Pendahuluan
Pegawai negeri sipil adalah bagian dari birokrasi yang merupakan perangkat
pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Baik buruknya suatu pelayanan
yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlepas dari tindakan dan perbuatan pegawainya. Oleh
karena itu perlu suatu menajemen dalam hal pengaturan dan pengelolaan dalam sistem
kepegawaian di Indonesia. Salah satu komponen dalam sistem menejemen tersebut adalah
masalah kepangkatan, golongan dan eselon. Dalam UU kepegawain yang baru yaitu UU
Aparatur Sipil Negara No 5 Tahun 2014 tidak mengatur megenai kepangkatan ini karena
belum dibentuknya Peraturan Pemeritah sebagai peraturan pelaksana. Dibangdingkan dengan
UU No 8 Tahun 1974 mengatur lebih jelas mengenai kepangkata dan penggajian karena telah
adanya peraturann pelaksanan berupa 216 peraturan yang terdiri dari 114 peraturan pemeritah
dan 102 keputusan presiden1. Dalam tulisan ini akan coba dijelaskan bagaimana sistem
kepegawaian dalam UU No 8 Tahun 1974 dan UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur sipil
Negara.
Dalam dua UU ini memilki pengertian yang berbeda antara Pegawai Negeri Sipil
dengan Aparatur Negeri Sipil. Dalam UU No 8 Tahun 1974 Pegawai Negeri adalah mereka
yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan
Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan dan digaji menurut peratruan perundang-undangan yang berlaku2.
Pegawai negeri tesebut terdiri dari:
1 Soegeng Prijodarminto, Pegawai Negeri Sipil Posisi, Pengelolaan, dan Pembinaan, Cet.1,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1993), hlm. 4
1
UU ASN memberikan definisi Aparatur Negeri Sipil adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian dengan kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negata Indoneia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduk jabatan pemerintah5.
Pegawai ialah orang-orang yang telah memenuhi persyaratan tertetnu, diangakat dan
ditempatkan/ditugaskan atau diperkerjakan dalam jajaran organiai formil untuk
melaksanakan uatu pekerjaan dan atas prestasi/hasil kerjanya diberikan imbalan jasa
3 Ibid Pasal 2
4Indoneisa, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, UU No 5 Tahun 2014, LN. No. 6 Tahun 2014,
TLN. No 5494, Psl 1 ayat 1
6 Soegeng Prijodarminto, Pegawai Negeri Sipil Posisi, Pengelolaan, dan Pembinaan, Cet.1,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1993), hlm. 10
2
(gaji)7. Pengeritan diatas dapat menjadi suatu kesimpulan kita mengenai definisi pegawai
yang ada dalam UU No 8 Tahun 1974 maupun yang ada dalam UU No 5 Tahun 2014.
Setiap warga negara di Indonesia pasti berkerja dan memilki pekerjaan. Hal ini
merupakan salah satu usaha yang dimiliki manusia sebagai makhluk yang mempunyai
kreatifitas dan daya usaha. Pegawai pun merupakan bentuk pekerjaan yang dilakukan
oleh warga negara untuk mewujudkan perwujudan dari kebijakan-kebijakan politk yang
telah ditetapkan. Artinya melalui pegawai negeri sipil inilah kebijakan-kebijakan politk
bersentuhan dengan warga negaranya.
Sistem kepegawaian memliki kepangkatan dan golongan. Hal ini diperlukan dalam
hal sistem administrasi dan gaji. Kepangkatan merupakan suatu mekanisme jenjang dan
tingkatan dalam jabatan yang dimiliki oleh pegawai sehingga nantinya pegwai memilki
jenjang karir yang dapat ditempuh. Pengertian kepangkatan ditemukan dalam PP No 99
Tahun 2000 Tentang kenaikan Pangakat Pegawai Negeri Sipil pangkat adalah kedudukan
yang menunjukan tingkat seseorang Pegawai Negeri sipil berdasarkan jabatanya dalam
rankaian susunan kepegawaian dan digunnakan sebagai dasar penggajian8.
