OLEH :
NAMA
: JOKO PRAKOSO
NIM
: 5150402557
PRODI
: TEKNIK SIPIL, S1
JURUSAN
: TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi
Hari
Tanggal
Dosen Pembimbing I
Dosen
Pembimbing
II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tanggal
Panitia Ujian
Ketua
Sekretaris
Dosen Pembimbing I
Angota Penguji
NIP.
Dosen Pembimbing II
Drs. Tugino, MT
NIP. 131763887d
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Maret 2006
JOKO PRAKOSO
NIM 5150402557
iv
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah
memberikan
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penyusun
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam penyelesaian studi Strata 1 guna mencapai gelar Sarjana Teknik.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak yang telah membantu memberikan dorongan serta arahan demi terselesainya
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd , Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES
3. Drs. Henry Apriyatno, MT, Ketua Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNNES
4. Drs. Hery Suroso ST. MT, Dosen pembimbing dari Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
5. Ir. Dr. Iman Satyarno, ME, Dosen pembimbing dari Universitas Gajah Mada
yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya penyusunan
skripsi ini
6. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang telah memberikan materi,
semangat dan doa selama penyusun mengerjakan skripsi
v
7. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini, yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Harapan penyusun,
semoga skirpsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Penyusun
vi
ABSTRAK
Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan
lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam
pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang. Bata
beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan
perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari
25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25% volume
batanya. (SK SNI S 04 1989 F). Di Indonesia banyak sekali bahan-bahan
lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk campuran bahan
susun bata beton berlubang terutama bahan ikatnya. Salah satu bahan ikat
alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland
adalah abu terbang.
Variasi komposisi campuran didasarkan pada prinsip beton Abu Terbang
Volume Tinggi / High Volume Fly Ash (HVFA). Abu terbang yang ditambahkan
(dalam satuan berat) pada bata beton berlubang adalah 0; 1,3; 1,4; 1,5; 1,6; 1,8
terhadap komposisi 1 Pc : 8 Psr. Parameter yang diteliti dalam Skripsi ini meliputi
karakteristik bahan susun bata beton berlubang, yakni pengujian gradasi pasir,
berat janis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan gradasi abu
terbang; kuat tekan dari mortar penyususn bata beton berlubang; kuat tekan dan
nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat tambahan abu terbang
pada variasi komposisi yang telah direncanakan. Pengujian bata beton berlubang
dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari.
Dari hasil penelitian karakteristik bahan susun bata beton berlubang
menunjukkan bahwa gradasi pasir Muntilan yang dipakai masuk pada zone 2,
yakni Pasir agak kasar, berat jenis rata rata pasir Muntilan sebesar 2,566,
kandungan lumpur rata rata pasir Muntilan sebesar 3,13 % < 5%,,kekekalan
butir menggunakan Na2SO4 sebesar 6,2 % < 12% dan kekekalan butir
menggunakan MgSO4 sebesar 7,19 % < 10%. Dari hasil penelitian mortar
penyusun bata beton berlubang menunjukkan kuat tekan optimum pada variasi
komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni sebesar 116 kg/cm2. Dan untuk uji kuat
tekan bata beton berlubang menunjukkan bahwa kuat tekan optimum terjadi pada
komposisi 1,6 Fa : 1 Pc : 8 Psr , yakni 42,5 kg/cm2 (mutu A2) pada umur 30 hari;
dan 45,4 kg/cm2 (mutu B1) pada umur 60 hari. Sedangkan bata beton berlubang
pada umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr
, yakni 52,4 kg/cm2 (mutu B1). Untuk nilai serapan air bata beton berlubang
menunjukkan bahwa semakin banyak pasta, maka nilai serapan air menurun.
Serapan air terbesar terjadi pada variasi komposisi 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni 13,57
%, dan nilai serapan air terkecil terjadi pada variasi komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr
yakni 6,67 %.
Kata Kunci : Bata beton berlubang, Abu terbang, Pozzolan, Mortar, Kapur bebas,
Calsium Silikat Hidrat.
vii
DAFTAR ISI
Halam
an
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
iii
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
vii
viii
xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ......................................................
D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................
10
11
13
a. Semen ...............................................................................................
14
b. Pasir...................................................................................................
19
c. Air ....................................................................................................
20
21
24
27
29
32
35
B. Alat.............................................................................................................
35
37
37
37
2. Pemeriksaan Bahan................................................................................
38
a. Pasir...................................................................................................
38
38
39
40
ix
40
b. Semen................................................................................................
41
c. Air ....................................................................................................
41
42
42
42
43
43
44
44
45
45
5. Perawatan...............................................................................................
46
46
46
47
48
48
48
48
48
49
49
50
1. Semen ...................................................................................................
50
50
3. Air..........................................................................................................
50
4. Pasir .......................................................................................................
51
53
54
55
58
62
B. Saran
63
......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
xi
MOTTO
Janganlah kita Kecewakan Orang Tua kita, Karena Mereka adalah Jembatan
Kita Menuju Surga (Penulis)
Keberhasilan dalam hidup adalah kemampuan diri untuk bersikap Disiplin,
Bertanggung Jawab, dan Jujur (Penulis)"
Belajarlah dari kegagalan karena kegagalan merupakan suatu keberhasilan
yang tertunda
Usaha dan kerjasama yang baik, pasti akan membuahkan hasil yang baik pula
PERSEMBAHAN
Orang Tuaku yang sangat mencintaiku
Saudara saudaraku yang tercinta
Rekan rekan seperjuanganku
Para Pembaca yang Budiman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Pada
Komponen-Komponen Yang Terkandung Dalam Semen
Portland.........................................................................................
15
25
Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan Dengan Umur Beton Pada Semen
dan Semen + Fly Ash....................................................................
26
26
Gambar 2.5 Hubungan Antara Kuat Tekan dengan Umur Kubus Beton
Normal Dan Beton Abu Terbang Yang Direndam Dalam
Air Tawar di Laboratorium...........................................................
31
34
46
47
52
54
56
Gambar 4.4 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta Semen ....................
59
60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
10
11
14
17
18
20
25
26
29
31
37
52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam segala
bidang yang terjadi di Indonesia berkorelasi positif dengan bertambahnya
kebutuhan perumahan penduduk. Adanya peningkatan kebutuhan akan perumahan
secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula.
Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan ini harus disikapi dengan
pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan baru yang mampu memberikan
alternatif kemudahan pengerjaan serta penghematan dalam biaya.
Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan
lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam
pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang.
Pengertian bata beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari
campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air
secukupnya dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas
penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang
lebih besar dari 25% volume batanya. (SK SNI S 04 1989 F)
Penggunaan bata beton berlubang yang dinilai lebih praktis dan ekonomis
saat ini sudah banyak diproduksi dengan harga yang bervariasi. Praktis karena
bahannya mudah didapat, pemasangan mudah, dan yang paling menguntungkan
dapat mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar
hidrolik.
Pada mulanya abu terbang digunakan sebagai penambah semen portland
dengan kadar 5% - 20%, dengan maksud untuk menambah plastisitas adukan
beton (workability) dan menambah kekedapan beton, dimana penambahan abu
terbang ini dilakukan pada waktu penggilingan klinker.
Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik, maka seharusnya abu terbang tidak sekedar menambah
kekedapan beton, tetapi juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat
beralasan, karena secara mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong
(rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan
sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar
hidrolik ini akan lebih kuat datipada mortar udara (kapur bebas + air) (Suhud,
1993).
Pemakaian abu terbang sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton
sudah dikenal luas di Amerika dan beberapa negara Eropa. Pada pembangunan
berkelanjutan Kantor Taman dan Rimba Texas pada Gedung Pusat
Baru
campuran 75% abu terbang untuk membuat beton yang seramah mungkin pada
lingkungan (www.fly ash.com).
