Anda di halaman 1dari 10

PENGATURAN PENGGUNAAN

SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN


(VESSEL MONITORING SYSTEM)
Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si

Sistem Pemantauan Kapal Perikanan/Vessel Monitoring


System (VMS) merupakan salah satu bentuk sistem pengawasan di
bidang penangkapan dan/atau pengangkutan ikan, dengan
menggunakan satelit dan peralatan transmitter yang di tempatkan
pada kapal perikanan guna mempermudah pengawasan dan
pemantauan terhadap kegiatan/aktifitas kapal ikan berdasarkan
posisi kapal yang terpantau di monitor Vessel Monitoring System di
Pusat Pemantauan Kapal Perikanan (Fisheries Monitoring Center) di
Jakarta atau di daerah di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengawasan.
Terpantaunya posisi kapal karena transmitter yang dipasang
di kapal memancarkan data posisi kapal ke satelit, diolah di
Processing Center, kemudian disampaikan ke Pusat Pemantauan
Kapal Perikanan (FMC), Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di Jakarta.
Di samping data posisi kapal, sebagai bahan analisa/evaluasi juga
didapatkan informasi mengenai: kecepatan kapal, pola gerakan
kapal dan rekaman data terdahulu maupun near real time
(mendekati saat terjadi).

Sampai saat ini, masih banyak perusahaan perikanan belum


memasang transmitter pada kapal perikanan dikarenakan
kurangnya kesadaran terhadap kewajiban mereka untuk mengelola
perikanan secara bertanggung jawab. Menurut ketentuan dalam
pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab, maka setiap kapal
perikanan penangkap maupun pengangkut diwajibkan untuk
memasang transmitter Vessel Monitoring System, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan, Peraturan Menteri No.PER.05/MEN/2008 tentang Usaha
Perikanan Tangkap dan Peraturan Menteri No. PER.05/MEN/2007
tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, yang
mengamanatkan kewajiban kapal-kapal perikanan untuk memasang
transmitter Vessel Monitoring System.

Untuk mendorong ditaatinya ketentuan perundangan dan


kewajiban Pemilik Kapal/Perusahaan Perikanan, maka perlu
ditingkatkan kesadaran mereka terhadap kewajibannya dalam
mentaati peraturan dan tanggung jawab untuk melestarikan
sumberdaya perikanan.

Untuk memfasilitasi pelayanan kegiatan pengawasan kapal


perikanan kepada perusahaan perikanan yang telah mengikuti
program Vessel Monitoring System, Direktorat Jenderal Pengawasan
dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan membangun
Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 1
(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
Website VMS, Departemen Kelautan dan Perikanan yang beralamat
di http://dkpvms.dkp.go.id. Kemajuan sistem informasi ini
memungkinkan perusahaan perikanan untuk memantau kapal
perikanan yang mereka miliki tanpa memandang letak geografisnya.
Dengan demikian pemilik kapal setiap saat dapat memonitor
keberadaan dan perilaku kapal miliknya yang sedang berada di laut.

Berkenaan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri


No. PER.05/MEN/2007 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pemantauan Kapal Perikanan, maka diwajibkan bagi kapal-kapal
yang berukuran di atas 60 GT untuk memasang transmitter Vessel
Monitoring System. Oleh karena itu diperlukan penjabaran lebih
lanjut untuk pengelolaan VMS khususnya berkenaan dengan
kewajiban Pemilik Kapal/Perusahaan Perikanan untuk membeli,
memasang transmitter serta membayar airtimenya sendiri.

