Anda di halaman 1dari 53

PUTUSAN

Nomor: 128/G/2011/PTUN.JKT

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta yang memeriksa, memutus dan


menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara Pada Peradilan Tingkat Pertama, yang
diperiksa dengan Acara Pemeriksaan Biasa, telah menjatuhkan Putusan seperti
tersebut dibawah ini, dalam sengketa antara:
DAVID TJANDRAWIDJAJA, warga Negara Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta,
Bertempat tinggal di Jalan janur Elok V, Blok QB/15, No.3, Kelapa Gading, Jakarta
utara. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri ekaligus bertindak
selaku Wakil kelompok (Class Representative) dari Kelompok Warga Masyarakat
dilingkungan RW. 06, Keluruhan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading,
Kota Administrasi Jakarta Utara (Class Member);
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:
1.
2.
3.
4.

Dini Oktavia, S.H., LL.M.


Endira Sekar Safitri, S.H., M.H.
Rizki Wibowo, S.H., M.H.
Tanti Jatiningrum, S.H., M.H.

Kesemuanya Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Penasihat hukum pada Kantor


Pengacara Wibawa Jatiningrum Law Office, yang berkantor di Menara Lippo
Kuningan Kav 12 B Lat 20 , Jl H. Rasuna Said Jakarta Selatan, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Nomor: 267/SK/VI/2011 tertanggal 24 Juni 2011 , selanjutnya disebut
sebagai PENGGUGAT

MELAWAN
GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka
Selatan Nomor 8-9 Jakarta Pusat, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Nomor 1638/1.711.117 tertanggal 1 Juli 2011, memberikan kuasa kepada:
1. Chairani Mecca,S.H,LL.M.
2. Farisa Alifah,S.H.,LL.M.
3. Fadel Muhammad,S.H.,LL.M.
4. Nurfahmi Islami Kaffah,S.H.,LL.M
Semuanya adalah Pegawai Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
berkantor pada Biro Hukum Setda Provinsi DKI Jakarta yang beralamat di Gedung
Balai Kota Blok G Lantai IX, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 8-9, Jakarta
Pusat, yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan surat kuasa khusus nomor 1638/1.711.117 tertanggal 1 Juli 2011, yang
selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT;
GEREJA TIBERIAS INDONESIA, yang diwakili oleh PDT.DR YESAYA
PARIADJI, STH, warga Negara Indonesia, selaku Ketua Umum Gereja Tiberias
Indonesia berdasarkan Keputusan Pleno Sinode Gereja Tiberias Indonesia tanggal 21
Juni

2001

berdasarkan

surat

kuasa

khusus

nomor

(70/SK.KHS/LBH

HALUS/VII/2011) tanggal 27 Juli 2011 memberikan kuasa kepada:


1. Estining Wulan Handayani, S.H.,M.H.
2. Rizky P. Lubis, S.H.
3. Edy Susanto, S.H.,M.H.
Kesemuanya adalah Warga Negara Indonesia pekerjaan Pengacara pada kantor pada
Lembaga Bantuan Hukum Halus yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman No. 32,
Jakarta Pusat, 10220, Lantai 3, Intiland Tower, Jakarta. Selanjutnya disebut sebagai
TERGUGAT II INTERVENSI:

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tersebut,


-

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta,


Nomor : 128/PEN-DIS/2011/PTUN-JKT, tertanggal 7 Juli 2011, tentang Lolos
Dismissal Proses dan Pemeriksaan dengan Acara Bias dan diterimanya
gugatan dengan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Sengketa

tersebut:
Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Nomor: 128//PEN//2011/PTUN-JKT, tertanggal 8 Juli 2011, tentang
Penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan

Sengketa tersebut:
Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta Nomor : 128/PEN/2011/PTUN-JKT, tertanggal 12 Juli 2011,

tentang Penetapan Hari Sidang Pemeriksaan Permulaan;


Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta Nomor : 128/PEN/2011/PTUN-JKT, tertanggal 19 Juli 2011,

tentang Penetapan Hari Sidang Sengketa;


Telah membaca Surat Gugatan Penggugat tertanggal 28 Juni 2011 yang
didaftarkan pada kepaniteraan pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tanggal

28 Juni 2011, dalam perkara Nomor: 128/G/2011/PTUN-JKT;


Telah membaca Putusan Sela tanggal 19 Juli 2011,

Nomor

128/G/2011/PTUN.JKT tentang diterimannya permohonan dari GEREJA


TIBERIAS INDONESIA, yang diwakili oleh PDT. DR. YESAYA PARIADJI,
STH. Untuk ikut serta/ masuk sebagai pihak dalam proses pemeriksaan
perkara ini dan didudukkan sebagai pihak dalam proses pemeriksaan perkara
-

ini, dan didudukkan sebagi pihak Tergugat II Intervensi;


Telah membaca dan memeriksa berkas perkara yang bersangkutan;
Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh para

pihak yang berpekara dipersidangan;


Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh para

pihak yang berbekara dipersidangan;


Telah mendengar keterangan para pihak yang berperkara dan mendengar
keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh pihak dipersidangan;

Telah membaca Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan Berita Acara


Persidangan dalam perkara tersebut;

TENTANG DUDUKNYA SENGKETA:


Menimbang, bahwa dalam surat gugatan tertanggal 28 Juni 2011 yang
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 28
Juni 2011 dibawah register Perkara Nomor ; 128/G/2011/PTUN-JKT, Penggugat
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
I.

OBJEK GUGATAN
1. Bahawa adapun yang menjadi Objek Gugatan dalam gugatan ini adalah
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011 atas Perubahan
Atas Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 tentang Persetujuan Pemanfaatan
Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seluas kurang lebih 4.692M2,
terletak di Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan
Kelapa Gading, Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia Untuk
Pembangunan Gereja, yang diterbitkan pada tanggal 5 Maret 2011.
2. Bahwa objek gugatan atau KTUN bersifat konkret, Surat Keputusan tersebut
nyata-nyata dibuat oleh Tergugat, tidak abstrak tetapi terwujud, tertentu, dan
dapat ditentukan apa yang harus dilakukan yaitu persetujuan pemanfaatan
bidang tanah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seluas kurang lebih
4.692 M2 yang terletak di Blok HT-60 Jalan Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara Kepada Gereja
Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki Santo Yakobus) Untuk Pembangungan
Gereja.

3. Bahwa bersifat individual, Surat Keputusan tersebut tidak ditujukan untuk


umum, melainkan kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki Santo
Yakobus) untuk pembangungan gereja di atas lahan fasilitas social yang
menjadi hak warga RW. 06 Kelurahan Kelapa Gading Barat.
4. Bahwa bersifat final, Surat Keputusan tersebut sudah definitive dan telah
menimbulkan suatu akibat hukum karena sudah bisa dilaksanakan tanpa
memerlukan persetujuan instansi lain.
II.

TENGGANG WAKTU GUGATAN


1. Mengingat gugatan ini didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta pada tanggal 28 Juni 2011, maka sesuai ketentuan Pasal 55
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara,
maka pengajuan gugatan ini masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan
puluh) hari sejak saat diterima atau diketahuinya Surat Keputusan a quo
tersebut;
2. Bahwa objek gugatan tersebut diterima atau diketahui oleh Penggugat pada
tanggal 13 April 2011;
3. Bahwa oleh karenanya Gugatan a quo diajukan masih dalam masa tenggang
waktu sesuai dengan Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986, bahwa gugatan hanya
bisa diajukan dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya
atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

III.

KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA


1. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo. Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
No. 51 Tahun 2009 tentang perubahan Kedua Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 mendefinisikan keputusan tata usaha Negara adalah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang
berisi tindakan hukum yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifar kongkret, individual, dan final, yang membawa
akibat hukum bagi seorang atau badan hukum perdata.

2. Bahwa tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan keputusan yang berdasarkan wewenang yang ada padanya atau
yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata, Pasal 1 angka (6) UU No. 5 Tahun 1986.
3. Bahwa gugatan yang diajukan adalah perkara tingkat pertama yang artinya
kewenangan mengadili berada pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN),
sesuai dengan Pasal 8 huruf (a) bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) merupakan pengadilan tingkat pertama.
IV.

PERMOHONAN PENUNDAAN
Bahwa objek gugatan sudah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2011
sehingga terdapat keadaan mendesak;
Bahwa dengan objek gugatan sudah dilaksanakan, Penggugat merasa sangat
dirugikan karena terusiknya ketentraman warga RW. 06 dengan adanya
aktifitas-aktifitas pihak yang tak dikenal memasukan material bangunan
seperti pasak bumi dan alat berat lain yang biasa digunakan untuk mendirikan
konstruksi;
Bahwa fakta-fakta diatas telah memenuhi ketentuan Pasal 67 ayat (2) jo ayat
(4) UU No. 5 Tahun 1986.
Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan penetapan yang
berisi perintah kepada Tergugat agar menunda pelaksanaan objek gugatan,
sampai perkara a quo berkekuatan hukum tetap (BHT).

V.

POSITA
1. Bahwa Penggugat, adalah tokoh masyarakat yang juga Ketua RW. 06,
Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya
Jakarta Utara merupakan bagian dari warga masyarakat yang terkena dampak
pengalihan lahan terbuka hijau menjadi bangunan Gereja Tiberias Indonesia,
yang selain bertindak untuk dirinya sendiri, juga sekaligus mewakili warga
lainnya di RW.06 Kelurahan Kelapa Gading Barat (KGB), Kecamatan Kelapa
Gading, Kotamadya Jakarta Utara, yang mengalami kerugian berupa

hilangnya lahan terbuka hijau sebagai tempat penyerapan air dan taman
bermain atau olahraga warga;
2. Bahwa mengingat lahan terbuka hijau dimaksud adalah lahan fasilitas sosial
atau fasilitas umum (fasos/fasum), yang dibeli oleh warga bersamaan dengan
membeli rumah yang harganya sudah termasuk harga fasos/ fasumnya,
sehingga harga rumah di wilayah RW.06 KGB, Kecamatan Kelapa Gading,
Kotamadya Jakarta Utara menjadi lebih mahal;
3. Bahwa Prosedur Gugatan Kelompok ini diajukan dengan merujuk pada Pasal
2 huruf a, b, dan c Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, yang menyebutkan bahwa Gugatan
dapat diajukan dengan mempergunakan tata cara Gugatan Perwakilan
Kelompok apabila:
----- Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga tidaklah efektif
dan efesien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara
bersama-sama dalam satu gugatan;
----- Terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan kesamaan dasar hukum
yang digunakan yang bersifat substansial, serta terdapat kesamaan jenis
tuntutan diantara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya;
----- Wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk melindungi
kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya;
4. Bahwa oleh karena masyarakat warga RW.06 KGB, jumlahnya yang cukup
banyak, dengan fakta yang sama, dan bila masing-masing secara langsung dan
sendiri-sendiri bertindak sebagai Penggugat dalam gugatan ini tidaklah
efektif, sehingga menjadi tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
diatas;
5. Bahwa dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut, maka Penggugat telah
memenuhi syarat untuk dapat melakukan gugatan perwakilan kelompok (class
action) dimana Penggugat selain bertindak untuk dan atas nama dirinya
sendiri juga dapat sekaligus mempunyai kedudukan hukum untuk mewakili
warga masyarakat RW. 06;

