Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA TEMBAK (CORPUS ALIENUM)


A. Luka Tembak
Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3
substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar,
dan gas. Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan
pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan
jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk
mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak
terbakar, dan sebagian besar lainnya diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk,
yang masing-masing memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain.
Massa materi yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak
yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat
melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang
tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung
kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6
kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh
menuju target yang ditentukan atau tidak ditentukan.
Meskipun ada beberapa penyebab trauma balistik tergantung dari situasi mana
mereka terjadi , prioritas bagi dokter adalah meyakinkan kemungkinan pasien bertahan
hidup berdasarkan kemungkina kerusakan yang diakibatkan masuknye peluru- apakah
peluru menabrak tulang atau menhancurkan tulang dan bila memecahkan tulang atau
pecahannya menusuk organ vital atau merusak medulla spinalis pasien.
Luka tembak merupakan luka puncture yang tidak bisa diprediksikan yang
menyebabkan kerusakan jaringan yang mayor. 3 faktor bekerjasama dalam menentukan
derajat luka tembakan.
1. Lokasi injury
2. Size/ ukuran projectile
3. kecepatan projectile

B. Arti Klinis Luka Tembak


Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh
manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis.
Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis.
Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada
dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru,
sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim
memar (contusio ring).
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung
pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan
besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar
dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit.
Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi
gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim
lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada
waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah:
a. Api
b. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
c. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
d. Mesiu yang tidak terbakar
e. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
f. Anak pelurunya sendiri
C. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan
tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal
tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu
menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai
dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak
dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri
yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga
revolver dan pistol otomatis.
Senjata api adalah senjata yang dengan menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan anak peluru dengan kecepatan tinggi. Dalam kasus criminal

senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam beralur yang dibedakan
atas :
1. Senjata api dengan alur ke kiri
Senjata tipe COLT, caliber 0.36, 0.38 dan caliber 0.45. anak peluru dari senjata api ini
memiliki goresan dan alur yang memutarke kiri bila dilihat dari bagian basis anak
peluru.
2. Senjata api dengan alur ke kanan.
Senjata tipe SMITH dan WESON (SW), dengan caliber 0.22, 0.36, 0.38, 0.45, dan
0.46. anak peluru memiliki cirri terdapatnya goresan dan alur yang memutar ke kanan
bila dilihat dari bagian basis anak peluru.
Keparahan luka tembak akibat anak peluru tergantung pada :
1. Besar dan bentuk anak peluru
2. Balistik (kecepatan,energy kinetic, stabilitas anak peluru)
3. Kerapuhan anak peluru
4. Kepadatan jaringan sasaran
5. Vurnerabilitas jaringan sasaran
D. Klasifikasi Luka Tembak
Luka tembak diklasifikasikan menjadi):
1. Luka tembak masuk
Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh
manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis, dan subkutis.
Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastic bila dibandingkan dengan
dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas
daripada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter
anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut
dikenal sebagai kelim memar (contusion ring). Pada luka tembak masuk, selain anak
peluru, komponen lain yang terdapat pada proses tembakan juga berperan dalam
membentuk cirri-ciri luka tembak. Berdasarkan ciri2 tersebut luka tembak masuk
dibedakan dalam :

a. Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh, dibentuk oleh komponen anak peluru.
Luka berbentuk lubang dengan kelim lecet dan kelim kesat pada dindingnya. Pada
luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak peluru
saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh ini
hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar.
Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval. Terdapat
beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular
atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan
dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan
melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah
anak peluru. Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan
outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk
mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian
yang ikut masuk kedalam luka. Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti
yang besar terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini
menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau
tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa
sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan
hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak
jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi
jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah
tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat
berakibat serius terhadap penyelidikan.
b. LTM jarak dekat,, dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu
yang tidak habis terbakar dan jelaga. Luka berupa lubang dan kelim lecet, kelim
kesat, kelim tattoo dan atau kelim jelaga. Tanda luka tembak dengan jarak senjata
ke kulit hanya beberapa inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk
anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan,
luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk

menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas
dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka.
kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada
luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga. Pada luka
tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara
langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut
pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat
rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga
tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat
ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun. Pada umumnya luka
tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan
untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini
diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk
masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung: Jenis
senjata, laras panjang atau pendek, Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless.
c. LTM jarak sangat dekat, dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga
dan panas/ api. Luka seperti LTM jarak dekat dengan kelim api di tepi lubangnya.
d. LTM temple (kontak), dibentuk oleh seluruh komponen tersebut (yang akan
masuk seluruhnya atau sebagian kedalam saluran luka) da jejas laras. Saluran luka
akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi di luar luka tembak
massuk sebagai luka lecet dan luka tekan. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas
yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara
kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena
tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang
terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat
dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan
kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan
suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua
yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di

sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di
jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang
dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi
yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh
diri. Cara yang biasa dilakukan:
Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat

penarik senjata.
Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan
tidak miring.

Sasarannya:
a. Daerah temporal
b. Dahi sampai occiput
c. Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas
masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan
senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara
ibu

jari

dan

jari

telunjuk.

Luka

lecet

ini

dinamakan

schot

hand.

Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna)
Keterangan :
1) Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang mengelilingi lubang akibat
anak peluru yang menembus kulit
2) Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak peluru (pelumas, jelaga dan
elemen mesiu) pada tepi lubang

3) Kelim tattoo : butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar yang tertanam pada
kulit dan disekitar kelim lecet
4) Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada permukaan kulit disekitar lubang
luka tidak masuk
5) Kelim api: daerah hiperemi atau jaringan yang terbakar yang terletak tepat di
tepi lubang luka.
2. Luka tembak keluar
Luka tembak keluar (LTK): luka tembak yang terjadi akibat peluru meninggalkan
tubuh korban. Umunya LTK lebih besar dari LTM akibat deformitas anak peluru,
bergoyangnya anak peluru, dan ikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK.
LTK dapat lebih kecil dari LTM bila luka tembak merupakan luka tembak temple atau
kecepatan peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang atau terdapatnya benda
yang menekan kulit pada tempat peluru akan keluar. Bentuk LTK tidak khas, tidak
beraturan dan tidak memiliki kelim. Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah
peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru
akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas
kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul
suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus merupakan perbedaan
pokok dengan luka tembak masuk; ciri tersebut adalah : tidak adanya kelim lecet pada
luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lain juga tentu
tidak ditemukan. Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas,
oleh karena hampir semua lembak keluar memilki ciri ini, adalah : luka tembak keluar
pada umumnya lebih besar dari luka tembak masuk. Jika sebuah peluru setelah
membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka
bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi
akan menjadi patah, pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru
menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang
berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena

ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang


mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka
tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering
kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan
masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8
mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam (seringgit). Berdasarkan
ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu: Bila luka tembak keluar
ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya sebelum keluar anak
peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut
keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar
menjadi lebih lebar.Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak
masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak
tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
Perbedaan antara luka tembak masuk dengan luka tembak keluar:

Luka tembak masuk

Luka tembak keluar

Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur


1. Ukurannya kucil, karena pelurudibandingkan luka tembak masuk, karena
menembus kulit seperti bor dengankecepatan peluru berkurang sehingga
kecepatan tinggi
menyebabkan robekan jaringan

2. Pinggiran luka melekuk kearah dalamPinggiran luka melekuk keluar karena peluru
karena peluru menembus kulit dari luar melekuk keluar

3. Pinggiran luka mengalami abrasi

Pinggiran luka tidak mengalami abrasi

4. Bisa tampak kelim lemak

Tidak terdapat kelim lemak

5. Pakaian masuk ke dalam luka,


dibawa oleh peluru yang masuk
Tidak ada

6. Pada luka bisa tampak hitam,


terbakar, kelim tato, atau jelaga
Tidak ada

7. Pada tulang tengkorak, pinggiran


luka bagus bentuknya
Tampak seperti gambaran mirip kerucut

8. Bisa tampak warna merah terang


akibat adanya zat karbon monoksida
Tidak ada

9. Disekitar
ekimosis

luka

terdapat

10. Perdarahan hanya sedikit

kelim
Tidak ada

Perdarahan lebih banyak

11. Pemeriksaan radiologi atau analisa


aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar
luka
Tidak ada

Klasifikasi berdasarkan range of fire. Luka tembak diklasifikasikan sebagai


berikut :
a. Contact
b. Intermediate range
c. Distant range/ jarak jauh
d. Hanya berada dibawah kulit dan berada di tempat tertentu dimana area yang tertekan
peluru mengakibatkan pasien sangat nyeri saat pasien duduk atau berbaring.
e.

bulging terlihat dibawah kulit dan menyebabkan dsistress dari segi kosmetik.

f. Pada ruang persendian


g. Pada bola mata.
h. Dalam saluran pembuluh darah sehingga menyebabkan ischaemia atauy dengan
resiko terjadinya emboli pada jantung, paru atau pembuluh darah perifer.
i. Meberikan pengaruh yang buruk pada suatu saraf atau akar sarak dan menyebabkan
nyeri.
j. Pembentukan abces terlokalisiri (biasanya disebabkan oleh kotoran atau bekuan
fragmen pada saat peluru masuk ).
k. Memerlukan investigasi forensic dan passion dan ahli bedah dalam persetujuan penuh
bahwa removal tidak akan menyebabkan peningkatan nyeri, penderitaan, komplikasi
atau injury an keduanya setuju untuk dilakukan removal.
l. Level lead meningkat, biasanya pada anak yang terjadi beberapa bulan setelah injury
(sangat jarang)

E. Indikasi pengangkatan peluru


Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau tattoo; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak
tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
- Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30
-

cm.
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60

cm, dan seterusnya.


Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak
jauh , ini mengandung arti:
1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian
terbakar.
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara
korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain
sebagainya.
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997).
Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti
bintang, dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan
gambaranvizierkorrel (pejera, foresight). Akibat panasnya mulut laras. Bila
larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan
berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka
tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka.
Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam
lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak

jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris, bundar.
F. Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut:
1. Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume)
2. Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang
terjadi dan membersihkan darah,
3. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak
jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai yang karakteristik pada luka
tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara
pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan
khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan
pemeriksaan radiologik.
Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu ;trauma mekanis dan
termis, Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;
1. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir
mesiu.
3. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining)
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan),
dan adanyabutir-butir mesiu

6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik


7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat
butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak
dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
9. Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan dibawah kulit.
10. Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
Pemeriksaan Kimiawi
1. Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat.
2. Pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.
3. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah,
barium, antimon, dan merkuri.
4. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di
temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium
5. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam
atau di sekitar luka,
6. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata.

Pemeriksaan dengan Sinar X


Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada
partikel-partikel yang tertinggal.

1. Pada tanden bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak
masuknya hanya satu.
2. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa
korban ditembak dengan senjata jenis shoot gun ,yang tidak beralur, dimana dalam
satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
3. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata
jenis rifled.
4. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak
sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini
akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru
pada foto rongent (Idris, 1997).
Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau
dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya
untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka
tembak untuk jarak dekat.
G. Luka Tembak Oleh Senjata Api Yang Tidak Beralur
Luka tembak masuk yang disebabkan oleh senjata api yang tidak mempunyai
alur (entrance shootgun wounds) mempunyai ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan
luka tembak yang berasal dari senjata yang beralur.
Komponen yang memberikan ciri luka tembak masuk, ialah ;
1. Mesiu
2. Api
3. Asap
4. Gas
5. Pellet,dan

6. Sumbat anak peluru(wad)


7. Kaliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras merupakan
faktor-faktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak tembak tentunya turut
berpengaruh pula, jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi.
Pemakaian senjata api untuk maksud membunuh atau melukai membawa
implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan dan kesulitan tersendiri bagi
mereka yang terlibat. Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian
senjata api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang,
maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa, maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut memang luka tembak, yang
mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban
ditembak, dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.
Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata
genggam beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa
dipakai untuk olahraga berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud
kriminal.2 Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal dapat
dibagi dalam 2 kelompok, dimana dasar pembagian berikut adalah arah perputaran`alur
yang terdapat dalam laras senjata.
Senjata api dengan alur ke kiri
1. Dikenal dengan senjata`api tipe COLT
2. Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,36, kaliber 0,38, dan kaliber 0,45
Senjata api dengan alur ke kanan
1. Dikenal sebagai senjata api tipe Smith & Wesson (tipe SW)

2. Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,22; 0,36; 0,38; 0,45; 0,46
3. Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban, yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar kearah kanan bila dilihat dari bagian basis anak
peluru
Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam visum et repertum, tidak
dibenarkan menggunakan istilah pistol atau revolver; oleh karena perkataan pistol
mengandung pengertian bahwa senjatanya termasuk otomatis atau semi otomatis,
sedangkan revolver berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar jika
tembakan dilepaskan. Oleh karena dokter tidak melihat peristiwa penembakannya, maka
yang akan disampaikan adalah; senjata api kaliber 0,38 dengan alur ke kiri dan
sebagainya.
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api
sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter
sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hatihati cermat dan teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian
senjata api untuk maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak
jarang menimbulkan keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut memang luka tembak, yang
mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban
ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.
Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata
genggam yang beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang
biasa dipakai untuk berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksudmaksud criminal. Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi,
dilepaskan 3 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang
tidak terbakar, dan gas.

