PENYAJI
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dibacakan pada tanggal : 18 Agustus 2015
Nilai :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul ABSES HATI.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS
pembimbing dr. Ayu Nurul Zakiah dan supervisor dr. Sumi Ramadhani, Sp. PD
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kebaikan penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
ii
Latar Belakang........................................................................................ 1
Definisi.................................................................................................... 3
Etioepidemiologi..................................................................................... 4
Patogenesis.........................................................................................
4
Manifestasi Klinis, Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang .................. 6
Diagnosis Banding.................................................................................. 10
Penatalaksanaan...................................................................................... 10
Edukasi dan Pencegahan......................................................................... 11
Kriteria Merujuk...................................................................................... 11
Prognosis....................................................................................................11
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
iv
1.1
LATAR BELAKANG
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, parasit, jamur, maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal
yang
ditandai
dengan
adanya
proses
supurasi
dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel
darah dalam parenkim hati. Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu abses hati
amebik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver
Abcess).1
AHA atau abses hati amebik paling sering dijumpai di daerah
tropis/subtropik termasuk Indonesia. AHA lebih sering terjadi endemik di negara
berkembang dibanding AHP. AHA terutama disebabkan oleh E. hystolitica.1
Amebiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh protozoa saluran
cerna yakni E. hystolitica. Komplikasi ekstraintestinal dari infeksi E. hystolitica
dapat menimbulkan pus dalam hati, sehingga terjadi abses (abses hati amuba).2,3
Diperkirakan 10% dari seluruh penduduk dunia terinfeksi oleh oteh E.
hystolitica, tetapi hanya 10% yang memperlihatkan gejala.2 Prevalensi tertinggi di
daerah tropis dan negara berkembang dengan keadaan sanitasi yang buruk, status
sosial ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik serta dimana strain
virulen E. hystolitica masih tinggi. Misalnya di Meksiko, India, Amerika Tengah
dan Utara, Asia dan Afrika. Prevalensi E. hystolitica di berbagai daerah di
Indonesia berkisar antara 10-18%.3
Penderita
umumnya
mengalami
demam,
nyeri
hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai gejala komplikasi.
Kadang gejalanya tidak khas, timbul pelan-pelan atau asimptomatis. Kelainan
pemeriksaan laboratorium ditemukan adalah anemia ringan sampai sedang, dan
leukositosis. Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen dada, USG atau CT
Scan.2-4
Pengobatan
amebiasis
hati
adalah
kemoterapi
dengan
derivat
1.2
DEFINISI
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, parasit, jamur, maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal
yang
ditandai
dengan
adanya
proses
supurasi
dengan
vi
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel
darah dalam parenkim hati. Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu abses hati
amebik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver
Abcess).1
a.
inflamatori purulen di dalam parenkim hati yang disebabkan oleh amuba, terutama
Entamoeba hystolitica.
b. Abses Hepar Piogenik
Etiologi AHP adalah Enterobacteriaceae, microaerophilic streptococci,
anaerobic streptococci, Klebsiella pneumonia, bacteroides, fusobacterium, S.
aureus, S. milleri, Candida albicans, aspergillus, actinomyces, Eikenella
corrodens, Yersinia enterolitica, S. typhi, Brucella militensis, dan fungal. Pada era
pre-antibiotik, AHP terjadi akibat komplikasi apendisitis bersamaan dengan
pylephlebitis. Bakteri patogen melalui a. hepatica atau melalui sirkulasi vena
portal masuk ke dalam hati, sehingga terjadi bakterimia sistemik, ataupun
menyebabkan komplikasi infeksi intraabdominal (divertikulitis, peritonitis, dan
infeksi post operasi). Sedangkan saat era antibiotik, terjadi peningkatan insidensi
AHP akibat komplikasi dari sistem biliaris (kolangitis, kolesistitis). Hal ini karena
semakin tinggi umur harapan hidup dan semakin banyak pula orang lanjut usia
yang dikenai penyakit sistem biliaris ini. AHP juga bisa diakibatkan oleh trauma,
luka tusuk atau tumpul, dan kriptogenik.1
1.3
ETIOEPIDEMIOLOGI
Penyakit abses hati didapatkan diseluruh dunia, abses hati piogenik lebih
sering ditemukan di negara maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati
