Anda di halaman 1dari 13

Tugas Ke : 8

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Tujuan Berbangsa dan Bernegara

Di susun oleh :
Erika Silviani
270110130006
Geologi B

Fakultas Teknik Geologi


Universitas Padjajaran
2013/2014

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah, yang tidak pernah berhenti


memberikan nikmat dan karunia Nya kepada umat manusia.
Segala puji hanya bagi-Nya, yang dengan segala taufik dan
pertolongan-Nya semata, apa pun
wujud kepentingan, pasti
dapat dilaksanakan dengan baik.
Shalawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada
panutan alam yang senantiasa menjadi suri tauladan yang baik
bagi semua umat manusia yaitu Nabi Muhammad S.A.W
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini, sehingga
dapat di selesaikan dengan tepat waktu.
Manusia tempat nya lupa dan salah, makalah ini sangat jauh
dari kata sempurna sehingga kritik dan saran untuk mebuat suatu
karya yang lebih baik lagi sangat di perlukan.

Jatinangor, 25 April 2014

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantari

Daftar isi.....ii
Bab I
1.1 Latar belakang..1
1.2 Rumusan Masalah....1
1.3 Maksud dan tujuan...1
Bab II
2.1 Pengertian Bangsa dan Negara.2
2.2 Pengaruh Kehidupan Berbangsa dan Bernegara...2-3
2.3 Indikator Penurunan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara..3-6
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.6
2.5 Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara..6-9
Bab III
3.1 Kesimpulan...10
3.2 Saran.10
Daftar Pustaka.11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran
berbangsa dan bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama
memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut
bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah
bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari
gangguan bangsa lain.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya
mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua.Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk
menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan
rakyat dapat diwujudkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bangsa dan Negara ?
2. Apa pengaruh kehidupan berbangsa dan bernegara ?
3. Apa saja indikator penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.?.
5. Apa saja empat pilar berbangsa dan bernegara ?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Memahami pengertian bangsa dan Negara
2. Memahami pengaruh kehidupan berbangsa dan bernegara
3. Mengetahui indikator penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara
5. Mengetahui empat pilar berbangsa dan bernegara

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bangsa dan Negara
Indonesia adalah wilayah kepulauan yang terintergrasi secara nasional dari daerah
daratan dan lautan kedalam organisasi berbentuk negara kesatuan untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sebagai realisasi impian
yang di amanatkan oleh UUD 1945. Berdasarkan pendekatan yang diuraikan diatas,

diharapkan dapat dipergunakan untuk menyusun suatu konsepsi yang dapat dipergunakan
untuk menyatukan sudut pandang dalam kita merumuskan, apa yang telah tertuang dalam
pasa 32 UUD 45 sebelum diadakan perubahan. Dengan sudut pandang itu, diharapkan kita
dapat menyatukan pola berpikir dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dalam
mengaktualisasikan berbangsa, bernegara, dan bertujuan sebagai pedoman dalam kita
bersikap dan berperilaku dalam menjalankan fungsi, pekerjaan, kerja, jabatan, peran dan
tanggung jawab dalam berbangsan dan bernegara.
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, sejarah
serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan berbangsa adalah manusia yang mempunyai
landasan etika, bermoral , dan ber-aqlak mulia dalam bersikap mewujudkan makna sosial dan
adil. Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang
mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut. Sedangkan bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan
menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah nusantara atau
Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk bersatu secara emosional
dan rasional dalam membangun rasa nasionalisme secara eklektis kedalam sikap dan perilaku
antar yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah.
2.2 Pengaruh Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada pemuda merupakan hal penting
yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena pemuda merupakan penerus bangsa yang
tidak dapat dipisahkan dari perjalan panjang bangsa ini. Akan tetapi kesadaran berbangsa dan
bernegara ini jangan ditafsir hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas
memandangnya, sehingga dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif menerapkan arti
sadar berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat
kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan bangsa mempengaruhi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak akan selalu positif. Bisa saja pada suatu masa
kesadaran tersebut tidak seutuh dengan masa sebelumnya. Bermacam-macam hal yang dapat
berpengaruh terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara. Berbagai faktor dalam negeri
seperti dinamika kehidupan warga negara, telah ikut memberi warna terhadap kesadaran

