Anda di halaman 1dari 15

Konsep, Kriteria dan

Kegiatan Desa Siaga


Aidillah Mayuda
Nabella Jalinza Liyanda

Konsep Desa Siaga


Sesuai dengan SK Menkes No.564 tahun
2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Desa
Siaga, yang dimaksud Desa Siaga adalah:
Desa

yang

penduduknya

memiliki

kesiapan sumber daya dan kemampuan


serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana

dan

kegawat

kesehatan, secara mandiri.

daruratan

Desa yang dimaksud disini dapat


berarti kelurahan atau istilahistilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan yang
diakui dan dihormati dalam
Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Depkes RI,

DESA SIAGA
ADALAH DESA YG MEMILIKI KESIAPAN
SUMBER DAYA DAN KEMAMPUAN UNTUK
MENCEGAH DAN MENGATASI MASALAH2
KESEHATAN (BENCANA &
KEGAWATDARURATAN KESEHATAN)
SECARA MANDIRI, DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN DESA SEHAT

Kriteria Desa Siaga


Menurut Depkes RI (2008), Desa Siaga merupakan desa yang mempunyai/
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan, dengan demikian Desa Siaga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.

Memiliki pemimpin atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap masalah


kesehatan.

2.

Memiliki

organisasi

kemasyarakatan

yang

peduli

terhadap

masalah

kesehatan.
3.

Mempunyai berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

4.

Mempunyai Poskesdes.

5.

Memiliki sistem surveilans penyakit.

6.

Mempunyai sistem pelayanan kegawat-daruratan (safe community).

7.

Mempunyai sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.

8.

Warga desa menerapkan PHBS

Kegiatan Pokok Desa Siaga


Surveilans

dan

pemetaan

Setiap

ada

masalah

kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam kartu sehat


keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta
tersebut dipaparkan di poskesdes.
Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di
laksanakan

melal

ui

survei

mawas

diri

(SMD)

dan

musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa


siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui
MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang
akan

dilaksanakan

untuk

mencapai

target

tersebut.

Mobilisasi sumber daya masyarakat :


Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana
sesuai dengan kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan
sebagai tambahan biaya operasional
poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi
desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat
sangat penting agar desa siaga
berkelanjutan (sustainable).

PENDEKATAN PENGEMBANGAN
DESA SIAGA (GMDS)
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ATAU PENGGERAKAN
PERAN-AKTIF MASYARAKAT MELALUI PROSES PEMBELAJARAN
YG TERORGANISASI DG BAIK (PENGORGANISASIAN MASY

FASILITASI

MENGIDENTIFIKASI
MASALAH, PENYEBAB & SB DAYA
(SURVEI MAWAS DIRI)

MEMANTAU &
EVALUASI UTK BINA
KELESTARIAN
FASILITASI

PKMD)

PROSES
PEMBELAJARAN
MASY DESA
(SPIRAL PEMECAHAN
MASALAH)

FASILITASI

DIAGNOSIS & RUMUS


KAN ALTERNATIF2
PEMECAHAN

MENETAPKAN
& MELAKSANAKAN
PEMECAHAN

FASILITASI

AWAL SIKLUS

SIKLUS
PEMECAHAN
MASALAH
KESEHATAN
DESA

SIKLUS SELANJUTNYA

SIKLUS
PEMECAHAN
MASALAH DLM
FKMD

Kegiatan

khusus

mengembangkan

Desa

kegiatan

siaga

dapat

khusus

yang

efektif mengatasi masalah kesehatan yang


diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan
tersebut

adalah

pedoman

standar

yang

sudah ada untuk program tertentu, seperti


malaria,

TBC

mengembangkan

dan

lain-lain.

kegiatan

Dalam

khusus

ini,

pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator


dan pihak puskesmas.

Monitoring kinerja : Monitoring


menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah
tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam
keluarga tersebut. Kemudian pengurus desa
siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan
Keluarga untuk dimasukkan dalam peta
desa.

Manajemen keuangan: Desa siaga akan


mendapat dana hibah (block grant) setiap
tahun dari DHS-2 guna mendukung
kegiatannya. Besarnya sesuai dengan
proposal yang diajukan dan proposal
tersebut sebelumnya sudah direview oleh
Dewan Kesehatan Desa, kepala desa,
fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga
transparansi dan akuntabilitas, penggunaan
dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan
sesuai dengan pedoman yang ada.

Referensi
Depkes RI. 2006. Kebijakan Pengembangan Desa Siaga. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pengembangan Desa Siaga. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2007. Kajian Kesiapan Petugas dan Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Siaga. Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2009. Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai