Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1


Untuk mencapai gelar Sarjana Teknik

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG TERHADAP KUAT


TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA BATA BETON BERLUBANG

OLEH :
NAMA

: JOKO PRAKOSO

NIM

: 5150402557

PRODI

: TEKNIK SIPIL, S1

JURUSAN

: TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

dengan judul PENGARUH PENAMBAHAN ABU

TERBANG TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA


BATA BETON BERLUBANG telah disetujui dan disahkan oleh dosen
pembimbing Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang.

Hari

Tanggal

Dosen Pembimbing I

Dosen

Pembimbing

II

Ir. Dr. Iman Satyarno. ME


MT
NIP.

Drs. Hery Suroso ST.


NIP. 131763887

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Fakultas


Taknik Jurusan Teknik Sipil pada :
Hari

Tanggal

Panitia Ujian
Ketua

Sekretaris

Drs. Henry Apriyatno ST.


NIP. 131658240

Drs. Henry Apriyatno ST. MT


MT NIP. 131658240

Dosen Pembimbing I

Angota Penguji

1. Ir. Dr. Iman Satyarno,

Ir. Dr. Iman Satyarno, ME


ME
NIP.

NIP.

Dosen Pembimbing II

Drs. Hery Suroso ST. MT


MT.
NIP. 131763887d

2. Drs. Hery Suroso ST.


dkhan
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik

Drs. Tugino, MT

Prof. Dr, Soesanto


NIP. 130875753
iii

NIP. 131763887d

PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Maret 2006

JOKO PRAKOSO
NIM 5150402557

iv

KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah

memberikan

rahmat

dan

hidayah-Nya

sehingga

penyusun

dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam penyelesaian studi Strata 1 guna mencapai gelar Sarjana Teknik.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak yang telah membantu memberikan dorongan serta arahan demi terselesainya
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd , Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES
3. Drs. Henry Apriyatno, MT, Ketua Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNNES
4. Drs. Hery Suroso ST. MT, Dosen pembimbing dari Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
5. Ir. Dr. Iman Satyarno, ME, Dosen pembimbing dari Universitas Gajah Mada
yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya penyusunan
skripsi ini
6. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang telah memberikan materi,
semangat dan doa selama penyusun mengerjakan skripsi
v

7. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini, yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Harapan penyusun,
semoga skirpsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, Maret 2006

Penyusun

vi

ABSTRAK

Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan
lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam
pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang. Bata
beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan
perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari
25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25% volume
batanya. (SK SNI S 04 1989 F). Di Indonesia banyak sekali bahan-bahan
lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk campuran bahan
susun bata beton berlubang terutama bahan ikatnya. Salah satu bahan ikat
alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland
adalah abu terbang.
Variasi komposisi campuran didasarkan pada prinsip beton Abu Terbang
Volume Tinggi / High Volume Fly Ash (HVFA). Abu terbang yang ditambahkan
(dalam satuan berat) pada bata beton berlubang adalah 0; 1,3; 1,4; 1,5; 1,6; 1,8
terhadap komposisi 1 Pc : 8 Psr. Parameter yang diteliti dalam Skripsi ini meliputi
karakteristik bahan susun bata beton berlubang, yakni pengujian gradasi pasir,
berat janis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan gradasi abu
terbang; kuat tekan dari mortar penyususn bata beton berlubang; kuat tekan dan
nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat tambahan abu terbang
pada variasi komposisi yang telah direncanakan. Pengujian bata beton berlubang
dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari.
Dari hasil penelitian karakteristik bahan susun bata beton berlubang
menunjukkan bahwa gradasi pasir Muntilan yang dipakai masuk pada zone 2,
yakni Pasir agak kasar, berat jenis rata rata pasir Muntilan sebesar 2,566,
kandungan lumpur rata rata pasir Muntilan sebesar 3,13 % < 5%,,kekekalan
butir menggunakan Na2SO4 sebesar 6,2 % < 12% dan kekekalan butir
menggunakan MgSO4 sebesar 7,19 % < 10%. Dari hasil penelitian mortar
penyusun bata beton berlubang menunjukkan kuat tekan optimum pada variasi
komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni sebesar 116 kg/cm2. Dan untuk uji kuat
tekan bata beton berlubang menunjukkan bahwa kuat tekan optimum terjadi pada
komposisi 1,6 Fa : 1 Pc : 8 Psr , yakni 42,5 kg/cm2 (mutu A2) pada umur 30 hari;
dan 45,4 kg/cm2 (mutu B1) pada umur 60 hari. Sedangkan bata beton berlubang
pada umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr
, yakni 52,4 kg/cm2 (mutu B1). Untuk nilai serapan air bata beton berlubang
menunjukkan bahwa semakin banyak pasta, maka nilai serapan air menurun.
Serapan air terbesar terjadi pada variasi komposisi 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni 13,57
%, dan nilai serapan air terkecil terjadi pada variasi komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr
yakni 6,67 %.

Kata Kunci : Bata beton berlubang, Abu terbang, Pozzolan, Mortar, Kapur bebas,
Calsium Silikat Hidrat.
vii

DAFTAR ISI

Halam
an
HALAMAN JUDUL .....................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ABSTRAK .....................................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ......................................................

B. PERUMUSAN MASALAH ......................................................................

C. TUJUAN PENELITIAN ...........................................................................

D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................

E. BATASAN MASALAH ............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................
viii

1. Pengertian Bata Beton Berlubang .........................................................

2. Persyaratan Mutu Bata Beton Berlubang ..............................................

10

3. Keunggulan Bata beton berlubang .......................................................

11

4. Bahan Baku Pembuatan Bata Beton Berlubang ....................................

13

a. Semen ...............................................................................................

14

b. Pasir...................................................................................................

19

c. Air ....................................................................................................

20

d. Abu Terbang .....................................................................................

21

e. Semen + Abu Terbang ......................................................................

24

5. Mortar Penyusun Bata Beton Berlubang ...............................................

27

6. Penelitian Bata beton berlubang dan Pemanfaatan Abu Terbang .........

29

B. Pemikiran Dasar .........................................................................................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Bahan .........................................................................................................

35

B. Alat.............................................................................................................

35

C. Variabel Penelitian ....................................................................................

37

D. Tahapan Penelitian .....................................................................................

37

1. Pengadaan Bahan ..................................................................................

37

2. Pemeriksaan Bahan................................................................................

38

a. Pasir...................................................................................................

38

1) Pemeriksaan Berat Jenis ...............................................................

38

2) Pemeriksaan Gradasi ....................................................................

39

3) Pemeriksaan Kandungan Lumpur ................................................

40

ix

4) Pemeriksaan Kekekalan Butir ......................................................

40

b. Semen................................................................................................

41

c. Air ....................................................................................................

41

d. Abu Terbang .....................................................................................

42

3. Proses Pembuatan Benda Uji Kubus Mortar .........................................

42

a. Pembuatan Pasta Mortar ...................................................................

42

b. Uji Sebar Pasta Mortar ......................................................................

43

c. Pembuatan Benda Uji Kubus mortar ................................................

43

4. Proses Pembuatan Bata Beton Berlubang .............................................

44

a. Persiapan Bahan Susun Bata Beton Berlubang.................................

44

b. Pengadukan Campuran Bata Beton Berlubang .................................

45

c. Pembuatan Benda Uji Bata Beton Berlubang ...................................

45

5. Perawatan...............................................................................................

46

6. Pengujian Kuat Tekan Kubus Mortar....................................................

46

7. Pengujian Serapan Air Bata Beton Berlubang ......................................

46

8. Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang.......................................

47

E. Analisis Data ..............................................................................................

48

1. Perhitungan Hasil Penelitian .................................................................

48

a. Berat Jenis Pasir ................................................................................

48

b. Kandungan Lumpur Pasir .................................................................

48

c. Kuat Tekan Kubus Mortar ................................................................

48

d. Kuat Tekan Bata Beton Berlubang ...................................................

49

e. Serapan Air .......................................................................................

49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Bata beton berlubang.............................

50

1. Semen ...................................................................................................

50

2. Abu Terbang ..........................................................................................

50

3. Air..........................................................................................................

50

4. Pasir .......................................................................................................

51

B. Hasil Uji Sebar ...........................................................................................

53

C. Kuat Tekan Mortar.....................................................................................

54

D. Kuat Tekan Bata Beton Berlubang ............................................................

55

E. Serapan Air Bata Beton Berlubang ...........................................................

58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................................

62

B. Saran

63

......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

xi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Janganlah kita Kecewakan Orang Tua kita, Karena Mereka adalah Jembatan
Kita Menuju Surga (Penulis)
Keberhasilan dalam hidup adalah kemampuan diri untuk bersikap Disiplin,
Bertanggung Jawab, dan Jujur (Penulis)"
Belajarlah dari kegagalan karena kegagalan merupakan suatu keberhasilan
yang tertunda
Usaha dan kerjasama yang baik, pasti akan membuahkan hasil yang baik pula

PERSEMBAHAN
Orang Tuaku yang sangat mencintaiku
Saudara saudaraku yang tercinta
Rekan rekan seperjuanganku
Para Pembaca yang Budiman

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Pada
Komponen-Komponen Yang Terkandung Dalam Semen
Portland.........................................................................................

15

Gambar 2.2 Proses Reaksi Semen dengan Abu Terbang.................................

25

Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan Dengan Umur Beton Pada Semen
dan Semen + Fly Ash....................................................................

26

Gambar 2.4 Laju Kenaikkan Kekuatan Beton dengan Semen Biasa


(Kontrol) dan Beton dengan Pozzolan Abu Terbang ...................

26

Gambar 2.5 Hubungan Antara Kuat Tekan dengan Umur Kubus Beton
Normal Dan Beton Abu Terbang Yang Direndam Dalam
Air Tawar di Laboratorium...........................................................

31

Gambar 2.6 Reaksi Kimia Semen + Fly Ash ...................................................

34

Gambar 3.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar ......................................................

46

Gambar 3.2 Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang..............................

47

Gambar 4.1 Grafik Uji Gradasi Pasir Muntilan ...............................................

52

Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi


Campuran Kubus Mortar Umur 90 Hari.......................................

54

Gambar 4.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi


Campuran Bata Beton Berlubang Umur 30 Hari, 60 Hari,
dan 90 Hari ...................................................................................

56

Gambar 4.4 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta Semen ....................

59

Gambar 4.5 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta ...............................


xiii

60

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1

Persyaratan Fisik Bata beton berlubang .....................................

10

Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Toleransi Bata Beton


Berlubang ....................................................................................
Tabel 2.3

11

Hubungan Antara Komposisi Campuran Dengan Kuat


Tekan..............................................................................................

14

Tabel 2.4 Persyaratan Kimia Semen Portland Standard ..............................

17

Tabel 2.5 Persyaratan Fisis Semen Portland Standard.................................

18

Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir ...........................................................

20

Tabel 2.7 Susunan Kimia Dan Sifat Fisik Abu Terbang..............................

25

Tabel 2.8 Komposisi Kimia Abu Terbang PLTU Paiton..............................

26

Tabel 2.9 Hasil Pengujian Kuat Bata beton berlubang.................................

29

Tabel 2.10 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Abu Terbang....................................

31

Tabel 3.1 Variabel Penelitian........................................................................

37

Tabel 4.1 Syarat Batas Gradasi Pasir ...........................................................

