Isitilah hak asasi manusia (HAM) merupakan suatu istilah yang relatif baru, dan menjadi
(PBB) pada tahun 1945. Istilah tersebut menggatikan istilah natural rights (hak-hak alam)
karena konsep hukum alam dan frasa the rights of Man yang muncul kemudian dianggap
Eleanor Roosevelt, janda mendiang Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt
sebagai ketua bersama dari Komisi PBB tentang HAM, ketika menyusun rancangann
Univesal Declaration of Human Rights (UDHR) bahwa frasa The Rights of Man dibeberapa
belahan dunia tidak mencakupi hak-hak yang dimiliki oleh kaum wanita frasa tersebut
dipergunakan secara luas untuk menggantikan frasa Natural rights yang digunakan pada
masa pencerahan.
Asal-usul konsepsi HAM secara historis dapat diketahui dari zaman Yunani dan Roma,
dimana ia memiliki kaitan yang erat dengan doktrin hukum alam para modern dari Greek
Stoicism (Stoisisme Yunani), yakni sekolah filsafat yang didirikan oleh Zeno di Citium, yang
anatara lain berpendapat bahwa kekuatan kerja yang universal mencakup semua ciptaan dan
tingkah laku manusia, oleh karenanya harus dinilai berdasarkan keapda dan sejalan dengan
hukum alam.
hukum Romawi tampaknya memungkinkan eksistensi hukum alam. Berdasarkan ius gentium
(hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional), beberapa hak yang bersifaat universal
berkembang melebihi hak-hak warga negara. Menurut ahli hukum Romawi Ulpianus,
misalnya, doktrin hukum alam menyatkan bahwa alalah bukan warga negara yang menjamin
Dalam konteks teori tentang negara dan hukum yang berkembang pada saat itu, daat
dikemukankan bahwa menurut JJ von Schimd, pemikiran tentang negara dan hukum tidak
sosial yang menampakan diri setelah berabad-abad lamanya ada peradaban yang tinggi.
ketatanegaraan memberi kemungkinan dan alasan untuk itu. Memang menjadi syart penting
bagi suatu negara bahwa ia mengijikankan warga negarnya untuk mengeluarkan pendapat
tentang negara dan hukum seccara kritis. Hal ini disamping diharapkan muncul dalam
kehidupan negara dan masyarakat, juga dihariapkan eksis di kalangan rakyat dari negara
yang bersangkutan.
Belum sampai Abd Pertengahan, doktrin-doktrin hukum alam menajdi sangat terkait
dengan pemikiran-pemikiran liberal mengenai hak-hak alam (natural rights). pada masa-
masa ini doktrin doktrin hukum alam yang diajarkan menekankan pada faktor kewajiban,
sebagaimana dipisahkan dari faktor hak. Selanjutnya, sebagiamana tampak dalam tulisan
Aristoteles dan St. Thomas Aquinas, doktrin-doktrin ini mengakuii legitimasi perbudakan,
yang meniadakan ide-ide utama dari HAM sebagaimana dipahami dewasa ini yakni ide-ide
Ajaran Thomas Aquinas dan Hugo Grotius di Benua Eropa; dan beberapa dokumen
HAM yand ada seperti Magna Carta, Petition of Rights ini. Semua memberikan kesaksian
tentang meningktnya pandangan masyarakat bahwa manusia diberkati dengan hak yang
keakal dan tak dapat dicabut oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika manusia “terkontrak”
untuk memasuki masyarakat dari suatu negara uang primitif dan tidak pernah dikurangi oleh
Bagi Aquinas, pemahamannya terhadap hukum alam terletak di dalam domain alasan
politik. Diakuri oeh Murphy, Jr., filsafat politik Aristoteles dan teologi Aquinas memang
cukup berpengaruh. Pemikiran mereka juga diadopsi oleh Dante Alighieri dalam beberapa
Keberhasilan intelektual dan ilmu pegetahuan pada abad ke-17 seperti penemua-penemua
oleh Galileo dan Sir Issac Newton, materialisme thomas Hobbes, raionalisme Rene Descartes
dan Gottfried Wilhelm Leibniz, pantesime dari Benedict de Spinoza, emepirsime Francis
Bacon dan John Locke. Keseluruhannya mendukung suatu keayakinan dalam hukum alam
dan tatanan yang universal. Sepanjang abad ke -18, yang disebut Abad Pencerahan, sautu
keayakiana yang tumbh terhadap akal manusia dan kesempurnaan dari hubugnan manusia
dan perubahan-perubahan yang pada saat pertama dan sebagai akibat pengalaman kumulatif
membantu untuk memberikan substansi dan bentuk. Karenanya, untuk memahami dengan
lebih baik diskursus tentang isi dan ruang lingkup HAM dan prioritas-prioritas yang
dikemukakan di sekitarnya, sangat menarik untuk mempelajari tentang “tiga generasi HAM”
yang dikembangkan oleh ahli hukum Perancis Krel Vasak. Oleh Vasak dibagi menajdi tiga
generasi yaitu 1) generasi pertama, hak-hak sipil dan politik (liberte); 2) generasi kedua, hak-
hak ekonomi, sosial, dan budaya (egalite); 3) generasi ketiga, hak-hak solidaritas (fratenite).