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan pada


Pasal 7 ayat 1 butir j ”Dalam mendukung kebijakan pengelolaan
sumberdaya ikan, Menteri menetapkan Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan” dan Pasal 7 ayat 2 ”Setiap orang melakukan usaha
dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi
ketentuan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan”.
2. Kepmen Nomor 60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan
Kapal Perikanan di ZEEI pada Pasal 32 Ayat 1 “Kapal perikanan
yang diperoleh dengan cara usaha patungan, beli-angsur atau
lisensi, wajib memasang transmitter untuk kepentingan sistem
pemantauan kapal (Vessel Monitoring System/VMS)”.
3. Permen Nomor 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap
pada Pasal 88 ayat (1) Setiap kapal penangkap ikan dan/atau
kapal pengangkut ikan berbendera asing, wajib memasang dan
mengaktifkan transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan
(Vessel Monitoring System/VMS). Ayat (2) Setiap kapal penangkap
ikan dan/atau kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia
berukuran lebih dari 30 (tiga puluh) GT wajib memasang dan
mengaktifkan transmitter atau sistem pemantauan kapal
perikanan (Vessel Monitoring System/VMS). Ayat (3) Pelaksanaan
pemasangan dan pengaktifan transmitter atau sistem pemantauan
kapal perikanan (VMS) sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2
dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri yang mengatur
mengenai penyelenggaraan system pemantauan kapal perikanan.
4. Permen Nomor 03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal
Perikanan pada Pasal 8 ayat (1) Persyaratan kelayakan teknis
operasional bagi kapal penangkap ikan meliputi keberadaan dan
keaktifan alat pemantauan kapal perikanan yang dipersyaratkan.
Ayat (2) Bagi kapal perikanan yang dinyatakan tidak memenuhi

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 2


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
syarat administrasi dan kelayakan teknis operasional tidak
diterbitkan SLO.
5. Permen Nomor 05/MEN/2007 tentang Penyelengaraan Sistem
Pemantauan Kapal Perikanan pasal 11, pasal 12 dan pasal 13.
 Kapal perikanan Indonesia berukuran 60 GT keatas dan
seluruh kapal perikanan asing wajib dilengkapi transmitter
yang diadakan sendiri oleh pengguna transmitter.
 Kapal perikanan Indonesia berukuran 60 GT sampai dengan
kurang dari 100 GT dapat menggunakan transmitter milik
negara sepanjang masih tersedia.
 Kapal perikanan Indonesia berukuran diatas 30 GT sampai
dengan 60 GT wajib dilengkapi transmitter offline.
 Kapal perikanan Indonesia berukuran 60 GT keatas dan
seluruh kapal perikanan Asing yang telah dilengkapi SIPI
dan/atau SIKPI dapat dioperasionalkan apabila telah
dilengkapi dengan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter.

TUJUAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

 Meningkatkan efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan melalui


pengendalian dan pemantauan terhadap kapal perikanan;
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan usaha perikanan
yang dilakukan oleh perusahaan perikanan;
 Meningkatkan ketaatan kapal perikanan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Memperoleh data dan informasi kegiatan kapal perikanan dalam
rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab dan
berkelanjutan

Kesemuanya ini dilaksanakan untuk menjaga dan mengendalikan


sumberdaya ikan agar dapat dimanfaatkan secara lestari dan
bertanggung jawab.

MANFAAT SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN


BAGI BAGI PEMERINTAH INDONESIA

1. Dapat melindungi ZEEI Indonesia dari kegiatan-kegiatan kapal


perikanan, melacak dan mengidentifikasi tindakan-tindakan illegal
fishing, dan dengan demikian menegakkan hukum Indonesia dan
melindungi kepentingan-kepentingan ekonomi.
2. Dapat menunjukkan penyebaran kapal-kapal di wilayah
penangkapan ikan dan membantu penegak hukum terkait untuk
memeriksa apakah kapal-kapal tersebut sungguh-sungguh
beroperasi di areal penangkapan ikan yang telah ditetapkan.

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 3


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
3. Memberikan informasi segera mengenai posisi kapal-kapal yang
meminta bantuan sehingga dapat terlacak dan bereaksi secara
cepat dan efektif dalam situasi-situasi darurat, seperti perampokan,
atau kecelakaan-kecelakaan.

MANFAAT SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN


BAGI PENGUSAHA/PEMILIK KAPAL

1. Dapat memanfaatkan informasi dari Vessel Monitoring System


untuk memantau keberadaan dan perilaku kapal di laut melalui
Website.
2. Dapat memanfaatkan informasi Vessel Monitoring System untuk
keadaan darurat (pembajakan, kebakaran, tenggelam dan lain-lain).

KEWAJIBAN PENGGUNA TRANSMITTER

 Mengaktifkan transmitter secara terus menerus dan membayar air


time.
 Melaporkan hal-hal yang terkait dengan kapal dan/atau
transmitter dengan ketentuan batas waktu yang ditentukan.
 Menggunakan transmitter sesuai fungsi teknis dan komunikasi.
 Memelihara lingkungan teknis transmitter.
 Memelihara keutuhan segel transmitter.
 Mematuhi petunjuk teknis pengoperasian transmitter.
 Meminta izin memindahkan transmitter.
 Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sesuai petunjukan
operasional yang ditetapkan Ditjen P2SDKP.