52

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji sebar mortar


2. Kebutuhan bahan per benda uji
3. Hasil pengujian berat jenis pasir Muntilan
4. Hasil pengujian gradasi pasir Muntilan
5. Hasil pengujian kandungan lumpur pasir Muntilan
6. Hasil pengujian kekekalan butir pasir dengan Na2SO4
7. Hasil pengujian kekekalan butir pasir dengan MgSO4
8. Hasil pengujian kuat tekan mortar umur 90 hari
9. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 30 hari
10. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 60 hari
11. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 90 hari
12. Hasil pengujian serapan air bata beton berlubang

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam segala
bidang yang terjadi di Indonesia berkorelasi positif dengan bertambahnya
kebutuhan perumahan penduduk. Adanya peningkatan kebutuhan akan perumahan
secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula.
Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan ini harus disikapi dengan
pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan baru yang mampu memberikan
alternatif kemudahan pengerjaan serta penghematan dalam biaya.
Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan
lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam
pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang.
Pengertian bata beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari
campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air
secukupnya dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas
penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang
lebih besar dari 25% volume batanya. (SK SNI S 04 1989 F)
Penggunaan bata beton berlubang yang dinilai lebih praktis dan ekonomis
saat ini sudah banyak diproduksi dengan harga yang bervariasi. Praktis karena
bahannya mudah didapat, pemasangan mudah, dan yang paling menguntungkan

dalam pemasangannya tidak membutuhkan banyak bahan pendukung serta


penggunaan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit.
Di Indonesia banyak sekali bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan untuk campuran bahan susun bata beton berlubang
terutama bahan ikatnya. Karena produksi semen portland di Indonesia merupakan
salah satu tumpuan komoditi ekspor khususnya untuk Asia Tenggara, maka perlu
diusahakan adanya bahan pengikat alternatif yang diperuntukan pada bangunan
struktural maupun non struktural (Husin,1998). Salah satu bahan ikat alternatif
yang dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland adalah abu
terbang.
Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan
ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan
bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan
electrostatik. (Hidayat,1986)
Produksi abu terbang merupakan hasil sampingan Pusat Pembangkit Listrik
Tenaga Uap di Suralaya, Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di
Paiton, Jawa Timur. Pemanfaatan dan keuntungannya sebagai bahan tambahan
untuk komponen bangunan mulai dikenal oleh masyarakat, maka pemanfaatan
abu terbang sebagai bahan ikat alternatif mulai dikaji lebih dalam melalui
penelitian penelitian bahan bangunan.
Abu terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland,
dan mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka

dapat mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar
hidrolik.
Pada mulanya abu terbang digunakan sebagai penambah semen portland
dengan kadar 5% - 20%, dengan maksud untuk menambah plastisitas adukan
beton (workability) dan menambah kekedapan beton, dimana penambahan abu
terbang ini dilakukan pada waktu penggilingan klinker.
Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik, maka seharusnya abu terbang tidak sekedar menambah
kekedapan beton, tetapi juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat
beralasan, karena secara mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong
(rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan
sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar
hidrolik ini akan lebih kuat datipada mortar udara (kapur bebas + air) (Suhud,
1993).
Pemakaian abu terbang sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton
sudah dikenal luas di Amerika dan beberapa negara Eropa. Pada pembangunan
berkelanjutan Kantor Taman dan Rimba Texas pada Gedung Pusat

Baru

Pertamanan di Taman Negara Bagian Danau Somerville, dekat Somerville, TX


digunakan desain campuran Abu Terbang Volume Tinggi / High Volume Fly Ash
(HVFA). Walaupun relative hanya tuangan kecil, 80 yard kubik, ini adalah desain
campuran HVFA pertama yang digunakan oleh Kantor Pertamanan dan Rimba
Texas dan kontraktornya Quad Tex Construction. Mereka memilih desain

campuran 75% abu terbang untuk membuat beton yang seramah mungkin pada
lingkungan (www.fly ash.com).
Kekhawatiran akan waktu pemadatan yang terlalu lama, kekuatan akan
berkurang, dan penyelesaiannya akan sangat sulit karena besarnya jumlah abu
terbang ternyata tak terbukti. Waktu pemadatan tidak terlampau bervariasi dari
desain campuran langsung dari kantong, kekuatannya lebih tinggi daripada yang
diperkirakan, dan penyelesaian serta perlakuan tak ada masalah. Kekuatan
perkiraan adalah 5000 psi pada 28 hari. Kekuatan sebenarnya ternyata lebih dari
7000 psi pada 28 hari, jauh melebihi kekuatan yang diperkirakan (www.fly
ash.com).
Pada penelitian ini pemanfaatan abu terbang tidak hanya untuk kepentingan
bahan bangunan, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk membantu
menanggulangi masalah lingkungan, sebagai contoh; abu terbang dari limbah
industri Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya, diperkirakan akan
menghasilkan 750.000 ton pertahun apabila ketujuh unit PLTU-nya sudah
beroperasi. Abu terbang yang sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan bila tidak
ditangani secara memadai

(Hidayat,1993)

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian


mengenai bata beton berlubang dengan bahan ikat semen portland dan abu
terbang. Dengan komposisi yang bervariasi diharapkan akan diperoleh campuran
yang menghasilkan kuat tekan optimum, sehingga didapatkan bata beton
berlubang dengan bahan ikat yang berbeda, tapi memiliki kuat tekan yang sama

atau hampir sama, dan tentu saja memiliki harga yang lebih murah dibandingkan
bata beton berlubang konvensional.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti
yaitu bagaimana pengaruh penambahan abu terbang menggunakan prinsip beton
High Volume Fly Ash (HVFA), dimana abu terbang tidak hanya digunakan
sebagai bahan subtitusi akan tetapi sebagai bahan pengisi (filler).
Adapun variasi campuran bata beton berlubang dengan penambahan abu
terbang (dalam satuan berat) adalah sebangai berikut :
1.

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

2. 1,30 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


3. 1,40 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
4. 1,50 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
5. 1,60 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
6. 1,80 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik bahan susun bata beton berlubang meliputi:


pengujian gradasi pasir, berat janis pasir, kandungan lumpur pasir,
kekekalan butir pasir, dan gradasi abu terbang
2. Mengetahui kuat tekan mortar penyususn bata beton berlubang
3. Mengetahui dan nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat
tambahan abu terbang pada variasi komposisi yang telah direncanakan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya
adalah :
1. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan bahan ikat tambahan abu
terbang dalam pembutan bata beton berlubang
2. Secara akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan bata beton
berlubang
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan
bangunan atau dunia usaha bata beton berlubang yang memakai bahan
susun semen dan pasir.

E.

BATASAN MASALAH
Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan dan

serapan air pada bata beton berlubang dengan bahan ikat semen Portland dan abu

terbang. Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai
berikut:
1. Konsentrasi variasi komposisi campuran bahan susun bata beton berlubang
:
0

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

1,30 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


1,40 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
1,50 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
1,60 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
1,80 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
2. Benda uji berupa bata beton berlubang
3. Pengujian kuat tekan bata beton berlubang berumur 30 hari, 60 hari, dan
90 hari
4. Setiap pengujian satu variasi dibuat 3 benda uji
5. Semen portland yang dipakai adalah Semen Nusantara Jenis I
6. Abu terbang yang dipakai adalah abu layang dari PLTU Paiton
7. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi pemeriksaan agregat, berat jenis
pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Bata beton
Bata beton adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen
portland (PC), agregat halus, air dan atau bahan tambah lainnya. Bata beton dapat
dibagi atas 2 (SK SNI S 04 1989 F) jenis, yaitu :
a. Bata beton berlubang adalah bata yang dibuat dari campuran bahan
perekat hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan
atau tanpa bahan pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang
lubang lebih dari 25 % luas penampang batanya dan volume lubang lebih
besar dari 25 % volume batanya.
b. Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang pejal
75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya, dan mempunyai volume
pejal lebih dari 75% volume seluruhnya.
Menurut SK SNI S 04 1989 F Bata beton berlubang diklasifikasikan
sesuai dengan pemakaian sebagai berikut :
a. Bata beton berlubang mutu B2, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula
untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap)
b. Bata beton berlubang mutu B1, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang memikul beban , tetapi penggunaannya

hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (Untuk konstruksi
di bawah atap)
c. Bata beton berlubang mutu A2, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi seperti yang tersebut dalam mutu IV, tetapi
permukaan dinding / konstruksi dari bata tersebut boleh tidak diplester.
d. Bata beton berlubang mutu A1, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat
serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari hujan dan terik
Matahari (di bawah atap).
Menurut SK SNI S 04 1989 F (dalam Budi., 2004) Bahan Bangunan
Bukan Logam dalam persyaratan mutu batu beton adalah sebagai berikut:
a. Sifat tampak , bata beton harus mempunyai bentuk yang sempurna tidak
terdapat retak-retak dan cacat bagian sudut dan rusuknya tidak mudah
dirapihkan dengan jari tangan. Rusuk-rusuknya siku satu terhadap lainnya.
b. Bentuk dan ukuran, berbagai bentuk dan ukuran bata beton yang terdapat
dipasaran tergantung dari produsennya. Biasanya setiap produsen
memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk, ukuran,
dan daya dukung serta konstruksi pemasangan.
Bata beton berlubang telah banyak dipergunakan diberbagai negara, seperti
Amerika, Inggris, Canada, Australia, Selandia Baru, dan negara negara
Skandinavia, dimana bata beton berlubang telanjang dapat mendukung beban dan
mencakup tiga fungsi sekaligus yakni, sebagai struktur pendukung; sebagai

10

dinding; dan sebagai penyelesaian tanpa plesteran (Spesifikasi teknik Desain Dan
Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431, 1988:1).
Suatu hasil survey pada tahun 1972 menunjukkan bahwa 50% dari seluruh
tembok di Inggris dan 75% di Amerika Serikat terdiri dari block block beton.
Hal tersebut disebabkan karena bata beton berlubang adalah bahan konstruksi
yang ekonomis dan serba guna (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB
F12 UDC 691.431, 1988:1).

2. Persyaratan Mutu Bata beton berlubang


Persyaratan bata beton berlubang (bata beton berlubang) menurut PUBI 1982 seperti tercantum pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut.
Tabel 2.1 Persyaratan fisik Bata beton berlubang
Tingkat Mutu
A2
B1
3.5
5
35
50

No

Syarat Fisis

Satuan

Kuat tekat bruto rata rata


minimum *)

MPa
(kg/cm2)

A1
2
20

MPa

1.7

4.5

6.5

(kg/cm2)

17

30

45

65

35

25

Kuat tekat bruto masing


masing
benda uji minimum *)
Peyerapan air
rata rata maks

B2
7
70

*)Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk
luas lubang serta cekungan tepi.

11

Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Toleransi Bata Beton


Berlubang

Ukuran + Toleransi

Jenis

Tebal dinding sekatan


Lubang Minimum
(mm)
Luar
Dalam
20
15

Panjang
400
+3

Lebar
200
+3

Tebal
100
2

Sedang

400

+3

200

+3

150

20

15

Besar

400

+3

200

+3

200

25

20

Kecil

3. Keunggulan Bata Beton Berlubang


Bata beton berlubang merupakan bahan bangunan yang digunakan sebagai
pasangan dinding. Dalam pemakaiannya bata beton berlubang mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya adalah :
a. Plesteran
Dinding bata beton berlubang umumnya tidak diplester. Dengan
perencanaan dan pemasangan yang baik dan mengikuti ketentuan ketentuan
pemasangan bata beton berlubang yang benar, maka akan diperoleh penyelesaian
arsitektonis yang menarik.
b. Adukan
Penghematan adukan sekitar 40% - 50%.
c. Waktu pemasangan
Pemasangan bata beton berlubang umumnya memberikan penghematan
waktu sampai 50% atau lebih dibandingkan dengan bata merah.

12

d. Berat sendiri
Bata beton berlubang menyebabkan berat sendiri konstruksi berkurang
hingga 30% - 40% dibandingkan dengan bata merah.
e. Konstruksi mendukung beban.
Bata beton berlubang dapat digunakan baik dalam sistem konstruksi
mendukung beban maupun sebagai dinding pengisi atau partisi.
f. Rongga saluran.
Rongga rongga bata beton berlubang dapat dimanfaatkan untuk
penempatan pipa air dan kabel listrik untuk segala arah menurut rencana dinding.
Saluran saluran dapat dipindahkan dan diperbaiki tanpa merusak dinding.
g. Daya tahan terhadap api.
Sesuai dengan peraturan DKI Jakarta ( dalam Spesifikasi teknik Desain Dan
Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).tentang Ketentuan Penulangan
Bahaya Kebakaran setiap bangunan memerlukan daya tahan terhadap api yang
cukup demi keselamatan penghuninya. Untuk hal ini, bangunan harus
menggunakan bahan yang cukup mempunyai daya tahan terhadap api.
Bata beton berlubang sudah terkenal dengan sifatnya sebagai bahan
bangunan tahan api (fire resistant) yang efektif dan ekonomis. Daya tahan bata
beton berlubang terhadap api telah dibuktikan oleh laboratorium riset bangunan di
berbagai Negara menurut fungsi dari agregat yang dipakai dan ketebalan padat
ekivalen bata beton berlubang (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB
F12 UDC 691.431,1988 : 2).

13

h. Penyekatan rambatan suara.


Keperluan akan kamar kamar yang tenang di hotel hotel, apartemen,
rumah sakit, sekolah dan kantor dimana suara suara dari jalan raya atau kamar
tetangga sangat tidak diingini memerlukan pengguna bahan konstruksi yang dapat
menyekat perambatan suara. Dinding bata beton berlubang dapat menyekat
dengan baik.
i.

Konstruksi modular.
Untuk konstruksi yang ekonomis, bata beton berlubang harus dipasang

dengan kombinasi blok blok penuh, , dan ukuran ukuran khusus lainya,
untuk mengurangi / meniadakan pemotongan dan penyusunan memperlambat
waktu konstruksi, semua dimensi harus direncanakan secara modular (Spesifikasi
teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).
j.

Penyarapan air
Absorbsi lengas yang rendah dikarenakan permukaan bata beton berlubang

padat dan adanya bahan tahan air yang dicampurkan pada waktu pembuatanya
(Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).