6. Bahwa Penggugat mengetahui adanya rencana pembangunan Gereja Tiberias


Indonesia (GTI) pada tanggal 13 April 2011 pada saat Penggugat hadir
memenuhi undangan rapat dari Lurah Kelapa Gading Barat dengan acara
Pembahasan Rencana Pembangunan Gereja Tiberias, dimana dalam per
temuan tersebut hadir tim kecil RW.06 KGB dan pihak yang mewakili GTI;
7. Bahwa Surat Keputusan a quo di terima oleh sekretariat RW.06 KGB pada
tanggal 25 April 2011 dari Kelurahan KGB, sebagaimana tercatat dalam buku
register RW.06 KGB;
8. Bahwa setelah diselidiki ternyata Tergugat telah mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 488/2011, tanggal 5 Maret 2011 tentang Perubahan Atas
Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 tentang Persetujuan Pemanfaatan
Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas
4.629 M2, yang terletak di Blok HT-60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya
Jakarta Utara, kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki Santo
Yakobus) untuk Pembangunan Gereja;
9. Bahwa Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011 telah
melanggar PERDA DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 Pasal 15 ayat (3) yang
menyatakan Setiap kawasan pemukiman secara bertahap dilengkapi dengan
sarana lingkungan yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan

masyarakat

setempat

berdasarkan

standar

fasilitas

umum/fasilitas sosial. Serta berdasarkan pada Pasal 15 ayat (4) huruf d


PERDA DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999, menyatakan Fasilitas
umum/fasilitas sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi : (d)
Fasilitas Olah Raga/Kesenian/Rekreasi
10. Bahwa sarana yang dibutuhkan warga RW.06 adalah lahan terbuka hijau untuk
sarana bermain/olahraga yang juga berfungsi sebagai resapan air. Melihat
tempat ibadah yang sudah banyak tersedia di Kecamatan Kelapa Gading, yang
khususnya di Kelurahan Kelapa Gading Barat. Sehingga Keputusan Gubernur
Nomor 488/2011 telah melanggar PERDA DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999

Pasal 15 ayat (3) karena fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat RW.06 Kecamatan Kelapa Gading Barat.
11. Bahwa masyarakat RW.06 tidak memerlukan lagi fasilitas umum berupa
tempat peribadatan, yang dalam gugatan ini dimaksud adalah Gereja Tiberias
Indonesia, karena disekitar kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara sudah ada
lima Gereja Tiberias Indonesia.
12. Bahwa pembangunan Gereja Tiberias Indonesia yang dibangung di kawasan
tempat tinggal Penggugat berpotensi menimbulkan kemacetan, mengingat
Gereja Tiberias Indonesia memiliki jemaat sebanyak 400.000 (empat ratus
ribut) sehingga aktifitas jemaat sebanyak itu akan menimbulkan kemacetan
dan ketidaknyamanan bagi Penggugat yang tinggal di wilayah RW.06.
13. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman, dalam Pasal 1 angka ., menyatakan
bahwa pengertian perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil uapaya pemenuhan
rumah layak huni. Serta dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 dikatakan bahwa prasarana, sarana, dan utilitas umum merupakan syarat
yang harus dilengkapi dalam suatu perumahan. Bahkan, ketika perumahan
tersebut masih dalam tahp pembangunan, pemasaran perumahan melalui
perjanjian pendahuluan jual beli tersebut barulah dapat dilakukan setelah
adanya kepastian atas ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang
disediakan developer.
14. Bahwa saat perjanjian jual beli rumah antara Penggugat dengan PT
Summarecon sebagai developer, Penggugat akan mendapatkan fasilitas
umum/fasilitas sosial, salah satunya berupa lahan terbuka hijau yang
diperuntukkan sebagai sarana olahraga/bermain/rekreasi dan juga sebagai
daerah resapan air yang saat ini sudah dialihfungsikan menjadi Gereja Tiberias
Indonesia sesuia dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 488/2011.
15. Bahwa Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 telah
melanggar Pasal 79 yang menyatakan Dalam kegiatan penataan ruang
wilayah, masyarakat berhak :

a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan


ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
b. mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta,
Rencana Rinci Tata Ruang Kecamatan, Rencana Teknik Ruang Kota,
Rencana Tata Letak Bangunan.
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang.
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang.
16. Bahwa Tergugat tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya
masyarakat RW.06 Kelurahan Kelapa Gading Barat untuk berperan serta
dalam penentuan rencana tata ruang, yang merupakan tindakan yang
sewenang-wenang yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 79
PERDA DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999.
17. Bahwa tindakan Tergugat telah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) Pasal
3 yaitu:
a. Asas keterbukaan. Dalam penjelasannya bahwa asas keterbukaan adalah
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi

yang

benar,

jujur,

dan

tidak

diskriminatif

tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas


hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
b. Asas Kepentingan Umum. Dalam penjelasan bahwa pemerintah harus
mengutamakan kepentingan umum terlebih dahulu. dengan kata lain, dalam
setiap keputusan Pejabat Tata Usaha Negara harus memprioritaskan
kepentingan umum terlebih dahulu.
c. Asas akuntabilitas. Dalam penjelasan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan Penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang
berlaku.

d. Asas tertib penyelenggaraab Negara., dimana dalam penyelenggaraan


Negara diperlukan landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan.
18. Bahwa sebelumnya Tergugat telah mengeluarkan Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 685/2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seluass kurang lebih 4.692 M2 yang terletak
di Blok HT-60, Jalan Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat,
Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kepada Gereja Tiberias Indonesia
Untuk Pembangungan Gereja. Yang mana oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta telah dinyatakan batal dan diperintahkan untuk dicabut, sebagaimana
Putusan PTUN Jakarta Nomor 151/G/2007/PTUN.JKT pada tanggal 21 Mei
2008 jo Putusan PTTUN Nomor 147/B/2008/PT.TUN.JKT pada tanggal 17
Oktober

2008

jo

Putusan

Kasasi

Mahkamah

Agung

RI

Nomor

53/K/TUN/2009 yang telah berkekuatan hukum tetap (BHT).


19. Bahwa berdasarkan Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang menyatakan Apabila setelah 60
(enam puluh) hari kerja keputusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (9) huruf a, Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan
itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.
20. Bahwa berdasarkan Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009, Keputusan a quo yang menjadi objek gugatan dalam hal ini adala
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 488/2011 juga dinyatakan BATAL
atau TIDAK SAH, karena lahan yang dialihkan adalah lahan yang sama dan
untuk pembangunan yang sama dengan dasar perubahannya adalah
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 685/2007 tanggal 7 Mei 2007,
yang sudah dinyatakan BATAL dan DIPERINTAHKAN DICABUT oleh
pengadilan, yang sudah berkekuatan hukum tetap (BHT).
VI.

PETITUM/TUNTUTAN

A. Dalam Penundaan
Mengabulkan Permohanan Penundaan yang diajukan Penggugat.
B. Dalam Pokok Perkara
1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Gubernur No. 488/2011 atas
Perubahan Keputusan Gubernu Nomor 685/2007 Tentang Persetujuan
Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seluas kurang
lebih 4.629 M2 yang terletak di Blok HT-60 Jalan Kelapa Nias, Kelurahan
Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kepada
Gereja Tiberias Indonesia untuk Pembangungan Gereja.
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Gubernur Nomor 488/2011
atas Perubahan Keputusan Gubernu Nomor 685/2007 Tentang Persetujuan
Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seluas kurang
lebih 4.629 M2 yang terletak di Blok HT-60 Jalan Kelapa Nias, Kelurahan
Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kepada
Gereja Tiberias Indonesia untuk Pembangungan Gereja.
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara
ini;
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, kedua belah
pihak yang berperkara telah datang menghadap dipersidangan, untuk Penggugat
datang menghadap Kuasa Hukumnya bernama: Dini Oktavia, S.H., LL.M., M.H.,
Rizki Wibowo, S.H., M.H.,. berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
267/SK/VI/2011 tertanggal 24 Juni 2011 dan Terguggat datang menghadap Kuasa
Hukumnya bernama: Chairani Mecca, S.H, LL.M, Farisa Alifa, S.H., LL.M.,.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 1638/1.711.117 tertanggal 1 Juli 2011
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah
mengajukan Jawaban tertulis pada persidangan tanggal 7 September 2011, yang
isinya sebagai berikut:
I.

Dalam Penundaan
1. Bahwa Gereja sebagai tempat ibadah merupakan fasilitas sosial yang
dibutuhkan dalam lingkungan pemukiman sehingga dikategorikan

sebagai kepentingan umum, dengan demikian sesuai dengan Pasal 67


ayat (4) huruf b Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, maka permohonan penundaan tidak
dapat dikabulkan;
2. Bahwa pendirian Gereja telah memenuhi seluruh prosedur pendirian
fasilitas sosial yang berlaku;
3. Bahwa kebutuhan masyarakat akan rumah ibadah bukanlah hal yang
patut untuk ditunda atau dihentikan pembangunannya;
4. Bahwa dengan demikian gugatan yang diajukan oleh Penggugat
adalah tidak berdasar dan oleh sebab itu haruslah dinyatakan ditolak
atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
II.

Dalam Eksepsi :
Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat kecuali
yang diakui secara tegas dan jelas :
a. Kompetensi Absolut
1. Bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan perwakilan kelompok
(class action) pada tanggal 28 Juni 2011 dengan objek gugatan :
- Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011 atas
Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 tentang
Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta seluas kurang lebih 4.692M2, terletak di Jl. Kelapa Nias,
Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading,
Jakarta

Utara

Kepada

Gereja

Tiberias

Indonesia

Untuk

Pembangunan Gereja.
2. Bahwa Penggugat telah mengabaikan ketentuan Pasal 53 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 terkait status/kedudukan Penggugat dalam PTUN yang
menyebutkan bahwa Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan Gugatan tertulis kepada Pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara

yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi;
3. Bahwa berdasarkan redaksional Pasal a quo maka yang berhak
menjadi Penggugat ialah seseorang atau Badan Hukum Perdata;
4. Bahwa berdasarkan redaksional Pasal a quo tidak diatur atau
dimungkinkannya dilakukan gugatan perwakilan kelompok;
5. Bahwa berdasarkan surat gugatan yang diajukan Penggugat,
Penggugat yang juga Ketua RW. 06 Kelurahan Kelapa Gading Barat,
Kecamatan Kelapa Gading, Kota Madya Jakarta Utara, menyatakan
diri sebagai perwakilan kelas dalam class action;
6. Bahwa Penggugat keliru dan tidak berdasar dalam mengajukan
gugatan yang mengatasnamakan kelompok (class action) sehingga
tidak memenuhi kriteria dan kepentingan hukum;
7. Bahwa dengan demikian sudah seharusnya gugatan yang diajukan
Penggugat tidak berdasar dan oleh sebab itu haruslah dinyatakan
ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
b. Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan
1. Bahwa Penggugat dalam gugatannya mendalilkan bahwa Penggugat
mengetahui rencana pembangunan Gereja Tiberias Indonesia (GTI)
pada tanggal 13 April 2011 pada saat Penggugat hadir memenuhi
undangan rapat dari Lurah Kelapa Gading Barat dan kemudian
gugatan diajukan pada tanggal 28 Juni 2011;
2. Bahwa dalil Penggugat diatas adalah dalil yang mengada- ada dan
merupakan rekayasa Penggugat dengan mengatur waktu seolaholah
gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu, padahal fakta
hukumnya Surat Keputusan Gubernur No. 488/2011 di terbitkan pada
tanggal 5 Maret 2011 sehingga berdasarkan asas Erga Omnes,
Penggugat dan anggota kelompoknya dianggap telah mengetahui
putusan a quo sejak diterbitkannya putusan Pejabat Tata Usaha Negara
tersebut.

3. Bahwa dengan demikian sudah seharusnya gugatan yang diajukan


Penggugat tidak berdasar dan oleh sebab itu haruslah dinyatakan
ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
III.