KEWAJIBAN PENGGUNA TRANSMITTER MELAPORKAN HAL-HAL


YANG TERKAIT DENGAN KAPAL DAN/ATAU TRANSMITTER

 Docking kapal, 1 (satu) bulan sebelum docking


 Penggantian transmitter, 1 (satu) minggu sebelum penggantian.
 Penggantian surat izin, 1 (satu) bulan sebelum penggantian.
 Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan, 1
(satu) minggu sebelum dan 1 (satu) minggu sesudah perubahan.
 Proses penegakan hukum yang sedang dijalani, 2 (dua) hari sejak
dimulai penyidikan.
 Tidak beroperasinya kapal perikanan, 1 (satu) minggu sejak kapal
tidak beroperasi.
 Tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan, 1 (satu) bulan sebelum
habisnya masa berlaku izin.
 Force majeure, 1 (satu) minggu sesudah kejadian dilengkapi dengan
laporan kejadian dan berita acara dari pihak berwajib.

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 4


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
BENTUK PELANGGARAN

a. Tidak memasang transmitter Vessel Monitoring System bagi


Kapal perikanan 60 GT keatas dan seluruh Kapal ikan Asing.
b. Memasang transmitter tetapi tidak memberikan informasi secara
terus menerus dengan periode waktu setiap jam sekali.
c. Memasang transmitter tetapi dengan sengaja tidak mengaktifkan
seperti:
1. Melakukan pemutusan arus listrik dengan sengaja, sehingga
transmitter tidak berfungsi dan tidak dapat terpantau di
Pusat Pemantauan Kapal Perikanan.
2. Melakukan sesuatu terhadap transmitter dan peralatan
pendukungnya seperti menutup transmitter dengan sesuatu
atau karena perlakuan lain, sehingga mengakibatkan
transmitter tidak dapat terpantau di Pusat Pemantauan
Kapal Perikanan.
d. Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi nomor ID,
nomor seri, jenis, tipe, merk, spesifikasi, provider, dokumen
pembelian, dokumen pembayaran airtime, bukti aktivasi dari
provider), kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang dipasang
pada kapal perikanan berukuran di atas 60 GT dan seluruh Kapal
Ikan Asing.
e. Tidak melengkapi Surat Keterangan Aktivasi Transmitter yang
dikeluarkan oleh Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan
Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan (Form FMC 1) untuk kapal perikanan
berukuran di atas 60 GT dan seluruh Kapal Ikan Asing.
f. Tidak melaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, sesuai
dengan waktu yang ditetapkan pada saat docking kapal,
penggantian transmitter, penggantian surat izin, perubahan
pemilik, nama fungsi, dan keagenan kapal perikanan, proses
penegakan hukum yang sedang dijalani, tidak beroperasinya
kapal perikanan, tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan dan
force majeure.
g. Tidak melaporkan perubahan kepemilikan, keagenan, nama,
spesifikasi, dan perizinan kapal perikanan, serta perubahan
nomor ID transmitter, kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

PELANGGARAN OPERASIONAL KAPAL PERIKANAN

Pelanggaran operasional kapal perikanan adalah


pelanggaran dilakukan oleh kapal perikanan terhadap ketentuan-

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 5


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
ketentuan lain yang berlaku yang dapat diketahui dari hasil
pemantauan VMS terhadap kapal perikanan yang telah
memasang transmitter seperti:
a. Perizinan (SIPI/SIKPI/SIUP);
b. Dokumen kapal/spesifikasi;
c. Wilayah Penangkapan;
d. Wilayah Tertutup/terbatas;
e. Alat Tan gkap;
f: Indikasi pelanggaran seperti: transhipment, ketaatan
dipelabuhan pangkalan.

PROSES PENANGANAN PELANGGARAN

a. Dilakukan proses hukum sesuai dengan ketentuan yang


berlaku dengan mengenakan sanksi administratif dan sanksi
pidana.
b. Dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut penanganan
pelanggaran.

S A N K S I

1. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.