Kekhawatiran akan waktu pemadatan yang terlalu lama, kekuatan akan
berkurang, dan penyelesaiannya akan sangat sulit karena besarnya jumlah abu
terbang ternyata tak terbukti. Waktu pemadatan tidak terlampau bervariasi dari
desain campuran langsung dari kantong, kekuatannya lebih tinggi daripada yang
diperkirakan, dan penyelesaian serta perlakuan tak ada masalah. Kekuatan
perkiraan adalah 5000 psi pada 28 hari. Kekuatan sebenarnya ternyata lebih dari
7000 psi pada 28 hari, jauh melebihi kekuatan yang diperkirakan (www.fly
ash.com).
Pada penelitian ini pemanfaatan abu terbang tidak hanya untuk kepentingan
bahan bangunan, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk membantu
menanggulangi masalah lingkungan, sebagai contoh; abu terbang dari limbah
industri Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya, diperkirakan akan
menghasilkan 750.000 ton pertahun apabila ketujuh unit PLTU-nya sudah
beroperasi. Abu terbang yang sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan bila tidak
ditangani secara memadai
(Hidayat,1993)
atau hampir sama, dan tentu saja memiliki harga yang lebih murah dibandingkan
bata beton berlubang konvensional.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti
yaitu bagaimana pengaruh penambahan abu terbang menggunakan prinsip beton
High Volume Fly Ash (HVFA), dimana abu terbang tidak hanya digunakan
sebagai bahan subtitusi akan tetapi sebagai bahan pengisi (filler).
Adapun variasi campuran bata beton berlubang dengan penambahan abu
terbang (dalam satuan berat) adalah sebangai berikut :
1.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya
adalah :
1. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan bahan ikat tambahan abu
terbang dalam pembutan bata beton berlubang
2. Secara akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan bata beton
berlubang
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan
bangunan atau dunia usaha bata beton berlubang yang memakai bahan
susun semen dan pasir.
E.
BATASAN MASALAH
Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan dan
serapan air pada bata beton berlubang dengan bahan ikat semen Portland dan abu
terbang. Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai
berikut:
1. Konsentrasi variasi komposisi campuran bahan susun bata beton berlubang
:
0
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Bata beton
Bata beton adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen
portland (PC), agregat halus, air dan atau bahan tambah lainnya. Bata beton dapat
dibagi atas 2 (SK SNI S 04 1989 F) jenis, yaitu :
a. Bata beton berlubang adalah bata yang dibuat dari campuran bahan
perekat hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan
atau tanpa bahan pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang
lubang lebih dari 25 % luas penampang batanya dan volume lubang lebih
besar dari 25 % volume batanya.
b. Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang pejal
75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya, dan mempunyai volume
pejal lebih dari 75% volume seluruhnya.
Menurut SK SNI S 04 1989 F Bata beton berlubang diklasifikasikan
sesuai dengan pemakaian sebagai berikut :
a. Bata beton berlubang mutu B2, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula
untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap)
b. Bata beton berlubang mutu B1, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang memikul beban , tetapi penggunaannya
hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (Untuk konstruksi
di bawah atap)
c. Bata beton berlubang mutu A2, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi seperti yang tersebut dalam mutu IV, tetapi
permukaan dinding / konstruksi dari bata tersebut boleh tidak diplester.
d. Bata beton berlubang mutu A1, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat
serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari hujan dan terik
Matahari (di bawah atap).
Menurut SK SNI S 04 1989 F (dalam Budi., 2004) Bahan Bangunan
Bukan Logam dalam persyaratan mutu batu beton adalah sebagai berikut:
a. Sifat tampak , bata beton harus mempunyai bentuk yang sempurna tidak
terdapat retak-retak dan cacat bagian sudut dan rusuknya tidak mudah
dirapihkan dengan jari tangan. Rusuk-rusuknya siku satu terhadap lainnya.
b. Bentuk dan ukuran, berbagai bentuk dan ukuran bata beton yang terdapat
dipasaran tergantung dari produsennya. Biasanya setiap produsen
memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk, ukuran,
dan daya dukung serta konstruksi pemasangan.
Bata beton berlubang telah banyak dipergunakan diberbagai negara, seperti
Amerika, Inggris, Canada, Australia, Selandia Baru, dan negara negara
Skandinavia, dimana bata beton berlubang telanjang dapat mendukung beban dan
mencakup tiga fungsi sekaligus yakni, sebagai struktur pendukung; sebagai
10
dinding; dan sebagai penyelesaian tanpa plesteran (Spesifikasi teknik Desain Dan
Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431, 1988:1).
Suatu hasil survey pada tahun 1972 menunjukkan bahwa 50% dari seluruh
tembok di Inggris dan 75% di Amerika Serikat terdiri dari block block beton.
Hal tersebut disebabkan karena bata beton berlubang adalah bahan konstruksi
yang ekonomis dan serba guna (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB
F12 UDC 691.431, 1988:1).
No
Syarat Fisis
Satuan
MPa
(kg/cm2)
A1
2
20
MPa
1.7
4.5
6.5
(kg/cm2)
17
30
45
65
35
25
B2
7
70
*)Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk
luas lubang serta cekungan tepi.
11
Ukuran + Toleransi
Jenis
Panjang
400
+3
Lebar
200
+3
Tebal
100
2
Sedang
400
+3
200
+3
150
20
15
Besar
400
+3
200
+3
200
25
20
Kecil
12
d. Berat sendiri
Bata beton berlubang menyebabkan berat sendiri konstruksi berkurang
hingga 30% - 40% dibandingkan dengan bata merah.
e. Konstruksi mendukung beban.
Bata beton berlubang dapat digunakan baik dalam sistem konstruksi
mendukung beban maupun sebagai dinding pengisi atau partisi.
f. Rongga saluran.
Rongga rongga bata beton berlubang dapat dimanfaatkan untuk
penempatan pipa air dan kabel listrik untuk segala arah menurut rencana dinding.
Saluran saluran dapat dipindahkan dan diperbaiki tanpa merusak dinding.
g. Daya tahan terhadap api.
Sesuai dengan peraturan DKI Jakarta ( dalam Spesifikasi teknik Desain Dan
Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).tentang Ketentuan Penulangan
Bahaya Kebakaran setiap bangunan memerlukan daya tahan terhadap api yang
cukup demi keselamatan penghuninya. Untuk hal ini, bangunan harus
menggunakan bahan yang cukup mempunyai daya tahan terhadap api.
Bata beton berlubang sudah terkenal dengan sifatnya sebagai bahan
bangunan tahan api (fire resistant) yang efektif dan ekonomis. Daya tahan bata
beton berlubang terhadap api telah dibuktikan oleh laboratorium riset bangunan di
berbagai Negara menurut fungsi dari agregat yang dipakai dan ketebalan padat
ekivalen bata beton berlubang (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB
F12 UDC 691.431,1988 : 2).
13
Konstruksi modular.
Untuk konstruksi yang ekonomis, bata beton berlubang harus dipasang
dengan kombinasi blok blok penuh, , dan ukuran ukuran khusus lainya,
untuk mengurangi / meniadakan pemotongan dan penyusunan memperlambat
waktu konstruksi, semua dimensi harus direncanakan secara modular (Spesifikasi
teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).
j.
Penyarapan air
Absorbsi lengas yang rendah dikarenakan permukaan bata beton berlubang
padat dan adanya bahan tahan air yang dicampurkan pada waktu pembuatanya
(Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).
14
proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
bata beton berlubang yang berkualitas baik pula.