Dalam Pokok Perkara


1. Bahwa segala yang diajukan dalam Eksepsi diajukan pula dan menjadi
bagian dalam pokok perkara;
2. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat,
kecuali yang diakui secara tegas dan jelas oleh Tergugat;
3. Bahwa lahan yang menjadi objek atas keputusan tata usaha negara
yang telah dibuat oleh Tergugat adalah milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang diperoleh dari PT Summarecon Agung atas kewajiban
dari Surat izin penunjukan penggunaan tanah (SIPPT) dibuktikan
dengan adanya Berita Acara Serah Terima yang dilakukan antara PT
summarecon Agung kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No
678/2006 yang menyerahkan tanah a quo kepada Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta. Sehingga tanah a quo adalah jelas merupakan asset yang
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan bukan merupakan
objek tanah yang dapat dilakukan transaksi didalamnya serta bukan
termasuk kedalam objek jual beli antara warga dengan PT
Summarecon Agung.
4. Bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Selaku Tergugat telah
menerbitkan keputusan tata usaha negara dengan mengacu kepada
asas-asas umum pemerintahan yang baik yang sesuai dengan
ketentuan undang-undang no. 28 tahun 1999 dan tidak bertentangan
dengan ketentuan pasal 53 ayat (2) Undang-undang no 9 tahun 2004
tentang perubahan atas undang-undang no 5 tahun 1986 tentang
peradilan Tata Usaha Negara.
a. Asas keterbukaan. Dalam gugatan bahwa asas keterbukaan
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia


negara.
Bahwa tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI
Jakarta telah sesuai dengan asas keterbukaan dimana telah
diadakan rapat tentang adanya rencana pembangunan Gereja
Tiberias Indonesia pada tanggal 13 April 2011 yang dihadiri pula
oleh Penggugat.
b. Asas Kepentingan Umum. Dalam gugatan bahwa pemerintah
harus mengutamakan kepentingan umum terlebih dahulu.
dengan kata lain, dalam setiap keputusan Pejabat Tata Usaha
Negara harus memprioritaskan kepentingan umum terlebih
dahulu.
Bahwa tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI
Jakarta telah sesuai dengan asas kepentingan umum karena
gereja sebagai tempat beribadah merupakan fasilitas sosial yang
dibutuhkan oleh warga di Kelurahan Kelapa Gading Barat.
Dalam hal ini Gubernur Provinsi DKI Jakarta memiliki
kewenangan dalam menentukan apakah suatu daerah/wilayah
membutuhkan gereja atau tidak yang dalam pertimbangannya
dilandasi oleh peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku,
diantaranya mengenai Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1999
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta.
c. Asas akuntabilitas. Dalam gugatan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan Penyelenggaraan Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Bahwa tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI
Jakarta telah sesuai dengan asas akuntabilitas dimana dalam

penerbitan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor


488/2011 telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d.

Asas

tertib

penyelenggaraan

Negara,

dalam

gugatan

penyelenggaraan Negara diperlukan landasan keteraturan,


keserasian dan keseimbangan.
Bahwa tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI
Jakarta telah sesuai dengan asas tertib penyelenggaraan Negara
dimana pendirian gereja telah mendapatkan dukungan masyarakat
setempat pada tingkat Kelurahan Kelapa gading Barat sejumlah
paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh Lurah
atau Kepala Desa.
5. Bahwa dalil gugatan Penggugat dalam posita point 12 menyatakan
bahwa pembangunan Gereja Tiberias Indonesia yang dibangun di
kawasan

tempat

tinggal

Penggugat

berpotensi

menimbulkan

kemacetan, mengingat Gereja Tiberias Indonesia memiliki jemaat


sebanyak 400.000 (empat ratus ribu) sehingga aktifitas jemaat
sebanyak itu akan menimbulkan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi
Penggugat yang tinggal di wilayah RW 06 Kelapa Gading Barat.
6. Bahwa dalil penggugat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai fakta
hukum karena hanya didasarkan atas perkiraan (estimasi) yang belum
tentu terjadi sehingga dalil tersebut harus ditolak atau dikesampingkan.
7. Bahwa dalil gugatan Penggugat dalam posita point 1, point 9 sampai
point 11, dan point 14 haruslah ditolak dan dikesampingkan karena :
8. Bahwa terhadap kedudukan dan kepentingan hukum Penggugat dalam
kaitan gugatan perwakilan kelompok Penggugat dan kelompoknya
telah salah dan keliru menilai bahwa fasos / fasum lahan yang menjadi
objek gugatan yaitu, tanah blok HT- 60, adalah miliknya, padahal telah
jelas bahwa tanah lokasi di Janur Elok Blok HT-60 adalah milik
Tergugat berdasarkan Berita Acara Serah Terima dari PT Summarecon

Agung Kepada Pemda DKI Jakarta No. 678/2006 tanggal 11 Januari


2006 yang kemudian dicatat sebagai aset Pemda DKI Jakarta.
9. Bahwa untuk menentukan suatu wilayah atau daerah membutuhkan
gereja atau tidak merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, yang dalam pertimbangannya dilandasi oleh peraturan dan
ketentuan hukum yang berlaku, diantaranya mengenai Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta.
10. Bahwa dalil gugatan Penggugat dalam posita point 15 terkait hak-hak
masyarakat dalam kegiatan penataan ruang wilayah tidak dapat
diterima dikarenakan :
Bahwa sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 tanggal
21 Maret 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/
Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadah, yang pada pasal 14 ayat (2) huruf b
menyebutkan dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60
(enam puluh) orang yang disahkan oleh Lurah / Kepala desa.
Bahwa pembangunan gereja telah mendapat dukungan masyarakat
bukan hanya pada tingkat RW akan tetapi tingkat kelurahan atau desa
yaitu Kelurahan Kelapa Gading Barat. Persetujuan tersebut telah
diberikan oleh 60 warga masyarakat tingkat Kelurahan Kelapa Gading
Barat berdasarkan laporan Lurah Kelapa Gading Barat.
11. Bahwa dalam dalil Penggugat dalam posita point 18 sampai point 20
dimana Keputusan yang menjadi objek gugatan dalam hal ini adalah
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011
dinyatakan BATAL atau TIDAK SAH, karena lahan yang dialihkan
adalah lahan yang sama dan untuk pembangunan yang sama dengan
dasar perubahannya adalah Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor
685/2007 tanggal 7 Mei 2007, yang sudah dinyatakan BATAL dan

DIPERINTAHKAN DICABUT oleh pengadilan berdasarkan perkara


No. 151/G/2007/PTUN-JKT jo No. 147/B/2008/PTUN.JKT jo
No.53/K/TUN/ 2009 yang sudah berkekuatan hukum tetap (BHT).
12. Bahwa dalil Penggugat tersebut harus ditolak dan dikesampingkan
karena perjanjian sewa-menyewa yang dimuat dalam perkara No.
151/G/2007/PTUN-JKT

jo

No.147/B/2008/PTUN.JKT

jo

No.53/K/TUN/2009 antara Yayasan North Jakarta International School


(NJIS) dengan Gubernur Provinsi DKI Jakarta adalah telah habis masa
sewanya, sehingga perkara tersebut tidak ada hubungan hukum dengan
Penggugat dan anggota kelompoknya. Walaupun demikian Tergugat
tetap menghormati putusan PTUN tersebut dan beritikad baik dengan
mengubah Keputusan Gubernur No. 685/2007 menjadi Keputusan
Gubernur No.488/2011.
Berdasarkan uraian diatas kami memohon agar Majelis Hakim dapat memutuskan,
yaitu :
DALAM PENUNDAAN
Menolak permohonan penundaan yang diajukan oleh Penggugat;
DALAM EKSEPSI
a. Menerima eksepsi Tergugat
b. Menyatakan gugatan tidak dapat diterima
DALAM POKOK PERKARA
a. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ;
b. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara
Atau jika Majelis berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya menurut
hukum (ex Aequo et Bono).

Menimbang, bahwa terhadap perkara tersebut Majelis Hakim telah menerima


permohonan intervensi secara tertulis dari Pemohon Intervensi tanggal 20 Juli 2011
GEREJA TIBERIAS

INDONESIA yang

diwakili

oleh

PDT.DR.YESAYA

PARIADJI,STH, dan diwakili oleh kuasa hukumnya bernama Estining Wulan


Handayani, S.H.,M.H., Rizky P. Lubis, S.H., Edy Susanto,S.H.,M.H. dan telah
didaftarakan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tanggal 21 Juni
2011 dibawah Register Nomor: 128/G/2011/PTUN-JKT/INTV, dengan alasan bahwa
Pemohon Intevensi adalah selaku pihak yang ditunjuk langsung oleh Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor: 488/2011,
tanggal 5 Maret 2011, Tentang: Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas 4.629 M2, yang terletak di BLOK
HT-60, Jalan kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa
Gading, Kota Administrasi Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu
Paroki Santo Yakobus) untuk Pembangunan Gereja;
Menimbang, bahwa terhadap pemohonan intervensi tersebut diatas, Penggugat
telah mengajukan tanggapnya secara lisan dalam persidangan tanggal 26 Juli 2011
dan Terggugat telah mengajukan tanggapannya secara lisan dalam persidangan
tanggal 26 Juli 2011 yang pada pokoknya menayatakan tidak berkeberatan atas
masuknya Pemohon Intervensi sebagai pihak dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa atas permohonan dari Pemohon Intervensi dan tanggapan
Penggugat maupun Tergugat terhadap permohonan intervensi tersebut, Majelis
hakim telah menentukan sikapnya yang dituangkan dalam Putusan Sela Nomor :
128/G/2011/PTUN.JKT tanggal 7 September 2011, yang amarnya berbunyi sebagi
berikut:
MENGADILI
1. Mengabulkan permohonan intervensi dari pemohon intervensi
GEREJA TIBERIAS INDONESIA;

2. Menyatakan pemohon Intervensi diterima masuk/diikutsertakan


sebagai pihak dalam perkara Nomor: 128/G2011/PTUN-JKT dan sebagai
pihak TERGUGAT II INTERVENSI;
3. Menangguhkan biaya perkara yang timbul sehubungan dengan
interveni dalam perkara ini sampai pada putusan akhir;
Adapun isi selengkapya dari putusan sela tersebut sebagaiman terccatum dalam
Berita Acara persidangan tanggal 26 Juli 2011;
Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap gugatan Penggugat sebagaimana
teruai diatas, Tergugat II Intevensi telah mengajukan Jawaban Tertulis pada
persidangan tanggal 2 Agustus 2011, yang isisnya sebagai berikut:
I.

Dalam Penundaan
1. Bahwa Tergugat II Intervensi menolak seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali
yang secara diakui Tergugat II Intervensi.

2. Bahwa dalam pasal 67 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1986 tentang Pengadilan tata Usaha Negara disebutkan bahwa permohonan
penundaan tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka
pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.
3. Bahwa dalam pasal 10 huruf l Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan umum disebutkan bahwa salah satu
bentuk dari kepentingan umum adalah pengadaan fasilitas umum, fasilitas
social dan ruang terbuka hijau.

4. Bahwa berdasarkan Pasal 15 Perda DKI Jakarta No.6 Tahun 1999 tentang
RTRW DKI Jakarta, Interpretasi yang benar adalah holistic yang dalam pasal
15 (3) dikatakan sebagai sarana lingkungan, jenisnya adalah seperti yang
dijabarkan dalam ayat (4), yakni;
Pasal 15 (4) Fasilitas Umum/Fasilitas Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi :

a.
b.
c.
d.
e.

Fasilitas Pendidikan ;
Fasilitas Kesehatan ;
Fasilitas Peribadatan ;
Fasilitas Olah Raga/Kesenian/Rekreasi ;
Fasilitas Pelayanan Pemerintah ;

f.
g.
h.
5. Bahwa menurut

Fasilitas Bina Sosial ;


Fasilitas Perbelanjaan/Niaga ;
Fasilitas Transportasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (Dalam

Jaringan/Online) Versi III yang dimaksud dengan fasilitas sosial


adalah fasilitas yang disediakan pemerintah atau swasta untuk
masyarakat, seperti sekolah, klinik dan tempat ibadah.
6. Bahwa dengan demikian pembangunan Gereja Tiberias merupakan
bentuk dari penyelenggaran kepentingan umum berupa fasilitas
sosial/fasilitas umum dalam rangka pembangunan

sehingga

berdasarkan pasal 67 ayat (4) huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun


1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara tidak dapat ditunda
pelaksanaan keputusan a quo.
7. Bahwa lagipula pembangunan Gereja Tiberias sangatlah dibutuhkan
masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan adanya persetujuan
masyarakat

untuk pembangunan Gereja Tiberias sebagaimana

disayaratkan dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan bersama


Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan
Nomor 8 Tahun 2006 tanggal 21 Maret 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/wakil kepala daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah.
8. Bahwa selain itu, pelaksanaan pembangunan rumah ibadah Gerjea
Tiberias yang menjadi objek dari Keputusan yang disengketakan
tersebut telah mencapai 70% (tujuh puluh persen) dari total rencana
pembangunan
kerugian berarti

sehinggatidak ada lagi kepentingan mendesak dan


bagi Penggugat atas dilanjutkannya pelaksanaan

Keputusan TUN a quo.


9. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas maka kami mohon
kepada majelis hakim perkara a quo untuk menolak permohonan
penundaan yang diajukan Penggugat.

II. Dalam eksepsi :


1.

Kompetensi Absolut
1.1.
Bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan perwakilan kelompok
(class action) pada tanggal 28 Juni 2011 dengan objek gugatan
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011 atas
Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 tentang
Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
seluas kurang lebih 4.692M2, terletak di Jl. Kelapa Nias, Kelurahan
Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara Kepada
1.2.

Gereja Tiberias Indonesia Untuk Pembangunan Gereja.


Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan seseorang atau Badan
hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan Gugatan tertulis
kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan
Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi,
maka yang dapat bertindaksebagai Penggugat dalam sengketa Tata
Usaha Negara adalah:
Seseorang atau beberapa orang yang masing masing bertindak

1.3.

selaku Pribadi;
Badan hukum perdata, yaitu setiap badan yang bukan badan

hukum publik.
Bahwa Penggugat mengajukan Gugatan selaku tokoh masyarakat yang
juga Ketua RW. 06 Kelurahan Kelapa Gading Barat,

Kecamatan

Kelapa Gading, Kota Madya Jakarta Utara, merupakan bagian dari


warga masyarakat sekalipun juga mewakili warga RW. 06 Kelapa
1.4.

Gading Barat tentang gugatan perwakilan kelompok (classaction).


Bahwa berdasarkan redaksional pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara maka yang berhak menjadi Penggugat adalah


1.5.

seseorang atau badan hukum perdata.


Bahwa berdasarkan redaksional pasal 53 ayat (1) dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara tidak mengatur atau
memungkinkannya dilakukan gugatan perwakilan kelompok (class

1.6.

action).
Bahwa dengan demikian secara yuridis gugatan yang diajukan oleh
Penggugat telah keliru dan tidak berdasar dengan mengatasnamakan
kelompok (class action) sehingga tidak memenuhi kriteria dan
kepentingan hukum.

2.

Tentang Waktu Mengajukan Gugatan


2.1.
Bahwa Pengajuan gugatan telah kadaluarsa atau melewati waktu yang ditentukan
2.2.

oleh undang- undang.


Bahwa dalam gugatannya pada bagian 5 Angka 6 Penggugat mendalilkan bahwa
Penggugat baru mengetahui rencana pembangunan Gereja Tiberias Indonesia
(GTI) pada tanggal 13 April 2011 pada saat Penggugat hadir memenuhi
undangan rapat dari Lurah Kelapa Gading Barat dan selanjutnya Penggugat
menerima hasil keputusan aquo pada tanggal 25 April 2011 kemudian gugatan

2.3.

diajukan pada tanggal 28 Juni 2011.


Bahwa Sesuai dengan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
bahwa tenggang waktumengajukan gugatan bagi orang/

badan

hukum

perdata yang dituju oleh keputusan badan /Pejabat Tata Usaha Negara adalah 90
(Sembilan puluh) hari sejak saat diterimanya atau diumumkannya
2.4.

keputusan Badan / Pejabat Tata Usaha Negaratersebut.


Bahwa dalam SEMA Nomor 2 Tahun 1991 tanggal 3 Juli 1991, ditentukan bagi
mereka yang tidak dituju oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara tetapi yang
merasa kepentingannya dirugikan, maka tenggang waktu sebagimana dimaksud
dalam pasal 55 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 dihitung secara kasuistis

sejak saat si merasa kepentingannya dirugikan oleh keputusan Tata Usaha


2.5.

Negara dan mengetahui adanya keputusan Tata Usaha Negara tersebut.


Bahwa Penggugat bukanlah orang yang dituju oleh objeksengketa aquo yang
mana berdasarkan SEMA No. 2 Tahun 1991,

tenggang

(Sembilan puluh) hari dihitung secara kasuistis

yaitu sejak si

waktu

90

Penggugat

merasa kepentingannya dirugikan oleh terbitnya objek sengketa aquo dan


2.6.

mengetahui adanya objek sengketa aquo.


Bahwa dalil gugatan Penggugat yang berhubungan dengan pengetahuan
Penggugat pada tanggal 13 april 2011 saat diadakannya

2.7.

rapat

atas

objek

aquo adalah dalil yang tak konsisten dan mengada ada


Bahwaobjek sengketa aquo diterbitkan pada tanggal 5 Maret 2011dan sejak
tanggal 10 Maret 2011 Tergugat II Intervensi telah melakukan pekerjaan
pembangunan Gereja Tiberias Indonesiadengan mendatangkan peralatan, alatalat berat dan bahan-bahan bangunan yang diperlukan untuk pembangunan
dimaksud. Selain itu, Terugugat II Intervensi telah membuat dan mendirikan
plank pemberitahuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dilokasi dibangunnya
Gereja Tiberias Indonesia, sehingga plank dapat dilihat dan dibacaoleh umum
sehingga juga berfungsi sebagai bentuk pernyataan dan pemberitahuan kepada
publik terkait adanya pemberian izin dari Pemerintah (dalam hal ini Tergugat)
dan adanya proses Pembangunan Gereja diatas tanah yang atasnya diterbitkan

2.8.

Keputusan TUN a quo.


Bahwa Penggugat yang menyatakan dirinya sebagai RW 06 seharusnya sudah
mengetahui pembangunan Gereja Tiberias Indonesia setidak-tidaknya pada
tanggal 15 maret 2011 dimana pada tanggal ini alat- alat beserta bahan- bahan
bangunan didatangkan secara besar-besaran sehingga Penggugat harusnya
mengetahui adanya rencana Pembangunan ini dan jika Penggugat merasa
bahwasanya pembangunan ini mengganggu kepentingan Penggugat karena
menimbulkan kemacetan (sebagaimana disebutkan Penggugat dalam Posita
angka 12) maka seharusnya Penggugat telah merasa kepentingannnya dirugikan

2.9.

sejak saat itu.


Selain itu apabila Penggugat merasa bahwa seharusnya dilokasi tanah yang
atasnya diterbitkan Keputusan TUN a quo lebih tepat untuk didirikan Sarana
Olahraga maka dengan mengetahui adanya pembangunan Gereja, maka
Penggugat harusnya telah menyadari bahwa kepentingannya telah dirugikan atas

2.10.

munculnya Keputusan TUN a quo.


Bahwa dengan demikian maka dalil Penggugat yang menyatakan Penggugat
baru mengetahui Keputusan TUN a quo adalah sejak tanggal 13 April 2011 saat
Rapat dengan Lurah dan Pihak Tergugat II Intervensi merupakan dalil yang
mengada-ada karena seharusnya Penggugatsudah mengetahuinnya sebelum
digelarnya rapat tersebut, yakni sejak tanggal 10 Maret sejak dimulainya

2.11.

Pembangunan Gedung Gereja Tiberias Indonesia


Bahwa berdasarkan objek sengketa aquo diterbitkan pada tanggal 5 Maret 2011
dan secara factual pekerjaan fisik dilakukan sejak tanggal 10 Maret 2011 yang
sepantasnya merupakan waktu dimana Penggugat mengetahui dan merasa
kepentingannya dirugikan oleh Keputusan a quo maka berdasarkan Pasal 55
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009

tentang

Perubahan

Kedua

atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. SEMA Nomor 2 Tahun 1991 tanggal
3 Juli 1991 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

maka tenggang waktu

pengajuan gugatan oleh Penggugat yakni 90 hari sejak kepentingannya dirugikan


dan mengetahui Keputusan TUN a quo terhitung tanggal 10 Maret 2011
sedangkan gugatan baru diajukan pada tanggal 28 maret 2011 maka Gugatan
Penggugat telah melewati tenggang waktu pengajuan Gugatan.
3.

Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel)


3.1.
Bahwa Gugatan Penggugat didasarkan pada alasan atau suatu keadaan yang
belum pasti atau hanya di dasarkan atas estimasi (perkiraan) belaka.
3.1.1. Bahwa Dalil penggugat dalam posita gugatannya (bagian 5 angka 12) yang
mengatakan

bahwa pembangunan

gereja

tersebut

berpotensi

menimbulkan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi Penggugat di wilayah


RW 06merupakan dalilyang tidak didasarkan atas data - data sah dan
akuntabel yang pantas untuk dijadikan sebagai fakta hukum akan tetapi
hanyalah didasarkan atas perkiraan (estimasi) yang belum tentu terjadi
sehingga dalil tersebut tidak dapat

dijadikan

sebagai

fakta

hukum

sebagai alasan mengajukan gugatan.


3.2.

Bahwa Gugatan Penggugat tidak memenuhi formalitas gugatan sebagaimana


ditentukan dalam PERMA No. 1 tahun 2002
3.2.1. Bahwa dalam Pasal 3 ayat (1) PERMA No.1 tahun 2002 menyebutkan
tentang formalitas gugatan perwakilan kelompok selain memenuhi

ketentuan sebagaimana diatur dalamhukum acara perdata juga harus memuat


:

Definisi kelompok secara rinci dan specifik walaupun tanpa

menyebutkan nama anggota kelompok satu persatu ;


Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam

kaitan dengan kewajiban melakukan pemberitahuan ;


Posita dari seluruh kelompok baik wakil kelompok maupun anggota
kelompok yang terindetifikasi maupun tidak terindentifikasi yang

dikemukakan secara jelas dan terperinci ;


Tuntutan atau ganti rugi, harus dikemukakan secara jelas dan rinci
memuat usulan tentang mekasnisme atau tata cara pendistribusian
ganti kerugian kepada keseluruhan anggota kelompok termasuk
usulan tentang pembentukan tim atau panel yang membantu

3.2.2.

memperlancar pendistribusian ganti kerugian ;


Bahwa gugatan Penggugat tidak memenuhi ketentuan formal sesuai Pasal 3
ayat (1) PERMA No.1 tahun 2002 yang mana konsekuensinya gugatan
Penggugat tidak memenuhi formalitas yang ditentukan untuk suatu gugatan

3.3.

perwakilan kelompok (class action).


Tentang kapasitas/kedudukan Penggugat sebagai wakil kelompok
3.3.1. Bahwa berdasarkan butir 1 dalam posita gugatan, Penggugat adalah tokoh
masyarakat yang juga Ketua RW.06 Kelurahan Kelapa Gading Barat,
Kecamatan Kelapa Gading, Kota Madya Jakarta Utara merupakan bagian
dari warga masyarakat, bertindak untuk diri sendiri sekaligus warga RW.06
sedemikian, memberikan arti kalau Penggugat sebagai RW. 06 secara Ex
3.3.2.

officio adalah wakil dari warga RW.06.


Bahwa RW bukanlah lembaga perwakilan warga dan juga tidak termaksud
organ pemerintah dalam struktur pemerintahan Negara Republik Indonesia
dalam kaitannya dengan Gugatan Perwakilan Kelompok yang diajukan oleh
Penggugat dihubungkan dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2002 yang mana
Penggugat seharusnya menyebut dirinya sebagai wakil kelompok bukan
sebutan mewakili warga RW.06 oleh

3.3.3.

karena belum tentu seluruh warga

RW.06 masuk dalam anggota kelompok.