PER.03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal
Perikanan :
a. Sesuai dengan pasal 10 dinyatakan bahwa : Bagi kapal
perikanan yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan
administrasi dan kelayakan teknis operasional, tidak
diterbitkan Surat Laik Operasi (SLO).
b. Bagi kapal perikanan yang tidak memenuhi syarat untuk
diterbitkan SLO, pengawas perikanan merekomendasikan
kepada Syah bandar untuk tidak menerbitkan Surat Izin
Berlayar (SIB).
c. Sesuai dengan pasal 8 dinyatakan bahwa : Persyaratan
kelayakan teknis operasional, diantaranya keberadaan dan
keaktifan alat pemantauan kapal perikanan.
d. Dengan demikian apabila kapal perikanan tidak dilengkapi
dengan transmitter atau dilengkapi transmitter tetapi tidak
aktif/tidak dapat terpantau di Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan, maka tidak diterbitkan SLO.
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.05/MEN/2007, Tangga1 23 Januari 2007 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan dapat memberikan sanksi
apabila orang/badan hukum/ pengusaha/pemilik kapal
melakukan pelanggaran dalam Pelaksanaan Sistem
Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 6
(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
Pemantauan Kapal Perikanan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan
kapal perikanan berukuran 60 GT keatas dan seluruh kapal
perikanan asing yang tidak dilengkapi transmitter
dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 100 Undang-
Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan.
b. Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan
kapal perikanan berukuran 60 GT keatas dan seluruh kapal
perikanan asing yang tidak mengaktifkan transmitter secara
terus menerus dan membayar airtime dikenakan sanksi
pidana berdasarkan pasal 100 Undang-Undang No. 31
tahun 2004 tentang Perikanan.
c. Bagi pengguna transmitter yang:
 Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi nomor
ID, nomor seri, jenis, tipe, merk, spesifikasi, provider,
dokumen pembelian, dokumen pembayaran airtime, bukti
aktivasi dari provider), kepada Direktorat Jenderal
Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan yang dipasang pada kapal perikanan berukuran
di atas 60 GT dikenakan sanksi pidana sesuai dengan
pasa1100 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
 Tidak melaporkan perubahan kepemilikan, keagenan,
nama, spesifikasi dan perizinan kapal perikanan, serta
perubahan nama ID transmitter, kepada Direktur Jenderal
Pengawasan da Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal
100 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
 Menggunakan kapal perikanan berukuran diatas 60 GT dan
seluruh kapal perikanan asing yang dilengkapi SIPI
dan/atau SIKPI tetapi tidak dilengkapi Surat Keterangan
Aktivasi Transmitter yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jendera Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan (Form FMC 1), dikenakan sanksi
pidana sesuai denga pasal 100 Undang-Undang No. 31
tahun 2004 Tentang Perikanan.
d. Bagi pengguna transmitter yang:
 Tidak memberi informasi posisi kapal perikanan ke Pusat
Pemantauan Kapal Perikanan, Direktorat Jenderal
Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan sekurang-kurangnya setiap jam sekali kecuali
dalam keadaan docking dan/atau kapal perikanan sedang
tidak beroperas: dikenakan sanksi administratif berupa
penerbitan Surat Peringatan I, II, dan III disertai Surat

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 7


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
Rekomendasi Pencabutan Izin dan/atau sanksi pidana
sesuai dengan pasal 100 Undang Undang No. 31 tahun
2004 tentang Perikanan.
 Tidak melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan
dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
mengenai hal-hal yang terkait dengan kapal dan/atau
transmitter sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan,
seperti:
1. Docking kapal, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum pelaksanaan docking.
2. Penggantian transmitter, selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum dilaksanakan penggantian.
3. Penggantian surat izin, selambat-lambatnya 1 (satu)
bular sebelum dilaksanakan penggantian.
4. Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapa
perikanan, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
sebelum dan 1 (satu) minggu sesudah dilaksanakan
perubahan.
5. Proses penegakan hukum yang sedang dijalani,
selambat lambatnya 2 (dua) hari sejak dimulai
penyidikan.
6. Tidak beroperasinya kapal perikanan, selambat-
lambatnya 1(satu) minggu sejak kapal tidak beroperasi.
7. Tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum habisnya masa
berlaku izin.
8. Force majeure, selambat-lambatnya 1(satu) minggu
sesudah kejadian dilengkapi dengan laporan kejadian
dan berita acara dari pihak berwajib.
Akan dikenakan sanksi administratif berupa penerbitan
Surat Peringatan I, II, dan III disertai Surat Rekomendasi
Pencabutan Izin dan/atau sanksi pidana sesuai dengan
pasal 100 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
f. Sanksi adminstratif dan/atau pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dikenakan dengan tahapan sebagai berikut:
 Diberikan Peringatan I oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
 Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung
sejak terbitnya peringatan tertulis I, pengguna transmitter
tidak melaksanakan isi Peringatan tertulis I, diberikan
Peringatan II;
 Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung
sejak terbitnya Peringatan II, pengguna transmitter tidak
melaksanakan isi peringatan tertulis II, diberikan

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 8


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
Peringatan III, disertai dengan Rekomendasi Pencabutan
Izin kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap dan
Pengawas Perikanan tidak menerbitkan Surat Laik Operasi;
 Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung
sejak terbitnya Peringatan III, pengguna transmitter tidak
melaksanakan is) peringatan III, dan Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap tidak mencabut izin, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Perikanan berhak menahan izin kapal
perikanan yang bersangkutan dan dilakukan proses hukum
berdasarkan Pasal 100 Undang-Undang Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan.
g. Sanksi terhadap penggunaan transmitter milik negara:
 Kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya
transmitter, maka perusahaan/pemilik kapal
agen/perusahaan dikenakan sanksi berupa penggantian
transmitter baru.
 Kerusakan yang terjadi pada keseluruhan ataupun bagian-
bagian dari transmitter, maka pihak pengguna wajib
memperbaiki dan/atau mengganti dengan transmitter baru.
 Kehilangan Transmitter karena berbagai sebab, termasuk
force majeur e, maka pihak pengguna wajib untuk
mengganti dengan transmitter baru yang sejenis.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH PENGGUNA

a. Pemilihan Transmitter / Provider


b. Proses Pemasangan
c. Proses Pendaftaran dan Permintaan Surat Aktivasi Transmiter.
d. Pemeriksaan Dalam Rangka Pemasangan Transmitter.
e. Pemantauan/Pengawasan Keaktifan Transmitter.

PEMILIHAN TRANSMITTER/PROVIDER

a. Transmitter dan provider yang telah direkomendasikan oleh Ditjen.


P2SDKP sampai saat ini sebagai berikut :
No Nama Type Satelit Alamat Perusahaan
Perusahaan Transmitter
1 PT. CLS Mar-GE ARGOS Gedung Adhi Graha
ARGOS Lt. 17, Suite 1701
Indonesia Jl. Jend Gatot
Subroto Kav. 56,
Kuningan, Jakarta
Selatan 12950
Telp/Fax: 021-
5264666 / 5264265
Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 9
(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008
2 PT. SOG 1. Thrane & Inmarsat C PT. Aisia Teknindo
Indonesia Thrane Mini Inmarsat Semesta c/o PT.
C D+ SOG Indonesia
Menara Kadin 9th
2. Satamatic Floor, Suite A
D plus (SAT Jl. HR Rasuna Said
201) Kav 2-3,
Jakarta Selatan
12950
Telp/Fax: 021-
57903690, 5274527
/
57904047,5274528

3 PT. Pasifik Byru Marine Garuda 1 Gedung Kantor


Satelit Tracking Taman A9 Unit C3
Nusantara & C4,
Jl. Mega Kuningan
Raya Lot8/9 No. 9,
Jakarta 12950
Telp/Fax: 021-
5762292 / 5762290
4 PT. Iridium Iridium Jl. Gajah Mada No.
Amalgam 197-198 Jakarta
Indocorpora 11120
Telp/Fax. 021-
6332709 / 6334451

b. Masih dimungkinkan bagi transmitter/provider lain, sejauh dapat


diintegrasikan dengan sistem yang telah dibangun Ditjen. P2SDKP
dengan ujicoba resmi yang akurat.

Pustaka : Standar Operasional Prosedur Vessel Monitoring System Direktorat


Sarana dan Prasarana Pengawasan Ditjen P2SDKP Tahun 2008.

(Penulis : Mukhtar, A.Pi, M.Si, Kepala Satker PSDKP Kendari, Pengawas


Perikanan Muda Bidang Penangkapan Ikan, PPNS Perikanan Pemerhati
masalah Illegal Fishing dan Moderator Forum Illegal Fishing Indonesia).
Email : mukhtar_api@yahoo.co.id Blog : http://mukhtar-api.blogspot.com

Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan 10


(Vessel Monitoring System) Oleh : Mukhtar, A.Pi, M,Si
Kendari, September 2008

Anda mungkin juga menyukai