H. Teori Luka
Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
1. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan
lapisan otot/jaringan.
2. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak
memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
1.

Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya

2.

adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru.
Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya
cukup panjang, olengannya akan mencapai 90, jadi menonjolkan sisi pembukaan

3.

yang maksimum.
Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180 dan meluncur
dengan gerakan mundur

Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak
tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air
saat meluncur di atas danau.
1. Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi
yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.
2. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.
3. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai 10
ribu detik saja.

Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur


meliwati getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali,
meninggalkan bekas luka yang permanent.

Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.

Titik

pelebaran

maksimum

rongga

oleh

sebuah

peluru

non-fragmen,

yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.
4. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala.
Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan
dengan cara meledak/pecah.
5. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan
hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada
kenyataannya peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.
6. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan
tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan
tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan,
memecahkan, dan juga dapat merobek organ-organ yang tidak terkena secara
langsung oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya.
memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang
meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya
peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru
M16 (5.56 x 45 mm).
I. Mekanisme Luka Tembak
Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua
trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer
energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang
terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan
menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainnya.
Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru dimodifikasi
akan berhenti atau menurun kecepatannya sesampainya di tubuh. Anak peluru yang lunak
didesain akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan. Peluru dumdum banyak
digunakan pada muncung roket yang mempunyai ruang udara pada ujungnya
diperuntukkan agar pada saat benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi
transfer energi yang besar dan kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga
pernah digunakan saat usaha pembunuhan presiden Reagen. Lintasan peluru juga dapat
menilai besar dan kecepatan dari energi yang diberikan pada suatu target.

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan
kecepatan.

Industri

militer

modern

telah

mengambil

banyak

manfaat

untuk

pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi
sehingga menghasilkan energi kinetic yang maksimum untuk kerusakan jaringan.Ratarata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada panah, senapan
angin, serta revolver. Dari system mekanik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru
ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi kalau adanya
rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar
dari diameter peluru.Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada
jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya
zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga
disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter
rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah
peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat
tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Pada organ tubuh yang berongga
seperti jantung dan kandung kencing bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut
sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih
hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase systole dan kandung kencing yang
kosong. Hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke
seluruh bagian. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan
harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.
Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah. Peluru yang masuk secara membentuk
sudut atau serong akan dapat diketahui dari perangai kelim lecet. Kelim lecet yang paling
lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut, dengan kata lain kelim
lecet yang terlebar menunjukkan arah masuknya peluru. Pada senjata yang dirawat baik,
maka pada kelim lecet akan dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal
ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease ring; grease mark).

Bila peluru masuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah berbentuk bundar; bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas
yang besar, misalnya tulang, maka sebagian tenaga dari peluru yang disertai pula dengan
gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan
yang terjadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang.
J. Pemeriksaan Khusus Luka Tembak Masuk
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai
berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume). Setelah 23 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan
membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan
bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada luka tembak masuk, tidak
jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka
tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak
masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud
adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.
1. Pemeriksaan Kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada smokeles gun powder dapat
ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang
dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang
berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah,
antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur
tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam
senjata.(1)
2. Pemeriksaan dengan SinarX
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila

ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada tandem bullet injury dapat ditemukan
dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban
tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan
senjata jenis shoot gun , yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari
berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak
oleh senjata jenisrifled. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut
atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan
pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan
ditemukannya anak peluru pada foto rongent.
3. Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat trauma
mekanis dan termis.
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat :
a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti
sel,
b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir
mesiu.
c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih
banyak mengambil warna biru (basofilik staining)
e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling
dominan), dan adanya butir-butir mesiu
f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau
hitam kecoklatan

h. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak
banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
i. Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan dibawah kulit.
j. Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
K. Manajemen luka
Luka tembak itu sendiri tidak memerlukan intervensi selain dari antiseptic ringan
dan dressing kering. Tidak memerlukan debridement dan tidak harus ditutup. Suatu
antibiotic harus diberikan, terutama bila ada cedera pada tulang.
Tinjauan Umum Tentang Kulit
1

Anatomi kulit
Sebelum penjelasan mengenai penatalaksanaan keperawatan luka, tahap awal yang
perlu dipahami adalah pemahaman tentang luka. Luka merupakan gangguan atau
kerusakan dari keutuhan kulit. Penatalaksaan perawatan luka sangat berhubungan
dengan anatomi kulit manusia. Beberapa referensi lainnya menyebutkan bahwa
hipodermis menjadi bagian dari kulit sehingga kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutis).

Gambar 2.1 Skema Bagian-Bagian Kulit


Sumber : google.com
Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar dan paling tipis dari kulit. Fungsi epidermis
adalah sebagai sistem imun yang pertama dari tubuh manusia atau dikenal dengan
istilah First Skin Immune System (SIS). Berikut ini adalah gambaran setiap lapisan
dari lapisan paling bawah.
1 Stratum germinativum atau disebut juga stratum basale adalah lapisan paling
dalam dari epidermis yang berlokasi dekat dermis. Stratum germinativum
merupakan sel yang mulai melakukan pembelahan sel (mitosis) pada proses
2

regenerasi sel keratinosit epidermis (kornifikasi/deskuamasi).


Stratum spinosum adalah lapisan setelah stratum germinativum dan memiliki inti
sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan hasil pembelahan sel yang berikatan

dan melakukan migrasi sel ke arah atas.