Bahwa dengan demikian tidak tepat jika Penggugat mengklaim sebagai
representasi dari seluruh warga RW 06 Karena RW 06 bukanlah bentuk dari
perwakilan kelompok sehingga Ketua RW 06 tidak begitu saja dapat

menyebut dirinya sebagai wakil dari RW 06 dalam mengajukan Gugatan a


3.4.

quo.
Bahwa dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Gugatan Penggugat
kabur (obscuur Libel).

Berdasarkan eksepsi tersebut memohon agar majelis dapat memutuskan yaitu menerima
eksepsi Tergugat II Intervensi dan menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
III. Dalam Pokok Perkara
1.

Bahwa dalam Bagian V angka 2 Gugatan Penggugat, Penggugat telah salah dalam

mengklaim bahwa tanah untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam daerah perumahan
Penggugat adalah milik Penggugat karena telah termasuk dalam paket pembelian rumah yang
dilakukan Penggugat. Padahal pengembang dalam hal ini PT. Summarecon dalam
penyelenggaraannya telah menyerahkan tanah a quo pada pihak Pemda DKI Jakarta. Terkait
bagaimana selanjutnya penggunaan tanah a quo tadi adalah dengan sepenuhnya kewenangan
Pemda DKI Jakarta sehingga tanah tersebut tidak berada dalam kekuasaan Penggugat.
2.

Bahwa dalam butir 6 pernyataan Penggugat tidak dapat diterima secara logis,

bagaimana mungkin mengetahui penggugat baru menyadari pembangunan Gereja Tiberias


saat pertemuan dalam rapat lurah 13 April 2011, sedangkan pembangunan Gereja sudah
dilakukan selama hampir sebulan lamanya didaerah tempat tinggal Penggugat sendiri.
3.

Bahwa dalam butir 9 pernyataan Penggugat telah salah dalam penafsiran Peraturan

Perundang-undangan, dalam hal ini Perda DKI Jakarta No.6 Tahun 1999 tentang RTRW DKI
Jakarta. Penggugat telah melakukan Interpretasi Parsial dalam Pasal 15 tentang Kawasan
Permukiman dengan hanya mengambil ayat (3) dan tidak meneruskan interpretasi pada pasal
selanjutnya, padahal merupakan satu- kesatuan.
4.

Bahwa terkait Pasal 15 Perda DKI Jakarta No.6 Tahun 1999 tentang RTRW DKI

Jakarta, Interpretasi yang benar adalah holistic yang dalam pasal 15 (3) dikatakan sebagai
sarana lingkungan, jenisnya adalah seperti yang dijabarkan dalam ayat (4), yakni;
Pasal 15 (4) Fasilitas Umum/Fasilitas Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :

1)

Fasilitas Pendidikan ;

1)

Fasilitas Kesehatan ;

2)

Fasilitas Peribadatan ;

3)

Fasilitas Olah Raga/Kesenian/Rekreasi ;

4)

Fasilitas Pelayanan Pemerintah ;

5)

Fasilitas Bina Sosial ;

6)

Fasilitas Perbelanjaan/Niaga ;

7)

Fasilitas Transportasi.

5.

Telah jelas dan terang bahwa pembangunan Gereja Tiberias adalah termasuk dalam

sarana lingkungan yang dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pembangunannya kemudian dimaksudkan untuk penyediaan
fasilitas peribadatan dan penggunaan oleh masyarkat umum. Keputusan a quo dikeluarkan
adalah untuk pemenuhan rencana tata ruang dan rencana tata wilayah DKI Jakarta, dengan
demikian Pembangunan Gereja Tiberias telah dinyatakan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai
bagian dari rencana tata ruang dan rencana tata wilayah (RTRW) DKI Jakarta.
6.

Bahwa butir 11 menyatakan tidak perlunya pembangunan Gereja Tiberias adalah

karena sudah ada 5 Gereja tiberias lain di daerah sekitar Kawasan Kelapa Gading, sedangkan
butir 12 menyatakan ada sekitar 400.000 jemaat Gereja Tiberias yang membuat potensi
kemacetan. Dapat dikatakan bahwa justru karena ada sekitar 400.000 jemaat, maka di daerah
Kawasan Kelapa Gading pun dibangun Gereja Tiberias untuk memenuhi kepentingan umum
sekitar 400.000 jemaat yang juga warga Indonesia yang pula berhak atas ketersediaan tempat
peribadatan. Karena fasilitas umum dan fasilitas sosial adaklah milik masyarakat dan
pembangunannya tidak hanya memperhatikan keinginan dari Penggugat belaka, melainkan
perlu melihat kebutuhan masyarakat yang mendesak.
7.

Bahwa

dalam

butir

11

dan

12

pernyataan

Penggugat,

terlihat

ada

ketidaksinambungan pernyataan penggugat ada antinomy bahkan dalam pernyataan

penggugat sendiri.
8.

Bahwa butir 12 menyatakan ...dapat menimbulkan kemacetan adalah pernyataan

yang groundless, Penggugat mengada-ada, sebab justru dibangunnya Gereja Tiberias yang
keenam adalah untuk memberikan ruang agar tidak terjadi konsentrasi jemaat yang hanya di
lima (5) gereja dengan jumlah jemaat sekitar 400.000, dengan demikian dapat dikurangi
dampak kemacetan, Lebih jauh lagi penggugat yang telah mengada-ada dengan
pernyataannya ini karena tidak berdasarkan suatu penelitian yang sifatnya ilmiah, namun
serta merta mengatakan pasti akan terjadi kemacetan, yang demikian secara logis tidak dapat
dijadikan pertimbangan.
9.

Bahwa dalam butir 15 dan 17 Bagian V

Gugatan Penggugat, Penggugat tidak

memberikan alasan pertimbangan logis, dalam artian serta merta langsung melakukan
penyimpulan fakta materiil (padahal perlu dilakukan pembuktian dengan menunjukkan bukti
yang nyata-nyata tidak dimiliki oleh Penggugat terkait tuduhan KKN) dan justifikasi
seadanya bahwa telah terjadi adanya pelanggaran hukum terhadap Pasal 79 Perda DKI
Jakarta No. 6 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam Pasal 3.
10.

Bahwa Penggugat berdalih karena tidak diikutsertakan dalam kemudian pembahasan

rencana tata ruang adalah tidak benar, pengguat telah diikutsertakan dan telah ada persetujuan
dari 60 orang warga sekitar Kelapa Gading sebagai bentuk persetujuan warga daerah
bersangkutan sehingga telah sesuai Pasal 79 Perda DKI Jakarta No. 6 tahun 1999.
11.

Bahwa terhadap pemenuhan asas kepentingan umum pun telah sesuai dengan jumlah

jemaat sekitar 400.000 dan hanya ada 5 gereja, pertimbangan logis yang menuntut urgency
adalah dipenuhinya kepentingan masyarakat yang lebih memberikan dampak terhadap
400.000 warga negara Indonesia tersebut atau masyarakat etrsebut daripada untuk alasan
mengada-ada kemacetan oleh sebagian warga RW 6. Menurut asas kepentingan umum
pemenuhan kepentingan masyarakat yang berjumlah 400.000 itulah yang diprioritaskan
daripada sebagian warga RW 06.
12.

Bahwa terhadap asas tertib penyelenggaraan negara, Pembangunan Gereja Tiberias

pun telah sesuai karena dasar dari keluarnya Keputusan a quo dan persetujuan pembangunan

Gereja adalah untuk pemenuhan RT/RW DKI Jakarta dan kebutuhan dari masyarakat sekitar
daerah Kelapa Gading.

Berdasarkan uraian diatas, bersama ini Tergugat II Intervensi meminta dengan hormat kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini dapat memutuskan sebagai berikut
:
DALAM PENUNDAAN
1. Menolak permohonan penundaan yang diajukan oleh Penggugat
DALAM EKSEPSI
1. Menerima eksepsi Tergugat II Intervensi
2. Menyatakan gugatan Penggugat ditolak atau setidak- tidaknya tidak dapat diterima ( Niet
Out Vankelijk Verklaard).
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan sah Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor : Keputusan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 488/2011 tanggal 5 Maret 2011.
3. Membebankan biaya perkara kepada penggugat.
Atau jika Majelis berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya menurut hukum (ex
Aequo et Bono).
Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat dan Jawaban Tergugat II Intervensi
tersebut, kuasa hukum Penggugat telah mengajukan Replik pada persidangan tanggal 9
Agustus 2011 dan untuk mempesingkat uraian putusan ini, maka isi selengkapnya dari Replik
tersebut cukup ditunjuk pada Berita Acara Persidangan yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa atas Replik penggugat tersebut, pihak Tergugat dan pihak
Tergugat II Intervensi telah mengajukan Duplik pada persidangan tanggal 16 Agustus 2011
dan untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka isi selengkapnya dari Duplik tersebut

cukup ditunjuk pada Berita Acara Persidangan yang bersangkutan;


Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah
mengajukan bukti tertulis berupa foto kopi surat-surat yang telah dimateraikan dengan cukup
dan telah dicocokan dengan asli dan foto kopinya diberi tanda P-1 sampai dengan P-9,
sebagai berikut:
P-1

Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 488/2011 Tentang

Perubahan Atas Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
685/2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Kepada Gereja Tiberias Indonesia Untuk Pembangunan Gereja Di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
-

P-2

Foto Copy Amar Putusan Pengadilan No 151/G/2007/PTUN.JKT, Foto Copy

Amar Putusan No. 147/B/2008/PTTUN.JKT, Foto Copy Amar Putusan No.


53/K/TUN/2009
-

P-3

Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penggugat sejumlah 160 orang

P-4

Kartu Keluarga (KK) Penggugat sejumlah 80 KK

P-5

Buku Register RW.06 Kelurahan Kelapa Gading Barat

P-6

Surat Pernyataan Warga Yang Tidak Setuju Pembangunan Gereja Tiberias

Indonesia
-

P-7

Surat Undangan Rapat dari Kelurahan Kelapa Gading Barat

P-8

Surat Pemberitahuan Class Action

P-9

Brosur Penjualan Kavling PT Summarecon Agung

Menimbang, bahwa untuk mempertahankan dalil-dalil Jawabannya, Tergugat telah


mengajukan bukti tertulis berupa fotokopy surat-surat yang telah dimeteraikan dengan cukup
dan telah dicocokan dengan asli dan foto kopinya, diberi tanda T-1 sampai dengan T-11
-

T-1

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 685

Tahun 2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi


DKI Jakarta Seluas Kepada Gereja Tiberias Indonesia Untuk Pembangungan
Gereja Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-

T-2

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 488

Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 685 Tahun 2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah
Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Kepada Gereja Tiberias Indonesia Untuk
Pembangungan Gereja Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
-

T-3

Perjanjian Sewa Menyewa Tanah antara PT Summarecon Agung dengan

North Jakarta International School.


