Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS


DATA AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) UNTUK
IDENTIFIKASI TERJADINYA ILLEGAL UNREGULATED
UNREPORTED (IUU) FISHING MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Diusulkan Oleh :
Ikko Fransisko
NRP. 2412100075
Calon Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Aulia Siti Aisjah, MT
Dr. Ir. A. A. Masroeri, M.Eng
(Dosen Sistem Perkapalan - ITS)

NIP. 19660116 198903 2 001


NIP. 19580807 198403 1 001

JURUSAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK FISIKA FTI ITS
1. Judul

: Perancangan Sistem Pengambilan Keputusan Berbasis


Data Automatic Identification System (AIS) untuk
Identifikasi Terjadinya Illegal Unregulated Unreported
(IUU) Fishing Menggunakan Logika Fuzzy
2. Bidang Minat
: Instrumentasi
3. Mata Kuliah Pilihan yang diambil : Instrumentasi Industri
4. a. Nama
: Ikko Fransisko
b. NRP
: 2412100075
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
5. Jangka Waktu
: 5 bulan
6. Pembimbing I
: Dr. Ir. Aulia Siti Aisjah, MT
7. Pembimbing II
:8. Usulan Proposal ke
: 1 (Satu)
9. Status
: Baru
Surabaya, 18 Agustus 2015
Pengusul,

Ikko Fransisko
NRP. 2412 100 075
Mengetahui/Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Aulia Siti Aisjah, MT.


NIP.196601161989032001

Dr. Ir. A. A. Masroeri, M.Eng


NIP. 19580807 198403 1 001

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Rekayasa Instrumentasi

Ir. Yaumar, MT

NIP. 195404061981031003
I. JUDUL TUGAS AKHIR
Perancangan Sistem Pengambilan Keputusan Berbasis Data Automatic Identification
System (AIS) untuk Identifikasi Terjadinya Illegal Unregulated Unreported (IUU)
Fishing Menggunakan Logika Fuzzy
II. MATA KULIAH PILIHAN BIDANG MINAT YANG DIAMBIL
Instrumentasi Industri
III. PEMBIMBING
Dr. Ir. Aulia Siti Aisjah, MT
Dr. Ir. A. A. Masroeri, M.Eng
IV. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 17.499
pulau dan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2, serta panjang garis pantai yang
mencapai 81.900 km, hanya ada tiga perbatasan darat dan sisanya adalah perbatasan
laut. Perbatasan laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara diantaranya Malaysia,
Singapura, Filipina, India, Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua
Nugini. Sedangkan untuk wilayah darat, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga
negara, yakni Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste dengan garis perbatasan darat
secara keseluruhan adalah 2914,1 km [1]. Salah satu bentuk ancaman keamanan pada
wilayah perbatasan laut Indonesia, yaitu pelanggaran atas kedaulatan dan hak berdaulat
seperti maraknya illegal fishing oleh kapal China, Filipina dan Thailand dalam wilayah
perairan Indonesia di sekitar Laut China Selatan, Laut Arafura dan Laut Sulawesi Utara.
Adapun daerah yang seringkali menjadi titik rawan terjadinya IUU Fishing terletak di
Laut Arafuru, Laut Natuna, Sebelah Utara Sulawesi Utara (Samudra Pasifik), Selat
Makassar, Barat Sumatera (Samudera Hindia) [2].
Dari luas wilayah perairan yang telah dijelaskan diatas, kerugian sektor kelautan
dan perikanan Indonesia cukup tinggi akibat penjarahan oleh nelayan asing. Secara
Internasional persoalan ini dikelompokan menjadi Illegal, Unregulated and Unreported
(IUU) Fishing. Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal
diwilayah perairan atau ZEE suatu negara, dengan tidak memiliki izin dari negara
tersebut. Unreported fishing adalah kegiatan penangkapan ikan berupa penangkapan
ikan yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data
hasil tangkpan, hasil tangkapan ikan yang langsung dibawa ke negara lain
(transhipment) di tengah laut. Unregulated fishing adalah kegiatan penangkapan ikan
dalam suatu cara yang tidak konsisten dengan cara penangkapan yang telah ditetapkan
dan penangkapan ikan menggunakan modifikasi dari alat tangkap ikan yang dilarang. Di
Indonesia IUU Fishing yang dilakukan oleh nelayan dan kapal asing jumlahnya cukup
besar, pencurian ikan oleh armada kapal ikan asing dari wilayah laut Indonesia
diperkirakan sebesar 1 juta ton/tahun (Rp 30 triliun/tahun). Kapal-kapal tersebut berasal
dari Thailand, Vietnam, Malaysia, RRC, Filipina, Taiwan, Korea Selatan, dan lainnya.
Upaya-upaya pemerintah dalam hal IUU Fishing saat ini masih belum optimal karena
berbagai keterbatasan meliputi kapasitas, kapabilitas, peralatan dan perangkat hukum,
sehingga pelaksanaan Monitoring, Control dan Survailence (MCS) dan law
enforcement menjadi tidak memadai. Dalam hal pengawasan atas illegal fishing,
keterbatasan instrument pengawasan seperti Vessel Monitoring System (VMS),
keterbatasan olah gerak kapal pengawasan, keterbatasan sumber daya pengawas, sarana
dan prasarana pengawasan maupun anggaran menyebabkan belum mampunya aparat
pengawas mencegah masuknya kapal asing illegal melalui perbatasan Indonesia dan
mengawasi kegiatan penangkapan ikan di wilayah Indonesia [3].