Dalam UU yang baru mengenai kepegawain tidak ditemukan adanya difenisi tentang
pangkat dan karena belum adanya PP yang mengatur mengenai hal tersebut maka
sementara ini definisi yang tersedia masih dari PP No 99 Tahun 2000.
1. Perubahan fundamental dalam pola nilai, motivasi dan kebiasaan kerja (Work
Habits)
2. Tenaga Kerja harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
3. Harus tersedia kesempatan kerja untuk tenaga-tenaga kerja yang terdidik dan
terlatih.
7 Sumantri, Sekitar Catatan Hukum Administrasi Pemerintahan, (Jakarta: IND-HILL-CO, 1998), hlm.
11
8 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil, PP No 99 Tahun
2000, LN. No 196 Tahun 2000, TLN 4017 psl 1
3
4. Harus diadakan berbagai sistem penghargaan yang seimbang dengan kecakapan
dan prestasi 9merit) tenga kerja9.
Dalam hal ini pangakat dapat diartikan sebagai suatu pencapaian dan apresiasi bagi
pegawai negeri sipil. Dengan adanya kenaikan pangkat dapat diartikan bahwa prestasi
yang dilakukan oleh pegawai tersebut patut diapresiasi dan diberikan kedudukan yang
lebih tinggi. Dengan ini semangat kerja dari pegawai lebih terwujud lagi dan pelayanan
kepada masyarakat lebih terjamin.
Pangkat sesuai dengan PP No 99 Tahun 2000 menegaskan bahwa pangkat ini sangat
berpengaruh mengenai penggajian pegawai. Selain itud dalam jabatan strukral juga
dikenal istilah eselon yang merupakan pengelompkan-pengelompokan jabatan yang ada
dalam suatu organisai pemerintahan. Isitilah eselon ini memilki kaitannya dengan pangkat
pegawai negeri sipil. Akan tetapi istilah eselon ini hanya ditemukan dalam peraturan-
peraturan pelakasana UU No 8 Tahun 1974 dalam UU ASN tidak ditemukan dan
dijelaskan istilah eselon ini sehingga apakah sistem ini masih diterapkan atau tidak ini
masih belum jelas. Hal ini akan coba diuraikan dalam tulisan ini.
4
Pada intinya pangkat dalam pegawai ada empat (4) yaitu Juru, Pengatur,
Penata, Pembina. Dan setiap pangkat ada tingkatan-tingkatannya tersendiri.
Kepangkatan tersebut juga membedakan tingkat pendidikan yang dapat mengisi masing-
masing jabatan tersebut. Juru merupakan pangkat dengan pendidikan terendah adalah
sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) pangkat tidak membutuhkan
pendidikan dengan keterampilan tertentu, Pengatur pendidikan terendah adalah sekolah
menengah atas (SMA) hingga diploma III dalam pangkat ini membutuhkan kemampuan
dalam keterampilan tertentu sehingga pendidikannya pun cukup tinggi. Selanjutnya
Penata persyaratan dalam pendidikan Penata adalah Strata 1 atau diploma IV atau yang
setingkat. Dalam hal ini tuntutan dalam pangkat penata sudah lebih tinggi daripada
pangkat sebelum. Pangkat ini telah meminta pegawainya memiliki keahlian khusus dalam
bidang tertentu. Pembina adalah pangkat tertinggi yang dapat diperoleh oleh seorang
pengawa negeri. Pangkat ini dapat diperoleh oleh seorang pegawai setelah menempuh
jenjang karir yang cukup lama sehingga tingkat tuntutan secara kualiatas maupun
kuantitas lebih tinggi daripada pangkat yang lain.
Selain pangkat dalam jabatan struktural ditermukan adanya istilah eselon yaitu
tingkatan jabatan struktural10. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian
pegawai negeri sipil bahwa pegawai tersebut akan ditempatkan dalam suatu jabatan,
jabatan terbagi menjadi dua jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural
adalah suatu kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara11.
Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang berada dailuar sturktur organisasi akan
tetapi fungsi dan keperluannya dibutuhkan dalam organisasi tersebut. maka eselon
merupakan tingkatan dalam jabatan struktural.
Pangkat dan eselon memilki kertekaitan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa
pangkat merupakan tingkatan karier yang diperoleh seorang pegawai ketika dia diangkat
10 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan
Struktural, PP No 100 Tahun 2000, LN. No. 197 Tahun 2000, TLN. No. 4018, psl 1 ayat 1
5
sebagai pegawai negeri sipil tingkatan ini akan berpengaruh kepada gaji atau tunjangan
dari pegawai. Sedangkan eselon diperoleh pegawai ketika pegawai tersebut berada dalam
suatu struktur organisasi di instasi-instasi pemerintah hal ini diperlukan dalam
penggolongan jabatan yang nantinya akan menentukan tanggung jawab dari jabatan
tersebut. maka seorang pegawai memilki 2 tingkatan dalam menentukan posisi karirnya
dalam berkeja yaitu pangkat kepegawainya dan eselon dalam jabatannya sebagai bagian
struktur organisasi.
Eselon sangat terkait erat dengan jabatan yang ada dalam suatu istansi pemerintah.
Perlu dibedakan bahwa eselon ini terkait dengan jabatan karir bukan jabatan-jabatan yang
sifatnya politis seperti menteri. Maka pada kementrian penjabat struktural yang paling
tinggi adalah dirjen atau sekjen. Jabatan tersebut diperoleh melalui suatu perjalanan karir
yang panjang.
Dalam lampiran PP No 100 Tahun 200 Tentang Pengakatan Pegawai dalam Jabatan
Struktural eselon tersebut terdiri dari.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seorang pegawai yang diangkat dalam
suatu jabatan struktural harus sesuai dengan pangkat yang ditentukan untuk jabatannya.
Artinya tidak mungkin seorang pegawai yang berpangkat Penata menduduki jabatan
eselon Ia. Untuk menduduki jabatan tersebut paling rendah pangkat yang diperoleh
seorang pegawai adalah Pembina Utama Madya.
6
Selain itu eselonisasi ini juga berpengaruh terhadap kewenangan siapa dalam
menetapkan pegawai tersebut dalam jabatan struktural sebagai ditetapkan dalam PP No
100 Tahun 2000 pasal 2:
1) Jabatan struktural Eselon I pada instasi Pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul
Pimpinan Instansi setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
2) Jabatan struktural Eselon II ke bawah pada instasi Pusat ditetapkan oleh Pimpinan
Instai setelah mendapatkan pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggugn
jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
3) Jabatan struktural Eselon I ke bawah di Propinsi dan Jabatan Struktural Eselon II
ke bawah di Kabutpaten/Kota ditetapkan sesuai dengan kententuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku12.
Tunjangan pegawai juga diberikan berdasarkan eselonisasi seorang pegawai tersebut yang
jelas bahwa makin tinggi jabatanya maka makin tinggi pula tunjangannya. Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa penjabat-pejabat yang berada dalam eselon I
adalah pimpinan-pimpinan dalam instasi-instasi tersebut hal ini juga diperkuat dengan
pangkat minimal yang harus di peroleh adalah Pembina Utama Madya. Artinya pegawai
tersebut telah memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal pendidkan dan pengalaman
kerja yang sudah cukup lama.
Kentuan mengenai pengangkatan jabatan dalam jabatan struktural tersebut belum ada
kentetuan pelaksanannya dalam UU ASN No 5 tahun 2014. Karena memang UU relatif
baru dan perlu waktu untuk membentuk Peraturan Pemerintah megenai jabatan tersebut.
sesuai dengan kentuan peralihan dari UU tersebut maka semua PP yang mengacu kepada
UU No 8 Tahun 1974 dinyatakan tidak berlaku lagi. UU ASN juga meminta utntuk segera
dibentuk suatu peraturan pelaksananya.