-

T-4

Berita Acara Serah Terima Pengalihan Lahan No 678/2006 oleh PT

Summarecon Agung
-

T-5

Surat Gubernur kepada kepada Walikota Jakarta Utara Nomor 112/-

1.711.531 perihal Persetujuan Prinsip Pemanfaatan Lahan


-

T-6

Dukungan 60 warga yang disahkan oleh Lurah

T-7

Daftar Nama dan KTP 90 warga pengguna rumah ibadah

T-8

Surat

Rekomendasi

Tertulis

Kepada

Forum

Kerukunan

Kepala

Departemen

Agama

Beragama

(FKUB)

Kabupaten/Kota
-

T-9

Surat

Rekomendasi

Umat

Kabupaten/Kota
-

T-10

Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta


-

T-11

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9

tahun 2006
Menimbang, bahwa untuk mempertahankan dalil-dalil Jawabannya,
Tergugat II Intervensi telah mengajukan bukti Tertulis berupan foto kopi

surat-surat yang telah dimeteraikan dengan cukup dan telah dicocokan


dengan asli dan foto kopinya, diberi tanda T.II Intv-1 sampai dengan T.II
Intv-5 sebagai berikut:
-

T II Intv-1

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor : 685 Tahun 2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta Seluas Kepada Gereja Tiberias Indonesia Untuk Pembangungan
Gereja Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-

T II Intv-2

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor : 488 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 685 Tahun 2007 Tentang Persetujuan
Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Kepada Gereja Tiberias
Indonesia Untuk Pembangungan Gereja Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
-

T II Intv-3

Surat Pernyataan Penolakan Pengajuan Gugatan oleh 25 Warga

beserta KTP-nya
-

T II Intv-4

Foto Plank IMB Gereja Tiberias Indonesia

T II Intv-5

Foto Pembangunan Gereja Tiberias Indonesia

Menimbanng, bahwa pada persidangan tanggal 23 Agustus 2011, Penggugat telah


mengajukan 2 (dua) orang saksi, yakni Saksi Tanti Jatiningrum dan Ahli Tun Prof. Dr.
Anni Safitri yang dalam pesidangan telah memberikan keterangan dibawah sumpah menurut
aturan agamanya, yang pada pokoknya sebagai berikut:

Saksi Tanti Jatiigrum mengatakan bahwa:


Sudah 6 tahun menjabat sebagai sekretaris di Kelurahan Kelapa

Gading Barat.
- Tahu mengenai undangan rapat.
- Pada saat rapat membahas tentang sosialisasi pembangunan gereja di
lingkungan RW 06 Kelapa Gading Barat.

- Terdapat 160 orang dari 200 orang yang datang rapat tidak setuju atas
pembangunan gereja tersebut.
- Mengetahui adanya surat pemberitahuan mengenai ketidaksetujuan
warga RW 06 atas pembangunan gereja di papan informasi Kelurahan
dan secara bersama-sama warga mengajukan gugatan ke PTUN.
- Warga mengajukan gugatan karena lahan tersebut sebenarnya
merupakan lahan kosong yang diperuntukan untuk pembangunan
fasos/fasum. Nah, Warga rw 06 berharap lahan itu dibangun sarana
olahraga, namun ternyata malah dibangun sebuah gereja. Makanya
warga merasa dirugikan atas pembangunan tersebut.
- Lahan kosong ini sebenarnya dulu milik Summarecon yang dihibahkan
kepada pemprov DKI. Kemudian dari Pemprov DKI diserahkan
kepada Gereja Tiberias Indonesia untuk dijadikan Gereja. Tapi, SK
Pengalihan dari Pemprov ke Gereja Tiberias itu dulu bermasalah dan
sudah dibatalkan oleh PTUN tahun 2007.
- Mengetahui ada sejumlah warga yang mengajukan permohonan
pembangunan gereja sejak tanggal 10 Januari 2010.
- Sudah beberapa kali sejumlah warga mengusulkan pembangunan
Gereja Tiberias namun hanya secara lisan. Sedangkan pengajuan
permohonan secara tertulis hanya satu kali yaitu pada tanggal 10
Januari 2010.
- Setelah adanya putusan PTUN pada tahun 2007, pembangunan yang
sedang dilakukan di atas lahan tersebut tidak dilanjutkan lagi.
- Mengetahui pembangunan Gereja dari sekitar awal bulan Maret

dengan melihat adanya pembangunan gereja tersebut.


- Lurah menunjukkan SK (objek sengketa) saat rapat.
Ahli Tun (Prof. Dr. Anni Safitri) berpendapat bahwa:
-

Dalam hal suatu gugatan telah diterima oleh ketua pengadilan negeri maka
dapat dikatakan bahwa gugatan telah sah hal ini sesuai dengan pasal 63 UU
No 5 tahun 1986 yaitu prosedur penentuan dapat tidaknya suatu gugatan
diajukan dengan perwakilan kelompok ditentukan dalam pemeriksaan
persiapan sesuai dengan pasal 63 UU no 5 tahun 1986.

Ketika suatu SK yang telah dicabut maka dapat dikatakan satau hukumnya
telah tiada, tidak memiliki daya ikat lagi. Sehingga apabila terdapat SK yang

dibentuk berdasarkan SK yang telah dicabut maka dapat dikatan SK tersebut


tidaklah sah karena mendasarkan kepada suatu hal yang telah tiada.
-

Latar belakang terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Negara


Indonesia merupakan negara walfarestate atau negara kesejahteraan. Yang
mana negara melalui pemerintah menjamin kesejahteraan warganegara
dengan membentuk peradilan untuk mencegah kesewenang wenangan
pejabat Tata Usaha Negara. Kesewenangan tersebut timbul dikarenakan
adanya perbedaan kedudukan antara pemerintaha sebagai eksekutif dan
warga masyarakat sebagai elemen negara yang tentunya tingkatannya berada
dibawah pemerintah. Sehingga diperlukan keberadaan suatu peradilan TUN
untuk memberi perlindungan hukum berupa pengayoman dan kepastian
hukum baik bagi masyarakat dan bagi administrasi negara. Dengan demikian
fungsi berdirinya peradilan tata usaha negara adalah untuk mencegah
tindakan badan/atau pejabat TUN yang sewenang-wenang sehingga
menimbulkan kerugian pada masyarakat.

Dalam hal ini yang dimaksud kerugian adalah apabila terdapat tindakan
pejabat TUN yang menerbitkan SK, misalnya SK penggusuran tempat
tinggal warga disuatu wilayah. Tanpa adanya pencabutan SK tersebut dapat
menimbulkan kerugian yang terus-menerus kepada warga, berupa kehilangan
tempat tinggal.

Dasar hukum gugatan class action dalam hukum acara PTUN sebenarnya
secara konkret dalam peraturan perundang undangan belum ada, tapi sudah
ada dalam yurisprudensi. Karena sebelum kasus ini terdapat gugatan class
action yang dinyatakan sah oleh hakim di Pekanbaru.

Pada dasarnya tidak terdapat pengaturan secara spesifik mengenai kedudukan


wakil kelas dan anggota kelas dalam pasal 53 ayat 1 UU no 5 tahun 1986.
Tapi Kita dapat mengkategorikan hal tersebut kedalam kedudukan seseorang,
karena wakil kelas dan anggota kelas berstatus atas nama pribadi
kepentingan mereka. Adanya class action bertujuan untuk mengefisienkan
beracara dalam sidang. Terlebih sudah saya katakan sebelumya bahwa class

action dalam PTUN Indonesia sudah diterima sebagai hukum kebiasaan


karena telah ada yurisprudensi sebelum kasus ini.

Menimbanng, bahwa pada persidangan tanggal 23 Agustus 2011, Tergugat


telah mengajukan 2 (dua) orang saksi, yakni Saksi Nurfahmi Mardjuki dan Saksi
Fadel Handayani yang dalam pesidangan telah memberikan keterangan dibawah sumpah
menurut aturan agamanya, yang pada pokoknya sebagai berikut:
Saksi Nurfahmi Mardjuki mengatakan bahwa:
- Lahan di Perumahan Kelapa Gading Barat itu telah dibeli oleh
Perusahaan kami pada tahun 2000. Kemudian pada tanggal 27
April 2001, kami membuat perjanjian sewa menyewa dengan
pihak North Jakarta International School. Disini memang letak
kesalahan kami karena pada tanggal 11 Januari 2006 kami
mengalihkan lahan yang berlokasi di Jalan Janur Elok Blok HT
60 Kelapa Gading kepada pihak Pemprov DKI Jakarta
berdasarkan berita acara pengalihan lahan no 678/2006. Padahal
sewa menyewa berakhir pada tanggal 2 Januari 2010. Namun
permasalahan tersebut telah selesai karena perjanjian sewa
menyewa telah berakhir. Jadi saat ini hak kepemilikan dan
-

pengelolaan tanah berada pada Pemprov DKI Jakarta.


Brosur tersebut adalah brosur default yang kami serahkan pada
klien kami, didalamnya berisi penjualan beberapa unit rumah

yang dilengkapi fasos atau fasum.


Di brosur dalam perumahan tersebut kami mengupayakan
dibangun fasilitas sosial bagi pembeli rumah seperti sarana
ibadah, taman bermain, fasilitas olahraga dan sebagainya.
Namun itu kami bangun dalam satu perumahn tidak terbatas

satu blok. Jadi satu sarana digunakan oleh banyak warga.


Berdasarkan perancanaan pembangunan yang kami buat, tanah
di blok HT 60 rencananya akan kami gunakan untuk
kepentingan fasilitas public yang dibutuhkan oleh warga seperti
tmpt ibadah, sara olahraga, taman, dll.

Saya mengalihkan lahan kepada Pemprov DKI berdasarkan PP


No 57 tahun 2005. Berdasarkan kesepakatan Satumeja Yang
kami lakukan dengan pemerintah, kami menyepakati bahwa
tanah tersebut dialihkan kepada pemerintah untuk dikelola
pemerintah dengan beberapa pilihan rencana pembangunan
antara lain tempat ibadah, lahan terbuka hijau, daerah resapan
air, dan taman kota. Namun pilihan tersebut kami serahkan
kepada pemerintah karena disesuaikan dengan rencana tata kota

daerah.
Tahu ada pembangunan Gereja Tiberias Indonesia.
Selain pembangunan gereja ada pembangunan Mall, kios, dll.
Sebelumnya ada banyak pembangunan tapi hanya pembangunan
gereja yang di gugat oleh masyarakat.

b. Saksi Fadel Handayani mengatakan bahwa:


-

Pembangunan rumah ibadah di wilayah DKI Jakarta telah diatur


dalam Pasal 14 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006.


Lahan yang bersangkutan ketika dialihkan kepada kami, pihak
Pemprov Dki Jakarta masih terikat perjanjian sewa menyewa
antara pihak sumareccon dengan NJIS. Kami saat itu tidak
mengetahui sama sekali terkait hal tersebut. Yang Jelas sejak
tanggal 11 Januari 2006 lahan tersebut telah resmi dialihkan
kepada kami, pemprov DKI Jakarta berdasarkan Berita Acara
Serah Terima Pengalihan Lahan yang dikeluarkan pihak
Sumareccon

selaku

developer/pemilik

awal

lahan

yang

bersangkutan.
Terkait putusan tsb, pemprov DKI menghormati poin gugatan
penggugat NJIS yang dikabulkan hakim. Oleh karenanya, kami
tidak melakukan tindakan apapun yang merugikan para

penggugat.
Prosedur pembangunan gereja tiberias pada saat ini telah sesuai
dengan pasal 14 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006.

Ada permohonan pembangunan Gereja di Wilayah JakartaUtara.


Berdasarkan laporan dari Walikota
cukup

banyak

permintaan

terkait

Jakarta Utara, memang


pembangunan

gereja

khususnya di Kecamatan Kelapa Gading. Hal ini didasarkan dari


keperluan nyata atas meningkatnya jemaat yang membutuhkan
-

tempat ibadah yg layak.


Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pengalihan Lahan
No.678 Tahun 2006 Lahan yang bersangkutan telah resmi

dialihkan kepada Pemda DKI Jakarta.


Menjabat sejak Tahun 2005.
Tidak memperhatikan putusan PTUN pada tahun 2007 karena
saat itu Majelis Hakim mengabulkan gugatan North Jakarta
Internasional School karena memang lahan yang menjadi
sengketa masih terikat perjanjian sewa menyewa dengan
penggugat. Sehingga kemudian kami menghormati point
gugatan yg diajukan penggugat saat itu dengan tidak melakukan
kegiatan apapun yang dapat merugikan kepentingan NJIS

hingga sewa-menyewa berakhir


Dalam pembentukan sebuah kebijakan tentu akan selalu
menghasilkan pro dan kontra. Walaupun terdapat pihak yang
kontra namun kita tetap tidak bisa menegasikan pihak-pihak
yang setuju. Kebijakan dibuat untuk kemaslahatan bersama,
bukan untuk pihak-pihak tertentu saja.

