.Yg sabarx

mbk!!!

Sebagian

besar wilayah di Sumatra seperti


Sumatra

Selatan,

Jambi,

Riau,

Kepulauan Riau, Sumatra Barat,


hingga Sumatra Utara saat ini masih
tertutup kabut asap akibat kebakaran
lahan dan hutan yang telah terjadi
sejak Agustus lalu. Pada Kamis
(1/10/2015) kondisi hot spot (titik
api) yang terpantau dari Satelit Terra
Aqua BMKG tercatat berjumlah 192
titik.

Terjadi

penurunan

dibandingkan dengan jumlah titik api


kemarin yang mencapai 253 titik.
Titik api paling banyak berada di
Sumsel yakni 168 titik, kemudian di
Jambi 18 titik, Riau empat titik dan

Kebakaran Hutan,
Titik Panas di Sumatera Meluas

Jum'at, 16 Oktober 2015 | 09:41 WIB

Foto udara kebakaran hutan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, 18 September 2015. Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan ada perusahaan Malaysia yang
diduga turut andil dalam pembakaran hutan di Indonesia. ANTARA/Nova Wahyudi

TEMPO.CO,Pekanbaru Kebakaran
hutan dan kabut asap di wilayah
Sumatera

semakin

meluas.

Berdasarkan pantauan Satelit Tera


dan Aqua pada Jumat, 16 Oktober
2015, tercatat ada 769 titik panas
akibat kebakaran hutan."Titik panas
terpantau pukul 07.00," kata Kepala
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika

(BMKG)

stasiun

Pekanbaru, Sugarin Widayat, Jumat,


16 Oktober 2015. Daerah Sumatera
Selatan masih menjadi penyumbang

titik panas terbanyak, yakni 537 titik,


meningkat dari sebelumnya sebanyak
487 titik. Menurut Sugarin, titik
panas kebakaran hutan juga tersebar
di daerah lainnya, seperti Jambi 97
titik, Bangka Belitung 64 titik,
Lampung 38 titik, Bengkulu tujuh
titik, Sumatera Utara tiga titik, dan
Kepulauan

Riau

Sedangkan

wilayah

satu
Riau

titik.
juga

terdapat 22 titik setelah sempat nihil


beberapa hari. Adapun penyebaran
titik panas di Riau terpantau di
Indragiri Hilir, Meranti, Siak dan
Pelalawan. "Tingkat kepercayaan di

atas 70 persen yakni 14 titik,"


ujarnya. Sugarin menjelaskan, secara
umum kondisi cuaca wilayah Riau
berawan serta diselimuti kabut asap
tipis.

Peluang

hujan

dengan

intensitas ringan tidak merata terjadi


di Riau bagian barat dan utara.
"Temperatur

maksimum

31-33

derajat Celsius," jelasnya. Kabut


asap sisa kebakaran hutan dan lahan
kembali mengganggu kualitas udara
di beberapa daerah. Di Pekanbaru
jarak pandang menurun hingga 500
meter, Rengat 10 meter, Pelalawan
600 meter dan Dumai 600 meter.

Kabut Asap,
Kualitas Udara di Sumbar Naik Turun

Minggu, 18 Oktober 2015 | 04:44


WIB

Perahu membawa wisatawan berlayar menembus kabut asap yang menyelimuti perairan Pantai
Gandoria, Pariaman, Sumatera Barat, 14 Oktober 2015. Meski kabut asap masih pekat, warga
tetap memanfaatkan waktu libur Tahun Baru Islam (1 Muharram 1437 H) dengan mengujungi
sejumlah tempat wisata. ANTARA/Maril Gafur

TEMPO.CO , Padang: Kabut asap


akibat kebakaran hutan dan lahan
masih

menyelimuti

beberapa

kawasan di Sumatera Barat. Asap


kiriman dari Sumatera Selatan dan
Jambi tersebut menyebabkan kualitas
udara di kawasan ini fluktuatif.
"Sangat

fluktuatif,

tergantung

sumber apinya. Karena di sini hanya


kiriman,"
Meteorologi,

ujar

Kepala
Klimatologi,

Geofisika stasiun Global

Badan
dan

Atmosphere
Kototabang,
Oktober

Watch
Edison,

2015.

Bukit
Sabtu,

Sebab,

17

menurut

Edison, arah angin dari selatan ke


tenggara akan membawa asap itu
dari selatan Sumatera. Makanya, jika
ada peningkatan titik api di Sumatera
Selatan,

satu

hingga

tiga

hari

kemudian asap akan tiba di Sumatera


Barat.