4. Bahan Baku Pembuatan Bata Beton Berlubang


Kualitas dan mutu bata beton berlubang ditentukan oleh bahan dasar, bahan
tambahan, proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan
bakunya, komposisi perbandingan campuran yang direncanakan dengan baik,

14

proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
bata beton berlubang yang berkualitas baik pula.
Hubungan antara komposisi campuran pasir semen dengan kuat tekan bata
beton berlubang pada umur 28 hari menurut Puslitbang DPU Semarang (1985)
ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hubungan Antara Komposisi Campuran dengan Kuat Tekan
Komposisi Campuran
Pc : Ps
1
1: 6
2
1: 7
3
1: 8
4
1 : 10
(Puslitbang DPU Semarang , 1985)
No

Kuat Tekan rata rata


umur 28 hari (kg/cm2)
70
57
36
26

Dalam perkembangannya bahan susun bata beton berlubang tidak hanya


terdiri dari pasir dan semen, namun berbagai variasi telah banyak dilakukan dalam
penelitian.
Bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan bata beton berlubang
adalah sebagai berikut :
a. Semen
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNIS 04 1989 - F).
Semen portland merupakan bahan ikat untuk merekatkan butir-butir agregat agar
tejadi suatu masa yang padat.
Persentasi dari oksida oksida yang terkandung didalam semen portland
adalah sebagai berikut :
1) Kapur ( CaO)

: 60 66 %

15

2) Silika (SiO2)

: 16 25 %

3) Alumina (Al203)

: 3 8 %

4) Besi

: 1 - 5 %

Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik
dalam perbandingan unsur unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya.
Senyawa senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan
membentuk senyawa senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa
karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu
pendinginan terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk
amorf.
Adapun komponen komponen tersebut berbentuk sebagai berikut :
1) Trikalsium Silikat CaOSiO2 (C3S)
2) Dikalsium Silikat CaOSiO2 (C2S)
3) Trikalsiun Aluminat CaOAi203 (C3A)
4) Tetra Kalsium Alumino Ferit CaOA203Fe203 (C4AF)
5) Air
Hubungan antara umur pada struktur kandungan komponen komponen
semen dengan kuat tekan terlihat pada Gambar 2.1

16

Gambar 2.1 Hubungan antara umur dengan kuat tekan pada komponen
komponen
yang terkandung dalam semen portland (Tjokrodimuljo,1996)
Kekuatan semen ditentukan oleh komponen C3S dan C2S. Kedua bahan ini
merupakan 70 % dari seluruh bahan semen.( Husin,1998)
Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan mortar adalah faktor air semen
(fas). Semakin banyak jumlah air yang digunakan dalam mortar maka akan
memperkecil prosentase diameter rata-rata uji sebar mortar. Sebaliknya semakin
sedikit air yang digunakan dalam mortar maka besarnya prosentase diameter ratarata uji sebar akan semakin besar (karena tidak terjadi ikatan yang sempurna
karena jumlah air yang terlalu sedikit).
Nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap kelecakan dan workability
mortar. Nilai faktor air semen yang cukup maka akan mempermudah pengerjaan
mortar, memiliki kelecakan yang baik dan didapatkan nilai uji sebar yang
memenuhi syarat.
Menurut SK SNIS 04 1989 - F semen portland standar harus memenuhi
persyaratan kimia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dan fisik seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.5.

17

Tabel 2.4 Persyaratan Kimia Semen portland Standar


JENIS SEMEN PORTLAND
URAIAN
- Magnesium Oksida, MgO
maks. % berat

II

III

IV

5,0

5,0

5,0

5,0

5,0

- Belerang Trioksida, SO3


maks. % berat
Bila C3 A 8 %
Bila C3 A 8 %

3,0
3,5

3,0
-

3,5
4,5

2,3
-

2,3
-

- Hilang Pijar
maks. % berat

3,0

3,0

3,0

2,5

3,0

- Bagian tidak larut


maks. % berat

1,5

1,5

1,5

1,5

1,5

- Alkall sebagai Na2O


maks. % berat

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

35

- Dikalisum Silikat, C2S


maks. % berat

40

- Tetrakalsium Aluminat, C3A


maks. % berat

15

- Tetrakalsium Aluminoferit ditambah


2 x Trikalsium Aluminat (C4AF +
2C3A)
atau
Kadar larut padat (C4AF + C2AF)
maks. % berat

20

- Jumlah Trikalsium Silikat dan


Trikalsium Aluminat (C3S + C3A)
maks. % berat

58

- Trikalsium Silikat, C3S


maks. % berat

18

Tabel 2.5 Persyaratan Fisis Semen Portland Standar


JENIS SEMEN PORTLAND
I

II

III

IV

URAIAN
- Kehalusan
Sisa diatas ayakan 0,09 mm
Maks. % berat
Dengan alat Blaine, luas permukaan tiap
Satuan berta smen. Min m2 / kg

10

10

10

10

10

280

280

280

280

280

- Waktu pengikatan dengan alat vicat*)


Awal, min. Menit
Akhir, maks. Jam

45
8

45
8

45
8

45
8

45
8

- Waktu pengikatan dengan alat Gilimore*)


Awal, min. menit
Akhir, maks. Jam

60
10

60
10

60
10

60
10

60
10

- Kekekalanm bentuk pemuatan dalam otoklaf


maks. %

0,8

0,8

0,8

0,8

0,8

- Kekuatan tekan min kgf /cm2 untuk umur


1 hari
1 + 2 hari
1 + 6 hari
1 + 27 hari

125
200
-

100
175
-

125
250
-

70
125

85
150
210

- Pengikatan semen (falseset)


penetrasi akhir

50

50

50

50

50

- Panas hidrasi, maks. Kal /gr


7 hari
28 hari

70
80

60
70

- Pemuaian karena sulfat**)


14 hari, maks %

0,045

Keterangan :
* ) Bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan memakai
pesawat vicat

19

**) Bila syarat ini diminta, maka syarat C4AF + C2F tidak perlu dilakukan
Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan
secara visual dalam keadaan tertutup rapat, setelah dibuka dan diperiksa
butirannya halus dan tidak terjadi gumpalan.
b. Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.
Menurut (SK SNI S 04 1989 - F) disebutkan mengenai persyaratan
agregat halus yang baik adalah sebagai berikut :
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan < 2,2.
2) Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
a) Jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
3) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4) Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari AbransHarder dengan
larutan jenuh NaOH 3%.
5) Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.

20

6) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap
alkali harus negatif.
7) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan
bangunan yang diakui.
8) Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memenuhi persyaratan pasir pasangan.
Dilihat dari syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) di bagi menjadi 4
zone seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir
Lubang
Ayakan
(mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15

Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10

Berat Tembus Komulatif (%)


Zone 2
Zone 3
Zone 4
Bawah Atas Bawah Atas Bawah
Atas
100
100
100
100
100
100
90
100
90
100
95
100
75
100
85
100
95
100
55
100
75
100
90
100
35
59
60
79
80
100
8
30
12
40
15
50
0
10
0
10
0
15

Keterangan :
Zone 1 = Pasir Kasar
Zone 2 = Pasir Agak Kasar
Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak Halus

c. Air
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan bata
beton berlubang. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk
menjadi bahan pelumas antara butir butir agregat agar dapat mudah dikerjakan

21

dan dipadatkan. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan air untuk pelumas ini tidak
boleh terlalu banyak karena kekuatan bata beton berlubang akan rendah.
Air untuk campuran mortar / beton sebaiknya harus memenuhi syarat ( SKSNI - S 04 - 1989 F) sebagai berikut :
1) Air harus bersih
2) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /liter.
3) Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa
dilihat secara visual.
4) Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organik) lebih
dari 15 gram / liter.
5) Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.
6) Tidak mengandung chlorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter.
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari laboratorium jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
d. Abu Terbang
Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan
ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan
bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan
electrostatik. (Hidayat,1986)
Abu terbang termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat,
1986)). Karena sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun
untuk campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah

22

dapat meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga
dapat menurunkan panas hidrasi semen.

Dalam

pemanfaatannya

abu

terbang

mempunyai

keuntungan

dan

kelemahan. Keuntungan pemakaian abu terbang pada beton adalah :


1) Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada proses
hidrasi semen akan terikat oleh silikat dan aluminat aktif yang terkandung
di dalam abu terbang dan menambah pembentukan silikat gel, yang
berubah menjadi calsium silikat hidrat yang akan menutupi pori pori
yang terbentuk

sebagai akibat dibebaskannya Ca(OH)2 pada beton

normal.
2) Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis.
3) Mengurangi jumlah air yang digunakan , sehingga kekuatan beton akan
meningkat.
4) Dapat menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah
terjadinya keratakan.
5) Relatif dapat menghemat biaya karena akan mengurangi pemakaian
semen. (Hidayat, 1993)
Kelemahan pemakaian abu terbang pada beton adalah :
1) Pemakaian abu terbang kurang baik untuk pengerjaan beton yang
memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena

23

proses pengerasan dan penambahan kekuatan betonnya agak lambat yang


disebabkan karena terjadinya reaksi pozzolon.
2) Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu abu terbang
sangat tergantung pada proses (suhu pembakaran) serta jenis batu baranya.
(Husin,1998)
Berdasarkan jenis batu bara yang digunakan bahan bakar, abu terbang
dibagi dalam 2 kelas (ASTM C 618 94a (dalam Husin, 1998)), yakni :
1) Kelas F, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara
jenis anthrasit atau bituminous.
2) Kelas C, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara
jenis lignit atau sub bituminous.
Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu terbang menurut ASTM C 618
91 (dalam Husin,1998), ditunjukkkan pada Tabel 2.7 dan komposisi kimia abu
terbang PLTU Paiton ditunjukkan pada Tabel 2.8.
Tabel 2.7 Susunan Kimia dan Sifat Fisik Abu Layang
Uraian
A. Susunan Kimia
1. Silikon dioksida, min
2. Silikon dioksida + Aluminium oksida
+ Besi oksida min
3. Sulfur Trioksida, maks
4. Kadar Air, maks
5. Hilang Pijar, maks
6. Na2O, maks
B. Sifat Fisik
1. Kehalusan sisa diatas ayakan 45 um,
maks
2. Indeks keaktifan pozolon dengan PC I,
pada umur 28 hari, min
3. Air, maks
4. Pengembangan dengan Autoclave,
maks

Kelas F (%)

Kelas C (%)

54,90

39,90

70,00
5,0
3,0
6,0
1,5

50,00
5,0
3,0
6,0
1,5

34,0

34,0

75,0
105,0

75,0
105,0

0,8

0,8

24

[ASTM C 618 91 (dalam Husin,1998)]

Tabel 2.8 Komposisi Kimia Abu Terbang PLTU Paiton


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
Berat Jenis
Kadar air
Hilang Pijar
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
S(SO4)

Satuan

Hasil Uji Fly Ash


PLTU Paiton

g/cm3
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat

1,43
0,20
0,43
62,49
6,36
16,71
5,69
0,79
7,93

(Rahmi, 2005)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa abu terbang dari PLTU Paiton
termasuk abu terbang kelas F, karena kandungan oksida silica yang dihasilkan
lebih dari 54,90% (62,49), serta jumlah gabungan oksida silica; alumunium; dan
besi dari abu terbang yang dihasilkan lebih dari 70% (85,56%).
e. Semen + Abu terbang
Abu terbang apabila digabungkan dengan semen diharapkan dalam jangka
waktu yang lebih lama akan menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi
dibandingkan beton normal. Penambahan kuat tekan beton disebabkan karena abu
terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland, yang

25

mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat
mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.
PROSES HIDRASI

PC + Air (H2O)

Calsium Silicate Hydrate (CHS)


CaO + H2O = Ca (OH)2
Mortar Udara
Air (H2O) masuk
PROSES HIDRASI

PC + Fly Ash + Air (H2O)

Calsium Silicate
Hydarte (CHS)

Ca (OH)2 + Fly Ash (Mortar Hidrolik)


(H2O tidak dapat masuk lagi)

Gambar 2.2 Proses Reaksi Semen dengan Abu terbang


(Ravina, D., 1981)
Dari Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa pada saat proses hidrasi semen
akan dilepas kapur bebas, dimana kapur bebas tersebut akan terikat oleh silikat
dan aluminat aktif yang terkandung didalam abu terbang dan menambah
pembentukan silicat gel, yang berubah menjadi Calsium silicat hidrat (CSH) yang
akan memasuki pori pori yang terbentuk, sebagai akibat di bebaskannya
Ca(OH)2 pada beton normal (Hidayat, 1993)
Namun karena abu terbang merupakan pozzolan, dimana bahan yang
mengandung pozzolan bila dipakai sebagai pengganti semen portland yang
umumnya berkisar antara 20 35% dari berat semen, laju kenaikan kekuatannya
lebih lambat dari pada beton normal. Pada umur 28 hari kekuatan tekan lebih
rendah daripada beton normal, namun sesudah umur 90 hari kekuatannya dapat
sedikit lebih tinggi. (Tjokrodimuljo,1996)
Hubungan antara kuat tekan dengan umur beton pada semen dan semen +
abu terbang di tunjukkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

26

Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Umur beton Pada Semen dan
Semen + Fly ash (Tjokrodimuljo,1996)

27

Gambar 2.4 Laju kenaikkan kekuatan beton dengan semen biasa (kontrol) dan
beton dengan pozzolan abu terbang (Neville,1987 (dalam Suroso(2001))
5. Mortar Penyusun Bata Beton Berlubang
Mortar adalah adukan yanng terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Bahan
perekat dapat berupa tanah liat, kapur maupun semen portland.
Mortar dapat dibedakan menjadi 4 macam (Tjokrodimuljo,1996), yakni:
a. Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air.
b. Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air
c. Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan yang tepat.
d. Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar (b)
dan (c) diatas dengan tujuan tertentu.
Menurut ASTM C 270 (dalam Ibnu, 2006) standar mortar berdasarkan
kekuatannya dibedakan sebagai berikut :
a. Mortar tipe M
Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk
dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan
pipa air kotor, adukan dinidng penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan
minimumnya adalah 175 kg/cm2.
b. Mortar tipe N

28

Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak
disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya
gaya samping. Kuat tekan minimumnya adalah 124 kg/cm2.
c. Mortar tipe S
Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk
pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimumnya adalah 52,5 kg/cm2.

d. Mortar tipe O
Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm2 dan
gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm2.
e. Mortar tipe K
Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan
mengenai kekuatan. Kuat tekan minimumnya adalah 5,25 kg/cm2.
Pembuatan mortar dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji sebar
mortar. Uji sebar mortar dilakukan pada masing-masing variasi komposisi
campuran bahan susun mortar yang tujuannya adalah mencari dan menentukan
faktor air semen (fas) yang sesuai sehingga didapatkan diameter uji sebar mortar
rata-rata (dr) 4 kali pengukuran harus sebesar 1 1,15 diameter cincin meja uji
sebar. Diameter cincin uji sebar adalah 10 cm, jadi diameter rata-rata maksimum
yang diijinkan adalah 11,5 cm (Tjokrodimulyo, 1996). Nilai komulatif prosentase
diameter rata-rata (dr) terhadap diameter maksimal dari uji sebar yang diijinkan
adalah antara 70% - 110% dari diameter maksimal cincin sebar.