Menimbanng, bahwa pada persidangan tanggal 23 Agustus 2011, Tergugat II


Intervensi telah mengajukan I (Satu) orang saksi, yakni Saksi Ananda Kristiani yang
dalam pesidangan telah memberikan keterangan dibawah sumpah menurut aturan agamanya,
yang pada pokoknya sebagai berikut
Saksi Ananda Kristiani mengatakan bahwa:
- Dirinya adalah benar warga RW 06.
- Mengetahui pembangunan Gereja Tiberias Indonesia karena
-

adanya Plank IMB didepan pembangunan Gereja tersebut.


Pembangunan sejak pertengahan Maret sekitar tanggal 10-15

Maret.
Setuju dengan pembangunan dikarenakan saya tidak merasa
dirugikan dengan pembangunan tersebut, dengan akan adanya

Gereja Tiberias Indonesia yang baru ini memudahkan saya untuk


lebih cepat sampai ke Gereja tersebut karena lokasinya cukup
dekat dari rumah. Lagi pula kan jemaat Gereja Tiberias
Indonesia itu sangat banyak jadi bila didirikan Gereja Tiberias
yang baru itu lebih baik jadi ketika beribadah tidak terlalu ramai
-

dan bisa membuat ibadah lebih tenang dan damai.


Pembangunan Gereja sudah hampir jadi (sekitar 70%).
Tahu pengajuan gugatan saat arisan.
Tidak setuju dengan pengajuan gugatan karena tidak merasa

dirugikan atas pembangunan gereja tersebut.


Tidak ada pemberitahuan dari RW untuk mengajukan gugatan
jadi tidak tahu mengenai surat pernyataan untuk mengajukan
gugatan. Yang tidak setuju atas pengajuan gugatan ada sekitar 80
orang. Dirinya bersama 25 orang lainnya telah membuat surat

pernyataan akan ketidaksetujuan pengajuan gugatan ini.


Tidak ada upaya protes mengenai pengajuan gugatan karena
bingung mau protes kemana sedangkan ketua RW

yg

mengajukan gugatan dan dirinya tidak tahu mekanisme hukum.


Mengetahui bahwa untuk diadakannya pembangunan gereja

dibutuhkan dukungan oleh 60 warga.


Mengetahui sudah ada 5 gereja di wilayah Kelapa Gading tetapi
5 gereja tersebut lokasinya cukup jauh dari rumah sehingga kami
sebagai jemaat tiberias sangat kesulitan untuk beribadah bahkan
sering telat. Dan seperti yang dijelaskan sebelumnya maka dari
itu kami butuh keberadaan gereja yang lokasinya cukup dekat
dari rumah agar kami dapat menjalankan ibadahnya tepat waktu
dan sesuai dengan ajaran agama kami.

Menimbang,

bahwa

pada

akhirnya

para

pihak

telah

mengajukan

kesimpulannya pada persidangan tanggal 30 Agustus 2011;


Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan selama
pemeriksaan perkara ini berlangsung sebagaimana telah tercantum pada berita acara
pemeriksaan persiapan dan berita acara persidangan, danggap telah termuat dan
merupakan satu kesatuan dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak yang bersengketa mohon putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari Gugatan Penggugat adalah


sebagaimana terurai dalam duduknya sengketa tersebut diatas;
Menimbang bahwa Surat keputusan Objek Sengketa yang dimohonkan
dinyatakan batal atau tidak sah oleh Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 28
Juni 2011, adalah Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor: 488/2011 tanggal 5 Maret 2011, Tentang Persetujuan Tanah Milik Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas 4.629 M2, yang terletak di Blok HT60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading,
Kota Administrasi Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki
Santo Yakobus) untuk Pembangunan Gereja (Vide bukti P-1, T-1, T II Intrv-1)
Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat, Tergugat dan Tergugat II
Intervensi dalam Surat Jawabannya masing-masingg tertanggal 2 Agustus telah
menyampaikan Eksepsi pada pokoknya sebagai berikut :
Menimbang bahwa oleh karena materi Eksepsi yang disampaikan oleh
Tergugat dan Tergugat II Intervensi terhadap gugatn Penggugat esesnsinya
sebahagian adalah sama maka akan dirangkum sebagai berikut:
Kompetensi Absolut: dengan alasan bahwa Pengugat tidak memiliki dasar hukum
yang sah dalam mengajukan gugatan perwakilan kelompok (Class Action). Dalam
Pasal 1 angka 9 UU no 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Dan Berdasarkan
Ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang No 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yang dapat bertindak sebagai penggugat dalam Sengketa Tata Usaha Negara adalah

seseorang atau badan hukum perdata, sehingga tidak dimungkinkan untuk


mengajukan gugatan perwakilan kelompok oleh karena itu gugatan yang
menggunakan mekanisme gugatan kelompok bukanlah kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara;
Gugatan penggugat kadaluarsa/ lewat waktu : dengan alasan bahwa Surat Keputusan
Objek Sengketa diterbitkann sejak tanggal 5 Maret 2011, sehiggat berdasarkan asas
erga omes, Penggugat beserta anggota kelompoknya dianggap telah mengetahui Surat
Keputsan Objek Sengketa sejak diterbitkan dan secara factual pekerjaan fisik di
lapangan sudah dilakukan sejak bulan Januari 2011
Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel): dengan alasan bahwa gugatan Penggugat
didasarkan pada alasan atau suatu keadan yang belum pasti atau hanya didasarkan
atas estimasi belaka dan gugatan Penggugat tidak memenuhi formalitas yang
ditentukan untuk suatu gugatan perwakilan kelompok
Menimbang, bahwa terhadap materi Eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat
dan Tergugat II Intervensi, Penggugat telah membantahnya sebagaimaa termuat
dalam Replik tertanggal 9 Agustus 2011
Menimbang, bahwa terhadap pertentangann pendapat mengenai EksepsiEksepsi tersebut, Pengadilan akan mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi
yang pertama, Pengadilan berpendapat bahwa walaupun dalam Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Acara Gugatan Perwakilan kelompok mengacu
pada Ketentuan Hukum Acara Perdata dan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, tidak
mengatur tentang gugatan perwakilan kelompok, hal ini bukan berarti bahwa
mekanisme gugatan perwakilan kelompok tidak dimungkinkan dalam hukum acara
Peradilan Tata Usaha Negara.

Menimbang bahwa berdasarkan Ketentuan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan bahwa : Hakim
dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat dan pada pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan
bahwa : Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya dengan demikian, sudah cukup
beralasan hukum bagi Pengadian untuk menerapkan mekanisme gugatan perwakilan
kelompok dalam perkara ini.
Menimbang, bahwa terhadap pesyaratan formal yang harus dipenuhi
Penggugat beserta anggota kelompoknya dalam pengajuan gugatan dengan
mekanisme gugatan perwakilan kelompok telah dipertimbangkan dalam Penetapan
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor : 128/G/2011/PTUN.JKT,
tanggal 8 Juli 2011, tentang diterimanya pengajuan gugatan Penggugat dengan
prosedur gugatan perwakilan kelompok, karenanya tidak perlu dipertimbangkan lagi
dalam Putusan ini. Dengan demikian, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Berwenang menerima , memeriksa dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara
dalam perkara ini.Karenanya Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi yang
pertama tidak beralasan hukum dan harus dinyatakan tidak diterima.
Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi
yang ketiga, Pengadilan berpendapat bahwa bagi mereka yang dituju langsung oleh
Keputusan Tata Usaha Negara gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (vide pasal 55 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara).
Menimbang bahwa sesuai dengan Yurispudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia sebagaiman terkandung dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor: 5 K/TUN/1992, tanggal 21-01-1993, Nomor: 41 K/TUN/1994,

tanggal 10-11-1994 dan Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4-03-2002 yang memuat
kaedah hukum sebagai berikut:
Bahwa tenggang waktu pengajuan gugatan bagi pihak ketiga yang tidak dituju
langsung oleh suatu surat Keputusan Tata Usaha Negara, yang merasa
dirugikan kepentingannya adalah 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat
mengetahui akan adanya keputusan yang merugikan kepentingan tersebut
Menimbang, bahwa penerbitan objek sengketa ditujukan kepada Gereja
Tiberias Indoensia, sedangkan penggugat beserta anggota kelompoknya merupakan
pihak ketiga yang tidak dituju oleh Keputusan Tata Usaha Negara, sehingga
tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari dihitung sejak saat Penggugat beserta
anggota kelompoknya mengetahui akan adanya keputusan yang merugikan
kepentingan mereka tersebut. Berdasarkan isi gugatan yang diajukan penggugat dan
keteranga dari saksi Peggugat yang bernama Tanti Jatiningrum yang menerangkan
bahwa, Penggugat mengetahui Surat Keputusan Objek Sengketa tersebut pada saat
Penggugat menghadiri rapat yang diadakan oleh Lurah Kelapa Gading Barat dengan
acara Pembahasan Rencana Pembangunan Gereja Tiberitas, pada Tanggal 13
April. Penggugat dianggap mengetahui adanya Surat Keputusan Objek Sengketa
ketika berada pada rapat tersebut walaupun pembangunan fisik tersebut telah
dimulai pada tanggal 10 Maret 2011, bukan berarti bahwa Penggugat dianggap
mengetahui objek sengketa sejak 10 Maret 2011 sedangkan Gugatan Penggugat
didaftarkan ke Panitera pada tanggal 28 Juni 2011. Dengan demikian, Gugatan
Penggugat belum melewati tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari, karenanya
Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi yang ketiga tidak beralasan hukum dan
harus dinyatakan tidak diterima.
Menimbang, bahwa terhadap eksepi Tergugat II Intervensi yang ketiga,
Pengadilan berpendapat bahwa gugatan Penggugat telah memenuhi Ketentuan Pasal
56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata usaha Negara, baik
syarat formil maupun syarat materil sebagaiman yang disarankan oleh Majelis hakim
dalam Pemeriksaan Persiapan. Dengan demikia gugatan Penggugat telah jelas baik

identitas para Pihak, Posita maupun petitumnya, karenanya Eksepsi Tergugat II


Intervensi ketiga juga tidak beralasan dan harus dinyatakan tidak diterima.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas,
Pengadilan berpendapat bahwa keseluruahn Eksepsi-Eksepsi yang diajukan Tergugat
dan Tergugat II Intervensi terhadap gugatan Penggugat tidak beralasan hukum oleh
karenannya harus dinyatakan tidak diterima untuk seluruhnya dan selanjutnya
Pengadilan akan mempertimbangkan tentang pokok sengketanya.