Edison mengatakan, hujan

yang turun di Sumatera Barat tidak


terlalu berpengaruh. Kabut asapnya
akan hilang sebentar dan muncul
lagi, jika titik api masih ada di

Sumatera Selatan. Berdasarkan rilis

berkurang. Tapi dua sampai lima hari

Stasiun Global Atmosphere Watch

yang lalu berada di atas 100 titik.

Koto Tabang, Sabtu, 17 Oktober

Sehingga dampaknya kita rasakan

2015 pukul 07.00 WIB, tingkat

sekarang," ujarnya.

konsentrasi aerosol atau partikel


debu

(PM10)

Kabupaten

yang

Agam

terletak

di

hanya

64

mikrogram per meter kubik, dengan


kategori sedang. Satu jam kemudian
naik menjadi 102 ug/m3. Pada pukul
09.00 WIB, kembali turun menjadi
95 ug/m3.

Tiga jam kemudian

kembali naik. Kualitas udara mulai


tidak sehat dengan PM10 mencapai
193 ug/m3. Pantauan pukul 13.00
WIB, kembali naik menjadi 202
ug/m3.

Staff

Informasi

Observasi
Stasiun

Atmosphere Watch Koto

dan
Global
Tabang

BMKG, Albert, mengatakan dua hari


yang lalu titik panas di Sumatera
Selatan mencapai 400 titik. Sehingga
hari ini kabut asap di Sumatera Barat
kembali tebal. "Kiriman asap masih
tetap ada, selama titik api di selatan
Sumatera masih terpantau," ujarnya.
Menurut Albert, selama Oktober
2015, kualitas udara yang dipantau di
Koto Tabang berada dalam kategori
sedang hingga tidak sehat. Kondisi
ini bertahan setiap hari. "Pantauan
titik

panas

memang

sempat

KEBAKARAN HUTAN:

Korban Kabut Asap Di Riau Capai 70.000 Jiwa

Kamis, 22/10/2015 13:10 WIB

Pengendara roda dua melintas di jalan lintas Sumatera yang diselimuti kabut asap di
Rokan Hilir, Riau.

Bisnis.com, PEKANBARU- Akibat

4.857 jiwa terkena penyakit kulit.

bencana

"Kabut asap dalam beberapa hari ini

kabut

asap

sebanyak78.933

orang

di

Riau,

terjangkiti

meningkat

tajam.

Karena

dalam

penyakit terhitung dari awal Januari

beberapa hari ini, udara kembali

hingga 21 Oktober 2015. Kepala

memburuk,"

katanya,

Kamis

Dinas

(22/10/2015).

Andra

kembali

Kesehatan

Provinsi

Riau

Andra Sjafril mengatakan sebanyak

mengimbau masyarakat agar selalu

66.234 jiwa diantaranya

terkena

menggunakan masker saat berada di

penyakit indeks saluran pernafasan

luar, perbanyak minum air putih dan

akut (ISPA), 1.076 jiwa terjangkit

hindari aktivitas di luar ruangan,

pneunomoa, 3.073 terjangkit asma,

khususnya untuk anak-anak usia di

3.693 jiwa terkena penyakit mata dan

bawah 12 tahun. Kondisi kabut asap


ini,

sambung

Andra,

dapat

memperburuk penyakit pernafasan,


selain mendatangkan penyakit baru

yang

belum

pernah

diderita.

Pemerintah juga menghimbau agar


warga tidak menyepelekan penyakit
yang

timbul.

Selalu

memakai

masker sudah sangat membantu,


katanya. Seorang bocah berumur 9
tahun bernama Ramadhani Lutfy
Aerly warga Jalan Pangeran Hidayat
Kecamatan

Pekanbaru

Kota

meninggal dunia karena kabut asap.


Dari hasil rontgen RS Santa Maria,
paru-paru siswa kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Pekanbaru itu
dipenuhi asap. Andra tidak berani
menyatakan tentang jenis penyakit
yang diderita korban. Hal itu harus
didasari oleh pernyataan langsung
dari dokter yang menangani. Namun,
Andra

tidak

membantah

bahwa

korban meninggal karena kabut asap.