Pada tahun 2000, IMO membuat peraturan baru untuk semua kapal yang
mewajibkan setiap kapal untuk memasang peralatan Automatis Identification System
(AIS) yang merupakan sistem pelacakan kapal otomatis, digunakan pada kapal dan
Stasiun Pantai untuk mengidentifikasi dan melacak kapal dengan menggunakan
pengiriman data elektronik dengan kapal lainnya dan stasiun pantai terdekat. Informasi
seperti identifikasi posisi, tujuan, dan kecepatan dapat ditampilkan pada layar komputer
atau ECDIS (Electronic Charts Display and Information System). AIS ditujukan untuk
membantu awak kapal dalam bernavigasi dan memungkinkan pihak berwenang maritim
untuk melacak dan memantau gerakan kapal. Kapal-kapal diwajibkan untuk memasang
perangkat AIS transponder terutama pada kapal penumpang, kapal tangker dan kapal
berukuran 300 Gross Tonnage keatas. Peraturan tersebut juga memuat tentang
keharusan AIS untuk menyediakan data informasi berupa identitas kapal, jenis kapal,
posisi, tujuan, kecepatan, status navigasi dan informasi lainnya yang berhubungan
dengan keselamatan pelayaran. Pasa AIS terdapat informasi statis dan dinamis,
informasi dinamis diperbarui setiap 2 sampai 10 detik tergantung pada kecepatan kapal
sedangkan informasi statis terdiri dari MMSI (Maritime Mobile Service Identify), IMO
number, ships name, call sign, length and beam, type of ship, location of position-fixing
antenna on the ship. Dari data AIS ini juga memungkinkan untuk menentukan tingkat
kepadatan lalu lintas per-satuan waktu dan pola pergerakan kapal [4]. Berdasarkan
uraian diatas maka pada Tugas Akhir ini akan dirancang suatu sistem pengambilan
keputusan berbasis data AIS dengan menggunakan datat statis dan dinamis dari AIS
untuk identifikasi terjadinya IUU Fishing berdasarkan berbagai jenis pola pergerakan
kapal per satuan waktu dengan menggunakan logika fuzzy. Pengujian dilakukan dengan
melihat anomali gerakan kapal dan membandingkan dengan standar gerakan kapal
normal (dalam lalu lintas pelayaran).
V. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah penelitian yang diangkat dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah
bagaimana merancang suatu sistem pengambilan keputusan untuk identifikasi
terjadinya Illegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing yang berbasis data AIS
(Automatic Identification Sistem).
VI. TUJUAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pengerjaan tugas akhir ini
adalah tercitanya suatu rancangan sistem pengambilan keputusan untuk identifikasi
terjadinya Illegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing yang berbasis data AIS
(Automatic Identification Sistem).
VII. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Sistem pengambilan keputusan dirancang untuk identifikasi terjadinya Illegal
Unregulated Unreported (IUU) Fishing berbasis data AIS menggunakan logika fuzzy.
2. Identifikasi terjadinya Illegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing berdasarkan
pola pergerakan kapal yang sesuai dengan jalur batas laut Indonesia.
3. Variabel yang digunakan sebagai variabel masukan dalam sistem pengambilan
keputusan adalah data statis dan dinamis yang diperoleh dari AIS.
4. Dalam pengujian menggunakan beberapa kapal dengan berbagai pola pergerakan
untuk masing-masing kapal.
5. Simulasi menggunakan software MatLab R2011.
VIII. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan pola-pola
pergerakan kapal yang dapat diidentifikasi sebagai IUU Fishing berdasarkan data AIS
dengan menggunakan logika fuzzy.
IX. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam menunjang pelaksanaan tugas akhir ini terdapat beberapa referensi literatur,
antara lain :
[1]
Saiko, 2010. Perancangan Sistem Pengendalian Pada Kapal Berbasis Data AIS
(Automatic Identification System) Untuk Menghindari Tabrakan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Pada penelitian tersebut membahas mengenai pengendalian haluan dan kecepatan
kapal untuk menghindari tabrakan antar kapal yang berbasis data AIS (Automatic
Identification Sistem) dengan menggunakan metode logika fuzzy.
[2]
Detsis Emmanouil, Brodsky Yuval, dkk. Project Catch: A space based solution to
combat ilegal, unreported and unregulated fishing, Part I: Vessel Monitoring
System. International Space University (ISU), France, 2012.
Penelitian ini membahas mengenai Vessel Monitoring System (VMS) untuk
mengindentifikasi terjadinya Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing.
[3]