DALAM POKOK SENGKETA:


Menimbang bahwa gugatan Penggugat didasarkan pada dalil-dalil yang pada
pokokmya sebagai berikut:
Bahwa Penggugat bertindak untuk dan atas nama diri sendiri sekaligus bertindak
selaku Wakil Kelompok (Class Representative) dari Kelompok Warga Masyarakat
dilingkungan RW 06, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan kelapa Gading,
Kota Administrasi jakarta Utara (Class Member) merasa kepentingannya dirugikan
akibat terbitnya Surat Keputusan Objek Sengketa di atas lahan terbuka hijau yang
terletak di wilayah RW 06, Kelurahan Kelapa Gading Barat Kecamatan Kelapa
Gading Kota Adminstrasi Jakarta Utara, mengingat lahan terbuka hijau dimaksud
adalah lahan fasillitas sosial / fasilitas umum yang dibeli oleh warga bersamaan
dengan membeli rumah yang harganya sudah termasuk harga fasos/fasumnya.
Sehingga harga rumah di wilayah RW.06, Kelurahan Kelapa Gading Barat
Kecamatan Kelapa Gading, Kota Adminstrasi Jakrta Utara menajdi lebih mahal;
Bahwa, Penggugat berserta anggota kelompoknya menolak terbitnyat Surat
Keputusan Objek Sengketa, karena tempat ibadah untuk warga RW.06 Kelapa
Gading Barat sudah banyak tersedia di wilayah Kecamatan Kelapa Gading,
khususnya di Kelurahan Kelapa Gading Barat. Apalagi, pembangunan gereja
tersebut dapat menimbulkan kemacetan, kebisingan di lingkungan RW 06 dan
mengakibatkan warga kehilangan kesempatan untuk menikmati fasilitas umum /

fasilitas sosial berupa lahan terbuka hijau sebagai penyerapan air dan lapangan
bermain / olah raga yang memang dibutuhkan warga.
Bahwa, tindakan Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa telah
bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang baik, oleh karenanya Penggugat mohon kepada
Pengadilan untuk menyatakan batal atau tidak sah Surat keputusan Objek Sengketa;
Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut diatas
telah disangkal oleh Tergugat dan Tergugat II Intervensi dalam Jawabannya masingmasing tertanggal 2 Agustus 2011 yang pada pokoknya menayatakan bahwa,
penerbitan Surat Keputusan Objek Sengketa telah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.
Oleh karena itu, kebenaran akan dalil-dalil gugatan Penggugat haruslah dibuktikan
dalam perkara ini;
Menimbang bahwa dari surat gugatan Penggugat, Jawaban Tergugat dan
Tergugat II Intervensi, Replik Penguggat, duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi
dan Bukti-Bukti tertulis dan keterangan Saksi-Saksi yang diajukan Para Pihak di
Persidangan, maka yang menjadi permasalahan pokok yang akan dipertimbangakan
dalam perkara ini adalah : Apakah penerbitan Surat Keputusan Objek Sengketa telah
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik atau tidak?
Menimbang, bahwa Surat Keputusan Objek Sengketa diterbitkan Tergugat
berdasarkan

Keputusan

gubernur

Nomor:

685/2007,

tentang

Persetujuan

Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta


seluasa 4.629 M2, yang terletak di Blok HT-60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Adminstrasi Jakarta Utara Kepada
Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu paroki Santo Yakobus) untuk Pembangunan
Gereja (vide bukti P-1, T-1, T II Intv-1)

Menimbang, bahwa Keputusan gubernur Nomor: 685/2007, tentang


Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemrintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta seluasa 4.629 M2, yang terletak di Blok HT-60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan
Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Adminstrasi Jakarta Utara
Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu paroki Santo Yakobus) untuk
Pembangunan Gereja pernah diajukan sebagai objek gugatan yang dipersengketan di
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam perkara register Nomor :
151/G/2007/PTUN-JKT. Yang telah diputus pada tanggal 21 Mei 2008 (Vide P-2)
yang Amarnya berbunyi sebagai berikut:

MENGADILI
DALAM EKSEPSI:
Menyatakan menerima Eksepsi dari Tergugat:
DALAM POKOK PERKARA
Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke verklaard)

Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar : Rp


129.00 (seratus dua puluh sembilan ribu rupiah)
Menimbang, bahwa dalam tingkat Banding telah diputus oleh Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, dengan Putusan Nomor : 147/B/2008/PT.TUNJKT. Tanggal 17 Oktober 2008 (vide Bukti P-2) yang Amarnya berbunyi sebagai
berikut
MENGADILI
Menerima permohonan Banding dari Penggugat/Pembanding:

Membatalkan

Putusan

Pengadilan

Tata

Usaha

Negara

Jakarta

Nomor:

151/G/2007/PTUN-JKT, Tanggal 21 Mei 2008 yang dimohonkan Banding:


MENGADILI SENDIRI:
DALAM PENUNDAAN:
Mengabulkan Permohonan Penggugat/Pembanding Tentang penundaan Pelaksanaan
Keputusan Gubernur Nomor: 685/2007, tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah
Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluasa 4.629 M2, yang
terletak di Blok HT-60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan
Kelapa Gading, Kota Adminstrasi Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia
(Dahulu paroki Santo Yakobus) untuk Pembangunan Gereja untuk Pembangunan
Gereja dan tidak melakukan atau memerintahkan tindakan apapun yang
berhubungan dengan keputusan tersebut sampai Putusan ini mempunyai kekuatan
Hukum tetap:
DALAM EKSEPSI:
Menyatakan Eksepsi dari Tergugat/Terbanding tidak dapat diterima;
DALAM POKOK SENGKETA:
Menyatakan batal Surat Keputusan gubernur Nomor: 685/2007, tentang Persetujuan
Pemanfaatan Tanah Milik Pemrintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
seluasa 4.629 M2, yang terletak di Blok HT-60, Jl. Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Adminstrasi Jakarta Utara Kepada
Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu paroki Santo Yakobus) untuk Pembangunan
Gereja;
Memerintahkan kepada Tergugat/terbanding untuk mencabut Keputusan gubernur
Nomor: 685/2007, tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemrintah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluasa 4.629 M2, yang terletak di Blok HT-60, Jl.
Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota

Adminstrasi Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu paroki Santo
Yakobus) untuk Pembangunan Gereja
Menghukum Tergugat/Terbanding untuk membayar biaya yang timbul dalm
sengketa ini di kedua tingkat Pengadilan yang untuk tingkat banding ditetapkan
sejumlah : Rp 123.000 (seratus dua puluh tiga ribu rupiah)
Minmbang, bahwa dalam tingkat kasasi telah diputus oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia dengan, Putusannya Nomor: 53K/TUN/2009, tanggal 29
Desember 2009 (vide bukti P-2 ) yang Amarnya berbunyi sebagai berikut:
MENGADILI
Menyatakan Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi : GUBERNUR PROVINSI
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKRTA TERSEBUT tidak dapat diterima
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat Kasasi
Ini ditetapkan sebesar : Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)

Meminbang, bahwa Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta nomor:


151/g/2007/PTUN-JKT. Tanggal 21 Mei 2008 Jis. Putusan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara Jakarta Nomor: 147/B/2008/PT.TUN-JKT tanggal 17 Oktober 2008
dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 53K/TUN/2009 tanggal
29 Desember 2009, tersebut telah Berkuatan Hukum Tetap.
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 116 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 51 tahun 2009 Tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyatakan bahwa: pabila
setelah 60 (enam puluh) hari kerja Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
keuatan Hukum Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a,
keputusan Tata Usaha negara yang disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan
hukum lagi dan pasal 97 ayat (9) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang peradilan Tata Usaha Negar. Menyatakan bahwa : Kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam ayat (8) berupa : a. Pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan atau
Menimbang, bahwa dengan demikan walaupun tanpa adanya permohon
Eksekusi dari pihak yang berkepentingan putusan Nomor 685/2007 setelah habisnya
tengang waktu selam 60 (enam puluh) hari sejak Putusan Berkekuatan Hukum Tetap
dimaksud diterima oleh Tergugat, maka secara otomatis keputusan tersebut menjadi
batal adanya dengan demikian, Keputusan Gubernur tersebut sudah tidak
mempunyai Kekuatan Hukum lagi dan akibat-akibat hukum lainnya yang
ditimbulkan berdasarkan keputusan Gubernur tersebut harus pula dinyatakan batal.
Menimbang, bahwa oleh karena Surat Keputusan Objek Sengketa diterbitkan
Tergugat berdasarkan Keputusan Tata Usaha Negara yang mengandung cacad
yuridis dan telah dinyatakan batal oleh Putusan Pengadilan yang Berkekuatan
Hukum Tetap dan sudah tidak mempunyai kekuatan hukum lagi, maka menurut
hemat Majelis hakim, Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa
telah bertindak tidak cermat dalam meneliti segala aspek yang terkait dengan Surat
Keputusan Objek Sengketa, karenaya tindakaan Tergugat dalam menerbitkan Surat
Keputsan Objek Sengketa telah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik khususnya asas Kecermatan.
Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut
diatas, Pengadilan berkesimpulan bahwa, oleh karena penerbitan Surat Keputusan
objek Sengketa oleh Tergugat telah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik khususnya Asas Kecermatan, maka sudah sepatutnya Surat Keputusan Objek
Sengketa dinyatakan batal dengan mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut
Surat Keputusan Objek Sengketa.
Menimbang, bahwa oleh karena Surat Keputusan Objek Sengketa dinyatkan
batal, maka Dalil-dalil gugatan Penggugat telah terbukti di Persidangan dan
karenanya gugatan Penggugat harus dikabulkan untuk seluruhnya serta kepada
Tergugat dan Tergugat II Intervensi dihukum untuk membayar biaya perkara yang

timbul dalam sengketa ini secara tanggung renteng yang akan disebutkan dalam
Amar Putusan ini.
Menimbang, bahwa oleh karena terbukti pembangunan fisik di lapangan
sampai saai ini telah mencapai 75%-80% , maka Permohonan penundaan
pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat yang diajukan oleh
Penggugat sudah tidak ada urgensinya lagi dan karenanya pula walaupun gugatn
penggugat

dikabulkan

untuk

seluruhnya

terhadap

permohonan

penundaan

pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat yang diajukan oleh
Penggugat haruslah ditolak.
Menimbang, bahwa terhadap Alat Bukti lainnya yang diajukan Para Pihak
yang tidak/belum dijadikan bahan pertimbangan dalam Putusan ini telah
dikesampingkan karena tidak relevan dan tidak perlu dipertimbangkan akan tetapi
tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dalam berkas perkara ini.
Mengingat, Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 9 Tahun
2004 dan Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009 serta peraturan perundang-undagan
dan ketentuan hukum lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini

MENGADILI
DALAM PENUNDAAN:
1. Menolak Permohonan penundaan Penguggat untuk seluruhnya
DALAM EKSEPSI:
1. Menyatakan Eksepsi-Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi tidak
diterima untuk seluruhnya.
DALAM POKOK SENGKETA:
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya

2. Menyatakan batal Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor: 488/2011, tanggal 5 Maret 2011, Tentang Perubahan Atas
Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 Tentang Persetujuan Pemanfaatan
Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota jakarta seluas
4.629 M2 yang terletak di Blok HT-60, Jl Kelapa Nias, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Adminsitrasi Jakarta Utara
Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki Santo Yakobus) Untuk
Pembangunan Gereja yang diterbitkan Tergugat
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor: 488/2011, tanggal 5 Maret 2011,
Tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 685/2007 Tentang
Persetujuan Pemanfaatan Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota jakarta seluas 4.629 M2 yang terletak di Blok HT-60, Jl Kelapa Nias,
Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota
Adminsitrasi Jakarta Utara Kepada Gereja Tiberias Indonesia (Dahulu Paroki
Santo Yakobus) Untuk Pembangunan Gereja;
4. Menghukum Tergugat dan Tergugat II Intervensi untuk membayar biaya
perkar yang timbul dalam sengketa ini secara tanggung renteng sejumlah :
Rp. 326.000 (tiga ratus dua puluh enam ribu rupuiah);
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada hari Kamis, tanggal 1 September
2011. Oleh kami Muhammad Ilham Bakhti, S.H., LL.M, sebagai Hakim Ketua
Majelis bersama dengan Ghaida Mastura, S.H,. LL.M, dan Mailani Chaniago,
S.H., LL.M, masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan diucapkan pada
hari Selasa tanggal 6 September 2011, dalam Persidangan yang terbuka unutk
umum oleh Majelis Hakim tersebut diatas, dengan dibantu oleh Chandra S.H.,
sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dengan
dihadiro oleh Kuasa Hukum Penggugat, Kuasa Hukum Tergugat, dan Kuasa
Hukum Tergugat II intervensi.

HAKIM KETUA MAJELIS

Muhammad Ilham Bakhti S.H.,


LL.M.,

HAKIM ANGGOTA I

Ghaida Mastura S.H., LL.M.,

HAKIM ANGGOTA II

Mailani Caniago S.H., LL.M.,

PANITERA PENGGANTI

Chandra S.H

Anda mungkin juga menyukai