vii
amuba di negara sedang berkembang yang beriklim subtropis dan tropis terutama
pada daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik.1
Ada 8-16 kasus abses hepar setiap 100.000 pasien rumah sakit. Abses hepar
memiliki angka mortalitas 5-30%. Pada kasus AHA, penelitian menunjukan
perbandingan pria : wanita yang mengalami abses hepar amebik berkisar 10:1,
dengan usia penderita berkisar antara 20 - 40 tahun, terutama pada dewasa muda,
jarang pada anak-anak.2-5,7 Sedangkan pada kasus AHP, perbandingan kejadian
antara pria dan wanita pada AHP adalah sama, dengan rentang usia berkisar lebih
dari 40 tahun, dengan insidensi puncak pada dekade ke-6. 1
1.4
PATOGENESIS
Hati adalah organ yang paling sering untuk terjadinya abses. Abses hati
dapat berbentuk soliter atau multiple. AHP dapat berupa lesi tunggal dan jamak,
dengan garis tengah milimeter hingga masif. Abses terjadi melalui penyebaran
hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam
rongga peritoneum. Hati menerima darah sistemik dan melalui sirkulasi vena
portal, sehingga memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteria
yang berulang, tetapi dengan adanya sel kupffer yang membatasi sinusoid hati
akan menghindari terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. Adanya penyakit sistem
biliaris, memungkinkan terjadinya obstruksi aliran empedu dan menyebabkan
terjadinya proliferasi bakteri (abses empedu biasanya multiple yang mengandung
bahan purulen). Adanya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabangcabang dari vena portal dan limfatik sehingga akan terbentuk formasi abses
fileflebitis. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara hematogen sehingga
terjadi bakteremia sistemik. Sedangkan penyebaran langsung dari trauma biasanya
menyebabkan abses besar dan tunggal.1
Penetrasi akibat luka tusuk menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim
hati sehingga terjadi AHP. Penetrasi akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis
hati, perdarahan intrahepatik dan terjadi kebocoran saluran empedu sehingga
terjadi kerusakan kanalikuli. Kerusakan kanalikuli akan memudahkan bakteri
viii
masuk ke hati dan terjadi pertumbuhan bakteri melalui proses supurasi dan
pembentukan pus.1
AHP lebih sering terjadi pada lobus kanan hepar. Hal ini berdasarkan
perbedaan anatomi hati, yaitu lobus kanan menerima darah dari a. mesenterika
superior dan vena portal sedang lobus kiri menerima darah dari a. mesenterika
inferior dan aliran limfatik.1
Baik bentuk trophozoit maupun kista dapat ditemukan pada lumen usus.
Namun hanya bentuk trophozoit yang dapat menginvasi jaringan.l Amuba dapat
menjadi patogen dengan mensekresi enzim cysteine protease, sehingga melisiskan
jaringan maupun eritrosit dan menyebar keseluruh organ secara hematogen dan
perkontinuinatum. Ameba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler darah,
ikut dalam aliran darah melalui vena porta ke hati. Di hati E. hystolitica
mensekresi enzim proteolitik yang melisis jaringan hati, dan membentuk abses.
Lokasi yang sering adalah di lo-bus kanan (70% - 90%), superfisial serta tunggal.
Kecendrungan ini diperkirakan akibat penggabungan dari beberapa tempat
infeksi mikroskopik. Ukuran abses bervariasi dari diameter 1 sampai 25 cm.
Dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit. yang
kronis dan besar berdinding tebal, Secara klasik, cairan abses menyerupai
achovy paste dan berwarna coklat kemerahan, sebagai akibat jaringan hepar
serta sel darah merah yang dicerna.1-8 Evaluasi cairan abses untuk penghitungan
sel dan enzimatik secara umum tidak membantu dalam mendiagnosis abses
amuba. Amuba bisa didapatkan ataupun tidak di dalam cairan pus.6
1.5
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi sistemik AHP biasanya lebih berat dari pada AHA. Sindrom
klinis klasik AHP berupa nyeri spontan perut kanan atas yang ditandai jalan
membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Selain itu,
demam tinggi merupakan keluhan paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Setelah era
ix
pemakaian antibiotik yang adekuat, gejala dan manifestasi AHP adalah malaise,
demam tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat
dengan adanya pergerakan.1
Apabila AHP letaknya dekat dengan diafragma, akan timbul iritasi
diafragma sehingga terjadi nyeri bahu kanan, batuk, ataupun atelektasis (terutama
akibat AHA). Gejala lainnya adalah mual, muntah, anoreksia, berat badan turun
yang unintentional, badan lemah, ikterus, berak seperti kapur, dan urin berwarna
gelap.1
Pemeriksaan fisik yang didapatkan febris yang sumer-sumer hingga
demam/panas tinggi, pada palpasi terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat
nyeri tekan hepar, yang diperberat dengan adanya pergerakan abdomen,
splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik, selain itu, bisa
didapatkan asites, ikterus, serta tanda-tanda hipertensi portal.1
Penderita AHA umumnya mengalami demam, nyeri perut kanan atas,
hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai gejala komplikasi.