Mazzarella, Fabio Vespe, etc. Discovering Vessel Activities at Sea using AIS Data :
Mapping of Fishing Footprints. Italy. 2015
Pada penelitian ini penulis mengusulkan suatu metode yang secara otomatis
mengolah data dari posisi pelaporan kapal, menerapkan arsitektur ini untuk skenario
praktis dan otomatis untuk menemukan daerah penangkapan ikan berdasarkan
history data Automatic Identification System (AIS) yang disiarkan oleh kapal
penangkap ikan.

X.

TEORI PENUNJANG
10.1 Teknologi AIS
Automatic Identification Sistem (AIS) adalah sebuah sistem komunikasi yang
digunakan pada kapal dan Vessel Traffic Sevices (VTS) atau pelayanan lalu lintas
kapal yang secara prinsip untuk identifikasi dan lokasi tempat berlayarnya kapal.
Automatic Identification Sistem (AIS) digunakan untuk menukar data secara
elektronik termasuk identifikasi, posisi, kegiatan atau keadaan kapal, dan
kecepatan, dengan kapal terdekat yang lainnya dan stasiun VTS. International
Maritime Organization (IMO) International Convetion for the Safety of Life at
Sea (SOLAS) mewajibkan penggunaan AIS pada pelayaran kapal internasional
dengan Gross Tonnage (GT) lebih dari sama dengan 300 GT, dan semua kapal
penumpang tanpa memperhatikan segala ukuran. Rancangan operasi dasar AIS adalah
alat komunikasi otonomi antar kapal. Pada rancangan ini, tiap kapal mengirimkan
data ke kapal AIS lain yang sudah dilengkapi AIS dalam jangkauan VHF. Cara kerja
AIS adalah transponder AIS menayangkan informasi secara otomatis, seperti posisi,
kecepatan, dan status navigasi pada interval waktu tertentu melalui transmitter VHF
yang terpasang pada transponder. Informasi tersebut diambil langsung dari sensor
navigasi kapal, khususnya dari penerima gyrocompasnya. Informasi lain, seperi nama
kapal dank kode pemanggil VHF di program ketika memasang peralatan juga

ditransmisikan secara berkala. Sinyal tersebut diterima oleh transponder AIS yang
dipasang papa kapal atau di darat bergantung pada sistemnya, seperti pada sistem VTS.
Informasi yang diterima dapat ditampilkan pada sebua layar atau plot grafik yang
menunjukkan posisi kapal lain dengan tampilan sesuai yang terdapat pada layar radar.