Stratum granulosum mengandung sel granular (granula lamelar) dan keratin. Pada

lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas.
Stratum lusidum hanya ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada

lapisan ini, terdapat sel mati yang tidak memiliki inti.


Stratum korneum adalah lapisan paling atas dari epidermis yang merupakan sel
keratin mati, tidak berinti, dan berfungsi sebagai waterproof (anti-air).
Gambar 2. 2 Penampang lapisan kulit ari
(Epidermis).

Dermis
Dermis adalah lapisan kedua dari kulit
yang merupakan jaringan ikat (connective
tissue), memiliki banyak pembuluh darah, dan dikenal
sebagai

pabriknya kulit karena memiliki sistem persarafan

dan kelenjar tubuh (Sams, 1990).


Dermis memiliki dua lapisan utama, yaitu papilare dan retikulare, dengan tebal
papilare satu perlima dari retikulare (merekat pada hipodermis).
1 Papilare berfungsi sebagai penguat dari epidermis dalam satu ikatan membran.
2 Retikulare memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan berikatan yang
disebut cutaneous flexus. Kolagen disekresi oleh fibroblas dan berfungsi sebagai

protein pemberi kekuatan dan fleksibilitas (tensile and strength). Elastin disekresi
oleh fibroblas yang berfungsi sebagai protein untuk elastisitas/pengembalian
(Bryant, 1987).

Gambar 2.3 penampang kulit jangat (dermis)


Hipodermis
Hipodermis atau lapisan subkutan adalah lapisan paling tebal dari kulit, terdiri
atas jaringan lemak (paling besar), jaringan ikat, dan pembuluh darah. Hipodermis
berfungsi sebagai penyimpan lemak, kontrol temperatur, dan penyangga organ di
sekitarnya.

d
e

Gambar 2.4 penampang kulit hipodermis


Rambut
Rambut merupakan sel keratinosit yang menjaga kesatuan protein ekstraseluler.
Kuku
Kuku merupakan aksesori kulit lainnya, berbentuk seperti piringan, keras, dan masih
merupakan keratinosit epidermis. Kuku terdiri atas badan kuku, area kuku yang
bebas, lunula yaitu area penebalan stratum basale, hiponikium yaitu area penebalan

stratum korneum, eponikium yaitu epitelium yang menduduki perbatasan kuku, dan
nail root (akar kuku) yaitu bagian dalam epitel hingga nail matriks (matriks kuku)
yang menjadi pusat regenerasi kuku.
2

Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut:
a Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan tubuh
di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka
dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan
tipis lemak, yang yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,
menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh
serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari
(Lestari, 2008).
b

Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan
sakit, suhu, panas atau dingin, tekanan, rabaan dan getaran. Kulit sebagai alat

perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.


Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan kontruksi pembuluh kapiler serta
melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6F atau sekitar 36,5C. Ketika terjadi perubahan
pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian

seperlunya dalam fungsinya masing-masing.


Pengeluaran (sekresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan

e
f

keringat yang tidak disadari (Arisanty, 2013).


Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak dalam kelenjar lemak.
Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yabg larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk

melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
g

kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.


Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih
dan bersih akan dapat menunjang penampilan.

Patologi dan Kerusakan Kulit


a Kerusakan kulit
Berikut adalah gambaran beberapa kerusakan kulit atau dikenal juga dengan istilah
lesi kulit yang disebabkan oleh reaksi imun, infeksi, keganasan, gangguan
pembuluh darah, kerusakan mekanis, dan factor psikologis.
1 Reaksi imun
Reaksi ini dikenal juga sebagai alergi terkait system imun tubuh. Reaksi yang
sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe. Tipe I yaitu reaksi segera
atau reaksi vasoaktif substansi sel mast/ basofil yang diikuti dengan reaksi
spesifik antigen/antibody. Tipe II yaitu reaksi sitotoksik berupa reaksi merusak
sel, fagositosis, dan mekanisme gula. Tipe III yaitu reaksi imun kompleks
berupa sirkulasi antigen/antibody ke jaringan inflamasi, trombosit rusak,
vasoaktif menurun, dan permeabilitas vaskuler meningkat. Tipe IV yaitu reaksi
2

hipersensitif.
Infeksi
Tubuh secara umum dan khususnya pada kulit yang bereaksi jika ada kuman.
Reaksi ini diawali dari lapisan pelindung terhadap infeksi pada kulit (reaksi
imunitas). Secara microbial, terutama flora normal kulit, akan menjadi
pathogen saat imunitas menurun sehingga reaksi imunologis dari sel
Langerhans dan limfosit sangat berperan. Secara kronis pertumbuhan

intraseluler dan resisten terhadap antibodi merusak kulit dan granuloma.


Keganasan
Factor keganasan sel (karsinoma) menjadi penyebab terjadinya kanker kulit,
misalnya terpapar radiasi ultraviolet yang berlebihan (290 320 nanometer
merusak sel), sinar-X, bahan kimia, virus (HPV), dan kejadian luka yang
menahun (kronis) dan tidak kunjung sembuh dapat menjadi keganasan pada

kulit. Melanoma juga merupakan penyebab lesi kulit yang cukup tinggi di
4

Indonesia.
Gangguan Pembuluh Darah (vascular)
Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah arteri ada vena. Ulkus
terlebih di area kaki atau telapak kaki dapat terjadi Karen hipertensi vena,
gangguan arteri, neuropati, atau kombinasi gangguan tersebut. Makanan yang
dihantarkan oleh pembuluh darah ke sel sangat memengaruhi kualitas kulit.

Beberapa lesi terjadi karena asupan nutrisi yang tidak adekuat.


Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan oleh beberapa factor, yaitu shear (lipatan),
pressure (tekanan), friction (gesekan), bahan kimia, iskemia (kekurangan
oksigen), dan neuropati (mati rasa). Kerusakan mekanis pada kulit

menyebabkan terjadinya luka.


