Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS KARAKTERISTIK AIR LINDI PADA TEMPAT PEMBUANGAN


AKHIR (TPA) DI MAROS DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
A. Zubair1, M.R. Malamassam1, A.R.Tonapa2
ABSTRAK
Sampah belakangan ini menjadi suatu masalah yang tidak dapat diabaikan lagi. Tempat pembuangan
akhir dengan system control landfill menjadi suatu alternatif dalam penanganan akhir sampah seperti pada
TPA Bonto Ramba di Maros. System control landill dapat menimbulkan air lindi pada TPA tersebut. Air lindi
yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mencemari lingkungan sekitar TPA. Untuk menganalisis hal
tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas dan kuantitas air lindi pada TPA Bonto Ramba.
Penelitian kualitas air lindi di sekitar TPA Bonto Ramba menggunakan metode sampling. Pengambilan data
kualitas air lindi diambil 2 sampel yang ditinjau dari tiga parameter yaitu fisika, kimia, dan biologi. Dengan
melihat hasil pemeriksaan kualitas air lindi dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas dalam pemanfaatannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter air lindi sampah tidak memenuhi syarat
Baku Mutu Kualitas Air Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010. Penelitian kuantitas air lindi
yaitu dengan menghitung koefisien limpasan, debit curah hujan serta penguapan. Untuk menghitung koefisien
limpasan diperoleh berdasarkan keadaan tanah TPA Bonto Ramba yang berjenis tanah berat dan lahan landai
2%-5% yaitu 0,22. Metode pengambilan data untuk penentuan debit air hujan yaitu dengan pengambilan data
dari Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum sehingga untuk mendapatkan nilai intensitas hujan
digunakan metode Mononobe. Sedangkan metode untuk mendapatkan nilai penguapan dilakukan dengan
menggunakan panci penguapan. Dari hasil penelitian diperoleh nilai curah hujan sebesar 414,303 mm/hari
sedangkan nilai penguapan sebesar 0,019224 mm/hari. Sehingga nilai kuantitas air lindi pada TPA Bonto
Ramba sebesar 3231,449 mm/hari.
Kata kunci : TPA, System control landfill, Air lindi, Kualitas air lindi, Kuantitas air lindi

ABSTRACT
Garbage lately become a problem which cannot be disregarded again. Landfills with landfill control system
becomes an alternative in the treatment of such waste in landfill final Bonto Ramba in Maros. System control
landill can cause leachate at the landfill. Leachate is not managed properly could potentially contaminate the
environment around the landfill. To analyze that further research is needed on the quality and quantity of
leachate in the landfill Bonto Ramba. The study of water quality around the landfill leachate Bonto Ramba
using sampling methods. Fetching data quality leachate samples taken two terms of three parameters, namely
physics, chemistry, and biology. By looking at the results of the water quality of leachate can be grouped into 4
classes in utilization. The results of this study indicate that there are several parameters of waste leachate
ineligible Quality Standards Water Quality Regulation South Sulawesi Governor No.69 of 2010. Research
leachate quantity is by calculating the coefficient of runoff, rainfall and evaporation discharge. To calculate
runoff coefficients obtained by the ground state manifold TPA Bonto Ramba heavy soils and land slope of 2%
-5% is 0.22. Data collection methods for the determination of discharge rainwater that is by taking the data
from the Office of the Public Works Department so as to get the value of the rainfall intensity used Mononobe
method. The method to get the value of evaporation performed using evaporation pan. The result showed
rainfall value of 414.303 mm / day, while the evaporation value of 0.019224 mm / day. So the value of the
quantity of landfill leachate on Ramba Bonto of 3231,449 mm/day.
Keywords: landfill, landfill control system, leachate, leachate quality, leachate quantity

PENDAHULUAN
Sampah merupakan sebagian dari sesuatu
yang tidak terpakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang harus dibuang dan biasanya


berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia (domestik). Sampah terdiri dari 2
jenis, yaitu sampah organik dan sampah