29

Pada penelitian ini mortar yang dipakai adalah jenis mortar khusus, yakni
mortar semen yang ditambah dengan abu terbang. Penambahan abu terbang
didasarkan pada perbandingan 1 Pc : 8 Pasr.
Dari hasil penelitian Badan Litbang PU (1986) untuk mortar 1 Pc : 8 Psr
pada umur 28 hari didapatkan kuat tekan rata rata 103 kg/cm2.
Tujuan dari penelitian mortar ini adalah untuk mengetahui kekuatan mortar
semen yang ditambah dengan abu terbang apabila dijadikan sebagai adukan/spesi.

6. Penelitian Bata Beton Berlubang dan Pemanfaatan Abu terbang


Dari hasil penelitian Idris dan Lasino (1993), tentang pemanfaatan limbah
kapur industri soda sebagai bahan substitusi pada pembuatan bata beton
berlubang, paving block, dan genteng beton, menunjukkan bahwa sifat sifat fisis
bata beton berlubang dengan bahan substitusi limbah kapur sangat baik, terlihat
dengan kemampuan menahan beban tekan dan daya serap terhadap air yang relatif
kecil.
Hasil uji tekan dan serapan air bata beton berlubang dari penelitian Idris.
dan Lasino (1993) dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang
Campuran
No
Pc
1
2
3
1
2
3
1
2

Agregat *)

10

12

Beban
(ton)
20,70
21,30
19,05
16,30
15,20
16,10
10,80
9,60

Kuat tekan
(kg/cm2)
Masingmasing
53,2
54,5
48,7
41,7
39,1
41,2
27,6
24,7

Penyerapan air
(%)
Rata-rata
11,7

13,4
13,6

30

3
10,30
26,5
1
7,80
20,0
2
1
14
8,00
20,5
3
6,20
15,9
*) merupakan campuran dari 40% limbah kapur dan 60% pasir
(Idris dan Lasino, 1993)

15,2

Sifat penyerapan air ini juga dapat digunakan sebagai parameter terhadap
porus dan padatnya suatu adukan, dimana dalam aplikasinya dapat mempengaruhi
sifat kekedapan dan keawetan bahan terutama untuk bagian konstruksi yang
memerlukan kedap air, karena kekedapan merupakan fungsi dari keawetannya,
karena semakin sulit ditembus oleh bahan-bahan perusak seperti sulfat, chlorida,
dan lain sebagainya.
Dari penelitian Hidayat (1993) tentang Penelitian Mutu Beton Abu
terbang Pada Lingkungan yang Agresif (Pantai dan Laut) dengan variasi
penambahan abu terbang 0%, 10%, 20%, 25%, 30%, dan 40% terhadap berat
semen menunjukkan bahwa :
a. Kuat beton abu terbang pada umur muda (kurang dari 28 hari) lebih
rendah dari pada kuat tekan beton normal.
b. Kubus beton yang disimpan di laboratorium baik beton normal maupun
beton abu terbang menunujukkan penambahan kekuatan tekan sampai
dengan umur 3 tahun, dan setelah itu kekuatannya konstan. Sedangkan
untuk beton yang disimpan di tepi pantai dan yang direndam di laut,
kuat tekan pada umur 3 tahun lebih rendah daripada sebelumnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena proses perusakan oleh lingkungan (air
laut dan pantai) lebih kuat daripada daya tahan betonnya yang tidak
direncanakan dahulu untuk lingkungan yang agresif.

31

Hasil uji kuat tekan beton dengan beberapa variasi komposisi abu terbang
terhadap berat semen dalam kondisi penyimpanan pada Laboratorium, Pantai dan
Laut yang dilakukan oleh Hidayat (1993) ditunjukkan pada Tabel 2.10.
Sedangkan hubungan antara kuat tekan beton dengan umur dalam kondisi
penyimpanan pada air tawar di Laboratorium ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Tabel 2.10 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Abu terbang


Kondisi
Penyimpanan

Laboratorium

Pantai

Laut

Fly Ash
(%)
0
10
20
25
30
40
0
10
20
25
30
40
0
10
20
25
30
40

Kuat Tekan Rata-rata K. 175 (kg / cm2)


28 hr
90 hr
180 hr
1 th
3 th
291
246
223
205
189
162
291
246
223
205
189
162
291
246
223
205
189
162

341
339
422
384
347
362
359
341
275
282
264
233
323
269
287
292
287
211

367
463
455
441
436
430
382
368
353
473
389
379
437
401
405
386
378
347

383
477
475
446
441
475
456
472
460
469
415
403
447
493
496
447
390
386

384
480
477
446
443
457
403
430
404
402
345
405
386
391
352
336
326
377

32

600

10% (Fly Ash)


20%(Fly Ash)

KUAT TEKAN

(KG / CM2)

500

400
0%(Fly Ash)

300

30%(Fly Ash)
25%(Fly Ash)
40%(Fly Ash)

200

100

0
28

90

180

360

3TH

UMUR

Gambar 2.5 Hubungan antara kuat tekan dengan umur kubus beton normal dan
beton abu terbang yang direndam dalam air tawar
di laboratorium (Hidayat, 1993)
Dari penelitian Suhud (1998) tentang beton mutu tinggi, menunjukkan
bahwa abu terbang berperan sebagai pengisi ruang kosong (rongga) diantara
butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada
kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat proses hidrasi semen, dimana
mortar hidrolik ini kan lebih kuat daripada mortar udara (kapur bebas + air);
maka abu terbang seharusnya tidak hanya menambah kekedapan dan kemudahan
pangerjaan, tetapi juga dapat menambah kekuatan beton.

B. Pemikiran Dasar
Bata beton berlubang merupakan bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland, agregat halus, air dan dengan atau tanpa bahan tambah.

33

Bata beton berlubang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai
bahan untuk penyekat dinding.
Bahan baku pembuatan bata beton berlubang dalam penelitian ini adalah
semen, pasir, air dan abu terbang. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan secara
visual yaitu semen dalam keadaan tertutup rapat dan apabila dibuka tidak terdapat
gumpalan. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi: pemeriksaan gradasi, berat jenis
pasir, kandungan lumpur,dan kekekalan butir pasir. Pemeriksaan terhadap air
dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung kotoran, minyak
dan zat organik lainnya. Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan
memeriksa kehalusan butirannya
Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat
mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.
Abu terbang diharapkan tidak sekedar menambah kekedapan beton, tetapi
juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara
mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran
butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur
bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat
daripada mortar udara (kapur bebas + air). Pembentukan kapur bebas dari semen
tidak dapat dihindari, karena bahan dasar semen sendiri mengandung batu kapur.
Kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang merupakan mortar udara dan merupakan
kristal yang paling lemah di dalam beton. Jumlah kapur bebas dapat mencapai
35%. Makin tinggi jumlah kapur bebas dalam beton, maka betonnya akan makin

34

lemah. Untuk membatasi pembentukan kapur bebas dalam beton, maka ke dalam
semen ditambahkan 5% gypse (CaS04, 2H2O). Gypse ini dengan adanya air
akan bereaksi dengan C3A, sehungga terbentuk ettringite (3Ca SO4, C3A
,31H2O). Reaksi ini sangat cepat setelah bersentuhan dengan air dan yang paling
cepat diantara komponen yang lain.

CaSO4, 2H2O + C3A + gH2O

3Ca

SO4,

C3A

,31H2O
(Gypse)

(Ettringite)

Reaksi yang pertama terjadi adalah reaksi ettringite, sehingga rekasi


ettringite dapat membatasi pembentukan kapur bebas yang prosesnya sebabai
berikut :
Ettringite
CaOH + H2O
(Kapur bebas)

Mortar
Udara

Ca (OH)2 + fly ash


(Mortar Hidrolik)

C2S, nH2O

H2O masuk

C3S

H2O
Tidak dapat masuk lagi

Gambar 2.6 Reaksi Kimia Semen + Fly Ash


(Suhud, 1993)
Adapun peran abu terbang adalah sebagai pengisi ruang kosong diantara
butiran semen dan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan
pada saat hidrasi.( Suhud.,1993)

35

Dari uraian diatas diharapkan dengan penambahan abu terbang sebagai


bahan ikat tambahan dalam pembuatan bata beton berlubang dapat meningkatkan
kuat tekan pada bata beton berlubang .

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan
Bahan susun bata beton berlubang
1. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg.
2. Pasir yang digunakan adalah pasir Muntilan
3. Air yang digunakan adalah air dari instalasi air bersih Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Semarang.
4. Abu terbang yang digunakan adalah abu terbang yang berasal dari PLTU
Paiton, Jawa timur

B. Alat
1. Ayakan
a. Ayakan dengan diameter berturut-turut 4,8 mm, 2,40 mm, 1,2 mm, 0,6
mm, 0,3 mm, 0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup pan dan alat
penggetar dengan merk Tatonas.
b. Ayakan no. 0,074 mm dengan merk Tatonas, digunakan untuk
pemeriksaan abu terbang.
2. Timbangan dengan merk Radjin, digunakan untuk menimbang bahan
susun adukan beton dan benda uji.

35

36

3. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur banyaknya air yang digunakan


untuk adukan bata beton berlubang.
4. Stop watch, digunakan untuk pengukuran waktu pengujian.
5. Picknometer, digunakan untuk mencari berat jenis pasir dengan kapasitas
500 gram.
6. Oven dengan merk Memmert., digunakan untuk memanaskan benda uji.
7. Desikator, digunakan untuk mendinginkan bahan benda uji setelah
dikeluarkan dari oven.
8. Mangkok pengaduk mortar, digunakan untuk mencampur dan mengaduk
pasta mortar
9. Cetakan kubus mortar standar ASTMC 305 dengan panjang sisi 5 cm,
digunakan untuk mencetak benda uji kubus mortar
10. Jangka sorong, digunakan untuk mengukur semua dimensi benda uji.
11. Mesin aduk beton, digunakan untuk mengaduk bahan susun bata beton
berlubang.
12. Cetakan bata beton berlubang dengan ukuran 35 x 18 x 9 cm , digunakan
untuk mencetak benda uji.
13. Mesin uji tekan, digunakan untuk menguji kuat tekan mortar dan bata
beton berlubang. Dalam penelitian ini dipakai merk Universal Testing
Machine (UTM).