Teknologi 'Sapu Jagad'


Ini Ubah Limbah Asap Jadi Pupuk Cair
Kamis, 22 Oktober 2015, 17:03 WIB
Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi
Murdaningsih

Singapura tertutup polusi asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Sumatera (17/6).
Menurut laporan media setempat, pengukur kualitas udara Singapura 'Pollutant Standards Index
(PSI)' menunjukkan angka 111 pada jam empat sore (waktu Singapura).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU
--

Seorang

guru

di

Indramayu

membuat teknologi untuk sedikitsedikit bisa mengurangi dampak


bencana asap. Sutarjo (46 tahun),
guru di SMP Negeri Unggulan
Indramayu, Sutarjo (46) menciptakan
sebuah alat penghisap asap dan
polusi udara. Alat ini diciptakan pada
2009 lalu. Dia berharap, alat

ciptaannya

itu

bisa

membantu

mengatasi bencana asap yang masih


pekat di Sumatera dan Kalimantan.
Alat ini diberi nama 'Sapu Jagad'.
Sutarjo menjelaskan, cara membuat
alat sapu jagad sangatlah sederhana.
Alat tersebut hanya mengandalkan
air

kapur,

yang

sangat

mudah

diperoleh warga. Selain air kapur,


alat itu juga membutuhkan kipas
angin dan aquarium kecil, yang
berfungsi untuk menampung

air

kapur. Dari air kapur itulah, asap dan


polusi udara yang ada di sekitar
lingkungan warga akan terhisap oleh

kipas angin dan berubah menjadi

melirik alat tersebut. Karena itu,

serpihan padat. Serpihan limbah

Sutarjo pun akan mengupayakan hak

polutan yang banyak mengandung

paten untuk alatnya itu.

logam berat itupun dapat digunakan


untuk pupuk cair bagi tanaman
nonpangan.

Sutarjo

pun

menyarankan, setiap rumah di daerah


rawan

bencana

asap,

seperti

Sumatera dan Kalimantan, sebaiknya


memiliki tiga hingga empat alat
penghisap

asap

tersebut.

Sebab,

selain biayanya murah, alat itupun


tidak

memiliki

resiko

bahaya.

"Untuk membuat alat ini sangat


murah, hanya butuh biaya kurang
dari Rp 80 ribu," kata Sutarjo.
Sutarjo

pun

mengaku,

untuk

menciptakan alat hisap asap tersebut,


dirinya

melakukan

sejumlah

percobaan selama tiga sampai empat


bulan. Alat buatannya itupun sudah
diujicobakan di sekolah tempatnya
mengajar. Selain itu, juga pernah
coba digunakan di berbagai titik
lokasi di Kabupaten Indramayu. Alat
buatan Sutarjo kini sudah terbukti
berhasil mengatasi asap maupun

Kebakaran Hutan di Riau

polusi udara. Bahkan, karena alatAncam Cagar Biosfer Giam Siak


itulah,

dia

mendapatkan

penghargaan, baik di tingkat provinsi


maupun nasional. Sejumlah negara,
termasuk

Cina,

kabarnya

telah

Kamis, 22 Oktober 2015 | 10:47


WIB

Api membakar kebun akasia konsesi PT Arara Abadi dari Sinar Mas Group yang
berbatasan dengan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau (6/3). ANTARA/FB Anggoro

TEMPO.CO,
Kebakaran

Pekanbaru

hutan

dan

lahan

di

wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau


mulai mengancam suaka margasatwa
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil. Api
yang melahap lahan seluas 5 hektare
di Di Desa Sungai Linau, Kecamatan
Siak

Kecil

mulai

merembet

mendekati tegakan hutan di zona


penyangga Giam Siak Kecil. "Kepala
api sudah hampir masuk Cagar
Biosfer,"

kata

Kepala

Pemadam Kebakaran, Badan

Bidang

Penanganggulangan Bencana Daerah


Damkar,

Bengkalis,

Suiswantoro,

saat dihubungi Tempo, Kamis, 22


Oktober
Menurut

2015.
Suiswantoro,

petugas

pemadam kebakaran sebanyak 30


personil dibantu tentara dan polisi
terus berjibaku memadamkan api.
Namun sudah memasuki hari kelima
api belum dapat dijinakkan lantaran
lokasi titik api sulit dijangkau.
Terlebih petugas pemadam kesulitan
mencari sumber air untuk padamkan
api. "Ada embung dekat desa, tapi
jaraknya 10 kilometer dari lokasi
kebakaran,"

katanya.