Hubungan antara komposisi campuran pasir semen dengan kuat tekan bata
beton berlubang pada umur 28 hari menurut Puslitbang DPU Semarang (1985)
ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hubungan Antara Komposisi Campuran dengan Kuat Tekan
Komposisi Campuran
Pc : Ps
1
1: 6
2
1: 7
3
1: 8
4
1 : 10
(Puslitbang DPU Semarang , 1985)
No
: 60 66 %
15
2) Silika (SiO2)
: 16 25 %
3) Alumina (Al203)
: 3 8 %
4) Besi
: 1 - 5 %
Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik
dalam perbandingan unsur unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya.
Senyawa senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan
membentuk senyawa senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa
karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu
pendinginan terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk
amorf.
Adapun komponen komponen tersebut berbentuk sebagai berikut :
1) Trikalsium Silikat CaOSiO2 (C3S)
2) Dikalsium Silikat CaOSiO2 (C2S)
3) Trikalsiun Aluminat CaOAi203 (C3A)
4) Tetra Kalsium Alumino Ferit CaOA203Fe203 (C4AF)
5) Air
Hubungan antara umur pada struktur kandungan komponen komponen
semen dengan kuat tekan terlihat pada Gambar 2.1
16
Gambar 2.1 Hubungan antara umur dengan kuat tekan pada komponen
komponen
yang terkandung dalam semen portland (Tjokrodimuljo,1996)
Kekuatan semen ditentukan oleh komponen C3S dan C2S. Kedua bahan ini
merupakan 70 % dari seluruh bahan semen.( Husin,1998)
Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan mortar adalah faktor air semen
(fas). Semakin banyak jumlah air yang digunakan dalam mortar maka akan
memperkecil prosentase diameter rata-rata uji sebar mortar. Sebaliknya semakin
sedikit air yang digunakan dalam mortar maka besarnya prosentase diameter ratarata uji sebar akan semakin besar (karena tidak terjadi ikatan yang sempurna
karena jumlah air yang terlalu sedikit).
Nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap kelecakan dan workability
mortar. Nilai faktor air semen yang cukup maka akan mempermudah pengerjaan
mortar, memiliki kelecakan yang baik dan didapatkan nilai uji sebar yang
memenuhi syarat.
Menurut SK SNIS 04 1989 - F semen portland standar harus memenuhi
persyaratan kimia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dan fisik seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.5.
17
II
III
IV
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
3,0
3,5
3,0
-
3,5
4,5
2,3
-
2,3
-
- Hilang Pijar
maks. % berat
3,0
3,0
3,0
2,5
3,0
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
35
40
15
20
58
18
II
III
IV
URAIAN
- Kehalusan
Sisa diatas ayakan 0,09 mm
Maks. % berat
Dengan alat Blaine, luas permukaan tiap
Satuan berta smen. Min m2 / kg
10
10
10
10
10
280
280
280
280
280
45
8
45
8
45
8
45
8
45
8
60
10
60
10
60
10
60
10
60
10
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
125
200
-
100
175
-
125
250
-
70
125
85
150
210
50
50
50
50
50
70
80
60
70
0,045
Keterangan :
* ) Bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan memakai
pesawat vicat
19
**) Bila syarat ini diminta, maka syarat C4AF + C2F tidak perlu dilakukan
Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan
secara visual dalam keadaan tertutup rapat, setelah dibuka dan diperiksa
butirannya halus dan tidak terjadi gumpalan.
b. Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.
Menurut (SK SNI S 04 1989 - F) disebutkan mengenai persyaratan
agregat halus yang baik adalah sebagai berikut :
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan < 2,2.
2) Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
a) Jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
3) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4) Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari AbransHarder dengan
larutan jenuh NaOH 3%.
5) Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
20
6) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap
alkali harus negatif.
7) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan
bangunan yang diakui.
8) Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memenuhi persyaratan pasir pasangan.
Dilihat dari syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) di bagi menjadi 4
zone seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir
Lubang
Ayakan
(mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10
Keterangan :
Zone 1 = Pasir Kasar
Zone 2 = Pasir Agak Kasar
Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak Halus
c. Air
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan bata
beton berlubang. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk
menjadi bahan pelumas antara butir butir agregat agar dapat mudah dikerjakan
21
dan dipadatkan. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan air untuk pelumas ini tidak
boleh terlalu banyak karena kekuatan bata beton berlubang akan rendah.
Air untuk campuran mortar / beton sebaiknya harus memenuhi syarat ( SKSNI - S 04 - 1989 F) sebagai berikut :
1) Air harus bersih
2) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /liter.
3) Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa
dilihat secara visual.
4) Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organik) lebih
dari 15 gram / liter.
5) Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.
6) Tidak mengandung chlorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter.
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari laboratorium jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
d. Abu Terbang
Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan
ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan
bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan
electrostatik. (Hidayat,1986)
Abu terbang termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat,
1986)). Karena sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun
untuk campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah
22
dapat meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga
dapat menurunkan panas hidrasi semen.
Dalam
pemanfaatannya
abu
terbang
mempunyai
keuntungan
dan
normal.
2) Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis.
3) Mengurangi jumlah air yang digunakan , sehingga kekuatan beton akan
meningkat.
4) Dapat menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah
terjadinya keratakan.
5) Relatif dapat menghemat biaya karena akan mengurangi pemakaian
semen. (Hidayat, 1993)
Kelemahan pemakaian abu terbang pada beton adalah :
1) Pemakaian abu terbang kurang baik untuk pengerjaan beton yang
memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena
23
Kelas F (%)
Kelas C (%)
54,90
39,90
70,00
5,0
3,0
6,0
1,5
50,00
5,0
3,0
6,0
1,5
34,0
34,0
75,0
105,0
75,0
105,0
0,8
0,8
24
Parameter
Berat Jenis
Kadar air
Hilang Pijar
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
S(SO4)
Satuan
g/cm3
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
% Berat
1,43
0,20
0,43
62,49
6,36
16,71
5,69
0,79
7,93
(Rahmi, 2005)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa abu terbang dari PLTU Paiton
termasuk abu terbang kelas F, karena kandungan oksida silica yang dihasilkan
lebih dari 54,90% (62,49), serta jumlah gabungan oksida silica; alumunium; dan
besi dari abu terbang yang dihasilkan lebih dari 70% (85,56%).
e. Semen + Abu terbang
Abu terbang apabila digabungkan dengan semen diharapkan dalam jangka
waktu yang lebih lama akan menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi
dibandingkan beton normal. Penambahan kuat tekan beton disebabkan karena abu
terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland, yang
25
mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat
mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.
PROSES HIDRASI
PC + Air (H2O)
Calsium Silicate
Hydarte (CHS)
26
Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Umur beton Pada Semen dan
Semen + Fly ash (Tjokrodimuljo,1996)
27
Gambar 2.4 Laju kenaikkan kekuatan beton dengan semen biasa (kontrol) dan
beton dengan pozzolan abu terbang (Neville,1987 (dalam Suroso(2001))
5. Mortar Penyusun Bata Beton Berlubang
Mortar adalah adukan yanng terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Bahan
perekat dapat berupa tanah liat, kapur maupun semen portland.
Mortar dapat dibedakan menjadi 4 macam (Tjokrodimuljo,1996), yakni:
a. Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air.
b. Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air
c. Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan yang tepat.
d. Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar (b)
dan (c) diatas dengan tujuan tertentu.