Kadang gejalanya tidak khas, timbul pelan-pelan atau asimptomatis. Pada
pendenta amebiasis hepar, kelainan laboratorium yang ditemukan adalah anemia
ringan sampai sedang, dan leukositosis.2,3,6 Pada pemeriksaan faal hati, tidak
ditemukan kelainan yang spesifik. Kista dan tropozoit pada kotoran hanya
teridentifikasi pada 15% - 50% penderita abses amuba hepar, karena infeksi usus
besar seringkali telah mereda saat penderita mengalami abses hepar. Complement
fixation test lebih dapat dipercaya dibanding riwayat diare, pemeriksaan kotoran,
dan proktoskopi.7
Pada foto dada penderita amebiasis hati dapat berupa peninggian kubah
diafragma kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan
abses paru.1-3,6 Untuk lebih jelas melihat perbedaan gambaran antara perbedaan
abses hati piogenik dan abses hati amuba dapat dilihat di tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Gambaran Abses hati Piogenik dan Abses Hati Amuba
Demografi
Pria=Wanita
Infeki bakteri akut,
khususnya
di daerah endemik
intraabdominal
Obstruksi
(pernah menetap)
Akut : demam tinggi,
bilier/manipulasi
menggigil, nyeri
Diabetes Melitus
abdomen, sepsis
Gejala Klinis
Tanda Klinis
Laboratorium
malaise, anoreksia,
jarang
pleuritik
Hepatomegali disertai
kolitis
Nyeri tekan perut regio
abdomen, ikterus
Lekositosis, anemia,
Lekositosis bervariasi
dan anemia
(50%-60%)
Tidak ditemukan
eosinofilia
Alkali fosfat meningkat,
namun aminotransferase
Pencitraan
biasanya normal
Khas : abses tunggal
80%
Tepi ireguler
xi
Purulent
bervariasi
pewarnaan gram
Steril
Tropozoit jarang
ditemukan
Diagnosis
Penegakan diagnosis abses hepar piogenik dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Kadang sulit ditegakkan sebab gejala dan tanda klinis yang tidak
spefisik. CT-scan dan tes serologis sangat membantu. Diagnosis berdasarkan
penemuan bakteri penyebab dengan kultur darah hasil aspirasi merupakan standar
emas. Dengan diagnosis dini, akan memperlihatkan prognosis yang baik.1
Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke
kiri, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkali fosfatase,
peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin, konsentrasi albumin serum
menurun dan waktu protrombin yang memanjang menunjukkan bahwa terdapat
kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP.1
Tes serologi digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Kultur
darah yang memperlihatkan bakterial penyebab menjadi standar emas penegakan
diagnosis secara mikrobiologik.1
xii
Pada pemeriksaan penunjang lain seperti pada pemeriksaan foto thoraks dan
foto polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi pleura,
atelektasis basiler, empiema atau abses paru. Pada foto thoraks PA: sudut
kardiofrenikus tertutup; foto thoraks lateral: sudut kostofrenikus anterior tertutup.
Di bawah diafragma terlihat air fluid level. Abses lobus kiri akan mendesak
kurvatura minor.1
Secara angiografik, abses merupakan daerah avaskular. Abdominal CT-Scan
atau MRI, USG abdominal, dan Biopsi Hati memiliki nilai diagnostik yang tinggi.
Gambar foto polos dada yang memperlihatkan air-fluid level dan peninggian
hemidiafragma kanan pada abses hepar piogenik.