Generasi pertama ialah yang tergolong dalam hak-hak sipil dan politik, terutama yang
berasal dari teori-teori kaum reformis yang dikemukakan pada awal abad ke-17 dan ke-18,
yang berkaitan dengan Revolusi –revolusi Inggirs, Amerika, dan Prancis. Dipengaruhi
filsafat politik individualisme liberal dan doktrin sosial-ekonomi laissez-fire, generasi ini
meletakkan posisi HAM lebih pada terminologi yang negatif daripada terminologi yang
positif.
Generasi kedua ialah yang tergolong dalam hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, yang
berakar secara utama pada tradisi sosialis yang mebayang-bayangi di antara Saint-Simonians
pada awal abad ke-19 di Prancis dan secara beragam diperkenalkan melalui perjuangan
kedua generasi HAM sebelumnya. Ia dapat dipahami dnengancara terbaik sebagai suatu
produk sekalipun sebagian masih dalam proses pembentukan dari kebangkitan dan kejatuhan
negar-bangsa dalam paruh kedua dari abad ke-20. Tercantukm dalam pasal 28 Universal
Declaration of Human Rights, ia tampak mencakupi enam hak sekaligus. Tiga dari mereka
Deklarasi Universal tentang Tanggung Jawab Manusia dibentuk dengan tujan untuk
bahwa sudah waktunya hak diimbangi oleh tanggung jawab atau kewajiban.
Deklarasi ini diawali dengan Laporan Panitia Kecil yang berkumpul pada bulan April
dokumen yang merangkum diskusi selama sepuluh tahun mengenai pemikiran serta filsafat
yang melatarbelakangi deklarasi tersebut. Laporan tersebut dimulai dnegna uraian bahwa
dunia barat ada tradisi menjungjung tinggi konsep-konsep seperti kebebasan dan
individualisme, sedangkan di dunia Timur konsep mengenai tanggung jawab dan komunitas
lebih dominan. Selanjutnya dinyatkan bahwa konsep mengenai kewajiban manusia berfungsi
sebagai penyeimbang antar konsep kebebasan dan tanggung jawab. Hak lebih terkait dengan
kebebasan sedangkan kewajiban terkait dengan tanggung jawab. Ditingkat regional ada
Cairo Declaration on Human Rights in Islam. Deklarasi ini terdiri dari 25 pasal.
kalsik dalam diskursu mengenai teori HAM. Dalam prespektif umum, menurut kalangan
relativis budaya, tidak ada suatu HAM yang bersifat universal, dan teori hukum alam
mengabaikan dasar masyarakt dari identitas individu sebagai manusia, karena seorang
manusia selalu menajdi produk dari beberapa lingkungan sosial dan budaya.