Factor Psikologis
Secara psikologis, lesi dapat terjadi secara primer saat individu emosi dan
secara sekunder timbul penyakit kulit seperti dermatitis. Beberapa kasus yang
ditemukan, disebsbkan oleh keduanya. Menifestasi yang timbul adalah gatal,
panas dan berkeringat.

b Lesi Kulit
Lesi kulit yang terjadi dapat berupa skin tear atau robekan epidermis dan berbagai
bentuk lesi lainnya seperti ulkus deabetikum dan dekubitus.
1 Skin tear
Ada satu istilah yang saat ini berkembang, terutama lesi kulit yang
menyebabkan hilangnya atau lepasnya epidermis dengan atau tanpa hilangnya
dermis secara mekanis, yaitu skin tear. Skin tear atau robekan epidermis sering
terjadi secara disadari atau tidak, misalnya pada saat petugas kesehatan
melepas plester setelah penggunaan yang cukup lama atau saat kulit terbentur
dan bergesekan dengan benda tumpul dan kulit terkupas.
2 Terminologi Lesi
Lesi kulit memiliki terminology dengan dua klasifikasi utama, yaitu lesi
kulit primer (menjadi penyebab utama terjadinya lesi). Dan lesi sekunder (lesi
yang muncul akibat kondisi tertentu atau setelahnya). Lesi primer diantara
adalah macula, papula, patch, plague, wheal, nodul tumor, vesikel, bula,

pustule, cyst, dan telangiektasia. Lesi sekunder berupa scale, likenifikasi,


keloid, scar, ekskoriasi, fisura, erosi, ulkus, krusta, dan atrofi.
4

Penyembuhan Luka
a Fisiologi Penyembuhan Luka
Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka)
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Penyembuhan luka terdiri dari tiga
fase, yaitu fase inflamasi, fase poliperasi, fase maturasi atau remodeling. Antara
fase yang satu dan fase lainnya memiliki rentang waktu yang saling bersinggungan
atau tumpang tindih.

Gambar

2.5

Waktu
penyembuhan
tumpang tindih
pada setiap fase
1

Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi
akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai
adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda
asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses
penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet
akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi
vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi.
Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.

Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi
kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local
reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin
dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena,
sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah
luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut
menjadi asidosis.
Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada
2

kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki
dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas
sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel
fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan
penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan
sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi)
serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,
fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi)
jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal
bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya
substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh
darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan
luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan
baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen
telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai
growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ;

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan


yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan
granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh
mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk
memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang
berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut
dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan
kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan
aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap
penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada
kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita
muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang
gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).
b Tipe Penyembuhan Luka
Luka berdasarkan tipe atau cara penyembuhannya diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu penyembuhan luka secara primer (primary intention), secara sekunder
(secondary intention) dan secara tersier (tertiary intention atau delayed primary
intention).
1 Penyembuhan luka secara primer.
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka ditutup dengan cara
dirapatkan kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas luka tidak
ada atau minimal. Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi jaringan
ikat. Contohnya adalah luka sayatan robekan dan luka operasi yang dapat
sembuh dengan alat bantu jahitan, stapler, tape eksternal, atau lem/perekat
2

kulit.
Penyembuhan luka secara sekunder.
Kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak jaringan
sehingga memerlukan proses granulasi (pertumbuhan sel), kontraksi, dan

epitelisasi untuk menutup luka. Pada kondisi luka seperti ini, jika dijahit,
kemungkinan terbuka lagi atau menjadi nekrosis (mati) sangat besar. Luka
yang memerlukan penutupan secara sekunder kemungkinan memiliki bekas
luka lebih luas dan waktu penyembuhan lebih lama, namun semuanya kembali
lagi bergantung pada penanganan para klinisi terhadap luka. Contohnya adalah
3

luka tekan (dekubitus, luka diabetes mellitus) dan luka bakar.


Penyembuhan luka secara tersier.
Terjadi jika penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau benda
asing sehingga penyembuhannya terhambat. Luka akan mengalami proses
debris sehingga luka menutup. Penyembuhannya luka dapat juga diawali
dengan penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan bantuan
jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka opersi yang terinfeksi.

Tipe Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan


1 Luka Akut
Luka akut adalah yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti proses
hemostasis dan inflamasi. Luka akut sembuh atau menutup sesuai dengan
waktu penyembuhan luka fisiologis (0-21 hari). Contoh luka akut adalah luka
pasca-operasi. Luka akut sembuh sesuai dengan fisiologi proses penyembuhan
luka pada setiap fasenya. Misalnya, jika luka operasi sejak 14 hari yang lalu,
saat datang masih ditemukan tanda inflamasi, luka operasi tersebut bukan lagi
2

luka akut, melainkan kronis


Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang sudah lama terjadi atau menahun dengan
penyembuhan yang lebih lama akibat adanya gangguan selama proses
penyembuhan luka. Gangguan dapat berupa infeksi dan dapat terjadi pada fase
inflamasi, proliferasi, atau maturasi. Biasanya luka akan sembuh setelah
perawatan yang tepat selama 2-3 bulan (dengan memperhatikan faktor
penghambat penyembuhan). Luka kronis juga sering disebut kegagalan dalam
penyembuhan luka. Luka kronis umumnya sembuh atau menutup dengan tipe
penyembuhan sekunder. Akan tetapi, tidak semua luka dengan tipe
penyembuhan sekunder disebut luka kronis, misalnya luka bakar dengan deep
full-thickness yang terjadi dua hari yang lalu disebut luka akut dengan tipe
penyembuhan sekunder.

d Tipe Luka Berdasarkan Anatomi Kulit


1 Stadium I
Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya melibatkan
lapisan epidermis, masih utuh atau tampak merusak epidermis. Epidermis
hanya mengalami perubahan, hangat atau dingin, kulit melunak, dan ada rasa
nyeri atau gatal. Contoh luka stadium 1 adalah kulit yang terpapar matahari
2

sunburn.
Stadium II
Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan melibatkan lapisan
epidermis-dermis. Luka menyebabkan epidermis terpisah dari dermis dan/atau
mengenai sebagian dermis (partial-thickness). Umumnya kedalaman luka
hingga 0,4 mm, namun bergantung pada lokasi luka. Bula atau blister termasuk

kategori stadium 2 karena epidermis sudah terpisah dengan dermis.


Stadium III
Jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami kehilangan
epidermis, dermis, hingga sebagian hipodermis (full-thickness). Umumnya
kedalaman luka hingga 1 cm (sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian
mana). Pada proses penyembuhan luka, kulit menumbuhkan lapisan-lapisan
yang hilang (granulasi) sebelum menutup (epitelisasi).

Stadium IV
Jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami kerusakan dan
kehilangan lapisan epidermis, dermis, hingga seluruh hipodermis, dan
mengenai otot dan tulang (deep full-thickness). Undermining (gua) dan sinus

masuk ke dalam stadium 4.