berbangsa dan bernegara tersebut. Demikian pula perkembangan dan dinamika kehidupan
bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia, tentu berpengaruh pula terhadap kesadaran itu.
Menjadi sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab mengemban
amanat penting ini, bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara,
maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang
mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh
terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa
lain.
2.3 Indikator Penurunan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda di
negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara.Hal ini bias kita
lihat dari segelintir persoalan ini,saya ambil contoh di perkotaan, karena bagian yang sangat
cepat dengan informasi walaupun desa juga tidak bisa dilepakan dari konteks ini, hal ini bisa
kita lihat semakin minimnya pemuda di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya
bangsa sendiri dan lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain, semakin
banyaknya pemuda yang melakukan perilaku menyimpang dan penggunaan narkoba, dan
kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang
ditunjukkan dengan semakin individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah
masyarakat, penguasaan IPTEK yang terbatas.
Budaya yang mereka tiru di perkotaan merupakan salah satu indikasi betapa kuatnya
budaya asing merubah budaya kita dalam kehidupan pemuda lewat arus besar globalisasi.
Pemuda kita tidak lagi bangga dengan kekayaan budaya yang dimilikinya, seolah-olah,
segala sesuatu yang datangnya dari luar merupakan sesuatu yang paling baik, berupa bahasa,
bertutur dan berpikir,tanpa melakukan penyaringan lebih dahulu. Kecenderungan pemuda
menyebutnya dengan trend saat ini, padahal tidak kita disadari, ini merupakan bahaya laten
yang akan merusak generasi kita (pemuda). Hal ini menandakan lemahnya kesadaran pemuda
kita mempertahankan kekayaan nilai bangsa yang kita miliki.
Perilaku menyimpang lainnya, seperti free sex dan penggunaan narkoba,minum-minuman
yang memabukan ini juga merupakan salah satu lemahnya pemuda dalam menyadari apa
yang dilakukan dan apa dampaknya. Setiap hari kita mendengar, membaca dan melihat di
media cetak dan elektronik bahwa selalu saja ada pemuda yang diringkus oleh aparat

