Anda di halaman 1dari 1

Merisaukan, Pencemaran Udara Kota Denpasar

Denpasar (Bali Post) Mengelola lingkungan hidup diperlukan pemahaman dan itu mesti dilakukan kepada anak-anak sejak
usia dini. Apalagi teknologi makin maju dengan pesat, tentu anak-anak mendapatkan banyak
kesempatan memperoleh pemahaman tentang lingkungan itu.
Demikian dipaparkan Asisten Deputi II Kementerian Lingkungan Hidup Wilayah Bali dan Nusra Drs. Ketut
Muliarta, M.T. saat membuka pameran mengenai lingkungan hidup, dalam rangka memperingati Hari
Anak Nasional, Rabu (23/7) kemarin di Robinson Mall.
Pameran tersebut diselenggarakan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) dalam Program
Pengendalian Pencemaran Udara di Sekolah dan akan berlangsung selama 2 hari (23-24 Juli 2003) di
Robinson Mall. Kegiatan itu atas kerja sama ASDEP Kewilayahan Bali-Nusra dan ASDEP Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor, Dinas Lingkungan Hidup Kota Denpasar dan FKGPL. Peserta pameran dari kalangan
siswa SLTP (3 sekolah), dan SLTA (6 sekolah).
Menurut Muliarta, dalam hal pencemaran udara, dari sembilan kabupaten di Bali hanya kota Denpasar
yang paling merisaukan. ''Pesatnya pembangunan menyebabkan kualitas udaranya menurun,'' katanya
tanpa memberikan data pencemaran udara.
Dikatakan, membicarakan masalah lingkungan mau tidak mau akan masuk ke dalam wilayah konflik. Ia
mencontohkan di satu sisi menginginkan lingkungan menjadi bersih dari polusi sedangkan di sisi lainnya
masyarakat juga memerlukan kemajuan dari teknologi seperti kendaraan bermotor. ''Sebab dari data
yang terkumpul, pencemaran udara sebagian besar dari asap kendaraan bermotor. Jadi sangat susah
kita menghendaki udara bersih. Apalagi zaman sekarang, mana ada orang yang mau berjalan kaki,
paling tidak menggunakan kendaraan bermotor,'' jelasnya. Ia mengharapkan pemahaman tentang
pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat dapat ditangkap dalam pemikiran anak sejak usia dini.
''Tetapi di Bali pencemaran udara tidak terlalu parah, bahkan masih bagus. Karena ada keuntungan yang
dimiliki Bali sendiri yaitu letak geografis dan topografinya. Sehingga Pulau Bali yang kecil ini jika ada
udara yang tercemar tentu akan cepat diembuskan angin kencang dan keras,'' paparnya.
Ia juga menjelaskan, bila semua kepentingan bisa berjalan dengan seimbang seperti lingkungan yang
bersih sejalan dengan pembangunan yang ada, itulah disebut pembangunan yang berkelanjutan. (ani)

Anda mungkin juga menyukai