Berkaitan dengan perdebatan antara universalisme versus realtivisme budaya dalam
perspektif umum ini dapat disimpulkan bahwa relativisme budaya merupakan suatu kenyataa
yang tidak dapat dibantah. Hal terpenting bagaiman untuk merkensilisasikan perbedaan-
perbedaan antar unversalisme dan realtivisme budaya. Hal-hal ke arah itu sudah banyak
B. Tanggapan
Dalam bab Hak Asasi Manusia Dalam Tansisi Politik mencoba mengkaji HAM secara
historis dan sesuai dengan perkebangan politk dan budaya dalm setiap masanya. Bab ini
memjelaskan bahwa konsep HAM yang muncul pada zaman dewasa ini dimulai dengan
adanya oemikirn tentang suatu nilai diatas manusia dan berlaku untuk seluruh manusia. Pada
zaman yunai kuno hal ini belum dipahami sebagaimana kita memahami tengan HAM dewasa
ini.
Pemikiran seseorang tentu sangat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Hal ini jga
yang dicoba digambatkan dalam bab 2 ini. Pemikiran-pemikiran par ahli dipaparkan untuk
kita dapat mengetahui bagaiman konsidisi sosial-budaya yang melatar belakangi adanya
pemikiran-pemikiran tersebut. Akan tetapi dalam bab ini tidak tergambar jelas mengenai
\ HAM adalah hak yang ada pada diri manusia kerana kemanusiaannya. Sifat manusianya
yag membuat setiap manusia mempunyai suatu hak yang universal pada zaman yunani
hukum alam merupakan suatu konsep yang diperkenalkan yang menyatakn bahwa ada suatu
keuatan di alam yang mengatur segala hal mencakup tingkah laku manusia dan semua hal
yang ada di dunia ini. Disamping kaum stois sangat skeptik dengan dunia karena
kekejamannya dan kegilaanya mereka tetap percaya akan rasionalitas yang ada didunia ini
dan keutamaan akal budi yang memfungkinkan kita untuk mengatasi kebodohan yang pada
akhirnya kita akan menyadari akan suatu rasionalitas yang lebih besar lagi. Tergambat
bagaimana kaum stoict disini mengambarkan suatu niali-nilai yang sifatnya universal.
Pemahaman ini diwariskan dan disebarkan oleh bangsa Romawi dengan berlakunya suatu
hukum bangsa-bangsa.
Sangant menarik sekali bagaiman HAM disini digambarkan dengan cara menampilkan
keadaan sosial dan politik yang ada setiap zaman. Dalam setiap zamanya HAM disini
digunakan sebagai alat atau istrumen untuk memperoleh seuatu hal yang sedang
diperjuangkan oleh manusia terhadap penindasan oleh penguasa ataupun oleh bangsa lainnya.
Dalam kaitannya dengan teori negara hukum dalam bab ini dijelaskan bahwa HAM
merukapakan seuatu gejala-gejala sosial. Sehingga konteksnya dalam negar hukum bahwa
adalah suatu keaharusan negara memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk
berfikir secara bebas dan meungkapkan krritikan kepada negara. Padangan ini merupakan
suatu landasan muncunya sautu HAM mengenai kebebesan dalam berpolitik yang akan
Pandangan-pandangan HAM dikaitkan dengan negara masih terbatas dalam hal kebebsan
dan penolakan atas penindasan yang dilakukan oleh kaum penguasa. Dalam bab ini juga
dijealskan bahwa pemikiran-pemikiran HAM merupakan pemikiran yang liberal. Hal ini
tealh dimulai semenjak istilah HAM yang pertama kali yaitu Natural Rights. ide-ide
mengenai HAM pada masa itu masih dikaitkan terhadap hak-hak yang bersifat umum dan
mengalami perubahan sesuai dengan perubahan keyakinan masayrakat dan dalam praktek-
prakteknya.
Pada perkembangan berikutnya dalam bab ini berdasarkan pemikiran dari Thomas
Aquinas HAM mulai dikongkritkan kepada diri manusia tersebut. Yang menjadi sentranya
tidak hanya alam akan tetapi bergeser keaarah manusia. Hal ini terlihat bahwa timbul
pemahaman manusia diberkati dengan hak-hak yang kekal yang tidak dapat dicabut oleh
siapapun juga.