xiii
xiv
infeksi yang dapat menyebabkan abses liver piogenik ,diikuti dengan penanganan
yang tepat.1
1.9 KRITERIA MERUJUK
Tingkat kemampuan IIIA pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
yaitu: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.8
1.10 Prognosis
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan
pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab becterial
organisme multiple, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus,
hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain.1
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
No. Reg. RS
: 00.65.04.03
: 22.05
Bed
: III/3 Bed 2
ANAMNESIS PRIBADI
xv
Nama
Umur
JenisKelamin
Status Perkawinan
Pekerjaan
Suku
Agama
Alamat
: Sedar Situmorang
: 49 tahun
: Laku-laki
: SudahMenikah
: Petani
: Batak
:Kristen
:Sagu II No. 20 Simalingkar, Medan
ANAMNESIS
Autoanamnese
Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama
Deskripsi
xvi
: Tidak ada
RPO
: Tidak jelas
xvii
SaluranPernapasan
SaluranPencernaan
SesakNapas
Angina Pectoris
::-
Edema
Palpitasi
::-
Batuk-batuk
:-
Lain-lain
Asma, bronchitis
::-
Dahak
:-
Lain-lain
NafsuMakan
:biasa
Penurunan BB
::-
KeluhanMenelan
:-
KeluhanDefekasi
:-
KeluhanPerut
:+
Lain-lain
:-
VAS:5
:-
:-
MengandungBatu
:-
tersendat
KeadaanUrin
Haid
Sakitpinggang
KeluhanPersendian
Haus/Polidipsi
Poliuri
Polifagi
SakitKepala
:::::::-
Lain-lain
KeterbatasanGerak
Lain-lain
Gugup
PerubahanSuara
Lain-lain
Hoyong
Lain-lain
Perdarahan
Purpura
Lain-lain
Lain-lain
normal
::::::::::::-
Nyeri
perut
kanan atas,
Saluran Urogenital
SendidanTulang
Endokrin
Saraf Pusat
DarahdanPembuluhdarah Pucat
Petechiae
Sirkulasi Perifer
::-
ClaudicatioIntermitten : -
KeadaaanPenyakit
xviii
Sensorium
: Compos Mentis
Pancaranwajah
: Lemah
Tekanandarah
: 120/80 mmHg
SikapPaksa
:-
Nadi
Reflekfisiologis
:+
Pernapasan
: 24 x/i
Reflekpatologis
:-
Temperatur
: 37,8 oC (aksila)
VAS
:5
Anemia
(-)
Ikterus
(-)
Dispnu
(-)
Sianosis (-)
Edema
(-)
Purpura (-)
BB
TB-100
TB : 167 cm
BB : 60 kg
BW = 89 %
IMT = 21,51 kg/m2 (Normoweight)
KEPALA :
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
:
Lidah
Gigi geligi
Tonsil/faring
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: dalam batas normal
xix
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: simetris fusifomis
Pergerakan
Nyeri tekan
: tidak ada
Fremitus suara
Iktus
: tidak teraba
Palpasi
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas atas jantung
: Lineaparasternal dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan
Suara tambahan
: vesikuler
:-
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 >A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-), lainlain: dalam batas normal
HR : 96 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
xx
: Simetris
Gerakan lambung/usus
:-
Vena kolateral
:-
Caput medusae
:-
Palpasi
Dinding Abdomen
HATI:
Pembesaran
:-
Permukaan
:-
Pinggir
:-
Nyeri tekan
: + (Ludwig sign)
LIMFA:
Pembesaran
: (-) Schuffner : -
Haecket : -
GINJAL:
Ballotement
:-
Uterus/ Ovarium
Tumor
: (-)
Perkusi
Pekak hati
: (+)
Pekak beralih
: (-)
Auskultasi
Peristaltik usus
Lain-lain
: (-)
PINGGANG
xxi
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri/kanan (-) (tidak dilakukan
pemeriksaan)
INGUINAL
GENITALIA LUAR
::::::::-
xxii
Kemih
Warna
Protein
Reduksi
Bilirubin
Urobilinogen
Sedimen
:kuningjernih
::::+
Tinja: ditunda
Warna
: kuning
Konsistensi : lunak
Eritrosit
:Leukosit : Amoeba/Kista : TelurCacing : -
Eosinofil
: 1,1
Eritrosit
: 0-1/ lpb
Ascaris
Basofil
: 0,1
Leukosit
: 0-1/ lpb
Ankylostoma : -
Neutrofil
: 84,50
Silinder
:-
T. trichiura
:-
Limfosit
: 4,8
Epitel
: 0-1/ lpb
Kremi
:-
Monosit
: 9,5
:-
RESUME
KeadaanUmum:
Nyeri
abdomen
pada
regio
hipokondrium dekstra
Telaah : Hal ini dialami 3 hari sebelum masuk rumah
ANAMNESIS
Riwayat
KeadaanPenyakit: sedang
KeadaanGizi: normal
KU: RR: 24x/menit
Temperatur: 37,8 0C
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen:
Palpasi abdomen: nyeri (+) pada regio hipokondrium
dekstra.