Gambar 1. Cara Kerja Automatic Identification System (AIS)[5]


Posisi dan data lain disediakan secara otomatis dari sensor kapal ke dalam
sistem AIS, dimana data tersebut diformat dan dipancarkan dalam data pendek
yang cepat pada saluran VHF. Ketika kapal lain menerima data, data tersebut
diartikan dan ditunjukkan pada pengawas kapal, yang bisa melihat laporan AIS
dari kapal lain yang sudah dilengkapi grafis dan teks format. Data AIS bisa juga
di simpan dalam VDR (Voyage Data Recorder) kapal untuk analisis rekaman
kembali di masa depan [4].
Tabel 1. Jenis informasi dari AIS[6]
Data Statis
Data Dinamis
a. Nomor IMO
a. Posisi kapal dengan indikasi keakuratan dan
b. Call sign dan nama kapal
status integritas
c. Dimensi kapal
b. Waktu dalam Coordinate Universal Time (UTC)
d. Tipe kapal
c. Arah kapal
e. Lokasi antenna pemancar d. Kecepatan kapal
e. Heading
f. Status Navigasional sudut putar
Pada Tugas Akhir ini data statis dan dinamis yang ditampilkan oleh AIS
dijadikan informasi untuk perancangan sistem pengambilan keputusan untuk
identifikasi terjadinya IUU Fishing. Dengan menggunakan beberapa kapal dengan
berbagai pola pergerakan kapal per satuan waktu yang diperoleh dari AIS maka dapat
diidentifikasi pola pergerakan kapal yang sedang melakukan IUU Fishing.
10.2 Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing
Di Indonesia IUU Fishing yang dilakukan oleh nelayan dan kapal asing
jumlahnya cukup besar, pencurian ikan oleh armada kapal ikan asing dari wilayah laut
Indonesia diperkirakan sebesar 1 juta ton/tahun (Rp 30 triliun/tahun). Kapal-kapal

tersebut berasal dari Thailand, Vietnam, Malaysia, RRC, Filipina, Taiwan, Korea
Selatan, dan lainnya. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) IUU Fishing
didefinisikan sebagai berikut.
Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal diwilayah perairan
atau ZEE suatu negara, dengan tidak ,memiliki izin dari negara pantai.
Unreported fishing adalah kegiatan penangkapan ikan berupa penangkapan ikan
yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data
hasil tangkpan, hasil tangkapan ikan yang langsung dibawa ke negara lain
(transhipment) di tengah laut.
Unregulated fishing adalah kegiatan penangkapan ikan dalam suatu cara yang tidak
konsisten dengan cara penangkapan yang telah ditetapkan dan penangkapan ikan
menggunakan modifikasi dari alat tangkap ikan yang dilarang [5].
Sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982 Indonesia
menetapkan jalur-jalur di wilayah perairan Indonesia yang dapat digunakan oleh kapal
laut atau pesawat udara asing untuk dapat melaksanakan pelayaran dan penerbangan
internasional dapat terselenggara secara menerus cepat dan tidak terhalang oleh ruang
dan udara perairan teritorial Indonesia. Jalur tersebut dikenal dengan istilah Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) yang ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan
bebas, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik meliputi:
1. ALKI I melintasi Laut Cina Selatan Selat Karimata Laut Jawa Selat Sunda.
2. ALKI II melintasi Laut Sulawesi Selat Makassar Lautan Flores Selat Lombok.
3. ALKI III melintasi Samudera Pasifik Selat Maluku, Laut Seram Laut Banda.