Hal ini merupakan bentuk perlawan terhadap konsep hak yang dimiliki oleh raja yang
didapati langsung dari Tuhan. pengaruh kerajaan dan Gereja merupakan otoritas yang sangat
dominan dalam masa Thomas Aquinas. Banyak timbul ketidak adilan-adilan penindasan
negara dengan mudah mengambil yang jadi milik rakyat dengan mengatas namakan
Pemahaman HAM dalam zaman ini masih terkait dalam hal kebebasan dan penolakan
akan perlakuan yang sewenang-wenang oleh negara. HAM masih terkait masalah politik dan
budaya. Sebagaimana hal ini degambarakan dalam makalah ini sebagai HAM generasi
pertama.
Bab 2 ini juga memberikan informasi kepada kita bagaimana perkembangan akal
manusia juga mempengaruhi pemahaman mengenai HAM ini. Pada masa pencerahan ketika
pemahaman HAM berkembang. Hal ini ada dalam pemikiran John Locke yang mengatakan
bahwa hak-hak tertentu dengan jelas mengenai individu-individu sebagai manusia, karena
mereka eksis dalam “keadaan alami” sebelum manusia meamasuki masayarakat. Hingga
HAM pada masa ini sangat dikaitkan kebapada manusia sebagai suatu entitas yang hidup
berkembang dan ada didunia ini. Hak hidup yang muncul dari pemikirn Locke menjadi hak
yang sangat fundamental dewasa ini dan merupakan sebagai HAM yang sangat dasar dan
HAM.
Dari sejarah tersebut mengenai HAM bab ini juga menyajikan kepada kita mengenai
generasi-generasi yang ada dalam perkembangan HAM. Tentu hal ini dapat dilakukan
dengan mengingat begitu panjangnya pemikiran dan pemahaman manusia terhadap hak yang
mereka miliki sendiri dan sesuai dengan keadaan dunia pada saat mereka ada dan hidup.
Vasak ahli hukum yang mencatuskan konsep pembagian generasi HAM ini terinspirasi
dari slogan yang ada pada saat revolusi Prancis yaitu “ Kebebasan, Persamaan, dan
Persaudaraan” setiap kata dalam slogan tersebut hubkan dalam setiap perkembangan HAM.
bahwa pada masa itu penindasan yang dilakukan oleh negara dan pengusa menyebabkan
belahan dunia. Hak-hak kebebasan terbut juga bertujuan adanya pembatasan kekuasaan yang
harus dihargai dan dijungjung tinggi agar menjamin kemerdekaan dan kesejahteraan
individu. Dalam generasi pertam ini konteks nya masih dalam hal sosial dan politik
persamaan tidak adanya diskrimansi antara manusia. Manusia tidak dapat dibedakan
berdasarakan ras, warna kulit, agama, suku dan hal lainnya. Genearasi ini juga timbul akan
pemahaman mengenai HAM pada genarasi pertama yang dianggap terlalu berlebihan
Generasi ketiga berbicara mengenai persaudaran dan solidaritas. Hal ini tewujud dalam
penggunaan sumber daya alam yang digunakan secara bersama dan hak-hak lain dalam
bidang ekonomi. Perkembangannya cukup pesat mengenai pemahaman HAM ini dari hal
yang menyangkut kebebasan pribadi hingga ketahap kebebasan dalam bidang ekonomi.
memberikan pengaruhnya terhadap pemahaman HAM yang selama ini didominasi oleh
Dalam bab 2 ini terlihat sekali bagaimana perkembangan HAM dari segi politik, sosial
dan sejarah. Bagaimana konsep sederhana mengenai adanya suatu nilai yang universal di
alam ini menjadi pemahaman bahwa manusia mempunya nilai-nilai yang universal juga yang
harus dijaga. Pemahaman sekarang ini HAM merupakan suatu yang esensial mengenai
keberadaan manusia.
Diawal bab ini diceritakan bagaimana istilah HAM muncul akibat protes kaum wanita
terhadap istilah sebelumnya yaitu Rights of Man. Dan diakhir bab ini juga menjealsakan hak-
hak tadi dituangkan dalam suatu piagam-piagam yang ruang lingkupnya ad yang besifat
international dan regional hingga akhirnya menimbulkan debat lama mengenai unversalisme
dengan relativisme.