11

DosenS1,Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar,INDONESIA


MahasiswiS1,Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar,INDONESIA

22

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

anorganik. Sampah organik terdiri dari


bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau yang dihasilkan
dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan dengan proses alami. Sampah
anorganik adalah sampah yang berasal dari
sumber daya alam tak terbarui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses
industri. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam jangka waktu yang sangat
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga, misalnya berupa botol, botol plastik,
tas plastik dan kaleng.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dengan segala aktivitasnya di Kota
Maros, jumlah sampah yang dihasilkan terus
bertambah dari waktu ke waktu dan jenisnya
semakin beragam. Sampah yang dihasilkan
Kota Maros berasal dari aktivitas
pemukiman,
sampah
pasar,
sampah
pertokoan, sampah fasilitas umum dan
sampah industri. Sampah ini sebelum
dibuang ketempat pembuangan akhir
biasanya
ditampung
pada
tempat
pembuangan sementara yang berbentuk bakbak sampah atau menggunakan kontainer
sampah yang dapat langsung dibawa oleh
truk sampah. Kemudian oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Maros,
sampah disetiap penampungan sementara
diangkut ke pembuangan akhir di Tempat
Pembuangan Akhir sampah Bonto Ramba.
Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) memiliki fungsi yang sangat penting
yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik
yang akan di daur ulang sebagai kompos
ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh
pemulung. Jumlah sampah di TPA yang
sangat
besar
menyebabkan
proses
dekomposisi alamiah berlangsung secara
besar-besaran pula. Proses dekomposisi
tersebut akan mengubah sampah menjadi
pupuk organik dan menimbulkan hasil
samping yaitu air lindi.
Salah satu dampak negatif yang dihasilkan
adalah air lindi (leachate), yaitu cairan yang
dikeluarkan dari sampah akibat proses
degradasi biologis. Lindi juga dapat pula

didefinisikan sebagai air atau cairan lainnya


yang telah tercemar sebagai akibat kontak
dengan sampah. Lindi ini dapat mencemari
lingkungan khususnya lingkungan perairan,
baik air permukaan maupun air tanah
dangkal. Terbentuknya air lindi merupakan
hasil dari proses infiltrasi air hujan, air tanah,
air limpasan atau air banjir yang menuju dan
melalui lokasi pembuangan sampah.
Pembentukan air lindi dipengaruhi oleh
karakteristik sampah (organikanorganik).
Pada musim hujan kuantitas air lindi lebih
banyak dibandingkan dengan musim
kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi iklim akan mempengaruhi kuantitas
air lindi yang dihasilkan. Pada daerah dengan
curah hujan yang tinggi akan membentuk
kuantitas air lindi yang lebih banyak,
walaupun konsentrasi kontaminannya (bahan
organik, anorganik dan lain-lain) akan lebih
sedikit daripada di daerah yang curah
hujannya rendah.
TINJAUAN PUSTAKA
Intensitas Curah Hujan
Metode yang biasa yang digunakan dalam
perhitungan Intensitas curah hujan sebagai
berikut: (Metode Mononobe)
I=(Rmax/24)x(24(t/60)) ..(a)
Dimana:
I
= Intensitas curah hujan (mm/hari)
Rmax = Curah hujan maksimum (mm)
t
= Lamanya curah hujan/ durasi curah
hujan (hari)
Penguapan (Evaporasi)
Beberapa percobaan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa evaporasi yang terjadi
dari panci lebih cepat dibanding dari
permukaan air yang luas (waduk). Untuk itu
hasil pengukuran evaporasi dari panci harus
dikalikan dengan suatu koefisien untuk
mendapatkan evaporasi dari waduk atau
danau.
EL = K x EP ............................(b)
Sehingga,
Q1 = EL x A

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Dengan:
EL = evaporasi dari badan air
EP = evaporasi dari panci
K = koefisien panci
Koefisien panci bervariasi menurut musim
dan lokasi, yaitu berkisar antara 0,6 dan 0,8.
Biasanya digunakan koefisien panci tahunan
sebesar 0,7 (Bambang Triatmodjo, 2009).

beberapa lapisan yaitu lapisan paling bawah


adalah batu kemudian dilapisi ijuk kemudian
dilapisi cipping kemudian pasir dan pada
bagian atas di lapisi kembali dengan
menggunakan ijuk. Kolam ini berfungsi
untuk menyaring air lindi dari kolam pertama
yang merupakan air lindi langsung dari
sampah.

Kuantitas Air Lindi


Untuk menghitung jumlah timbulan air
lindi maka digunakan persamaan:
Q2 = Ax(1Cro)x I .............................(c)
Dimana:
Q2 = Timbulan lindi (mm/hari)
A = Luas area (m)
Cro = Koefisien runoff
I = Intensitas curah hujan max (mm/hari)
Qtotal = Q2 Q1 .(d)
Tabel 1. Nilai Koefisien Limpasan, Cro Pada
Lokasi TPA
Penutupan Lahan

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Lahan terbuka
Tanah berpasir, lahan datar, 2 %