keamanan akibat perilaku diatas, bila hal ini terus menerus berlanjut dan tidak diantisipasi
maka ketahanan negara ini ke depan sudah pasti terganggu.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda
yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial
di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan
peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah,
baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari
semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang
kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yng
harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. disitu pemuda telah
melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara. Akan tetapi, kondisi itu
nampaknya masih jauh dari apa yang diharapkan dari pemuda itu sesungguhnya, kebanyakan
pemuda saat ini lebih cenderung untuk bersikap individualis atau mementingkan diri sendiri
tanpa mau tahu akan persoalan di sekitarnya.
Penguasan IPTEK yang tidak merata bagi pemuda juga merupakan salah satu tantangan
bagi kita, mau tidak mau segala sesuatu dalam hal penguasan informasi, jika pemuda kita
tidak memiliki kompetensi dibidang ini, maka kita akan terus tertinggal dan digilas zaman
sehingga dominasi negara luar semakin kuat menguasai negara kita.
Pemuda tidak dapat dilupakan dan dihilangkan dari perjalanan panjang bangsa ini.
Sumpah pemuda sebagaimana telah diikrarkan oleh pendahulu kita pada tanggal 28 oktober
1928, merupakan salah satu bukti betapa peranan pemuda itu sangat vital dalam
mempersatukan pemuda dan bangsa ini dan yang lahir dari pikiran-pikiran kaum muda
adalah juga suatu peristiwa sejarah, peristiwa yang merupakan klimaks dari pencarian
identitas baru yang telah bermula sejak awal abad ini dan manifestasi dari puncak peranan
pemuda sebagai aktor sejarah yang sadar.
Fenomena-fenomena yang disinggung diatas merupakan tantangan bagi kita dan akan
cenderung menjadi pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan keluarnya. Kondisi pemuda
yang seperti itu juga akan menjadikan pemuda kita menjadi pemuda yang kehilangan
identitas dan krakter yang berdampak pada hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu
sendiri.
Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
terjadi di tengah masyarakat, dan terdepan pula menyuarakan kritik yang membangun,
kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), karena ini merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar, untuk menahan
laju pengaruh asing yang mau menjajah atau membelenggu kita sehingga berdampak pada
perpecahan ditengah masyarakat.
Persoalan yang sedang dialami oleh pemuda saat ini, tidak ada kata lain bahwa pemuda
harus mempersiapkan diri dalam segala hal yang serta merta juga harus membangun
kesadaran bahwa dengan mampu menjaga citra pemuda sudah merupakan bagian dari
menjaga negara ini dari keterpurukanan tentunya memperkuat identitas kita.
Hal penting yang tidak bisa dlupakan oleh pemuda adalah bahwa Pancasila telah
merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup dan harapan bangsa. Tugas pemuda
adalah untuk tetap menjaga Pancasila dan menjalankan amanat yang terkandung didalamnya.
Tentunya,bagaimana menjalankan yang diamanatkan oleh Pancasila tersebut tidaklah hanya
mengetahui saja dan menghafalnya, akan tetapi mengimplementasikannya dalam kehidupan
kita sehinga menjadi Pancasila yang hidup. Tidak ada lagi kata lain, bahwa untuk
menghidupkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, maka pemuda harus
turun ke tengah masyarakat membantu menyelesaikan persolan-persoalan yang ada karena
disana banyak persolan yang membutuhkan perhatian para pemuda. Pemuda harus terdepan
menyatakan penghormatan terhadap kemajemukan di negeri ini, terdepan dalam
menghormati

toleransi,

dan

banyak

hal

lagi

yang

dilakukan

pemuda

dalam

mengimplementasikan Pancasila, satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa
pemuda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang
dihadapi saat ini.
Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan
perubahan,

hanya

dengan

demikianlah

pemuda

menjaga

keutuhan

bangsa

ini,

mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi
terjadinya penjajahan gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak
terbendung juga merupakan salah satu menjaga negara ini.
Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan sosial dan
memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus turut serta mencari
solusinya.
Apabila kita membangun kesadaran berbangsa, bernegara, memahami hukum yang
berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada generasi yang bisa
dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa dan negaranya sendiri serta tidak
ada generasi muda yang memiliki perlakuan yang menyimpang dari norma-norma umum

dimasyarakat. Dengan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara itulah, maka pemuda
telah melakukan salah satu dari sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan Negara ini
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.4 Faktor-Faktor Pendukung Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Beberapa faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara :
1.Tingkat ke-amanahan seorang pejabat.
2.Pemerataan kesejahteraan setiap daerah.
3.Keadilan dalm memberikan hak dan kewajiban semua rakyat
4.Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan
5.Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan.
6.Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia.
7.Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu.
8.Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa.
2.5 Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara
Setiap negara pasti mempunyai pondasi/pilar/dasar-dasar negara, begitu halnya juga
dengan negara Indonesia, negara Indonesia mempunyai pilar-pilar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, tidak hanya satu tetapi 4 pilar. Konsep ini digagas oleh alm Taufik
Kiemas, beliau menggagas konsep ini mengingat empat pilar ini adalah mutlak dan tidak
bisa dipisahkan dalam menjaga dan membangun keutuhan bangsa. Seperti halnya sebuah
bangunan dimana untuk membuat bangunan tersebut menjadi kokoh dan kuat, dibutuhkan
pilar-pilar atau penyangga agar bangunan tersebut dapat berdiri dengan kokoh dan kuat,
begitu halnya juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Lalu apa saja macam-macam 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. pancasila, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila
pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
2. Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD 45, adalah hukum dasar tertulis (basic law),
konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai

undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27
Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950
di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan
UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.
3. Bhinneka Tunggal Ika, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat
Berbeda-beda tetapi tetap satu. Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti
beraneka ragam atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti
macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal
berarti satu. Kata ika berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya
bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna
yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitarabad
ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa
dengan umat Buddha. Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap
seperti di bawah ini:
Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal,
Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
4. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), adalah bentuk dari negara Indonesia,
dimana negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan, selain itu juga bentuk
negaranya adalah republik, kenapa NKRI, karena walaupun negara Indonesia terdiri dari
banyak pulau, tetapi tetap merupakan suatu kesatuan dalam sebuah negara dan bangsa

yang bernama Indonesia. Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak
dapat dipisahkan dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena
melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara
sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada
negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apabila ditinjau dari sudut
Hukum Tata Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 17
Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan
Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu
PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya
negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga
telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan negara. Para pendiri bangsa (the
founding fathers) sepakat memilih bentuk negara kesatuan karena bentuk negara kesatuan
itu dipandang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai
keanekaragaman, untuk mewujudkan paham negara integralistik (persatuan) yaitu negara
hendak mengatasi segala paham individu atau golongan dan negara mengutamakan
kepentingan umum. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk
berdasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan
melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang mrnjadi faktor-faktor pendukung
kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi
pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga sosialisasi di masyarakat,niscaya akan
terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme,
yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya
menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.
Institusi di masyarakat, baik di partai, lembaga, yayasan, organisasi sosial, koperasi,
ditumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara melalui pendidikan multikulturalisme.
Organisasi sosial-politik , pemuda, olahraga, yayasan, koperasi, tidak bersifat eksklusif,
namun mampu bersifat inklusif dengan mengembangkan organisasi dengan penanaman
kesadaran berbangsa.
3.2 Saran
Kegiatan dialog Kesadaran Berbangsa dan Bernegara perlu diselenggarakan dalam
rangka mendorong, memupuk, serta meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk
meningkatkan kerukunan dan kesejahteraan; serta merumuskan pokok-pokok pikiran tentang

peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara sebagai bahan kebijakan pemerintah dalam
peningkatan wawasan kebangsaan bagi pemuda, warga masyarakat. Di era globalisasi ini
memang telah terjadi, suka tidak suka tidak bisa dihindari, jika diambil negatifnya kita akan
menjadi berpikiran negatif, akan lebih bijaksana jika kita mengambil segi positifnya agar kita
bisa mengikuti kemajuan jaman, dengan tidak mengesampingkan budaya local,dalam rangka
kecintaan kita pada tanah airm dengan harapan NKRI tetap terpelihara.

Daftar Pustaka
Sumodiningrat Gunawan dan Ary Ginanjar Agustian. 2008. Mencintai Bangsa dan Negara. PT.
Sarana Komunikasi Utama: Bogor
Dr Ali masykur musa,2012.Nasionalisme di persimpangan, erlangga, Jakarta
Kusumoprojo Wahyono Suroto .2009. Indonesia Negara maritime. Teraju:Jakarta
Dr. Jazim Hamidi, S.H.,M.H dan Mustafa lutfi.,S.H.,m.h,2010, civic education antara realitas
politik dan implementasi hukumnya ,Gramedia pustaka utama Jakarta
Mahesa Desmond.J.2012. presiden offside, kita diam atau memakzulkan. Tansmedia
pustaka:Jakarta
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/550-kesadaran-berbangsa-danbernegara.html
http://politik.kompasiana.com/2013/06/12/empat-pilar-berbangsa-dan-bernegara-568227.html

Anda mungkin juga menyukai