37

C. Variabel Penelitian
Pada penelitian bata beton berlubang ini pengujian kuat tekan dilakukan
sebanyak tiga kali, yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Adapun variabel
penelitian pada tiap pengujian seperti yang tercantum pada Tabel 3.1. Penentuan
variabel penelitian ini didasarkan pada prinsip beton HVFA (High Volume Fly
Ash).
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Kode
Sampel

fas

A
B
C
D
E
F

0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35

Komposisi campuran
Macam Pengujian dan Jumlah
(dalam satuan berat)
Benda Uji
Bahan Kuat
Serapan
Bahan Ikat
Kuat tekan
Pengisi Tekan
Air
Bata beton Bata beton
Fa
Pc
Psr
Mortar
berlubang berlubang
0
1
8
3
3
3
1.30
1
8
3
3
3
1.40
1
8
3
3
3
1.50
1
8
3
3
3
1.60
1
8
3
3
3
1.80
1
8
3
3
3

D. Tahapan Penelitian
1. Pengadaan bahan
Persiapan dan pemeriksaan bahan susun bata beton berlubang dilaksanakan
di laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. Bahan-bahan susun bata beton berlubang diantaranya adalah Semen
Nusantara Jenis I, pasir Muntilan, abu terbang dari PLTU Paiton, Jawa Timur dan
air dari instalasi air bersih Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

38

2. Pemeriksaan Bahan
a. Pasir
1) Pemeriksaan Berat Jenis pasir
Langkah-langkah pemeriksaan berat jenis pasir adalah sebagai berikut:
a)

Mengeringkan pasir dalam tungku pemanas dengan suhu 1100 C


sampai beratnya tetap, selanjutnya pasir didinginkan pada suhu
ruang kemudian rendam pasir dalam air selama 24 jam.

b)

Setelah 24 jam air rendaman dibuang dengan hati-hati agar butiran


pasir tidak ikut terbuang, menebarkan pasir dalam talam, kemudian
dikeringkan diudara panas dengan cara membolak-balikan pasir
sampai kering.

c)

Memasukkan pasir tersebut dalam piknometer sebanyak 500 gr,


kemudian masukkan air dalam piknometer hingga mencapai 90%
isi piknometer, memutar dan mengguling - gulingkan piknometer
sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya.

d)

Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk


penyesuaian perhitungan dengan suhu standar 250 C.

e)

Menambahkan air sampai tanda batas kemudian dtimbang (Bt).

f)

Pasir dikeluarkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C


sampai beratnya tetap kemudian didinginkan dalam desikator.
Kemudian pasir ditimbang ( Bk )

39

g)

Piknometer dibersihkan lalu diisi air sampai penuh kemudian


ditimbang (B).

2) Pemeriksaan Gradasi Pasir


Tujuan

untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dan

modulus kehalusan pasir.


Alat : satu set ayakan 4,8mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6mm, 0,3mm, 0,15mm,
timbangan, alat penggetar.
Langkah-langkah pemeriksaan gradasi halus pasir adalah sebagai
berikut :
a)

Mengeringkan pasir dalam oven dengan suhu 1100 C sampai


beratnya tetap.

b)

Mengeluarkan pasir dalam oven didinginkan dalam desikator


selama 3 jam.

c)

Menyusun ayakan sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar


diletakkan paling atas yaitu : 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6 mm, 0,3
mm, 0,15mm.

d)

Memasukkan pasir dalam ayakan paling atas, tutup dan diayak


dengan cara digetarkan selama 10 menit kemudian pasir didiamkan
selama 5 menit agar pasir tersebut mengendap.

e)

Pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan ditimbang


beserta wadahnya.

f)

Gradasi pasir yang diperoleh

dengan menghitung komulatif

prosentase butir-butir pasir yang lolos pada masing-masing ayakan.

40

Nilai modulus halus butir pasir dihitung dengan menjumlahkan


prosentase komulatif butir yang tertinggal kemudian dibagi seratus.
3) Pemeriksaan kandungan lumpur
Tujuan dari pengujian kandungan lumpur adalah untuk mengetahui
banyaknya kandungan lumpur dalam pasir.
Alat : gelas ukur, timbangan, cawan, pipet, dan oven.
Langkah - langkah pemeriksaan kadar lumpur adalah sebagai berikut:
a)

Mengambil pasir yang telah kering oven selama 24 jam dengan


suhu 1100 C seberat 100 gr ( G1).

b)

Mencuci pasir dengan air bersih yaitu dengan memasukkkan pasir


kedalam gelas ukur 250 cc setinggi 12 cm diatas permukaan pasir.
Kemudian diguling-gulingkan 10 kali dan didiamkan selama 2
menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada pasir yang ikut terbuang,
langkah ini dilakukan sampai air tampak jernih.

c)

Menuangkan pasir kedalam cawan kemudian membuang sisa air


dengan pipet setelah itu pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu
1100 C selama 24 jam.

d)

Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dalam oven dan didinginkan


hingga mencapai suhu kamar kemudian pasir ditimbang (G2).

4) Pengujian kekekalan butir pasir


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat kekal pasir dari
cuaca. Alat yang digunakan
gelas ukur.

: saringan 0,074mm, timbangan,

41

Bahan yang digunakan

: pasir, larutan jenuh Na2SO4 dan larutan

jenuh MgSO4.
Langkah - langkah pemeriksaan kekekalan butir pasir adalah
sebagai berikut:
a)

Mengambil sampel agregat yang telah dicuci dan keringkan dalam


oven sebanyak 300 gr selama 24 jam. Setelah 24 jam pasir
dikeluarkan dari oven dan dibiarkan dingin kemudian masukkan
pasir dalam 3 buah gelas sehingga masing masing gelas berisi
100 gr dan diisi larutan jenuh Na2SO4 dan MgSO4. pada masing
masing gelas.

b)

Setelah itu direndam selam 24 jam kemudian sampel pasir dicuci


diatas ayakan 0,075 mm hingga air tampak jernih.

c)

Sisa sampel yang tersisa dimasukkan kembali dalam oven hingga


beratnya tetap lalu ditimbang.

b. Semen
Pemeriksaan terhadap semen dilakukan dengan cara visual yaitu semen
dalam keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada gumpalan serta
butirannya halus. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg.
c. Air
Pemeriksaan terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air

42

untuk minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari
laboratorium jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

d. Abu Terbang
Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan cara visual yaitu abu
terbang yang berwarna kelabu serta lolos ayakan 0,074 mm dan didukung dengan
hasil penelitian abu terbang dari Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Negeri
Semarang yang menggunakan jenis abu terbang yang sama.
Abu terbang yang digunakan dalm penelitian ini adalah abu terbang dari
PLTU Paiton, Jawa Timur.

3. Proses Pembuatan Benda Uji Kubus Mortar


a. Pembuatan Adukan Mortar
1)

Menuangkan air kedalam mangkok pengaduk dengan fas 0.35, kemudian


memasukkan perlahan lahan bahan semen dan abu terbang pada
komposisi yang telah direncanakan, dibiarkan bahan bahan tersebut
dalam mangkok pengaduk selama 30 detik.

2)

Mengaduk campuran tersebut dengan menggunakan sendok pengaduk


sampai semen dan abu terbang tercampur dengan sempurna dengan air
menjadi pasta mortar.

3)

Menyiapkan pasir sesuai dengan perbandingan yang telah direncanakan,


kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam mangkok yang

43

berisi pasta mortar sambil diaduk sampai didapatkan campuran adukan


yang plastis.
4)

Pengadukaan dihentikan , mortar yang menempel dibibir dan bagian atas


mangkok dibersihkan, selanjutnya mortar dibiarkan selama 75 detik
dalam mangkok pengaduk yang ditutup.

5)

Pengadukan diulang selama 60 detik untuk memastikan adukan telah


plastis.

b. Uji Sebar Pasta Mortar


1)

Meletakkan cincin sebar diatas meja sebar, lalu diisi dengan pasta mortar
sampai penuh. Pengisian dilakukan 2 lapis, setiap lapis dipadatkan 20
kali dengan alat pemadat

2)

Meratakan permukaan atas mortar dalam cincin sebar dan dibersihkan


mortar yang menempel dibagian luar cinicn sebar

3)

Cincin sebar diangkat perlahanlahan, sehingga diatas meja sebar


terbentuk kerucut terpanjung

4)

Meja sebar digetarkan sebanyak 25 kali selama 15 detik, dengan


tinggi jatuh inch (12,7 mm).

5)

Mengukur diameter mortar diatas meja sebar minimal 4 tempat yang


berlainan, lalu dihitung diameter rata rata (dr) mortar.

c. Pembuatan Benda Uji Kubus Mortar


Setelah tercapai dr 75% - 110% ds, pekerjaan selanjutnya mencetak benda
uji dengan langkah langkah kerja sebagai berikut :

44

1)

Mengaduk kembali mortar yang ada didalam mangkok dengan sendok


pengaduk selama 15 menit

2)

Memasukkan mortar kedalam cetakan kubus, pengisian cetakan


dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis dipadatkan 32 kali.
Pencetakan kubus mortar harus sudah dimulai paling lama 2 menit
setelah pengadukan

3)

Meratakan permukaan kubus mortar dengan menggunakan sendok


perata.

4)

Setelah itu cetakan dibuka dan mortar dibiarkan selama 24 jam.

5)

Mengumpulkan kubus kubus mortar untuk disimpan di tempat tertentu


selama masa peawatan.

6)

Perawatan kubus kubus mortar dilakukan dengan cara ditutupi dengan


karung basah atau disirami air selama 90 hari.

4. Proses Pembuatan Bata Beton Berlubang


a. Menyiapkan bahan susun Bata Beton Berlubang.
1)

Menimbang bahan-bahan susun bata beton berlubang yaitu semen, pasir


dan abu terbang dan air dengan berat yang telah ditentukan dalam
perencanaan campuran bata beton berlubang.

2)

Mempersiapkan cetakan bata beton berlubang dan peralatan lain yang


dibutuhkan.

b. Pengadukan Campuran Bata Beton Berlubang.

45

1)

Mencampurkan bahan pengisi (agregat), bahan ikat (semen portland),


dan abu terbang dalam komposisi yang telah direncanakan dalam
keadaan kering. Langkah ini dilakuakan agar pencampuran antara bahan
bahan tersebut dapat lebih homogen, sehingga diharapkan hasil yang
diperoleh maksimal.

2)

Memasukkan air 80% dari air yang dibutuhkan dengan faktor air semen
(fas) 0,35 kedalam campuran bahan semen, pasir dan abu terbang yang
telah tercampur dalam keadaan kering pada komposisi yang telah
direncanakan

3)

Ketika masih dalam proses pengadukan sisa air dimasukkan sedikit demi
sedikit sampai airnya habis dalam jangka waktu tidak kurang dari 3
menit.

4)

Pengadukan dilakukan sebanyak satu kali untuk setiap macam campuran


dan setiap pengadukan dilakukan pemeriksaan.

c. Pembuatan Benda Uji Bata Beton Berlubang


1)

Memasukkan adukan bahan bata beton berlubang kedalam cetakan bata


beton berlubang yang sebelumnya pada bagian dalam cetakan diberi
minyak pelumas.

2)

Mengisi cetakan dengan adukan bata beton berlubang sampai penuh


kemudian dipadatkan. Permukaan bata beton berlubang harus benarbenar dalam keadaan rata pada bagian atas cetakan.

46

3)

Setelah dipadatkan, kemudian bata beton berlubang dikeluarkan dari


cetakan dan diletakan pada tempat perawatan selama 30 hari, 60 hari,
dan 90 hari.

5. Perawatan
Perawatan bata beton berlubang dilakukan selama 30 hari, 60 hari dan 90
hari dengan disimpan didalam ruangan dengan kondisi lembab dan disiram
dengan air selama masa perawatan. Masa perawatan bata beton berlubang
dilakukan 30 hari, 60 hari dan 90 hari dengan maksud untuk mengetahui laju
perkembangan kuat tekan bata beton berlubang. Hal tersebut dilaksanakan sebab
abu terbang termasuk pozzolon, dimana bahan yang mengandung pozzolon bila
dipakai sebagai pengganti semen portland laju kenaikan kekuatannya lebih lambat
daripada beton normal, dan baru dapat lebih tinggi kekuatanya sesudah umur 90
hari.(Tjokrodimuljo,1996)
6. Pengujian Kuat Tekan Kubus Mortar
Langkah langkah pengujian tekan kubus mortar adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat benda uji dari tempat perawatan
b. Meletakkan benda uji pada mesin penekan, kemudian menekan benda
uji tersebut dengan penambahan besarnya gaya tetap sampai benda uji
tersebut pecah.
Mesin Penekan

Plat Landasan

47

Mortar
Plat Landasan
Gambar 3.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar
c. Mencatat dan menghitung besarnya gaya tekan maksimum yang
terjadi, selanjutnya dihitung kuat tekan rata rata benda uji

7. Pengujian Serapan Air Bata Beton Berlubang


Langkah langkah pengujian tekan bata beton berlubang adalah
sebagai berikut :
a. Bata beton berlubang yang telah berumur 90 hari dan dalam kondisi
kering udara dimasukkan dalam oven dengan suhu 110o selama 24
jam.
b. Setalah 24 jam bata beton berlubang dikeluarkan dan didingnkan.
c. Bata beton berlubang kering oven ditimbang beratnya (W1).
d. Kemudian dilanjutkan dengan merendam selama 24 jam
e. Setelah 24 jam, bata beton berlubang diangkat dan ditimbang beratnya
(W2).

8. Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang


Langkah langkah pengujian tekan bata beton berlubang adalah
sebagai berikut :
a. Masing-masing bata beton berlubang diukur panjang, lebar, tinggi dan
beratnya
b. Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara simetris.

48

c. Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan


berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik .
Mesin Penekan
Penambahan beban
2 - 4 kg/cm2 per detik

Bata Beton Berlubang

Gambar 3.2 Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang


d. Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat beban
maksimum yang terjadi selama pungujian benda uji.