Unstageable
Jika warna dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati
(nekrosis), terutama jika jaringan nekrosis 50% berada di dasar luka. Dasar
luka yang nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka
merah dengan pembuluh darah yang baik.

Tipe Luka Berdasarkan Warna Dasar Luka


Luka dapat juga dibedakan berdasarkan warna dasar luka atau penampilan
klinis luka (clinical appearance). Klasifikasi ini juga dikenal dengan sebutan RYB

(red, yellow, black). Beberapa referensi menambahkan pink dan cokelat pada
klasifikasi tersebut .
1 Hitam (black), warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis (mati) dengan
kecenderungan keras dan kering. Jaringan tidak mendapatkan vaskularisasi
yang baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan warna dasar hitam berisiko
mengalami deep tissue injury atau kerusakan kulit hingga tulang, dengan
lapisan epidermis masih terlihat utuh. Luka terlihat kering, namun sebetulnya
2

itu bukan jaringan sehat dan harus diangkat.


Kuning (yellow), warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati)
yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering
disebut slough. Jaringan ini juga mengalami kegagalan vaskularisasi dalam
tubuh dan memiliki eksudatyang banyak hingga sangat banyak. Perlu dipahami
bahwa jaringan nekrosis mana pun (hitam atau kuning) belum tentu mengalami
infeksi sehingga penting sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian
yang tepat . Pada beberapa kasus , kita akan menemukan bentuk slough yang

keras yang disebabkan oleh balutan yang tidak lembab


Merah (red). Warna dasar luka merah artinya jaringan glanulasi dengan
vaskularisasi yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna
dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga luka dapat
menutup. Hati-hati dengan dasar luka merah yang tidak cerah atau berwarna
pucat karena kemungkinan ada lapisan biofilm yang menutupi jaringan

glanulasi.
Pink. Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitelisasi dengan
baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun biasanya sangat
rapuh sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses maturasi terjadi.
Memberikan kelembapan pada jaringan epitel dapat membantu agar tidak
timbul luka baru.

Tepi
Luka
Lain
Luka juga dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya. Contohnya adalah :
1 Luka diabetes karena hiperglikemia
2 Luka tekan/dekubitus karena penekanan/gesekan/lipatan pada satu area dalam
kurun waktu tertentu
3 Luka kanker karena adanya keganasan pada kulit, baik sebagai keganasan
utama maupun metastasis dari keganasan lain.
4 Luka kaki bawah/lower leg ulcer (venous/arterial) karena gangguan pada
pembuluh darah arteri atau vena.
5 Luka kecelakaan, luka pasca operasi, luka bakar.

Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing


1 Pengertian Modern Dressing
Modern dressing adalah suatu metode perawatan luka dengan menggunakan
prinsip moisture balance dan memakai alat ganti balutan yang lebih modern serta lebih
2

efektif untuk proses penyembuhan luka (Gitardja, 2008).


Fungsi Dressing dan Tujuan Memilih Balutan
a Penutup luka; melindungi trhadap trauma, kontaminasi bakteri dan material asing,
b

meminimalkan cairan dan kehilangan panas.


Menyerap drainase luka; menjaga luka tetap lembab, tetapi tidak basah,

meminimalkan maserasi.
Kompressi; meningkatkan hemostasis, meminimalkan edema dan pembentukan

hematom, mencegah perlengketan.


Menyediakan lingkungan yang lembab, memfasilitasi penyembuhan luka yang akut

e
f
g

dan mengurangi nyeri pada luka kronik.


Mengontrol dan mencegah pendarahan.
Mencegah dan menangani infeksi pada luka.
Meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi stres.

Adapun fungsi dressing pada luka akut:


a

Meningkatkan migrasi epithelia


Roove menyatakan bahwa pada luka akut dan lembab, resurfasi luka terjadi
lebih cepat oleh karena keratonosit berimigrasi lebih cepat, bukan karena tingkat

mitosis yang lebih cepat.


Merangsang angiogenesis
Penyembuhan luka luka yang lembab merangsang vaskularisasi lebih hebat.
Akumulasi angiogenesis-stimulating factors, seperti tumor nekrosis faktor dan
heparin, pad bagian bawah dressing juga merupakan faktor yang diperhitungkan.
Sebagai tambahan, akibat hiperoksia akan merangsang angiogenesis, dressing
menyebabkan tingkat oksigen yang tinggi, yang merangsang pertumbuhan kapiler
ke bagian pusat yang lebih hipoksik.

Resistensi faktor-faktor pertumbuhan


Cairan pada luka akut yang berada di bawah dressing oklusif akan merangsang
proliferasi fibroblas, keratinosit, dan sel-sel endotel. Faktor-faktor pada peristiwa
ini yaitu plutelet-derived growth factor (PDGF), basic fibroblast growth factor
(bGF), transfornting growth factor (tGF)-beta, epidental growth factor (EGF), dan
interleukin (IL)-1. EGF berperan penting pada pertumbuhan, kelangsungan hidup,
dan diferensiasi sel-sel epidental. TGF-beta merangsang angiogenesis fibrosis,

diferensiasi, dan proliferasi.


Fasilitasi debridement autolitik
Air yang tertahan dan interaksi enzim-enzim proteolitik akan mengurangi nyeri

sewaktu melakukan debridement luka dari jaringan nekrotik.


Proteksi terhadap organisme eksogen
Meskipun hitung bakteri lebih tinggi pada luka dengan dressing oklusif dari pada
dressing non oklusif, namun ini tidak merupakan predisposisi untuk infeksi. Tingkat
infeksi pada dressing oklusif hanya 2,6% dibandingkan 7,1% pada dressing non
oklusif. Dressing oklusif bekerja sebagai barier fisik, menyebabkan infiltrasi
netrofil dengan memudahkan fungsinya menjadi lebih aktif. Oklusi juga
meningkatkan lisosim dan globulin. Memelihara PH asam yang ringan yang
menghambat pertumbuhan beberapa bakteria, terutama Pseudomonas dan

Staphylococcus.
Memelihara tegangan voltasi

Penyembuhan pada luka yang lembab membantu dalam memelihara medan


elektrik, yang penting dalam migrasi keratinosit. Juga meningkatkan sintesis faktorfaktor pertumbuhan oleh fibroblast (Lestari, 2008).
3