Menurut ASTM C 270 (dalam Ibnu, 2006) standar mortar berdasarkan
kekuatannya dibedakan sebagai berikut :
a. Mortar tipe M
Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk
dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan
pipa air kotor, adukan dinidng penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan
minimumnya adalah 175 kg/cm2.
b. Mortar tipe N
28
Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak
disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya
gaya samping. Kuat tekan minimumnya adalah 124 kg/cm2.
c. Mortar tipe S
Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk
pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimumnya adalah 52,5 kg/cm2.
d. Mortar tipe O
Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm2 dan
gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm2.
e. Mortar tipe K
Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan
mengenai kekuatan. Kuat tekan minimumnya adalah 5,25 kg/cm2.
Pembuatan mortar dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji sebar
mortar. Uji sebar mortar dilakukan pada masing-masing variasi komposisi
campuran bahan susun mortar yang tujuannya adalah mencari dan menentukan
faktor air semen (fas) yang sesuai sehingga didapatkan diameter uji sebar mortar
rata-rata (dr) 4 kali pengukuran harus sebesar 1 1,15 diameter cincin meja uji
sebar. Diameter cincin uji sebar adalah 10 cm, jadi diameter rata-rata maksimum
yang diijinkan adalah 11,5 cm (Tjokrodimulyo, 1996). Nilai komulatif prosentase
diameter rata-rata (dr) terhadap diameter maksimal dari uji sebar yang diijinkan
adalah antara 70% - 110% dari diameter maksimal cincin sebar.
29
Pada penelitian ini mortar yang dipakai adalah jenis mortar khusus, yakni
mortar semen yang ditambah dengan abu terbang. Penambahan abu terbang
didasarkan pada perbandingan 1 Pc : 8 Pasr.
Dari hasil penelitian Badan Litbang PU (1986) untuk mortar 1 Pc : 8 Psr
pada umur 28 hari didapatkan kuat tekan rata rata 103 kg/cm2.
Tujuan dari penelitian mortar ini adalah untuk mengetahui kekuatan mortar
semen yang ditambah dengan abu terbang apabila dijadikan sebagai adukan/spesi.
Agregat *)
10
12
Beban
(ton)
20,70
21,30
19,05
16,30
15,20
16,10
10,80
9,60
Kuat tekan
(kg/cm2)
Masingmasing
53,2
54,5
48,7
41,7
39,1
41,2
27,6
24,7
Penyerapan air
(%)
Rata-rata
11,7
13,4
13,6
30
3
10,30
26,5
1
7,80
20,0
2
1
14
8,00
20,5
3
6,20
15,9
*) merupakan campuran dari 40% limbah kapur dan 60% pasir
(Idris dan Lasino, 1993)
15,2
Sifat penyerapan air ini juga dapat digunakan sebagai parameter terhadap
porus dan padatnya suatu adukan, dimana dalam aplikasinya dapat mempengaruhi
sifat kekedapan dan keawetan bahan terutama untuk bagian konstruksi yang
memerlukan kedap air, karena kekedapan merupakan fungsi dari keawetannya,
karena semakin sulit ditembus oleh bahan-bahan perusak seperti sulfat, chlorida,
dan lain sebagainya.
Dari penelitian Hidayat (1993) tentang Penelitian Mutu Beton Abu
terbang Pada Lingkungan yang Agresif (Pantai dan Laut) dengan variasi
penambahan abu terbang 0%, 10%, 20%, 25%, 30%, dan 40% terhadap berat
semen menunjukkan bahwa :
a. Kuat beton abu terbang pada umur muda (kurang dari 28 hari) lebih
rendah dari pada kuat tekan beton normal.
b. Kubus beton yang disimpan di laboratorium baik beton normal maupun
beton abu terbang menunujukkan penambahan kekuatan tekan sampai
dengan umur 3 tahun, dan setelah itu kekuatannya konstan. Sedangkan
untuk beton yang disimpan di tepi pantai dan yang direndam di laut,
kuat tekan pada umur 3 tahun lebih rendah daripada sebelumnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena proses perusakan oleh lingkungan (air
laut dan pantai) lebih kuat daripada daya tahan betonnya yang tidak
direncanakan dahulu untuk lingkungan yang agresif.
31
Hasil uji kuat tekan beton dengan beberapa variasi komposisi abu terbang
terhadap berat semen dalam kondisi penyimpanan pada Laboratorium, Pantai dan
Laut yang dilakukan oleh Hidayat (1993) ditunjukkan pada Tabel 2.10.
Sedangkan hubungan antara kuat tekan beton dengan umur dalam kondisi
penyimpanan pada air tawar di Laboratorium ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Laboratorium
Pantai
Laut
Fly Ash
(%)
0
10
20
25
30
40
0
10
20
25
30
40
0
10
20
25
30
40
341
339
422
384
347
362
359
341
275
282
264
233
323
269
287
292
287
211
367
463
455
441
436
430
382
368
353
473
389
379
437
401
405
386
378
347
383
477
475
446
441
475
456
472
460
469
415
403
447
493
496
447
390
386
384
480
477
446
443
457
403
430
404
402
345
405
386
391
352
336
326
377
32
600
KUAT TEKAN
(KG / CM2)
500
400
0%(Fly Ash)
300
30%(Fly Ash)
25%(Fly Ash)
40%(Fly Ash)
200
100
0
28
90
180
360
3TH
UMUR
Gambar 2.5 Hubungan antara kuat tekan dengan umur kubus beton normal dan
beton abu terbang yang direndam dalam air tawar
di laboratorium (Hidayat, 1993)
Dari penelitian Suhud (1998) tentang beton mutu tinggi, menunjukkan
bahwa abu terbang berperan sebagai pengisi ruang kosong (rongga) diantara
butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada
kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat proses hidrasi semen, dimana
mortar hidrolik ini kan lebih kuat daripada mortar udara (kapur bebas + air);
maka abu terbang seharusnya tidak hanya menambah kekedapan dan kemudahan
pangerjaan, tetapi juga dapat menambah kekuatan beton.
B. Pemikiran Dasar
Bata beton berlubang merupakan bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland, agregat halus, air dan dengan atau tanpa bahan tambah.
33
Bata beton berlubang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai
bahan untuk penyekat dinding.
Bahan baku pembuatan bata beton berlubang dalam penelitian ini adalah
semen, pasir, air dan abu terbang. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan secara
visual yaitu semen dalam keadaan tertutup rapat dan apabila dibuka tidak terdapat
gumpalan. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi: pemeriksaan gradasi, berat jenis
pasir, kandungan lumpur,dan kekekalan butir pasir. Pemeriksaan terhadap air
dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung kotoran, minyak
dan zat organik lainnya. Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan
memeriksa kehalusan butirannya
Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat
mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.
Abu terbang diharapkan tidak sekedar menambah kekedapan beton, tetapi
juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara
mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran
butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur
bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat
daripada mortar udara (kapur bebas + air). Pembentukan kapur bebas dari semen
tidak dapat dihindari, karena bahan dasar semen sendiri mengandung batu kapur.
Kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang merupakan mortar udara dan merupakan
kristal yang paling lemah di dalam beton. Jumlah kapur bebas dapat mencapai
35%. Makin tinggi jumlah kapur bebas dalam beton, maka betonnya akan makin
34
lemah. Untuk membatasi pembentukan kapur bebas dalam beton, maka ke dalam
semen ditambahkan 5% gypse (CaS04, 2H2O). Gypse ini dengan adanya air
akan bereaksi dengan C3A, sehungga terbentuk ettringite (3Ca SO4, C3A
,31H2O). Reaksi ini sangat cepat setelah bersentuhan dengan air dan yang paling
cepat diantara komponen yang lain.
3Ca
SO4,
C3A
,31H2O
(Gypse)
(Ettringite)
Mortar
Udara
C2S, nH2O
H2O masuk
C3S
H2O
Tidak dapat masuk lagi
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
Bahan susun bata beton berlubang
1. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg.