Ludwig sign (+)
xxiii
Darah:
Leukosit 19.210 /mm3, kesan leukositosis.
LABORATORIUM
Urin:
RUTIN
DIAGNOSA BANDING
DIAGNOSA
SEMENTARA
PENATALAKSANAAN
LFT lengkap
Viral Marker
Elektrolit
Kultur darah
Kultur abses
USG Abdomen
xxiv
BAB III
FOLLOW UP PASIEN HARIAN DI RUANGAN
RENCANA AWAL
No. RM :
Rencana
Rencana
Rencana
Diagnosa
Terapi
Monitoring
Edukasi
NoMasalah
1
Klinis nyeri
- Mengedukasi
perut kanan
pasien mengenai
atas
Temperatur
RR
HR
25
Tanggal
O
Sens : CM
Abses Hepar
TD : 120/ 70 mmHg
dd/kolesistitis dd/
HR: 94 x/i
kolitiasis dd/
RR : 24 x/i
hepatoma dd/
Temp : 37,8 C
hepatitis
VAS : 5
Abdomen : Ludwig sign
Terapi
-
Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
makro
Inj Ranitidine 50
mg/12jam/iv
Inj Ketorolac 30
mg/8jam/iv
Inj Cefotaxime 1
gr/8jam/iv
Inj Metoclopramid
12mg /8 jam/iv
Metronidazol 3x750
mg
Sistenol 3x 500 mg
(+)
-Laboratorium (4/8):
Leukosit : 19.210
(Kesan: leukositosis)
Fosfatase alkali : 143
-Laboratorium (5/8):
HbsAg : Negatif
AntiHCV: negatif
-Urinalisa (6/8):
Diagnostik
-
LFT Lengkap
HbsAg
Anti HCV
USG Abdomen
26
P/R/B/U: -/-/-/+
-Sedimen (6/8):
Eri/ L/ Epitel:
0-1/0-1/0-7
27
Abses Hepar
Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
makro
Inj Ranitidine 50
mg/12jam/iv
Inj Ketorolac 30
mg/8jam/iv
Inj Cefotaxime 1
gr/8jam/iv
Inj Metoclopramid
12mg /8 jam/iv
Metronidazole 3x750
mg
Sistenol 3x500 mg
(+) menurun
-USG Abdomen (8/8)
HATI:
-Permukaan: regular
-Pinggir: Tajam
-Ukuran: Normal
-Perenchym: tampak
abses di luar kanan hati
28
13 Agustus
2015
(-)
TD: 110/70
- Demam (-)
Nadi : 64 x/i
- Mual (-)
RR: 20 x/ i
Temp: 36,4 C
VAS: 0
Abses Hepar
Paisen PBJ
29
BAB IV
DISKUSI
TEORI
Etiologi :
1. Abses hati piogenik
2. Abses hati amebic
3. Abses hati jamur
KASUS
Abses hati piogenik
Epidemiologi :
Usia 40-70 tahun
49 tahun
Pria=Wanita
Manifestasi Klinis
Pria
Obstruksi bilier/manipulasi
Nyeri perut regio kuadran kanan atas,
demam, menggigil, rigor, lemah, malaise,
Demam
Mual
enzim hati
(ALP)
Tepi ireguler
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan :
30
antara
aminoglikosida,
ampisilin,
atau
sefalosporin
maka
antibiotik
yang
sesuai
dengan
hasil
kultur
Tirah baring
Diet: MB rendah lemak
IVFD Ringer laktat 20 gtt/I makro
Inj. Cefotaksim 1gr/8 jam
Inj. Metoclopramide 12 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Metronidazole 3x750mg
Sistenol 3x500mg
31
BAB V
KESIMPULAN
Bapak Sedar Situmorang, laki laki 49 tahun mengalami abses hati.
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nelly TW., B.J. Waleleng. Abses hati Piogenik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, K Marcellus, Setiati S, editoras. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5 th ed.
2.
Jakarta:InternalPublishing 2009.p.692-4
Reed SL. Amebiasis and infection with free living amebiasis. In: Kasper DL, Fauci
AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editoras. Harrison's
Principles of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc;
3.
2005;194:1214-6.
Tjokronegoro A., Utama H. Amebiasis hati. Buku Ajar Nmu Penyakit Dalam. Edisi
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Pierce dan Neil. At a Glance Ilmu Bedah. Ed : 3. Jakarta : Penerbit Erlangga 2007 :
121