Tujuan Memilih Balutan


a Membuang jaringan mati
b Dapat mengontrol kejadian infeksi
c Mampu mempertahankan kelembaban
d Mempercepat proses penyembuhan luka
e Dapat mengabsorbsi cairan luka yang bverlebihan
f Nyaman digunakan
g Steril
h Cost effectif

Jenis dan Kegunaan Modern Dressing


Sebagai salah satu pendidik program pendidikan pada tenaga kesehatan dalan
perawatan luka, salah satu kendala selama program pendidikan adalah kesulitan
memahami dan menentukan balutan yang tepat bagi pasien sesuai dengan kondisi
lukanya. Kondisi ini memotivasi penulis (Arisanty) dalam mengembangkan satu metode
sederhana dalam memahami pemilihan balutan luka, yaitu menggunakan metode WEI
(Irma, 2008). Metode WEI adalah pemilihan balutan dengan memperhatikan warna
dasar luka, jumlah eksudat, dan ada tidaknya infeksi. Jenis dan kemampuan terapi
topikal dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a Manajemen warna dasar luka (W)
Jenis balutan yang dapat mengatasi warna dasar luka (merah-kuning-hitam):
1 Salep herbal Tea Tree Oil (TTO).
2 Zinc Cream.
3 Hydroactive gel/hydrogel
4 Hydrocolloid paste/lembaran.
5 Madu.
6 Aloe vera.
7 Bromelain
8 Enzim papain.
9 Coconut oil.
b Manajemen eksudat (E)
Jenis balutan yang dapat mengatasi eksudat (sedikit, sedang, banyak, sangat
banyak).
1 Transparent film
2 Hydrocolloid paste/lembaran
3 Calcium aliginate
4 Hydrocellulose

5 Polyurethane foam.
6 Absorben : kasa/Gamgee/low adherent (LA).
7 Kantong stoma.
Manajement infeksi (I)
Jenis balutan yang dapat mengatasi infeksi (tanda infeksi, lokal, tanda infeksi
sistemik).
1
2
3
4
5
6

Silver ionized.
Cadexomer iodine.
Hydrophobic/DACC
Tea Tree Oil.
Metronidazol.
Madu.

1 Zinc Oxide Topikal


Zinc oxide memiliki ikatan kimia ZnO. Artinya, zinc oxide terdiri atas satu
atom zink dan satu atom oksigen yang saling berikatan. Ada sekitar 300 enzim
yang membutuhkan zink dalam kegiatannya, sebagai mineral esensial dalam
pembentukan sintesis DNA, sintesis protein, pergantian, dan perbaikan
jaringan. Defisiensi zink dapat menyebabkan gangguan dalam penyembuhan
luka, terutama penurunan jumlah protein dan sintesis kolagen selama proses
penyembuhan luka. Saat proses penyembuhan luka, terjadi peningkatan
kebutuhan zink, terutama pada fase inflamasi dan proliferasi.
Saat ini berkembang sediaan zink yang kemudian diracik dalam sediaan
salep yang dikombinasikan dengan bahan kimia lainnya seperti antibiotik,
antijamur, dan Vaseline. Salah satu zink yang telah dikembangkan adalah
Metcovazin. Ada beberapa jenis metcovazin, diantaranya adalah :
a Metcovazin Regular
1 Topikal terapi atau salep luka untuk jaringan nekrosis hitam dan
2

kuning tanpa infeksi


Bahan aktif : metronidazole dan zinc.

6 Calcium Alginate
Terbuat dari polisakarida alami yang berasal dari rumput laut. Memiliki
efek hemostasis sehingga mampu menghentikan perdarahan-perdarahan minor.
Tidak lengket pada permukaan luka, menyerap eksudat dan berubah menjadi
gel kontak dengan cairan tubuh. Tersedia dalam bentuk sheet dan robe.
Contoh : Kaltostat, Sorbsan, curasorb, comfeel plus, Curimed Alginate dll.

Indikasinya

untuk luka-luka yang mudah

berdarah atau
Kelebihan
a

bereksudat.
dressing ini:
membentuk

lingkungan

lembab pada luka


b menyerap eksudat
c mengurangi nyeri, melembabkan saraf-saraf tepi.
d jarang sekali menyebabkan alergi
e bisa digunakan untuk mengisi rongga atau sinus
f berefek hemostasis
g mudah dibersihkan
Kekurangan dressing ini:
a memerlukan balutan sekunder
b gel yang terbentuk sering dianggap sebagai pus atau slough
7 Absorben : Kasa/Gamgee/Low Adherent (LA)
Adalah jenis topical therapy berupa tumpukan bahan balutan yang tebal
dengan daya serap cukup tinggi dan diklain jika bercampur dengan cairan luka
dapat mengikat bakteri. Paling sering digunakan sebagai balutan tambahan
setelah balutan utama yang menempel pada luka. Beberapa jenis balutan ini
ada

yang

mengandung

antimikrobial

dan

hidrobic

bakteri.Contoh : Cutisorb LA, Melolin (Arisanti, 2013).

atau

mengikat

8 Hidrofobik
Terbuat dari katun yang dilapisi bahan aktif dialkylcarbamoil chloride yang
bersifat hidrofobik kuat. Sifat ini sama dengan karakteristik bakteri sehingga
mereka saling berikatan secara fisika dan dengan pergantian dressing bakteri
yang ada di permukaan luka juga akan terangkat. Dressing ini digunakan pada
luka-luka bersih terkontaminasi atau luka infeksi dengan eksudat. Contoh:
Cutimed sorbact.

9 Hypertonic Saline Impregnated


Kassa yang diisi dengan saline hipertonis dalam bentuk kering (kristal)
atau basah (cairan). Cairan hipertonis ini membuat dressing bisa membersihkan
luka melalui aksi osmotik dengan cara membuang jaringan nekrotik dan
eksudat purulen.
Indikasi penggunaanya untuk luka-luka nekrotik yang lembab, bereksudat
banyak serta luka infeksi.
Contoh : Curasalt
Kelebihan dresssing ini :
a Agresif debridement (support autolisis)
b Mengurangi bau
c Mempertahankan kelembaban luka
d Menyerap eksudat
e Dilaporkan efektif untuk mengurangi jaringan hiperglanulasi

Kekurangan dressing ini :


a
b
c
d

Bisa menyebabkan rasa tidak nyaman (perih)


Memerlukan pergantian yang lebih sering
Memerlukan dressing sekunder
Tidak direkomendasikan untuk luka yang mudah berdarah.