2. Pasir yang digunakan adalah pasir Muntilan
3. Air yang digunakan adalah air dari instalasi air bersih Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Semarang.
4. Abu terbang yang digunakan adalah abu terbang yang berasal dari PLTU
Paiton, Jawa timur
B. Alat
1. Ayakan
a. Ayakan dengan diameter berturut-turut 4,8 mm, 2,40 mm, 1,2 mm, 0,6
mm, 0,3 mm, 0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup pan dan alat
penggetar dengan merk Tatonas.
b. Ayakan no. 0,074 mm dengan merk Tatonas, digunakan untuk
pemeriksaan abu terbang.
2. Timbangan dengan merk Radjin, digunakan untuk menimbang bahan
susun adukan beton dan benda uji.
35
36
37
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian bata beton berlubang ini pengujian kuat tekan dilakukan
sebanyak tiga kali, yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Adapun variabel
penelitian pada tiap pengujian seperti yang tercantum pada Tabel 3.1. Penentuan
variabel penelitian ini didasarkan pada prinsip beton HVFA (High Volume Fly
Ash).
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Kode
Sampel
fas
A
B
C
D
E
F
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
Komposisi campuran
Macam Pengujian dan Jumlah
(dalam satuan berat)
Benda Uji
Bahan Kuat
Serapan
Bahan Ikat
Kuat tekan
Pengisi Tekan
Air
Bata beton Bata beton
Fa
Pc
Psr
Mortar
berlubang berlubang
0
1
8
3
3
3
1.30
1
8
3
3
3
1.40
1
8
3
3
3
1.50
1
8
3
3
3
1.60
1
8
3
3
3
1.80
1
8
3
3
3
D. Tahapan Penelitian
1. Pengadaan bahan
Persiapan dan pemeriksaan bahan susun bata beton berlubang dilaksanakan
di laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. Bahan-bahan susun bata beton berlubang diantaranya adalah Semen
Nusantara Jenis I, pasir Muntilan, abu terbang dari PLTU Paiton, Jawa Timur dan
air dari instalasi air bersih Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.
38
2. Pemeriksaan Bahan
a. Pasir
1) Pemeriksaan Berat Jenis pasir
Langkah-langkah pemeriksaan berat jenis pasir adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
39
g)
b)
c)
d)
e)
f)
40
b)
c)
d)
41
jenuh MgSO4.
Langkah - langkah pemeriksaan kekekalan butir pasir adalah
sebagai berikut:
a)
b)
c)
b. Semen
Pemeriksaan terhadap semen dilakukan dengan cara visual yaitu semen
dalam keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada gumpalan serta
butirannya halus. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg.
c. Air
Pemeriksaan terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air
42
untuk minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari
laboratorium jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.
d. Abu Terbang
Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan cara visual yaitu abu
terbang yang berwarna kelabu serta lolos ayakan 0,074 mm dan didukung dengan
hasil penelitian abu terbang dari Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Negeri
Semarang yang menggunakan jenis abu terbang yang sama.
Abu terbang yang digunakan dalm penelitian ini adalah abu terbang dari
PLTU Paiton, Jawa Timur.
2)
3)
43
5)
Meletakkan cincin sebar diatas meja sebar, lalu diisi dengan pasta mortar
sampai penuh. Pengisian dilakukan 2 lapis, setiap lapis dipadatkan 20
kali dengan alat pemadat
2)
3)
4)
5)
44
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2)
45
1)
2)
Memasukkan air 80% dari air yang dibutuhkan dengan faktor air semen
(fas) 0,35 kedalam campuran bahan semen, pasir dan abu terbang yang
telah tercampur dalam keadaan kering pada komposisi yang telah
direncanakan
3)
Ketika masih dalam proses pengadukan sisa air dimasukkan sedikit demi
sedikit sampai airnya habis dalam jangka waktu tidak kurang dari 3
menit.
4)
2)
46
3)
5. Perawatan
Perawatan bata beton berlubang dilakukan selama 30 hari, 60 hari dan 90
hari dengan disimpan didalam ruangan dengan kondisi lembab dan disiram
dengan air selama masa perawatan. Masa perawatan bata beton berlubang
dilakukan 30 hari, 60 hari dan 90 hari dengan maksud untuk mengetahui laju
perkembangan kuat tekan bata beton berlubang. Hal tersebut dilaksanakan sebab
abu terbang termasuk pozzolon, dimana bahan yang mengandung pozzolon bila
dipakai sebagai pengganti semen portland laju kenaikan kekuatannya lebih lambat
daripada beton normal, dan baru dapat lebih tinggi kekuatanya sesudah umur 90
hari.(Tjokrodimuljo,1996)
6. Pengujian Kuat Tekan Kubus Mortar
Langkah langkah pengujian tekan kubus mortar adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat benda uji dari tempat perawatan
b. Meletakkan benda uji pada mesin penekan, kemudian menekan benda
uji tersebut dengan penambahan besarnya gaya tetap sampai benda uji
tersebut pecah.
Mesin Penekan
Plat Landasan
47
Mortar
Plat Landasan
Gambar 3.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar
c. Mencatat dan menghitung besarnya gaya tekan maksimum yang
terjadi, selanjutnya dihitung kuat tekan rata rata benda uji
48
E. Analisis Data
1. Perhitungan Hasil Penelitian
a. Berat Jenis Pasir
Bk
...................(1)
(B + 500 Bt )
500
BulkSpesifikGrafity SSD =
...................(2)
(B + 500 Bt )
Bk
Apparent Spesifik Grafity =
.....................(3)
(B + Bk Bt )
500 Bk
=
x100%...............(4)
Absorbsi
Bk
BulkSpesifikGrafity
Dimana,
49
Bt
Bk
500
G1 G 2
x100% ........................(5)
G1
Dimana :
G1 = Berat pasir kering oven
G2 = Berat pasir kering setelah di cuci
c. Kuat Tekan Kubus Mortar
m =
Pmaks
.................................................................(6)
A
Dimana :
P maks
fc =
P
.....................................................................(7)
A
Dimana :
fc
e. Serapan Air
50
Serapan air =
W2 W1
x100% .......................................(8)
W1
Dimana :
W1 = Berat bata beton berlubang dalam keadaan kering mutlak
(dioven)
W2 = Berat bata beton berlubang setelah direndam
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Abu Terbang
Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan cara visual yaitu
abu terbang yang berwarna kelabu serta kehalusan butirannya lolos ayakan 0,074
mm (200 Mesh). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa abu terbang yang
digunakan berwarna kelabu serta butirannya lolos ayakan 0,074 mm. Dalam
pemeriksaan yang dilaksanakan di Laboratorium Fakultas MIPA Universitas
Negeri Semarang, abu terbang dari PLTU Paiton ini masuk pada Kelas F, karena
kandungan oksida silica; alumunium; dan besi dari abu terbang yang dihasilkan
lebih dari 70%, sehingga telah memenuhi standar abu terbang menurut ASTM C
618 91.
3. Air
50
51
Pemeriksaan terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air
untuk minum. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air dari Laboratorium
jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang dalam kondisi tidak berwarna
dan tidak berbau, sehingga dapat digunakan karena telah memenuhi syarat SK
SNI S 04 1989 F.
4. Pasir
a. Berat Jenis Pasir
Untuk pemeriksaan berat jenis pasir dilakukan dengan 2 sampel,
kemudian dirata rata. Pada kondisi kering didapat berat jenis rata rata pasir
Muntilan sebesar 2,566 (Lampiran 3).