E. Analisis Data
1. Perhitungan Hasil Penelitian
a. Berat Jenis Pasir

Bk
...................(1)
(B + 500 Bt )
500
BulkSpesifikGrafity SSD =
...................(2)
(B + 500 Bt )
Bk
Apparent Spesifik Grafity =
.....................(3)
(B + Bk Bt )
500 Bk
=
x100%...............(4)
Absorbsi
Bk
BulkSpesifikGrafity

Dimana,

49

Bt

= Berat picnometer berisi pasir dan air

Bk

= Berat pasir setelah kering oven

= Berat picknometer berisi air

500

= Berat pasir dalam keadaan kering permukaan

b. Kandungan Lumpur Pada Pasir


Kandungan Lumpur =

G1 G 2
x100% ........................(5)
G1

Dimana :
G1 = Berat pasir kering oven
G2 = Berat pasir kering setelah di cuci
c. Kuat Tekan Kubus Mortar

m =

Pmaks
.................................................................(6)
A

Dimana :

= Kuat tekan mortar (kg/cm2)

P maks

= Beban maksimum (kg)

= Luas penampang mortar (cm2)

d. Kuat Tekan Bata beton berlubang

fc =

P
.....................................................................(7)
A

Dimana :
fc

= Kuat tekan bata beton berlubang (kg/cm2)

= Beban maksimum (kg)

= Luas penampang bata beton berlubang (cm2)

e. Serapan Air

50

Serapan air =

W2 W1
x100% .......................................(8)
W1

Dimana :
W1 = Berat bata beton berlubang dalam keadaan kering mutlak
(dioven)
W2 = Berat bata beton berlubang setelah direndam

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Bata Beton Berlubang


1. Semen
Pemeriksaan terhadap semen dilakukan dengan cara visual yaitu semen
dalam keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada gumpalan serta
butirannya halus. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semen yang digunakan
dalam kondisi kemasan yang baik dan pada saat dibuka tidak ada gumpalan serta
butirannya halus.

2. Abu Terbang
Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan cara visual yaitu
abu terbang yang berwarna kelabu serta kehalusan butirannya lolos ayakan 0,074
mm (200 Mesh). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa abu terbang yang
digunakan berwarna kelabu serta butirannya lolos ayakan 0,074 mm. Dalam
pemeriksaan yang dilaksanakan di Laboratorium Fakultas MIPA Universitas
Negeri Semarang, abu terbang dari PLTU Paiton ini masuk pada Kelas F, karena
kandungan oksida silica; alumunium; dan besi dari abu terbang yang dihasilkan
lebih dari 70%, sehingga telah memenuhi standar abu terbang menurut ASTM C
618 91.

3. Air

50

51

Pemeriksaan terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air
untuk minum. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air dari Laboratorium
jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang dalam kondisi tidak berwarna
dan tidak berbau, sehingga dapat digunakan karena telah memenuhi syarat SK
SNI S 04 1989 F.

4. Pasir
a. Berat Jenis Pasir
Untuk pemeriksaan berat jenis pasir dilakukan dengan 2 sampel,
kemudian dirata rata. Pada kondisi kering didapat berat jenis rata rata pasir
Muntilan sebesar 2,566 (Lampiran 3).
Berat jenis pasir Muntilan yang dipakai termasuk dalam agregat normal
(berat jenisnya antara 2,5-2,7), sehingga dapat dipakai untuk beton normal dengan
kuat tekan 15-40 MPa (Tjokrodimuljo, 1996).

b. Gradasi Pasir
Hasil pemeriksaan gradasi pasir Muntilan menunjukkan bahwa pasir
Muntilan yang dipakai masuk pada zone 2, yakni Pasir agak kasar (Lampiran 4).
Modulus kehalusan pasir 3,01 (Menurut SK SNI S 04 1989 - F
antara 1,5 sampai 3,8), sehingga telah memenuhi syarat.
Tabel syarat batas gradasi agegat halus pada 4 zone dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan hasil uji gradasi pasir muntilan ditunjukkan pada Gambar 4.1.

52

Tabel 4.1 Syarat Batas Gradasi Pasir


Lubang
Ayakan
(mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15

Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10

Berat Tembus Komulatif (%)


Zone 2
Zone 3
Bawah Atas Bawah Atas
100
100
100
100
90
100
90
100
75
100
85
100
55
100
75
100
35
59
60
79
8
30
12
40
0
10
0
10

Zone 4
Bawah
Atas
100
100
95
100
95
100
90
100
80
100
15
50
0
15

Dari analisis uji gradasi pasir Muntilan masuk di Zone 2 (agak kasar).

Prosentase Lolos (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.15

0.3

0.6

1.2

2.4

4.8

Lubang ayakan (mm)


Batas Bawah Zone 2
Batas Atas Zone 2
Pasir Muntilan

Gambar 4.1 Grafik Uji Gradasi Pasir Muntilan (Zone 2)

c. Kadar Lumpur Pasir

10

53

Untuk pemeriksaan kadar lumpur pasir dilakukan dengan 2 sampel,


kemudian dirata rata. Pada kondisi kering didapat kadar lumpur rata rata pasir
Muntilan sebesar 3,13 % < 5%, sehingga telah memenuhi syarat SK SNI S 04
1989 F (Lampiran 5).
d. Kekekalan Butir Pasir
1) Dengan Natriun Sulfat (Na2SO4)
Untuk pemeriksaan kekekalan butir pasir menggunakan Na2SO4
dilakukan dengan 2 sampel, kemudian dirata rata. Pada kondisi kering didapat
kekekalan butir rata rata pasir Muntilan dengan menggunakan Na2SO4 sebesar
6,2 % < 12%, sehingga kekekalan butiran pasir Muntilan yang dipakai telah
memenuhi syarat SK SNI S 04 1989 F (Lampiran 6).
2) Dengan Magnesium Sulfat (MgSO4)
Untuk pemeriksaan kekekalan butir pasir menggunakan MgSO4
dilakukan dengan 2 sampel, kemudian dirata rata. Pada kondisi kering didapat
kekekalan butir rata rata pasir Muntilan dengan menggunakan MgSO4 sebesar
7,19 % < 10%, sehingga kekekalan butiran pasir Muntilan yang dipakai telah
memenuhi syarat SK SNI S 04 1989 F (Lampiran 7).

B. Hasil Uji Sebar


Dari uji sebar pada fas 0,35 didapat diameter rata rata (dr) 123,91% ds.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada fas 0,35 mortar terlalu kering dan sulit untuk
dikerjakan. Untuk mendapatkan fas yang sesuai, maka dilakukan uji sebar pada
tiap tiap variasi campuran, dimana harus dicapai diameter rata rata (dr) 75% -

54

110% ds. Hasil dari uji sebar dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari uji sebar
didapatkan fas 1,1. Hasil ini merubah mix design awal yang direncanakan fas 0,35
menjadi fas 1,1.

C. Kuat Tekan Mortar


Uji kuat tekan mortar dilaksanakan setelah mortar dalam masa
perawatan 90 hari. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.
Sedangkan hubungan antara kuat tekan mortar dengan berbagai komposisi
campuran abu terbang disajikan dalam Gambar 4.2.

Litbang PU (1986)

Kuat Tekan (Kg/Cm2)

120

Hasil Penelitian

100
80
2

y = -0.7381x + 12.176x + 64.133


2
R = 0.918

60
40
20
0
0:1:8

1,3 : 1 : 8

1,4 : 1 : 8 1,5 : 1 :

1,6 : 1 : 8 1,8 : 1 : 8

Variasi Komposisi Campuran (Fly ash: Pc: Psr)

Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan Dengan Variasi Komposisi Campuran Kubus
Mortar Umur 90 hari

55

Dari Gambar 4.2 terlihat hasil uji kuat tekan mortar pada penelitian ini
untuk campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr dicapai kuat tekan rata rata 73 kg/cm2,
sedangkan hasil uji kuat tekan mortar pada penelitian Badan Litbang PU tahun
1986 dengan komposisi campuran yang sama dicapai kuat tekan rata rata 103
kg/cm2.
Dari Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dengan penambahan abu terbang
pada fas yang sama, mortar dengan penambahan variasi komposisi abu terbang
menunjukkan peningkatan kuat tekan.
Dari hasil regresi terlihat bahwa akan ada penurunan kuat tekan mortar
terhadap penambahan abu terbang, yang dalam penelitian ini belum terjadi.
Penurunan kuat tekan ini disebabkan karena dengan penambahan abu terbang
yang lebih banyak, maka akan membuat pori pori baru yang mengakibatkan
kepadatan mortar berkurang; sehingga berakibat turunnya kuat tekan mortar.
Adanya peningkatan kuat tekan ini sesuai dengan pendapat Suhud
(1993) yang menyatakan bahwa secara mekanik abu terbang akan mengisi ruang
kosong (rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan
memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat
proses hidrasi semen, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat daripada mortar
udara (kapur bebas + air); sehingga abu terbang tidak hanya menambah
kekedapan dan kemudahan pangerjaan, tetapi juga dapat menambah.kuat tekan
dari mortar. Dalam penelitian ini kuat tekan optimum terjadi pada variasi
komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni sebesar 116 kg/cm2.

56

D. Kuat Tekan Bata Beton Berlubang


Uji kuat tekan dilaksanakan pada bata beton berlubang umur 30 hari, 60
hari, dan 90. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9, 10 dan
11. Sedangkan hubungan antara kuat tekan dengan komposisi disajikan dalam
Gambar 4.3.

Umur 30 hari

Umur 60 hari

Umur 90 hari

55

50

90

Conblock Umur 90 hari

45

40

60

35

30

Conblock Umur 60 hari

Kuat Tekan (kg/cm2)

Conblock Umur 30 hari

30
2

90

y = -0.721x + 9.4764x + 18.359


2
R = 0.9086

60

y = -0.98x + 10.363x + 13.171


2
R = 0.8649

30

y = -0.7847x + 8.5866x + 14.64


2
R = 0.8119

25

20

15

10

0
0: 1:8

1,3:1:8

1,4:1:8

1,5:1:8

1,6:1:8

Variasi Komposisi Campuran (Fly ash:Pc:Psr)

1,8:1:8

57

Gambar 4.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi Campuran Bata
beton berlubang Umur 30 hari, Umur 60 hari dan Umur 90 hari
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa pada umur yang sama, kuat tekan bata
beton berlubang naik seiring dengan penambahan abu terbang terhadap komposisi
1 Pc : 8 Psr. Hasil uji kuat tekan bata beton berlubang pada penelitian ini untuk
campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr pada umur bata beton berlubang 30 hari dicapai kuat
tekan rata rata 24.83 kg/cm2, sedangkan hasil uji kuat tekan bata beton
berlubang pada penelitian Idris dan Lasino (1993) dengan komposisi campuran
yang sama dicapai kuat tekan rata rata 20,35 kg/cm2.
Dari hasil penelitian, kuat tekan optimum bata beton berlubang terjadi
pada komposisi antara 1,6 s/d 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr pada umur 30 hari dan umur 60
hari, selanjutnya terjadi penurunan kuat tekan. Sedangkan

pada bata beton

berlubang umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc :
8 Psr, namun untuk penurunan kuat tekan bata beton berlubang umur 90 hari
dalam penelitian ini belum terjadi.
Dari Gambar 4.3 juga terlihat bahwa pada variasi komposisi yang sama
terjadi peningkatan kuat tekan bata beton berlubang dari umur 30 hari, 60 hari,
dan 90 hari. Keadaan ini sesuai dengan teori yang tercantum pada PBI 1971
(dalam Suroso, 2001) bahwa semakin lama umur beton, maka kekuatan yang
dimiliki semakin tinggi pula.
Pendapat lain dikeluarkan oleh Hidayat (1993) yang menyatakan bahwa
penambahan kekuatan tekan beton terjadi sampai dengan umur 3 tahun, dan
setelah itu kekuatannya konstan.

58

Dari hasil penelitian terjadi perubahan kuat tekan optimum, dimana bata
beton berlubang pada umur 30 hari dan 60 hari terjadi peningkatan kuat tekan dari
komposisi 1,3 Fa : 1 Pc : 8 Psr sampai komposisi 1,6 Fa : 1 Pc : 8 Psr, yakni 42,5
kg/cm2 (mutu A2) pada umur 30 hari; dan 45,4 kg/cm2 (mutu B1) pada umur 60
hari; namun pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr mengalami penurunan kuat
tekan. Sedangkan bata beton berlubang pada umur 90 hari kuat tekan mengalami
peningkatan dari komposisi 1,3 Fa : 1 Pc : 8 Psr sampai dengan komposisi 1,8 Fa
: 1 Pc : 8 Psr,

yakni 52,4 kg/cm2 (mutu B1). Hal ini membuktikan bahwa

keefektian reaksi pozzolan pada comblock umur 30 hari dan 60 hari belum terjadi,
dan baru menampakkan keefektifan reaksinya pada umur 90 hari. Hal ini terjadi
karena Calsium Silicat Hidrat (CSH) yang dihasilkan melalui reaksi Pozzolanik
akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Fenomena yang terjadi diatas sesuai dengan teori (dalam Tjokrodimuljo,
1996) yang menyatakan bahwa bahan pozzolan akan menunjukkan peningkatan
kekuatan sesudah 3 bulan (90 hari).