Gambar 2. Peta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)


(Sumber: http://ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/10867)
10.3 Logika Fuzzy
Logika fuzzy merupakan suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu
ruang input kedalam suatu ruang output, mempunyai nilai kontinyu. Fuzzy
dinyatakan dalam derajat dari suatu keanggotaan dan derajat dari kebenaran. Oleh
karena itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan sebagian salah pada waktu
yang sama (Kusumadewi. 2004). Logika Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara
0 dan 1, tingkat keabuan dan juga hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik,
konsep tidak pasti seperti "sedikit", "lumayan" dan "sangat" (Zadeh 1965). Kelebihan
dari teori logika fuzzy adalah kemampuan dalam proses penalaran secara bahasa
(linguistic reasoning). Sehingga dalam perancangannya tidak memerlukan
persamaan matematik dari objek yang akan dikendalikan. Secara umum, logika
fuzzy terdiri dari beberapa komponen, yaitu Fuzzifier, Fuzzy Rule Base, Fuzzy
Inference Engine dan Defuzzifier, seperti diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 3. Konsep Dasar Logika Fuzzy[7]


Fungsi bagian pada Gambar 3 adalah sebagai berikut:
1. Fuzzifier digunakan Berfungsi untuk mentransformasikan sinyal masukan yang
bersifat crisp ( bukan fuzzy ) ke himpunan fuzzy dengan menggunakan operator
fuzzifikasi. Pemetaannya dilakukan dengan menggunakan fungsi yang disebut
membership function. Terdapat beberapa metode fuzzifier, 3 diantaranya yaitu:
Singleton fuzzifier, Gausian fuzzifier dan Triangular fuzzifier.
2. Fuzzy rule base berisi pernyataan-pernyataan logika fuzzy (fuzzy statement),
yang berbentuk pernyataan If-Then.
3. Fuzzy inference engine menerjemahkan pernyataan-pernyataan fuzzy dalalm rule
base menjadi perhitungan matematika (fuzzy combinational).
4. Defuzzifier berfungsi untuk mentransformasikan kesimpulan tentang aksi atur
yang bersifat fuzzy menjadi sinyal sebenarnya yang bersifat crisp dengan
menggunakan operator defuzzifikasi. Terdapat beberapa metode defuzzifier, 3
diantaranya yaitu: Center of gravity defuzzifier, Center average dufuzzifier,
Maximum defuzzifier [7].
Pada Tugas Akhir ini logika fuzzy digunakan sebagai metode untuk merancang suatu
sistem pengambilan keputusan berbasis data AIS dengan menggunakan data dinamis
yang ditampilkan pada AIS yang meliputi posisi kapal, arah kapal, dan kecepatan kapal,
ketiganya sebagai variabel input. Berikut ini adalah desain sistem pengambilan
keputusan berbasis data AIS untuk identifikasi terjadinya IUU Fishing.
Posisi Kapal

Sistem Pengambilan Keputusan


(Logika Fuzzy)

Arah Kapal

IUU Fishing
(Ya / Tidak)

Kecepatan Kapal

Gambar 4. Desain Sistem Pengambilan Keputusan


XI. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Studi literatur dimaksud untuk membangun pemahaman awal hingga detail
mengenai topik tugas akhir, yakni Automatic Identification System (AIS), Logika
fuzzy, kriteria Ilegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing, desain sistem
pengambilan keputusan berbasis data Automatic Identification System (AIS) untuk
mendeteksi terjadinya Ilegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing.
b. Pengumpulan Data Automatic Identification System (AIS)