Berat jenis pasir Muntilan yang dipakai termasuk dalam agregat normal
(berat jenisnya antara 2,5-2,7), sehingga dapat dipakai untuk beton normal dengan
kuat tekan 15-40 MPa (Tjokrodimuljo, 1996).
b. Gradasi Pasir
Hasil pemeriksaan gradasi pasir Muntilan menunjukkan bahwa pasir
Muntilan yang dipakai masuk pada zone 2, yakni Pasir agak kasar (Lampiran 4).
Modulus kehalusan pasir 3,01 (Menurut SK SNI S 04 1989 - F
antara 1,5 sampai 3,8), sehingga telah memenuhi syarat.
Tabel syarat batas gradasi agegat halus pada 4 zone dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan hasil uji gradasi pasir muntilan ditunjukkan pada Gambar 4.1.
52
Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10
Zone 4
Bawah
Atas
100
100
95
100
95
100
90
100
80
100
15
50
0
15
Dari analisis uji gradasi pasir Muntilan masuk di Zone 2 (agak kasar).
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.15
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
10
53
54
110% ds. Hasil dari uji sebar dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari uji sebar
didapatkan fas 1,1. Hasil ini merubah mix design awal yang direncanakan fas 0,35
menjadi fas 1,1.
Litbang PU (1986)
120
Hasil Penelitian
100
80
2
60
40
20
0
0:1:8
1,3 : 1 : 8
1,4 : 1 : 8 1,5 : 1 :
1,6 : 1 : 8 1,8 : 1 : 8
Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan Dengan Variasi Komposisi Campuran Kubus
Mortar Umur 90 hari
55
Dari Gambar 4.2 terlihat hasil uji kuat tekan mortar pada penelitian ini
untuk campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr dicapai kuat tekan rata rata 73 kg/cm2,
sedangkan hasil uji kuat tekan mortar pada penelitian Badan Litbang PU tahun
1986 dengan komposisi campuran yang sama dicapai kuat tekan rata rata 103
kg/cm2.
Dari Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dengan penambahan abu terbang
pada fas yang sama, mortar dengan penambahan variasi komposisi abu terbang
menunjukkan peningkatan kuat tekan.
Dari hasil regresi terlihat bahwa akan ada penurunan kuat tekan mortar
terhadap penambahan abu terbang, yang dalam penelitian ini belum terjadi.
Penurunan kuat tekan ini disebabkan karena dengan penambahan abu terbang
yang lebih banyak, maka akan membuat pori pori baru yang mengakibatkan
kepadatan mortar berkurang; sehingga berakibat turunnya kuat tekan mortar.
Adanya peningkatan kuat tekan ini sesuai dengan pendapat Suhud
(1993) yang menyatakan bahwa secara mekanik abu terbang akan mengisi ruang
kosong (rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan
memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat
proses hidrasi semen, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat daripada mortar
udara (kapur bebas + air); sehingga abu terbang tidak hanya menambah
kekedapan dan kemudahan pangerjaan, tetapi juga dapat menambah.kuat tekan
dari mortar. Dalam penelitian ini kuat tekan optimum terjadi pada variasi
komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni sebesar 116 kg/cm2.
56
Umur 30 hari
Umur 60 hari
Umur 90 hari
55
50
90
45
40
60
35
30
30
2
90
60
30
25
20
15
10
0
0: 1:8
1,3:1:8
1,4:1:8
1,5:1:8
1,6:1:8
1,8:1:8
57
Gambar 4.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi Campuran Bata
beton berlubang Umur 30 hari, Umur 60 hari dan Umur 90 hari
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa pada umur yang sama, kuat tekan bata
beton berlubang naik seiring dengan penambahan abu terbang terhadap komposisi
1 Pc : 8 Psr. Hasil uji kuat tekan bata beton berlubang pada penelitian ini untuk
campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr pada umur bata beton berlubang 30 hari dicapai kuat
tekan rata rata 24.83 kg/cm2, sedangkan hasil uji kuat tekan bata beton
berlubang pada penelitian Idris dan Lasino (1993) dengan komposisi campuran
yang sama dicapai kuat tekan rata rata 20,35 kg/cm2.
Dari hasil penelitian, kuat tekan optimum bata beton berlubang terjadi
pada komposisi antara 1,6 s/d 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr pada umur 30 hari dan umur 60
hari, selanjutnya terjadi penurunan kuat tekan. Sedangkan
berlubang umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc :
8 Psr, namun untuk penurunan kuat tekan bata beton berlubang umur 90 hari
dalam penelitian ini belum terjadi.
Dari Gambar 4.3 juga terlihat bahwa pada variasi komposisi yang sama
terjadi peningkatan kuat tekan bata beton berlubang dari umur 30 hari, 60 hari,
dan 90 hari. Keadaan ini sesuai dengan teori yang tercantum pada PBI 1971
(dalam Suroso, 2001) bahwa semakin lama umur beton, maka kekuatan yang
dimiliki semakin tinggi pula.
Pendapat lain dikeluarkan oleh Hidayat (1993) yang menyatakan bahwa
penambahan kekuatan tekan beton terjadi sampai dengan umur 3 tahun, dan
setelah itu kekuatannya konstan.
58
Dari hasil penelitian terjadi perubahan kuat tekan optimum, dimana bata
beton berlubang pada umur 30 hari dan 60 hari terjadi peningkatan kuat tekan dari
komposisi 1,3 Fa : 1 Pc : 8 Psr sampai komposisi 1,6 Fa : 1 Pc : 8 Psr, yakni 42,5
kg/cm2 (mutu A2) pada umur 30 hari; dan 45,4 kg/cm2 (mutu B1) pada umur 60
hari; namun pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr mengalami penurunan kuat
tekan. Sedangkan bata beton berlubang pada umur 90 hari kuat tekan mengalami
peningkatan dari komposisi 1,3 Fa : 1 Pc : 8 Psr sampai dengan komposisi 1,8 Fa
: 1 Pc : 8 Psr,
keefektian reaksi pozzolan pada comblock umur 30 hari dan 60 hari belum terjadi,
dan baru menampakkan keefektifan reaksinya pada umur 90 hari. Hal ini terjadi
karena Calsium Silicat Hidrat (CSH) yang dihasilkan melalui reaksi Pozzolanik
akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Fenomena yang terjadi diatas sesuai dengan teori (dalam Tjokrodimuljo,
1996) yang menyatakan bahwa bahan pozzolan akan menunjukkan peningkatan
kekuatan sesudah 3 bulan (90 hari).
59
beton; adapun pengeringan pada suhu biasa tidak mampu mengeluarkan seluruh
kandungan air.
Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12, hubungan
antara jumlah pasta semen dan serapan air disajikan dalam Gambar 4.4,
sedangkan hubungan antara jumlah pasta dan serapan air disajikan dalam Gambar
4.5.
30
25
20
15
10
5
0
265,3
272,8
276,8
280,8
285,0
353,6
60
Troxell, (dalam Suroso, 2001) bahwa pengeringan beton dengan cara dipanaskan
mengakibatkan kandungan air bebas dalam beton dan sekaligus air dalam bentuk
koloid (berukuran 0,000001 0,002 mm) yang lebih kenyal yang terikat dalam
pasta akan menguap. Kondisi penguapan kandungan air dalam beton tersebut
selanjutnya menimbulkan kerusakan pada pasta. Dengan semakin banyak jumlah
pasta, maka kerusakan yang terjadi akibat pemanasan semakin besar sehingga
beton menjadi lebih porus dan serapan air semakin besar.
Keadaan yang sama juga terjadi pada penelitian Idris dan Lasino (1993)
tentang pemanfaatan limbah kapur industri soda sebagai bahan substitusi pada
pembuatan bata beton berlubang, paving block, dan genteng beton, yang
menunjukkan bahwa nilai serapan air bata beton berlubang mengalami
peningkatan seiring dengan jumlah pasta (semen + kapur + air). Meskipun dalam
penelitian ini kedudukan kapur sebagai subtitusi agregat, tetapi kapur masih
termasuk dalam bahan ikat dan butiran kapur lebih besar daripada butiran semen.
Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada pasta akibat pemanasan, sehingga
porusitas dan serapan air meningkat.
Kesesuaian hasil penelitian ini disebabkan karena parameter pasta yang
dipakai sebagai pembanding dengan nilai serapan air hanya pasta semen.
Sedangkan dalam pengertian istilah pasta diartikan sebagai jumlah air dan bahan
ikat dalam beton, maka seharusnya abu terbang juga termasuk sebagai pasta,
karena abu terbang masih termasuk dalam alternatif pangganti bahan ikat. Adapun
grafik hubungan antara jumlah pasta (abu terbang + semen + air) dan serapan air
disajikan dalam Gambar 4.5.
35
ir (%)
30
25
61
62
Abu terbang mempunyai butiran yang lebih kecil daripada semen, hal ini
memungkinkan abu terbang mengisi rongga-rongga yang terdapat diantara butiran
pasir, sehingga volume bata beton berlubang menjadi lebih padat. Hal inilah yang
menyebabkan serapan air semakin kecil dengan semakin bertambahnya
konsentrasi abu terbang.
Hasil uji serapan air bata beton berlubang pada penelitian ini untuk
campuran 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr dicapai nilai serapan air rata rata 13,2 %,
sedangkan hasil uji serapan air bata beton berlubang pada penelitian Idris dan
Lasino (1993) dengan komposisi campuran yang sama nilai serapan air rata rata
11,7 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Pengaruh Penambahan Abu Terbang Terhadap Kuat
Tekan dan Serapan Air Pada Bata Beton Berlubang , selanjutnya dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
kuat
tekan
yang
melebihi
Bata
beton
berlubang
3.
4.
Laju peningkatan kuat tekan Bata beton berlubang yang dihasilkan melalui
reaksi Pozzolanik akan bertambah seiring berjalannya waktu
5.
Jumlah pasta ( fly ash + semen + air) dalam Bata beton berlubang
mempengaruhi prosentase nilai serapan air, dimana semakin banyak pasta
dalam Bata beton berlubang maka prosentase nilai serapan airnya
menurun.
62
63
B.
SARAN
1.
2.
3.
64
DAFTAR PUSTAKA
Murdock, L. J, and Brook K. M., 1991, Bahan dan Praktek Beton (alih bahasa
Stephanus Hendarko), Erlangga : Jakarta.
Neville, A.M., 1977, Properties of Concrete, Pitman Publishing Limited : London.
Ravina, Dan, Efficient Utilization of Coarse and Fine Fly Ash in Precast Concrete
by Incorporating Thermal Curing, American Concrete Institute
Journal, Proceedings V.78 No. 3, May-June 1981, http/ : www.fly
ash.com.
Rahmi, L. A, 2005, Pemenfaatan Abu Layang Batubara Untuk Stabilisasi Ion
Logam Berat Besi (Fe3+) dan Seng (Zn2+) Dalam Limbah Cair
Buangan Industri,Tugas Akhir, Jurusan Kimia , Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Semarang : Semarang
Suhud, S,1993, Beton Mutu Tinggi, Jurnal Litbang Vol IX No. 7 8 Juli
Agustus 1993, Jakarta
Spesifikasi Teknik Desain dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431: Jakarta
Suroso, H., 2001, Pemanfaatan Pasir Pantai Sebagai Bahan Agregat Halus Pada
Beton, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah
Mada, : Yogyakarta
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Yogyakarta : NAFIRI
Troxell, G.E., Davis, H.E., Kelly, J.W., 1968 Composition and Properties of
Concrete (second edition), Graw Hill : New York.
Lampiran 1
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Variasi No
1
1
2
3
4
5
6
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
a
b
Fas
0.35
0.35
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
11.4
1.1
1.1
D2
14.2
14.1
10.2
10.1
10.2
10.3
10.3
10.4
10.6
10.8
11.0
11.4
11.4
11.8
D3
14.1
14.3
9.9
10.0
9.9
10.0
10.5
10.5
10.5
10.7
11.1
11.1
11.7
11.7
D4
14.3
14.5
10.0
10.1
10.0
10.1
10.5
10.4
10.7
10.6
11.0
10.2
11.5
11.9
Diameter
rata-rata
(dr)
14.23
14.28
10.05
10.10
10.05
10.15
10.43
10.40
10.65
10.70
10.98
10.98
11.60
11.83
dr
(%)
Diameter
maksimal
(cm)
100%
123.91
11.5
87.61
11.5
87.83
11.5
90.54
11.5
92.83
11.5
95.43
11.5
101.85
11.5
Lampiran 2
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Bj Pasir
: 2,57
Bj Semen
fas
: 1,1
: 3,15
Ukuran Conblock 35 x 18 x 9 cm
Vol. Conblock = Vol. Solid Vol. Lubang
= (35*18*9) ( *3.14*4.52*15 + 2* *3.14*5.52*15 + 2*6*6)
= 4647,17 cm3 = 0,004647 m3
Penyelesaian :
Isi padat 1,3 ton Fa
1,3
1,43
= 0,9091 m3
1
3,15
= 0,3175 m3
8
2,57
= 3,1129 m3
fas 1,1
= 1,1*1
= 1,1000 m3
5,4395 m3
Kandungan Udara 3 %
= 0,1632 m3
4,7364 m3
1,3
5,6027
*1
Pc
1
5,6027
*1
Psr
8
5,6027
*1
Air
= 1.1 * 178,5
= 196,3 kg
= 0,004647 * 232,0
= 1,078 kg
Pc
= 0,004647 * 178,5
= 0,829 kg
Psr
Air
= 1,1 * 0,829
= 0,912 kg
Lampiran 3
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
Bahan
Pasir Muntilan
Hasil pengujian berat jenis pasir Muntilan
Keterangan
Hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan air pada pasir Muntilan :
Keterangan
Berat jenis (bulk)
BK
( B + 500 Bt )
Sampel
A
2,550
Sampel
B
2,581
Rata-rata
2,566
Semarang,
Oktober 2005
Ketua Laboratorium,
Peneliti :
Mustain
5150401033
Moch. Arif
5150401031
Rahmat Endang
5150401029
Joko Prakoso
5150402557
Untoro Nugroho, ST, MT
NIP : 132158473
Lampiran 4
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
Bahan
Pasir Muntilan
Berat
Tertinggal
Berat
Tertinggal
(mm)
(gram)
(%)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
sisa
Jumlah
94.72
83.61
149.41
298.72
177.73
172.36
23.45
1000.0
9.47
8.36
14.94
29.87
17.77
17.24
2.35
100.00
Modulus Kehalusan =
Persen
Tertinggal
Komulatif
(%)
9.47
17.83
32.77
62.65
80.42
97.66
Persen
Tembus
Komulatif
(%)
100.00
90.53
82.17
67.23
37.35
19.58
2.35
300.80
Oktober 2005
Ketua Laboratorium,
Peneliti :
Mustain
5150401033
Moch. Arif
5150401031
Rahmat Endang
5150401029
Joko Prakoso
5150402557
Untoro Nugroho, ST, MT
NIP : 132158473
Lubang
ayakan
Berat
Tertinggal
Berat
Tertinggal
(mm)
(gram)
(%)
Persen
Tertinggal
Komulatif
(%)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
sisa
Jumlah
94.72
9.47
83.61
8.36
149.41
14.94
298.72
29.87
177.73
17.77
172.36
17.24
23.45
2.35
1000.0
100.00
300,80
Modulus Kehalusan=
= 3,01
100
9.47
17.83
32.77
62.65
80.42
97.66
Persen
Tembus
Komulatif
(%)
100.00
90.53
82.17
67.23
37.35
19.58
2.35
300.80
Dari analisis uji gradasi Pasir Muntilan masuk di Zona 2 (agak kasar).