E. Serapan Air Bata Beton Berlubang


Uji serapan air dilaksanakan dengan cara bata beton berlubang dioven
pada suhu 1100 selama 24 jam, kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Hal
ini didasarkan pada pendapat Neville (1977, (dalam Suroso, 2001)) yang
menyatakan bahwa serapan air akan mencapai angka ekstrim apabila pengeringan
dilakukan pada suhu tinggi, karena akan menghilangkan kandungan air air dalam

59

beton; adapun pengeringan pada suhu biasa tidak mampu mengeluarkan seluruh
kandungan air.
Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12, hubungan
antara jumlah pasta semen dan serapan air disajikan dalam Gambar 4.4,
sedangkan hubungan antara jumlah pasta dan serapan air disajikan dalam Gambar
4.5.

Serapan Air Maks. PUBI 1982 (35%)


35

Serapan Air (%)

30
25
20
15
10
5
0
265,3

272,8

276,8

280,8

285,0

353,6

Jumlah Pasta Semen (kg/m3)

Gambar 4.4 Hubungan Serapan Air Dengan Berat Pasta


Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin banyak jumlah pasta semen,
maka serapan air yang terjadi semakin besar. Keadaan ini sesuai dengan pendapat

60

Troxell, (dalam Suroso, 2001) bahwa pengeringan beton dengan cara dipanaskan
mengakibatkan kandungan air bebas dalam beton dan sekaligus air dalam bentuk
koloid (berukuran 0,000001 0,002 mm) yang lebih kenyal yang terikat dalam
pasta akan menguap. Kondisi penguapan kandungan air dalam beton tersebut
selanjutnya menimbulkan kerusakan pada pasta. Dengan semakin banyak jumlah
pasta, maka kerusakan yang terjadi akibat pemanasan semakin besar sehingga
beton menjadi lebih porus dan serapan air semakin besar.
Keadaan yang sama juga terjadi pada penelitian Idris dan Lasino (1993)
tentang pemanfaatan limbah kapur industri soda sebagai bahan substitusi pada
pembuatan bata beton berlubang, paving block, dan genteng beton, yang
menunjukkan bahwa nilai serapan air bata beton berlubang mengalami
peningkatan seiring dengan jumlah pasta (semen + kapur + air). Meskipun dalam
penelitian ini kedudukan kapur sebagai subtitusi agregat, tetapi kapur masih
termasuk dalam bahan ikat dan butiran kapur lebih besar daripada butiran semen.
Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada pasta akibat pemanasan, sehingga
porusitas dan serapan air meningkat.
Kesesuaian hasil penelitian ini disebabkan karena parameter pasta yang
dipakai sebagai pembanding dengan nilai serapan air hanya pasta semen.
Sedangkan dalam pengertian istilah pasta diartikan sebagai jumlah air dan bahan
ikat dalam beton, maka seharusnya abu terbang juga termasuk sebagai pasta,
karena abu terbang masih termasuk dalam alternatif pangganti bahan ikat. Adapun
grafik hubungan antara jumlah pasta (abu terbang + semen + air) dan serapan air
disajikan dalam Gambar 4.5.

35

ir (%)

30
25

61

Serapan Air Maks. PUBI 1982 (35%)

Gambar 4.5 Hubungan Serapan Air Dengan Berat Pasta


Dari Gambar 4.5 menunjukkan keadaan yang tidak sesuai dengan teori
yang dikeluarkan oleh Troxell, bahwa semakin banyak jumlah pasta dalam beton,
maka nilai serapan airnya meningkat pula. Kondisi yang membuat hasil penelitian
ini berbeda adalah karena penambahan abu terbang dengan konsentrasi tinggi
tanpa mengurangi berat seman. Sedang menurut Tjokrodimuljo (1996) kefektifan
abu terbang sebagai pengganti semen hanya terbatas sampai 35% terhadap berat
semen.
Berdasarkan teori tersebut diatas maka ada batasan yang memungkinkan
kombinasi antara abu terbang dan semen efektif dijadikan bahan ikat. Hal ini
berarti ada sebagian dari abu terbang yang tidak lagi efektif sebagai bahan ikat,
akan tetapi lebih cenderung sebagai bahan pengisi (filler). Karena kedudukannya
sebagai bahan pengisi, maka ia tidak terpengaruh ketika dipanaskan dalam oven,
meskipun mortar semen telah mengalami kerusakan.

62

Abu terbang mempunyai butiran yang lebih kecil daripada semen, hal ini
memungkinkan abu terbang mengisi rongga-rongga yang terdapat diantara butiran
pasir, sehingga volume bata beton berlubang menjadi lebih padat. Hal inilah yang
menyebabkan serapan air semakin kecil dengan semakin bertambahnya
konsentrasi abu terbang.
Hasil uji serapan air bata beton berlubang pada penelitian ini untuk
campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr dicapai nilai serapan air rata rata 13,2 %,
sedangkan hasil uji serapan air bata beton berlubang pada penelitian Idris dan
Lasino (1993) dengan komposisi campuran yang sama nilai serapan air rata rata
11,7 %.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Pengaruh Penambahan Abu Terbang Terhadap Kuat

Tekan dan Serapan Air Pada Bata Beton Berlubang , selanjutnya dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.

Bata beton berlubang dengan penambahan abu terbang mampu


menghasilkan

kuat

tekan

yang

melebihi

Bata

beton

berlubang

konvensional yang distandarkan oleh PUBI 1982


2.

Penambahan abu terbang dalam kosentrasi tinggi mampu meningkatkan


kuat tekan Bata beton berlubang, meskipun baru pada umur 30 hari

3.

Bata beton berlubang dengan komposisi 1 Pc : 1,6 Fa : 8 Psr menghasilkan


kuat tekan optimum, yakni 42,5 kg/cm2 (mutu A2) pada umur 30 hari; dan
45,4 kg/cm2 (mutu B1) pada umur 60 hari. Sedangkan Bata beton
berlubang pada umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1
Pc : 1,8 Fa : 8, yakni 52,4 kg/cm2 (mutu B1)

4.

Laju peningkatan kuat tekan Bata beton berlubang yang dihasilkan melalui
reaksi Pozzolanik akan bertambah seiring berjalannya waktu

5.

Jumlah pasta ( fly ash + semen + air) dalam Bata beton berlubang
mempengaruhi prosentase nilai serapan air, dimana semakin banyak pasta
dalam Bata beton berlubang maka prosentase nilai serapan airnya
menurun.

62

63

B.

SARAN

1.

Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatkan abu


terbang dalam bahan bahan bangunan lainnya menggunakan prinsip
beton HVFA (High Volume Fly Ash), mengingat hasil dari penelitian
menunjukkan peningkatan kuat tekan Bata beton berlubang dengan
penambahan abu terbang bila dibandingkan Bata beton berlubang
konvensional.

2.

Perlu adanya penginformasian lebih lanjut tentang pemanfaatan abu


terbang dalam bidang konstruksi pada khalayak umum, sebab pemanfaatan
abu terbang di Indonesia masih terbatas pada hal hal tertentu seperti pada
Portland Pozolan Cement (PPC), dan sebagai campuran pada beton cor.

3.

Pemanfaatan abu terbang oleh Pengusaha Menengah ke Bawah bahan


bangunan mampu meningkatkan keuntungan karena dapat mengurangi
pemakaian semen tanpa mengurangi mutunya.

64

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982):


Bandung
Anonim. 1989. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
Logam) (SK SNI S-04-1989-F). Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan: Bandung.
Anonim. 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Mortar semen portland Untuk
pekerjaan Sipil (SK SNI M-111-1990-03). Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Jakarta.
Budi, H., 2004, Analisis Kuat Tekan Paving Block Dengan Butiran Pasir Kasar
Bergradasi Seragam dan Lolos Ayakan 2,36 4,75 mm Akibat Beban
Pemadatan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan , Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang : Semarang
Departemen Pekerjaan Umum, 1985, Loka Perintisan Bahan Bangunan Lokal :
Semarang
Departemen Perindustrian, 1989, Standar Industri Indonesia, SII. 0285 84 :
Jakarta
Hidayat., Y. S, 1986, Penelitian pendahuluan pemanfaatan Abu Terbang (Fly
Ash) untuk Campuran Beton di Indonesia, Jurnal Litbang Vol.II No. 4
5 April Mei 1986 : Bandung.
Hidayat., Y. S, 1993, Penelitian Mutu Beton Abu Terbang Pada Lingkungan Yang
Aresif (Pantai dan Laut), Jurnal Litbang Vol.X No. 5 6 Mei Juni
1993 : Bandung.
Husin, A. A,1998, Semen Abu Terbang untuk Genteng Beton, Jurnal Litbang
Vol. 14 No. 1 1998: Bandung.
Ibnu, M., 2005,Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji (Tectona Grandis L.f)
Pada Morata Semen Ditinjau dari Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Daya
Serap Air, Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang : Semarang
Idris, A, dan Lasino,1993, Penelitian Pemanfaatan Limbah Kapur Industri Soda
Sebagai Bahan Subtitusi pada Pembuatan Conblock, Paving Block dan
Genteng Beton, Jurnal Litbang Vol. IX No. 7 8 Juli Agustru 1993:
Bandung.

Murdock, L. J, and Brook K. M., 1991, Bahan dan Praktek Beton (alih bahasa
Stephanus Hendarko), Erlangga : Jakarta.
Neville, A.M., 1977, Properties of Concrete, Pitman Publishing Limited : London.

Ravina, Dan, Efficient Utilization of Coarse and Fine Fly Ash in Precast Concrete
by Incorporating Thermal Curing, American Concrete Institute
Journal, Proceedings V.78 No. 3, May-June 1981, http/ : www.fly
ash.com.
Rahmi, L. A, 2005, Pemenfaatan Abu Layang Batubara Untuk Stabilisasi Ion
Logam Berat Besi (Fe3+) dan Seng (Zn2+) Dalam Limbah Cair
Buangan Industri,Tugas Akhir, Jurusan Kimia , Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Semarang : Semarang
Suhud, S,1993, Beton Mutu Tinggi, Jurnal Litbang Vol IX No. 7 8 Juli
Agustus 1993, Jakarta
Spesifikasi Teknik Desain dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431: Jakarta
Suroso, H., 2001, Pemanfaatan Pasir Pantai Sebagai Bahan Agregat Halus Pada
Beton, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah
Mada, : Yogyakarta
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Yogyakarta : NAFIRI
Troxell, G.E., Davis, H.E., Kelly, J.W., 1968 Composition and Properties of
Concrete (second edition), Graw Hill : New York.

Lampiran 1

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PEMERIKSAAN


UJI SEBAR MORTAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Variasi No
1
1
2
3
4
5
6

a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Fas
0.35
0.35
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
11.4
1.1
1.1

Diameter Uji Sebar ratarata (cm)


D1
14.3
14.2
10.1
10.2
10.1
10.2
10.4
10.3
10.8
10.7
10.8
11.2
11.8
11.9

D2
14.2
14.1
10.2
10.1
10.2
10.3
10.3
10.4
10.6
10.8
11.0
11.4
11.4
11.8

D3
14.1
14.3
9.9
10.0
9.9
10.0
10.5
10.5
10.5
10.7
11.1
11.1
11.7
11.7

D4
14.3
14.5
10.0
10.1
10.0
10.1
10.5
10.4
10.7
10.6
11.0
10.2
11.5
11.9

Diameter
rata-rata
(dr)
14.23
14.28
10.05
10.10
10.05
10.15
10.43
10.40
10.65
10.70
10.98
10.98
11.60
11.83

dr
(%)

Diameter
maksimal
(cm)
100%

123.91

11.5

87.61

11.5

87.83

11.5

90.54

11.5

92.83

11.5

95.43

11.5

101.85

11.5

Lampiran 2

KEBUTUHAN BAHAN PER BENDA UJI


Komposisi variasi campuran Penelitian (Dalam satuan berat)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Dipilih Variasi 2 1,3 Fa : 1 Pc : 8 Psr


Bj Fly ash Paiton : 1,43

Bj Pasir

: 2,57

Bj Semen

fas

: 1,1

: 3,15

Ukuran Conblock 35 x 18 x 9 cm
Vol. Conblock = Vol. Solid Vol. Lubang
= (35*18*9) (*3.14*4.52*15 + 2**3.14*5.52*15 + 2*6*6)
= 4647,17 cm3 = 0,004647 m3
Penyelesaian :
Isi padat 1,3 ton Fa

1,3
1,43

= 0,9091 m3

Isi padat 1 ton Pc

1
3,15

= 0,3175 m3

Isi padat 8 ton Psr

8
2,57

= 3,1129 m3

fas 1,1

= 1,1*1

= 1,1000 m3
5,4395 m3

Kandungan Udara 3 %

= 0,1632 m3
4,7364 m3

Berarti 1,3 ton Fa : 1 ton Pc : 8 ton Psr menghasilkan 5,6027 m3 conblock


Untuk 1 m3 Conblock membutuhkan bahan :
Fa

1,3
5,6027

*1

= 0,2320 ton = 232,0 kg

Pc

1
5,6027

*1

= 0,1785 ton = 178,5 kg

Psr

8
5,6027

*1

= 1,4279 ton = 1427,9 kg

Air

= 1.1 * 178,5

= 196,3 kg

Volume 1 Conblock = 0,004647 m3

Jadi untuk 1 Conblock butuh bahan :


Fa

= 0,004647 * 232,0

= 1,078 kg

Pc

= 0,004647 * 178,5

= 0,829 kg

Psr

= 0,004647 * 1427,9 = 6,636 kg

Air

= 1,1 * 0,829

= 0,912 kg

Lampiran 3

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

Bahan

Pasir Muntilan
Hasil pengujian berat jenis pasir Muntilan
Keterangan

Sampel Sampel RataA


B
rata
Berat kering permukaan jenuh /SSD (gr)
500
500
500
Berat kering oven: BK (gr)
496,63 494,82 495,73
Berat labu + air (250C) : B (gr)
674,52 674,52 674,52
0
Berat labu + berat pasir (SSD) + air(25 C) : 979,75 982,82 981,29
Bt (gr)

Hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan air pada pasir Muntilan :
Keterangan
Berat jenis (bulk)

BK
( B + 500 Bt )

Sampel
A
2,550

Sampel
B
2,581

Rata-rata

2,566

Bj Pasir Muntilan termasuk dalam agregat normal (berat jenisnya antara


2,5-2,7), sehingga dapat dipakai untuk beton normal (15-40 MPa).