Data AIS yang digunakan adalah data statis dan dinamis kapal, dimana data
statis meliputi nomor IMO, call sign dan nama kapal, dimensi kapal, tipe kapal,
lokasi antenna pemancar dan data dinamis yang meliputi posisi, arah , dan
kecepatan kapal per satuan waktu.
c. Desain Sistem Pengambilan Keputusan Berbasis Logika Fuzzy
Dalam mendesain sistem pengambilan keputusan, yang digunakan sebagai
variabel input adalah meliputi posisi kapal, arah kapal, dan kecepatan kapal. Ketiga
parameter tersebut yang menjadi inputan pada sistem pengambilan keputusan untuk
dilakukan fuzzyfikasi sehingga didapatkan nilai tegas (crisp) didalam MF. Untuk
melakukan pengambilan keputusan , dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan
yang telah dimasukkan kedalam tabel kebenaran antara posisi kapal, arah kapal,
dan kecepatan kapal. Langkah selanjutnya adalah melakukan defuzzyfikasi dari
nilai keluaran pada tabel kebenaran. Defuzzifikasi merupakan langkah terakhir
dalam sistem kendali logika fuzzy dimana tujuannya adalah mengkonversi
setiap hasil dari inference engine yang diekspresikan dalam bentuk fuzzy set ke
satu bilangan crisp. Hasil dari konversi tersebut merupakan aksi yang diambil
oleh sistem kendali logika fuzzy. Nilai keluaran dari defuzzyfikasi inilah yang
nantinya akan menjadi output sistem yakni keputusan terjadinya IUU Fishing atau
tidak.
d. Uji terhadap Berbagai Pola Pergerakan Kapal
Sistem pengambilan keputusan yang telah dirancang kemudian diuji dengan
berbagai pola pergerakan kapal sehingga dapat dilakukan identifikasi terjadinya
Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing..
e. Penutup
Dari pengumpulan data AIS, desain sistem pengambilan keputusan berbasis data
AIS untuk identifikasi terjadinya Ilegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing, uji
terhadap berbagai pola pergerakan kapal maka akan didapatkan suatu kesimpulan
yang menjadi parameter ketercapaian tujuan dari tugas akhir ini. Kemudian
dilakukan penyusunan laporan tugas akhir sesuai dengan panduan tugas akhir.
Mulai

Studi Literatur
Pengumpulan data Automatic Identification System (AIS)
Desain Sistem Pengambilan Keputusan
Berbasis Logika Fuzzy :
- Fuzzyfikasi
- Rule Base Table
- Defuzzyfikasi
Simulasi dan Uji terhadap Berbagai Pola
Pergerakan Kapal

Kesesuaian dengan
kriteria
Tidak

Ya
Penyusunan Laporan
Selesai

Gambar 5. Flowchart Penelitian


I. JADWAL KEGIATAN
Adapun jadwal kegiatan pengerjaan tugas akhir ini tampak pada tabel berikut.

No
1.
2.

3.

4.

5.

II.

Tabel 2. Jadwal Rencana Kegiatan Tugas Akhir


Bulan keBulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Automatic
Identification
System (AIS)
Desain Sistem
Pengambilan
Keputusan Berbasis
Logika Fuzzy
Simulasi dan Uji
terhadap Berbagai
Pola Pergerakan
Kapal
Pembuatan Laporan
dan draft Jurnal
Nasional

DAFTAR PUSTAKA
[1]
Aditya Batara, Manajemen Garis Perbatasan Indonesia Sebuah Usaha Menjamin
Keamanan Warga Negara , dalam Aditya Batara & Beni Sukadis (ed) Reformasi
Manajemen Perbatasan di Negara-Negara Transisi Demokrasi, 2007, Jakarta DCAFLESPERSSI, hal.50-51
[2]
Shiskha Prabawaningtyas. Diplomasi Bertetangga Baik dan Penegakkan Hukum
Dalam Manajemen Perbatasan Indonesia , dalam Beni Sukadis (ed) Almanak
Reformasi Sektor Keamanan 2009, Jakarta: DCAF-LESPERSSI, hal.236-237
[3]
Garnawan Rizkie, Pitana Trika, dkk. Studi Integrasi Automatic Identification System
(AIS) Data dan Geographic Information System (GIS) Untuk Pengembangan
Strategi Inspeksi Kapal, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

[4]

[5]

[6]

[7]

Saiko, 2010. Perancangan Sistem Pengendalian Pada Kapal Berbasis Data AIS
(Automatic Identification System) Untuk Menghindari Tabrakan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya
Jianjun GAO, Reasonableness of the Bond under Article 292 of the LOS Convention:
Practice
of
the
ITLOS.,
dalam
http://chinesejil.oxfordjournals.org/content/7/1/115.full.pdf+html.
Diakses
28
Oktober 2012.
Yuda Yudistira Sangkya 2009 Studi Penetapan Daerah Bahaya (Dangerous Area)
Di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Ais Data Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Arifin, syamsul.2011. Pengantar Sistem Fuzzy.<URL: http://share.its.ac.id/>

Anda mungkin juga menyukai