Suiswantoro menduga kebakaran di


dekat Cagar Biosfer tersebut sudah
terjadi jauh sebelum tim pemadam
tiba lima hari lalu. Pihak desa Sungai

Linau atau Bandar Jaya kurang

pemerintah

kesadaran

laporan

seluruh sekolah semua tingkatan.

kepada BPBD Damkar saat terjadi

Cagar Biosfer Giam Siak Kecil

kebakaran. Alhasil, kebakaran terus

merupakan satu dari tujuh cagar

meluas. "Kepala api sulit dijangkau,

biosfer yang ada di Indonesia. Hutan

sudah mendekati kaki hutan Biosfer,"

ini

jelasnya.

pemerintahan,

memberikan

Suiswantoro

melihat

setempat

terletak

dua

yaitu

wilayah
Kabupaten

kebakaran lahan di Desa Sungai

Bengkalis

Linau tersebut unsur kesengajaan

Provinsi Riau. Hutan rawa gambut

pembersihan lahan untuk perkebunan

Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil

sawit. Sebab kata dia, kebakaran

memiliki

lahan terus terjadi setiap tahun di

sementara Suaka Margasatwa Bukit

daerah tersebut. Dugaan itu diperkuat

Batu

setip kali api padam lahan yang

Keduanya merupakan bagian dari

hangus terbakar itu telah ditanami

eco-region hutan Sumatera yang

pohon kelapa sawit.

dapat tergabung menjadi sebuah

bisa

memberikan

"Kami tidak

luas

berluas

Kabupaten

84.967
21.500

Siak,

hektare,
hektare.

dan

kawasan konservasi dengan areal inti

hanya

cagar biosfer seluas 178.722 hektare.

pemadaman. Namun kami selalu

Cagar Biosfer Giam Siak Kecil

laporkan

kepada

dikukuhkan dalam sidang UNESCO

Selain

di Jeju, Korea Selatan, 26 Mei 2009.

pengawasan,

tugas

temuan

tindakan

dan

di

meliburkan

kami
itu

pemerintah," dia mengaku.

itu kata Suiswantoro, kebakaran

Cagar

lahan juga terjadi di Kecamatan

satunya konsep kawasan konservasi

Bantan seluas 2.000 meter persegi.

dan

"Sudah

diakui secara internasional.

berhasil

dipadamkan,"

biosfer
budidaya

merupakan
lingkungan

satuyang

katanya.
Menurut Suiswantoro, kondisi
cuaca
Kualitas

Udara di Sumatera Terus Membaik

di Bengkalis turut memburuk akibat


gangguan kabut asap sisa kebakaran
hutan dan lahan. Jarak pandang di
perairan Bengkalis hanya 100 meter.
Kabut asap yang kian pekat membuat

Sabtu, 31 Oktober 2015 10:49


WIB

Kepala Pusat Data BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. (Ist)


Jakarta, HanTer-Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyatakan

kualitas

udara

di

sejumlah wilayah di Sumatera terus


membaik."Indeks

standar

pencemaran udara di Sumatera sudah


membaik di level sedang," kata
Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas
Nugroho

BNPB,
di

Sutopo

Jakarta,

Purwo
seperti

dikutip Antara, Sabtu (31/10/2015).


Berdasarkan data ISPU terakhir pada

Jumat (30/10) yang diterima BNPB


diketahui bahwa di Pekanbaru pada
level sedang. Di Siak sedang, di
Dumai

sedang,

di

Rokan

Hilir

sedang, di Bengkalis sedang, di


Jambi sedang, dan Sumatera Barat
sedang. Hal itu, kata dia, membaik
jika

dibandingkan

hari-hari

sebelumnya. Sebelumnya, tambah


Sutopo, indeks kualitas di sejumlah
wilayah

yang

terpapar

asap

di

Sumatera adalah di level tidak sehat


hingga

berbahaya.

mengguyur

Hujan

Sumatera

yang
dalam

beberapa hari terakhir, lanjut dia,

telah menyebabkan jarak pandang


dan kualitas udara membaik di
wilayah-wilayah yang terpapar asap.
Dia juga menjelaskan, jumlah titik
api

(hotspot)

sebagai

indikator

terjadinya kebakaran hutan dan lahan


juga berkurang. Sutopo berharap,
kondisi demikian terus berlangsung
di wilayah-wilayah yang terpapar
kabut

asap.

pertumbuhan

"Kita
awan

di

berharap
wilayah-

wilayah yang terpapar asap terus


meningkat,"

paparnya.

Laporan

mengenai perkembangan kebakaran


hutan dan lahan tersebut, sebut dia,
juga

telah

dilaporkan

kepada

Presiden Joko Widodo (Jokowi).


"BNPB sudah melaporkan setiap
perkembangan

terbaru

terkait

kebakaran hutan dan lahan serta


kabut

asap

kepada

presiden,"

tukasnya. Sementara itu, hingga saat


ini pemerintah juga terus melakukan
upaya penanganan kebakaran hutan
dan lahan.

Anda mungkin juga menyukai