0,05 - 0,10

Tanah berpasir, lahan landai, 2%- 7%

0,10 - 0,15

Tanah berpasir, lahan miring, > 7%

0,15 - 0,20

Tanah berat, lahan datar, 2%

0,13 - 0,17

Tanah berat, lahan landai, 2% - 7%

0,18 - 0,22

Tanah berat, lahan miring, > 7%

0,25 - 0,35

MET0DE PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian
Pengambilan sampel air lindi dilakukan di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bonto
Ramba, Maros pada pukul 08.30 pagi pada
dua titik berbeda. Sampel yang pertama di
ambil pada kolam lindi yang pertama yakni
kolam yang secara langsung tempat
mengalirnya air sampah. Sedangkan sampel
yang kedua diambil pada sumur lindi yang
ke 3 dimana air lindi tersebut telah disaring.
Kolam penyaringan tersebut terdiri atas

Alat yang digunakan untuk mengambil


sampel air di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Maros adalah: 4 botol winkler, tali
rafia, 2 buah botol yang telah di cuci bersih.
Untuk pengambilan sampel air yang cukup
dalam berkisar 3-3.5 m, maka digunakan
timba pemberat. Timba pemberat ini terbuat
dari botol yang kemudian diberi pemberat
sehingga botol tersebut dapat tenggelam
untuk mengambil air sampel.
Terlebih dahulu, timba pemberat yang
digunakan untuk mengambil sampel harus
bersih, kemudian diikat meggunakan tali
rafia untuk menjangkau kedalaman kolam
lindi yaitu sekitar 3-3.5 meter. Dengan
menggunakan timba pemberat tersebut air
sampel diambil. Kemudian air yang di ambil
tersebut dimasukkan ke dalam botol yang
terlebih dahulu dibersihkan, diisi penuh dan
ditutup dengan baik untuk menghindari
kontak dengan udara serta usahakan jangan
ada gelembung-gelembung air pada saat

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

wadahnya ditutup. Khusus untuk pengujian


COD dan BOD masing-masing sampel air
dimasukkan ke dalam botol winkler dan
usahakan jangan ada gelembung-gelembung
air pada saat botol tersebut ditutup. Botol
Winkler yang digunakan untuk mengambil
sampel harus bersih, dan telah dibilas dengan
air suling terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan pengkondisian cairan yang akan
digunakan untuk mengisi botol. Selama
penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO
maupun BOD, diusahakan seminimal
mungkin larutan sampai yang akan diperiksa
tidak berkontak dengan udara bebas. Sampel
yang telah diambil langsung dibawa ke
Laboratorium Balai Teknik kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
Kelas 1 Makassar untuk diuji kualitasnya.
Curah Hujan
Metode
pengambilan
data
untuk
penentuan debit air hujan yaitu dengan
pengambilan data dari Kantor Wilayah
Departemen Pekerjaan Umum Propinsi
Sulawesi Selatan bagian Proyek Hidrologi
sehingga untuk mendapatkan nilai intensitas
hujan digunakan metode Mononobe dan
untuk mendapatkan debit air hujan yang
masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah di Maros,nilai luasan dari TPA
Maros itu sendiri telah diketahui yaitu 10 Ha.
Penguapan (Evaporasi)
Alat yang digunakan untuk mengukur
data penguapan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Maros adalah panci penguapan.
Alat ukur tersebut terbuat dari seng dengan
diameter 29.7 cm dan tinggi 7.6 cm.
Pengambilan data dilakukan pada pagi hari
pukul 08.30 dimana dilakukan pengambilan
data untuk mengetahui tinggi awal (ho)
sedangkan pada sore hari sekitar pukul 15.00
di ambil data tinggi akhir (h1). Selanjutnya
ho h1, maka itulah hasil evaporasi pada
hari tersebut. Tujuan dari pengambilan data
ini adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya penguapan yang terjadi pada
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kualitas Air Lindi
Dari hasil pengujian sampel air lindi
TPA Bonto Ramba pada Laboratorium
Kualitas Air Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Makassar kemudian disesuaikan
dengan Baku Mutu Air Lindi Peraturan
Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun
2010.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Air Lindi

(Sumber: Hasil Pemeriksaan laboratorium Balai


Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit Kelas 1 Makassar).
Keterangan:
Nilai Baku Mutu air di atas merupakan batas
maksimum, kecuali pH dan DO
Tanda (-) adalah tidak dipersyaratkan

= memenuhi
= tidak memenuhi
Maka dari kedua sampel yang ditinjau
dari tiga parameter diantaranya yaitu
parameter fisika: suhu, zat padat terlarut, zat
padat tersuspensi, sedangkan parameter
kimia yaitu pH, Timbal (Pb), Krom Total
(Cr), Klorida (Cl-), Dissolved Oxigen (DO),
Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan
Chemical Oxygen Demand (COD) serta
parameter biologinya yaitu Total Coliform
dan Fecal Coliform bahwa air lindi yang ada
di TPA Bonto Ramba terdapat parameter
yang melebihi dari baku mutu kadar air lindi
maksimum sehingga tidak dapat diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah
tangga.
Intensitas Curah Hujan