PENGKAJIAN TINDAKAN LUKA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
A Pengkajian
1 Identitas Klien
Nama
: Tn. A
Usia
: 25 tahun
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku
: Makassar
Alamat
: Kerung-kerung Lrg. 9
Diagnosa
: Perdarahan arteri poplitea sinistra (luka tembak)
2 Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
Umur
: 23 tahun
Hubungan
: Istri
B Riwayat Kesehatan
1 Riwayat masa Lalu
Klien tidak pernah mengalami luka sebelumnya
2 Riwayat keluhan sekarang
Klien mengeluh adanya luka pada betis kanan dan bagian lutut kaki kiri karena bekas
tembakan senjata api.
C Keadaan Umum

1
2

1
2

Klien umum : Klien nampak lemah dan mengeluh kesakitan pada bekas tembakan
Tanda tanda vital :
TD: 100/80 mmhg
N : 78 x/m
S : 36 oC
P : 20 x/m
Type luka : Akut
Type penyembuhan luka
Secondary Intention (proses penyembuhan tertunda dan melalui tahap granulasi,
kontraksi dan epitelisasi.
Tissue Loss
a Luka 1, 2 dan 4 : lapisan kulit pada klien mengalami kehilangan epidermis, dermis,
hypodermis dan mengenai otot dan tulang (deep full-thickness).
Luka 3 : lapisan kulit pada klien mengalami kehilangan epidermis, dermis, dan

b
4
5

sebagian hypodermis (full-thickness).


Penampilan Klinis
a Penampilan klinik Jaringan pada Luka 1 klien adalah terdapat bekas jahitan
b Penampilan klinik jaringan pada luka 2 klien adalah terdapat bekas jahitan
Lokasi luka
Luka klien terletak pada betis kanan tembus dari depan kebelakang tapi tidak mengenai
tulang.

6
7

8
9

Pengukuran Luka
Luka 1: P= 2 cm, L= 0,5 cm
Luka 2 P= 2 cm, L=0,5 cm
Eksudat
a Pada luka 1 jumlah eksudat dari luka klien tidak ada
b Pada luka 2 jumlah eksudat dari luka klien tidak ada
Kulit Sekitar
a Kulit sekitar pada luka 1 klien agak kemerahan
b Kulit sekitar pada luka 4 klien agak kemerahan
Nyeri
Nyeri yang dirasakan klien terletak pada angka 4-6 (nyeri sedang)

Skala

Keterangan

Tidak nyeri

1-3

Nyeri ringan

4-6

Nyeri sedang

7-9

Sangat

nyeri,

tetapi

masih

dapat

dikontrol dengan aktifitas yang biasa


dilakukan
10

Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol

D Pengkajian Barbara Bates Jansen (BBJ)


Posisi luka (beri tanda bulat untuk setiap luka)

No

12 Juni 2016
ITEMS

1.

Ukuran
Luka

PENGKAJIAN
I

II

1 = P x L < 4 cm
2 = P x L 4 < 16 cm
3 = P x L 16 < 36 cm
4 = P x L 36 < 80 cm
5 = P x L > 80 cm

2.

Kedalaman 1 = stage 1
2 = stage 2
3 = stage 3
4 = stage 4
5 = necrosis wound

3.

Tepi Luka

1 = samar, tidak jelas terlihat


2 = batas tepi terlihat, menyatu
dengan dasar luka
3 = jelas,tidak menyatu
dengan dasar luka
4 = jelas,tidak menyatu
dengan dasar luka, tebal
5 = jelas, fibrotic, paruttebal/
hyperkeratonic

4.

Goa

1 = tidak ada
2 = goa < 2 cm di area
manapun
3 = goa 2-4 cm <50% pinggir
luka
4= goa 2-4 cm > 50 % pinggir

Implementasi
A Tanggal 12 Juni 2016
a Cuci luka
Pertama-tama luka dicuci dengan NaCl 0,9% kemudian mencuci luka dari luar atau
pinggir luka sampai ke luka. Kemudian dibilas dengan menggunakan NaCl 0,9% dean
b

keringkan denga kasa steril.


Dressing
1 Primer dressing
a Menggunakan supratule : dressing digunakan sebagai antimikrobial dan
2

melembabkan luka.
Sekunder dressing
Kassa steril : digunakan sebagai penutup dressing sekunder.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ezedin dkk 2009. Luka Tembak.Available at : http://belibis-a17.com/2009/05/20/luka-tembak/
2. Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Jakarta :
Binarupa Aksara. 1997. Hal. 131-67
3. Windi,dkk. Traumatologi Forensik. [online November 19th 2008] .[cited 2006].
[25 screens]. Available at
http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm

4. PS, Indah, dkk. Gunshot Wound. [online November 19th 2008]. [cited 2005]. [13
screens]. Available at http://www.freewebs.com/gunshot_wound/lukatembak.htm
5. Pounder D.J. Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture
Note, Gunshot Wounds. [online November 19th 2008]. [cited 1993]. [41 screens].
Available at http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf
6. Di Maio, V.J.M. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. 1999. page. 72-140
7. Chadha P.V. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta :
Widya Medika. 1995. Hal. 75-81
8. Anonim. Arti Klinis Luka Tembak. [online November 19th 2008]. [cited 2007].
[9 screens]. Available at http://medlinux.blogspot.com/2007/11/arti-klinis-lukatembak.html
9. Anonymous. Firearms Tutorial. [online November 21st 2008]. [cited 2008].
[1 screen]. Available at
http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNINJ.html#1
10. Anonymous. Histophatology Skin-Gunshot Wound. [online November 21st 2008].
[cited 2007]. [1screen]. Available at http://vodpod.com/watch/138614-skingunshot-wound

11.anonymous

Ballistic

trauma.[online

may

2nd

2011].

Available

at

http://en.wikipedia.org/wiki/Ballistic_trauma
12. Brohi Korim . indication for bullet removal. [online may the 2nd 2011]. [cited July 27, 2007].
Available at : http://www.trauma.org/index.php/main/article/601/
13. Brouhard Rod. How To Treat a Gunshot Wound. [online may the 2nd 2011]. [cited 2010].
Available at:
http://firstaid.about.com/od/softtissueinjuries/ht/07_gunshots.htm
14. Mansjoer dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : media Aesculapius FKUI.

Anda mungkin juga menyukai