Mengenai jabatan terjadi perubahan dalam hal jenis jabatan yang ada dalam UU ASN
tersebut. jabatan struktural tidak lagi dikenal dalam UU ASN. UU ASN mengenal tiga
jenis jabatan yaitu jabatan administrasi, jabatan fungsional, dan jabatan pemimpin tinggi.
12 Ibid, Psl 2
7
Jabatan adiministrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta adminstrasi pemerintahan dan pembangunan13.
Jabatan ini terdiri dari:
a. Jabatan administrator
Jabatan adminsitrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan publik serta adminstrasi pemerintahan dan pembangunan
b. Jabatan Pengawas
Jabatan pengawas sebagaimana bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana
c. Jabatan pelaksana
Jabatan pelaksana bertanggug jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik
serta adminstrasi pemerintahan
Jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan
tertentu14. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri dari dua jabatan yaitu jabatan keahlian
dan jabatan fungsional keterampilan :
a. Ahli pertama
b. Ahli muda
c. Ahli madya
d. Ahli utama
a. Pemula
b. Terampil
c. Mahir
d. Penyelia
Jabatan pimpinan tinggi adalah sekelompok jabatan tertinggi pada instasi pemerintah15.
Jabatan pimpinan tinggi terdiri dari pejabat struktural tertiinggi, staf ahli, analisis
kebijakan, dan pejabat lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Jabatan
13 Indoneisa, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, UU No 5 Tahun 2014, LN. No. 6 Tahun 2014,
TLN. No 5494, Psl 1 Ayat 9
8
Eskutif Senior berfungsi memimpin dan mendorong setiap Pengawas ASN pada Instasi
dan Perwakilan melalui:
Dalam PP No 100 Tahun 2000 eselonisasi tersebut terdapat didalm jabatan struktural
sedangkan dalam UU ASN jabatan struktural tidak dikenal lagi sehingga eselonisasi tidak
dikenal lagi dalam UU ASN. Dalam UU ASN pembagian jabtannya dibagi menurut
fungsi yang dijalankan oleh pegawai berbeda dengan UU No 8 tTahun 1974 dimana
pembagiannya berdasarkan pada struktural dan non-struktural. Pembagian jabatan dari
UU ASN ini masih menimbulkan pertanyaana apaakah semua jabatan tersebut tergabung
dalam struktur organisasi pemerintahan?
Titik berat dalam pembagian jenis jabatan dalam UU ASN berada dalam tugas dan
fungi yang dijalankan dalam pegawai. Hal ini masih merupakan pembagian yang sangat
umum dan perlu diperjelas dengan aturan pelasksananya.
3. KESIMPULAN
Pangkat dan eselon merupakan hal yang berbeda akan tetapi fungsinya sama.
Menetukan eselon seorang pegawai juga ditentukan oleh pangkatnya. Pangkat
mempunyai nilai-nilai yang sangat berkaitan erat dengan ekstitensi manusia sebagai
makhluk yang berkerja dan berkarya. Pangakat juga merupakan aprersiasi bagi
pegawainya.
9
UU ASN tidak memilki ketentuan mengenai kepangkatan dan eselonnya. Aturan yang
ada dalam UU ASN mengenai kepangkatan sifatnya sangat umum sehingga belum
menjelaskan hal-hal yang didatail dan teknis. Maka sebelum adanya peraturan
pelakasanya bekum dapat diketahui bagaimana model kepangkatan yang ada dalam
jabatan maupun diluar jabatan pegawai oleh UU ASN. Sebagaimana dalam aturan
peralihan bahwa UU ASN telah mencabut UU No 8 Tahun 1997 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian berserta peraturan pelaksananya. Sehingga sampai sekarang masih terjadi
kekosongan hukum mengenai kepangkatan ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
MAKALAH HUKUM BIROKRASI DAN KEPEGAWAIAN
DEPOK
2015