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2. Grafik Curah Hujan Maksimum


Berdasarkan data curah hujan harian
Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan
Umum Propinsi Sulawesi Selatan, dimana
diketahui Rmax = 228 mm sehingga
intensitas hujan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (a). Jadi, intensitas
hujan maksimum adalah 414,303 mm/hari.
Penguapan(evaporasi)
Dari penetuan evaporasi yang dilakukan
dengan menggunakan panci evaporasi maka
didapat besarnya penguapan sebesar (Ep)=
1,5 mm. Untuk penguapan dari TPA dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
(b) sehingga (EL) = 0,19224 mm/hari.
Kuantitas Air Lindi
Berdasarkan keadaan tanah pada TPA
Bonto Ramba yang berjenis tanah berat,
lahan landai, 2%-5% maka dapat ditentukan
nilai koefisien limpasan C sebesar 0,22.
Dari intensitas hujan dan luas Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Bonto Ramba
serta nilai koefisien limpasannya, maka dapat
diperoleh debit limpasan air hujan yang
masuk ke TPA dengan menggunakan
persamaan (c) sebesar 3231,641 mm/hari.
Jadi, kuantitas air lindi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (d) sebesar
3231,449 mm/hari.
KESIMPULAN
1. Dari kedua sampel yang ditinjau dari tiga
parameter diantaranya yaitu parameter
fisika, kimia, dan biologi bahwa air lindi

yang ada di TPA Bonto Ramba masih


terdapat beberapa parameter yang tidak
memenuhi kriteria kadar maksimum air
lindi yaitu zat padat tersuspensi, BOD,
COD, total coliform, serta fecal coliform
sehingga tidak dapat diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga. Dari
hasil analisis, kapasitas timbulan air lindi
yang masuk dalam Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bonto Ramba adalah
sebanyak 3231,449 mm/hari.
2. Pengolahan sampah dengan metode
control landfilling mengakibatkan air
tanah tidak secara langsung bercampur
dengan air lindi dari sampah karena
mengalami penyaringan terlebih dahulu.
Meskipun demikian air lindi yang telah
tersaring dan bercampur dengan air bawah
tanah tidak dapat digunakan sebagai air
baku bersih.
SARAN
Dengan melihat hasil penelitian, maka hal
yang perlu diperhatikan dan dijadikan bahan
pertimbangan yaitu:
1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
lagi tentang upaya penurunan nilai
parameter atau memperbaiki kuaitas air
lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di
Maros karena masih ada beberapa
parameter yang nilainya masih melebihi
baku mutu air sesuai dengan Peraturan
Gubernur SULSEL No.69 Tahun 2010.
2. Bagi masyarakat yang ada di sekitar
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Maros
untuk tidak mengkonsumsi air sumur
dikarenakan masih tinggi kandungan zat
kimia anorganik dalam air lindi yang
dibuang walaupun air lindi tersebut sudah
melewati penyaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. 2012.
Data Baku Mutu Kualitas Air Limbah.
Makassar.
Departemen Pekerjaan Umum Propinsi
Sulawesi Selatan. 2012. Data Curah
Hujan. Makassar.
Departemen Pekerjaan Umum Propinsi
Sulawesi Selatan. 2012. Materi
Bidang Sampah I Diseminasi Dan

JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Sosialisasi Keteknikan Bidang PL.


Makassar.
Malamassam, Miranda R. 2011. Bahan
Kuliah
Rekayasa
Hidrologi.
Makassar: Teknik Sipil Unhas.
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor
69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu
dan Kriteria Kerusakan Lingkungan
Hidup Yang Beroperasi Di Propinsi
Sulawesi Selatan.
Prahasta, Rana. 2012. Tugas Akhir Studi
Ketersediaan Air Pada Danau
Universitas Hasanuddin Ditinjau
Dari Curah Hujan dan Evaporasi.
Makassar: Teknik Sipil Unhas.

Priambodho, Krismon. 2005. Tugas Akhir


Kualitas Air Lindi Pada Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Galuga.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suharto, Ign. 2011. Limbah Kimia Dalam
Pencemaran Udara Dan Air,
Yogyakarta: Andi Offset.
Triatmodjo, Bambang. 2003. Hidraulika II.
Yogyakarta:Beta Offset.
Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi
Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.

Anda mungkin juga menyukai