Semarang,

Oktober 2005

Ketua Laboratorium,

Peneliti :

Mustain

5150401033

Moch. Arif

5150401031

Rahmat Endang

5150401029

Joko Prakoso

5150402557
Untoro Nugroho, ST, MT
NIP : 132158473

Lampiran 4

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

Bahan

Pasir Muntilan

Hasil pengujian gradasi pasir Muntilan.


Lubang
ayakan

Berat
Tertinggal

Berat
Tertinggal

(mm)

(gram)

(%)

10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
sisa
Jumlah

94.72
83.61
149.41
298.72
177.73
172.36
23.45
1000.0

9.47
8.36
14.94
29.87
17.77
17.24
2.35
100.00

Modulus Kehalusan =

Persen
Tertinggal
Komulatif
(%)
9.47
17.83
32.77
62.65
80.42
97.66

Persen
Tembus
Komulatif
(%)
100.00
90.53
82.17
67.23
37.35
19.58
2.35

300.80

jumlah berat tertinggal komulatif


100
300,80
= 3,01
100
Semarang,

Oktober 2005

Ketua Laboratorium,

Peneliti :

Mustain

5150401033

Moch. Arif

5150401031

Rahmat Endang

5150401029

Joko Prakoso

5150402557
Untoro Nugroho, ST, MT
NIP : 132158473

Analisis Gradasi Pasir Muntilan

Lubang
ayakan

Berat
Tertinggal

Berat
Tertinggal

(mm)

(gram)

(%)

Persen
Tertinggal
Komulatif
(%)

10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
sisa
Jumlah

94.72
9.47
83.61
8.36
149.41
14.94
298.72
29.87
177.73
17.77
172.36
17.24
23.45
2.35
1000.0
100.00
300,80
Modulus Kehalusan=
= 3,01
100

9.47
17.83
32.77
62.65
80.42
97.66

Persen
Tembus
Komulatif
(%)
100.00
90.53
82.17
67.23
37.35
19.58
2.35

300.80

Syarat Batas Gradasi Pasir


Lubang
Berat Tembus Komulatif (%)
Ayakan
Zone 1
Zone 2
Zone 3
Zone 4
Pasir
(mm)
Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Muntilan
10
100 100
100 100
100
100
100
100
100.00
4.8
90 100
90 100
90
100
95
100
90.53
2.4
60
95
75 100
85
100
95
100
82.17
1.2
30
70
55 100
75
100
90
100
67.23
0.6
15
34
35
59
60
79
80
100
37.35
0.3
5
20
8
30
12
40
15
50
19.58
0.15
0
10
0
10
0
10
0
15
2.35

Dari analisis uji gradasi Pasir Muntilan masuk di Zona 2 (agak kasar).

Gradasi Pasir Muntilan


Prosentase Lolos (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,15

0,3

0,6

1,2

2,4

Lubang ayakan (mm)


Batas Bawah Zone 2
Batas Atas Zone 2
Pasir Muntilan

Grafik Uji Gradasi Pasir Muntilan (Zone 2)

4,8

10

Lampiran 5

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

Bahan

Pasir Muntilan
Hasil pengujian kandungan lumpur pasir Muntilan

Sampel

Berat sampel
kering oven (A)
(gr)

Berat sampel
setelah dicuci(B)
(gr)

Kandungan
Lumpur
(%)

A
B
Rata-rata

100
100
100

96,50
97,25
96,88

3,50
2,75
3,13

KandunganLumpur

berat sampel kering oven berat sampel setelah dicuci


berat sampel kering oven

100%

100 96,88
100%
100

= 3,13 %

Semarang,

Oktober 2005

Ketua Laboratorium,

Peneliti :

Mustain

5150401033

Moch. Arif

5150401031

Rahmat Endang

5150401029

Joko Prakoso

5150402557
Untoro Nugroho, ST,

MT
NIP : 132158473

Lampiran 6

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

Bahan

Pasir Muntilan

Hasil pemeriksaan kekekalan butir pasir Muntilan Na2SO4


.
No

Berat sampel

Berat kering setelah

(gr)

direndam Na2SO4

Bagian hancur
(gr)

(%)

(gr)
1

100

93,4

6,6

6,6

100

94,2

5,8

5,8

Rata-rata

100

93,8

6,2

6,2

Menurut (SK SNI S 04 1989 - F) jika dipakai Natriun Sulfat


(Na2SO4) bagian hancur maksimal 12%.

Semarang,

Oktober 2005

Ketua Laboratorium,

Peneliti :

Mustain

5150401033

Moch. Arif

5150401031

Rahmat Endang

5150401029

Joko Prakoso

5150402557
Untoro Nugroho, ST,

MT
NIP : 132158473

Lampiran 7

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

Bahan

Pasir Muntilan

Hasil pemeriksaan kekekalan butir pasir Muntilan MgSO4.


No

Berat sampel

Berat kering setelah

(gr)

direndam MgSO4

Bagian hancur
(gr)

(%)

(gr)
1

100

92,19

7,81

7,81

100

93,42

6,58

6,58

Rata-rata

100

92,81

7,19

7,19

Menurut (SK SNI S 04 1989 - F) jika dipakai Magnesium Sulfat


(MgSO4) bagian halus maksimal 10%.

Semarang,

Oktober 2005

Ketua Laboratorium,

Peneliti :

Mustain

5150401033

Moch. Arif

5150401031

Rahmat Endang

5150401029

Joko Prakoso

5150402557
Untoro Nugroho, ST,

MT
NIP : 132158473

Lampiran 8

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN


KUBUS MORTAR

1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Variasi

No

a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c

A
(cm2)
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

P
(Ton)
1.80
1.90
1.80
2.20
2.30
2.20
2.30
2.40
2.40
2.60
2.30
2.50
2.90
2.70
2.80
2.60
2.70
2.60

K
(kg/cm2)
72.00
76.00
72.00
88.00
92.00
88.00
92.00
96.00
96.00
104.00
92.00
100.00
104.00
108.00
104.00
116.00
108.00
112.00

Lampiran 9

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN


CONBLOCK UMUR 30 HARI

1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Variasi

No

p
(cm)

l
(cm)

t
(cm)

g
(kg)

a
b

35,00
35,00

9,00
8,95

18,12
18,08

7,60
7,70

7,80
7,70

24,8
24,6

A1
A1

35,00

8,98

18,05

7,70

7,90

25,1

A1

a
b

35,00
35,00

9,00
8,98

18,10
18,05

8,00
8,10

8,30
7,50

26,3
23,9

A1
A1

35,00

9,10

18,12

8,20

8,10

25,4

A1

a
b

35,00
35,00

8,98
8,98

17,98
18,00

8,23
8,25

10,20
9,90

32,5
31,5

A1
A1

35,00

9,00

18,05

8,26

10,00

31,7

A1

a
b

35,00
35,00

9,00
8,98

17,98
17,99

8,20
8,15

11,70
12,10

37,1
38,5

A2
A2

35,00

9,10

18,00

8,35

11,90

37,4

A2

a
b

35,00
35,00

9,00
9,10

17,98
18,03

8,35
8,40

13,40
13,30

42,5
41,8

A2
A2

35,00

8,95

18,05

8,38

12,80

40,9

A2

a
b
c

35,00
35,00
35,00

9,10
8,98
9,10

18,10
18,00
18,05

8,26
8,24
8,30

11,50
11,20
11,00

36,1
35,6
34,5

A2
A2
A2

P
K
Tingkat
(Ton) (kg/cm2) Mutu

Lampiran 10

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN


CONBLOCK UMUR 60 HARI

1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Variasi

No

p
(cm)

l
(cm)

t
(cm)

g
(kg)

a
b

35,00
35,00

8,97
9,00

18,12
18,08

7,70
7,70

7,90
7,60

25,2
24,1

A1
A1

35,00

8,95

18,05

7,80

7,80

24,9

A1

a
b

35,00
35,00

9,05
8,98

18,10
18,05

8,15
8,10

8,70
8,00

27,5
25,5

A1
A1

35,00

9,07

18,12

8,10

8,60

27,1

A1

a
b

35,00
35,00

8,98
8,95

17,98
18,00

8,20
8,25

11,00
10,80

35,0
34,5

A1
A1

35,00

9,05

18,05

8,25

10,90

34,4

A1

a
b

35,00
35,00

8,95
8,98

17,98
17,99

8,20
8,30

12,00
12,40

38,3
39,5

A2
A2

35,00

9,00

18,00

8,25

12,80

40,6

A2

a
b

35,00
35,00

9,00
9,05

17,98
18,03

8,40
8,35

14,30
14,10

45,4
44,5

B1
A2

35,00

8,95

18,05

8,35

13,40

42,8

A2

a
b
c

35,00
35,00
35,00

9,05
8,97
9,00

18,10
18,00
18,05

8,30
8,45
8,30

12,00
11,90
11,80

37,9
37,9
37,5

A2
A2
A2

P
K
Tingkat
2
(Ton) (kg/cm ) Mutu

Lampiran 11

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN


CONBLOCK UMUR 90 HARI

1.
2.
3.
4.
5.
6.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir

Variasi

No

p
(cm)

l
(cm)

t
(cm)

g
(kg)

P
(Ton)

a
b

35,00
35,00

8,98
8,99

18,05
18,08

7,70
7,70

8,20
7,80

26,1
24,8

A1
A1

35,00

9,00

18,04

7,80

8,30

26,3

A1

a
b

35,00
35,00

9,00
8,98

18,12
18,05

8,15
8,10

11,30
11,40

35,9
36,3

A1
A1

35,00

9,02

18,00

8,10

10,80

34,2

A1

a
b

35,00
35,00

8,98
9,00

17,99
18,00

8,20
8,25

13,20
14,50

42,0
46,0

A2
A2

35,00

8,97

18,04

8,25

13,30

42,4

A2

a
b

35,00
35,00

9,00
8,98

18,00
17,99

8,20
8,30

13,50
13,70

42,9
43,6

A2
A2

35,00

8,99

18,02

8,25

13,20

42,0

A2

a
b

35,00
35,00

9,00
9,02

17,99
18,00

8,40
8,35

14,50
14,30

46,0
45,3

B1
B1

35,00

9,00

18,05

8,35

13,60

43,2

A2

a
b
c

35,00
35,00
35,00

9,05
8,99
9,00

18,06
18,00
18,05

8,30
8,45
8,30

15,80
16,20
16,50

49,9
51,5
52,4

B1
B1
B1

K
Tingkat
(kg/cm2)
Mutu

Lampiran 12

LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek

Skripsi

DATA HASIL PENGUJIAN SERAPAN AIR


CONBLOCK

2.
3.
4.
5.
6.
7.

0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80

Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir


Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
Variasi

No

a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c

W1
(kg)
7.95
8.00
8.00
7.95
7.90
8.00
8.05
8.20
8.10
8.00
7.95
8.10
8.00
7.98
8.05
8.00
7.98
8.00

W2
(kg)
7.00
7.05
7.10
7.15
7.10
7.20
7.45
7.55
7.40
7.45
7.40
7.50
7.30
7.45
7.40
7.40
7.45
7.50

Serapan Air
(%)
11.95
11.88
11.25
10.06
10.13
10.00
7.45
7.93
8.64
6.88
6.92
7.41
8.75
6.64
8.07
7.50
6.64
6.25

Keterangan :
W1 = Berat Conblock Setelah direndam selama 24 jam
W2 = Berat Conblock Setelah diopen selama 24 jam

Anda mungkin juga menyukai