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,15
0,3
0,6
1,2
2,4
4,8
10
Lampiran 5
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
Bahan
Pasir Muntilan
Hasil pengujian kandungan lumpur pasir Muntilan
Sampel
Berat sampel
kering oven (A)
(gr)
Berat sampel
setelah dicuci(B)
(gr)
Kandungan
Lumpur
(%)
A
B
Rata-rata
100
100
100
96,50
97,25
96,88
3,50
2,75
3,13
KandunganLumpur
100%
100 96,88
100%
100
= 3,13 %
Semarang,
Oktober 2005
Ketua Laboratorium,
Peneliti :
Mustain
5150401033
Moch. Arif
5150401031
Rahmat Endang
5150401029
Joko Prakoso
5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473
Lampiran 6
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
Bahan
Pasir Muntilan
Berat sampel
(gr)
direndam Na2SO4
Bagian hancur
(gr)
(%)
(gr)
1
100
93,4
6,6
6,6
100
94,2
5,8
5,8
Rata-rata
100
93,8
6,2
6,2
Semarang,
Oktober 2005
Ketua Laboratorium,
Peneliti :
Mustain
5150401033
Moch. Arif
5150401031
Rahmat Endang
5150401029
Joko Prakoso
5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473
Lampiran 7
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
Bahan
Pasir Muntilan
Berat sampel
(gr)
direndam MgSO4
Bagian hancur
(gr)
(%)
(gr)
1
100
92,19
7,81
7,81
100
93,42
6,58
6,58
Rata-rata
100
92,81
7,19
7,19
Semarang,
Oktober 2005
Ketua Laboratorium,
Peneliti :
Mustain
5150401033
Moch. Arif
5150401031
Rahmat Endang
5150401029
Joko Prakoso
5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473
Lampiran 8
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Variasi
No
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
A
(cm2)
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
P
(Ton)
1.80
1.90
1.80
2.20
2.30
2.20
2.30
2.40
2.40
2.60
2.30
2.50
2.90
2.70
2.80
2.60
2.70
2.60
K
(kg/cm2)
72.00
76.00
72.00
88.00
92.00
88.00
92.00
96.00
96.00
104.00
92.00
100.00
104.00
108.00
104.00
116.00
108.00
112.00
Lampiran 9
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Variasi
No
p
(cm)
l
(cm)
t
(cm)
g
(kg)
a
b
35,00
35,00
9,00
8,95
18,12
18,08
7,60
7,70
7,80
7,70
24,8
24,6
A1
A1
35,00
8,98
18,05
7,70
7,90
25,1
A1
a
b
35,00
35,00
9,00
8,98
18,10
18,05
8,00
8,10
8,30
7,50
26,3
23,9
A1
A1
35,00
9,10
18,12
8,20
8,10
25,4
A1
a
b
35,00
35,00
8,98
8,98
17,98
18,00
8,23
8,25
10,20
9,90
32,5
31,5
A1
A1
35,00
9,00
18,05
8,26
10,00
31,7
A1
a
b
35,00
35,00
9,00
8,98
17,98
17,99
8,20
8,15
11,70
12,10
37,1
38,5
A2
A2
35,00
9,10
18,00
8,35
11,90
37,4
A2
a
b
35,00
35,00
9,00
9,10
17,98
18,03
8,35
8,40
13,40
13,30
42,5
41,8
A2
A2
35,00
8,95
18,05
8,38
12,80
40,9
A2
a
b
c
35,00
35,00
35,00
9,10
8,98
9,10
18,10
18,00
18,05
8,26
8,24
8,30
11,50
11,20
11,00
36,1
35,6
34,5
A2
A2
A2
P
K
Tingkat
(Ton) (kg/cm2) Mutu
Lampiran 10
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Variasi
No
p
(cm)
l
(cm)
t
(cm)
g
(kg)
a
b
35,00
35,00
8,97
9,00
18,12
18,08
7,70
7,70
7,90
7,60
25,2
24,1
A1
A1
35,00
8,95
18,05
7,80
7,80
24,9
A1
a
b
35,00
35,00
9,05
8,98
18,10
18,05
8,15
8,10
8,70
8,00
27,5
25,5
A1
A1
35,00
9,07
18,12
8,10
8,60
27,1
A1
a
b
35,00
35,00
8,98
8,95
17,98
18,00
8,20
8,25
11,00
10,80
35,0
34,5
A1
A1
35,00
9,05
18,05
8,25
10,90
34,4
A1
a
b
35,00
35,00
8,95
8,98
17,98
17,99
8,20
8,30
12,00
12,40
38,3
39,5
A2
A2
35,00
9,00
18,00
8,25
12,80
40,6
A2
a
b
35,00
35,00
9,00
9,05
17,98
18,03
8,40
8,35
14,30
14,10
45,4
44,5
B1
A2
35,00
8,95
18,05
8,35
13,40
42,8
A2
a
b
c
35,00
35,00
35,00
9,05
8,97
9,00
18,10
18,00
18,05
8,30
8,45
8,30
12,00
11,90
11,80
37,9
37,9
37,5
A2
A2
A2
P
K
Tingkat
2
(Ton) (kg/cm ) Mutu
Lampiran 11
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
Variasi
No
p
(cm)
l
(cm)
t
(cm)
g
(kg)
P
(Ton)
a
b
35,00
35,00
8,98
8,99
18,05
18,08
7,70
7,70
8,20
7,80
26,1
24,8
A1
A1
35,00
9,00
18,04
7,80
8,30
26,3
A1
a
b
35,00
35,00
9,00
8,98
18,12
18,05
8,15
8,10
11,30
11,40
35,9
36,3
A1
A1
35,00
9,02
18,00
8,10
10,80
34,2
A1
a
b
35,00
35,00
8,98
9,00
17,99
18,00
8,20
8,25
13,20
14,50
42,0
46,0
A2
A2
35,00
8,97
18,04
8,25
13,30
42,4
A2
a
b
35,00
35,00
9,00
8,98
18,00
17,99
8,20
8,30
13,50
13,70
42,9
43,6
A2
A2
35,00
8,99
18,02
8,25
13,20
42,0
A2
a
b
35,00
35,00
9,00
9,02
17,99
18,00
8,40
8,35
14,50
14,30
46,0
45,3
B1
B1
35,00
9,00
18,05
8,35
13,60
43,2
A2
a
b
c
35,00
35,00
35,00
9,05
8,99
9,00
18,06
18,00
18,05
8,30
8,45
8,30
15,80
16,20
16,50
49,9
51,5
52,4
B1
B1
B1
K
Tingkat
(kg/cm2)
Mutu
Lampiran 12
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek
Skripsi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
0
1,30
1,40
1,50
1,60
1,80
No
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
W1
(kg)
7.95
8.00
8.00
7.95
7.90
8.00
8.05
8.20
8.10
8.00
7.95
8.10
8.00
7.98
8.05
8.00
7.98
8.00
W2
(kg)
7.00
7.05
7.10
7.15
7.10
7.20
7.45
7.55
7.40
7.45
7.40
7.50
7.30
7.45
7.40
7.40
7.45
7.50
Serapan Air
(%)
11.95
11.88
11.25
10.06
10.13
10.00
7.45
7.93
8.64
6.88
6.92
7.41
8.75
6.64
8.07
7.50
6.64
6.25
Keterangan :
W1 = Berat Conblock Setelah direndam selama 24 jam
W2 = Berat Conblock Setelah diopen selama 24 jam