TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka Tembak
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Sedangkan
luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke dalam tubuh
yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan dengan tubuh. Senjata api
adalah suatu senjata yang dapat menyebabkan perlukaan atau kematian dimana anak
peluru keluar dari senjata oleh karena terbakarnya mesiu.
2.2 Anatomi Senjata Api
2.2.1 Peluru
Ada 2 jenis peluru, yaitu peluru penabur atau mimis pada senjata api berburu
dan peluru tunggal. Peluru penabur jarang didapati pada korban penembakan masa
kini. Peluru tunggal ada beberapa jenis, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil pembakaran mesiu akan menimbulkan tekanan gas dalam ruangan tertutup
dalam selonsong yang akan mendorong anak peluru keluar. Ada beberapa jenis mesiu,
yaitu antara lain
1. Mesiu hitam (black powder), terdiri dari campuran belerang (S) 10 %, arang
( C ) 15 % dan KNO3 75 %, kalau terbakar banyak mengeluarkan asap. 1
grain (65 mg) menghasilkan gas sebanyak 200-300 mm3.
2. Mesiu yang mengeluarkan sedikit asap (smokeless powder) terdiri dari
campuran nitrogliserin dan nitroselulosa. 1 grain campuran ini menghasilkan
gas sebanyak 800-900 mm3.
3. Mesiu fulminating mercury adalah jenis mesiu yang mudah sekali terbakar
karena gesekan. Oleh karena itu dipakai sebagai pemicu dalam pembakaran di
bagian penggalak.
2.2.4 Selonsong
Selonsong peluru adalah tempat mesiu dan anak peluru. Pada bagian
pangkalnya terletak penggalak di mana pembakaran dimulai. Pada senjata api
revolver selongsong tetap tinggal dalam revolving chamber, jadi tidak akan didapati
di TKP penembakan. Tetapi senjata api tunggal lainnya akan keluar dari magasin
tercampak keluar, oleh karena itu biasanya akan didapati di TKP penembakan.
2.2.5 Pegas Pelatuk
Alat penarik pelatuk mempunyai berbagai ukuran trigger pull. Trigger pull 1
kg, berarti diperlukan 1 kg tenaga tarikan katrol anak timbangan. Hair trigger berarti
pelatuk sangat sensitif, dengan tarikan sedikit saja senjata sudah meletus.
2.3 Klasifikasi Luka Tembak
Luka tembak secara umum dibagi menjadi dua,, yaitu luka tembak masuk dan
luka tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru masuk suatu
objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar anak peluru
menembus objek secara keseluruhan.
jari dan jari telunjuk. Luka ini muncul bila korban menggunakan senjata api dengan
picu.
3. Luka tembak tempel (kontak)
Luka dibentuk oleh seluruh komponen senjata api dan juga ditemukan jejas
laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi di
luar luka tembak masuk sebagai luka lecet dan luka tekan. Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi bentuk luka sebagai hasil kombinasi antara gas dan anak peluru, yaitu
sebagai berikut.
a. Sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu.
Hal ini berhubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas
dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga
meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang
diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan
terhadap anak peluru.
b. Efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan
di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat
ditemukan di jaringan tubuh.
c. Ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.
Daerah temporal
Dahi sampai occiput
Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju
otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk
kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata
api dengan picu, maka picu akan menimbulkan tanda-tanda schot hand.
2.3.2 Luka tembak keluar (Luka tembus)
Luka tembak keluar adalah luka tembak yang terjadi akibat peluru
meninggalkan tubuh korban. Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka
tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru
tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah
atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat
lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga
diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan
dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus
juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan
lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu.
Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa
menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
2. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,
maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak
tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus merupakan
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Tidak adanya kelim lecet pada luka tembak keluar. Dengan tidak adanya
kelim lecet, kelim-kelim lain juga tentu tidak ditemukan.
b. Tembak keluar pada umumnya lebih besar dari luka tembak masuk.
2.3.3 Perbedaan luka tembak masuk dan luka tembak keluar
No.
1
kulit
seperti
bor teratur
dibandingkan
masuk,
karena
berkurang
2
luka
tembak
kecepatan
peluru
sehingga
menyebabkan
robekan jaringan
Pinggiran luka melekuk kearah Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
dalam karena peluru menembus teratur
kulit dari luar
dibandingkan
masuk,
berkurang
karena
luka
tembak
kecepatan
peluru
sehingga
menyebabkan
3
4
5
robekan jaringan
Pinggir luka mengalam abrasi
Pinggir luka tidak mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak
Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk ke dalam luka, Tidak ada
adanya
zat
karbon
monoksida
Disekitar luka terdapat kelim Tidak ada
10
11
ekimosis
Perdarahan hanya sedikit
Pemeriksaan
radiologi
analisa
aktivitas
mengungkapkan
adanya
penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar. Jangkauan butir-butir mesiu untuk
senjata genggam berkisar sekitar 60 sentimeter.
3. Asap atau jelaga (Smoke effect)
Asap atau jelaga terbentuk dari proses pembakaran mesiu yang tidak
sempurna. Jelaga yang berasal dari black powder terdiri dari CO2 (50%),
Nitrogen (35%), CO (10%), Hidrogen-sulfid (3%), Hidrogen (2%), sedikit
oksigen dan Methan. Smokeless powder akan menghasilkan asap yang jauh
lebih sedikit. Jelaga hanya menempel pada permukaan kulit sehingga bila
dihapus akan menghilang
4. Api (Flame effect)
Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),
jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut maka rambut akan terbakar,
jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 sentimeter;
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7
sentimeter.
5. Partikel logam (metal effect)
Diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru bergulir
pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut. partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan
luka lecet atau luka terbuka dangkal kecil-kecil pada tubuh korban, partikel
tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6. Akibat moncot senjata (muzzle effect)
Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tempel
yang erat (hard contact), maupun yang hanya sebagian menempel (soft
contact),
jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh
dimana dibawahnya ada bagian yang keras (tulang), jejas laras terjadi oleh
karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan mengangkat kulit
sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dengan moncong
senjata,
jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi.
Pada hard contact jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada soft contact jejas laras yang sebetulnya luka lecet tekan
tersebut akan tampak sebagian, sebagai garis lengkung, Pada hard contact
tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tattoo, oleh karena tertutup rapat
oleh laras senjata. Sedangkan pada soft contact, jelaga dan butir mesiu ada
yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga masih
terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tattoo.
2.5 Pengutaraan Jarak tembak pada Visum et Repertum
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya
jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak
tembak tidak sulit. Beberapa penentuan jarak tembak adalah sebagai berikut.
a. Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat,
maksimal 30 cm
b. Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat,
maksimal 60 cm, dan seterusnya.
c. Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak sangat dekat,
yaitu 15 cm
d. Pada luka tembak tempel, bentuk luka seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api (jejas laras) dengan tambahan
gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat panasnya mulut laras.
Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh.
Hal ini mengandung arti:
a. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
b. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.