Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN DATA SATELIT ALTIMETRI UNTUK PENENTUAN

ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) PADA MUSIM HUJAN


DAN MUSIM KEMARAU DI WILAYAH INDONESIA TAHUN 2014
Oleh:
Ahlan Saprul Hutabarat
ahlansaprul@yahoo.co.id
Abstrak

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memiliki kompetensi


utama diantaranya Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh,
Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, Pengembangan teknologi
dirgantara, Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional. Gerakan arus eddy
ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah jarum jam) dan antisiklonik (berlawanan
arah jarum jam) arus eddy dapat menyebabkan upwelling dan downwelling sesuai
dengan arah putarannya. Zona pertemuan antara dua arus eddy yang berbeda arah
dan berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang positif dan
negatif merupakan zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan.

Keyboard: upwelling, overfishing, front, arus Eddies

I. PENDAHULUAN

Pemanfaatan sumber daya ikan laut di Indonesia diberbagai wilayah tidak


merata. Beberapa wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk
pengembangan pemanfaatannya, sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah
mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing. Masalah utama yang dihadapi
dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan adalah sangat terbatasnya data dan
informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi
penangkapan ikan (Hasyim et al. 2004). Guna optimalisasi hasil tangkapan ikan,
diperlukan teknologi yang tepat dalam menyediakan informasi zona potensi
penangkapan yang akurat, mencakup wilayah perairan laut yang sangat luas dan
tersedia tepat waktu. Salah satunya adalah pemanfaatan data penginderaan jauh.
Penginderaan jauh kelautan saat ini telah berkembang sesuai dengan
perkembangan teknologi inderaja itu sendiri. Teknologi satelit banyak digunakan
dalam system inderaja kelautan dan telah dikembangkan berbagai jenis sensor
untuk mendeteksi berbagai parameter lingkungan dan proses-proses yang terjadi di
laut, baik proses fisika, kimia, maupun biologi. Jenis sensor yang telah
dikembangkan untuk kepentingan inderaja kelautan diantaranya yaitu coastal Zone
Color Scanner, TM (Thematic Mapper) dan AVHRR (Advanced Very High
Radiometer Resolution) (Hasyim, 1993 dalam Saing, 2013).
LAPAN menggunakan data penginderaan jauh untuk kebutuhan perikanan
dan pertanian di Indonesia. Untuk bidang perikanan, LAPAN telah membuat peta
ZPPI (Zona Potensi Penangkapan Ikan) di Indonesia. Peta tersebut mempermudah
para nelayan dalam meningkatkan hasil tangkapannya. Dengan ZPPI, nelayan pergi
ke laut tidak untuk mencari ikan, melainkan untuk menangkap ikan.

1.2. Tujuan Kerja Praktek


Tujuan yang hendak dicapai dari Kerja Praktek di Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini, adalah:
1. Mempelajari teknik pengolahan data citra penginderaan jauh untuk melihat
Anomali tinggi muka laut, arus Eddies dari arus geostropik dan Sebaran
Klorofil-a
2. Mempelajari teknik pengolahan data altimetry dan citra penginderaan jauh
untuk menentukan zona potensi penangkapan ikan.
3. Mengetahui kegiatberhubungan dengan pemanfaatan data penginderaan jauh
dibidang kelautan.

1.3. Manfaat Kerja Praktek


Manfaat yang diharapkan dari kerja praktek ini adalah:
1. Menambah wawasan penulis dalam pengelolaan dan pemanfaatan data citra
khususnya dibidang kelautan.
2. Meningkatkan hubungan antara Program Studi Ilmu Kelautan Universitas
Sriwijaya dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Lillesand and Kiefer (1979) penginderaan jauh merupakan suatu
metode, cara, teknik, seni, pengukuran untuk mendapatkan informasi terhadap
suatu obyek, daerah fenomena di permukaan bumi atau benda-benda angkasa
lainnya melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa adanya kontak
langsung antara alat dan obyek.
Satelit altimetri adalah satelit yang berfungsi untuk memantau topografi dan
dinamika yang terjadi di permukaan laut. Penggunaan teknologi satelit altimetri
telah dimulai sejak satelit altimetri sebagai suatu teknik penginderaan jauh selama
kurun waktu beberapa dasawarsa terakhir dapat memberikan informasi yang
signifikan dalam pengembangan penelitian terkait fenomena dan dinamika yang
terjadi di laut. Satelit altimetri dapat digunakan untuk pengamatan mengenai
perubahan arus permukaan secara global (Marpaung, 2014).
Marpaung (2014) juga menambahkan dengan beroperasinya beberapa
satelit altimetri dapat diperoleh data-data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian
terkait dinamika laut seperti permukaan laut, arus geostropik, angin di permukaan
laut dan gelombang laut. Data dipublikasi untuk digunakan oleh komunitas
internasional.
Wyrtki (1961) dalam Arief (2004) menjelaskan bahwa Samudera Pasifik
menyumbang lebih banyak massa air ke perairan Selat Makassar disbanding
Samudera Hindia. Di Selat Makassar arus mengalir secara tetap sepanjang tahun
menuju ke selatan. Kecepatan terendah terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Mei sedangkan kecepatan tertinggi pada bulan Februari, Maret dan dari bulan Juli
sampai September. Perubahan arus permukaan yang sesuai dengan gerakan angina
musim tampak pada daerah pertemuan antara massa air Laut Jawa, Laut Flores dan
Selat Makassar bagian selatam.
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa
air. Angin mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu gerakan
arus horizontal yang sangat lambat yang mampu mengangkat suatu volume air yang
sangat besar melintasi jarak jauh di lautan. Arus – arus ini mempengaruhi
penyebaran organisme laut dan juga menentukan pergeseran daerah biogeografi
melalui pemindahan air hangat ke daerah yang lebih dingin dan sebaliknya
(Nybakken, 1992 dalam Saing, 2013).
Daerah fishing ground yang terbentuk dilokasikan pada daerah perbatasan
dua arus atau daerah antara arus upwelling dan arus divergen. Daerah pertemuan
dua arus (Konvergen dan Divergen) dan fenomena oseanografi lainnya (misalnya
pusaran Eddis), tidak hanya merupakan batas penyebaran bagi ikan juga
menyebabkan terjadi pengumpulan ikan, terlihat jelas pengamatan – pengamatan
yang telah dilakukan bahwa ikan cenderung berkumpul pada isotherm tertentu dan
pertemuan dua arus juga daerah yang memiliki perbedaan suhu horizontal yang
jelas menjadi perubahan bagi penyebaran spesies – spesies tertentu. Arus laut
adalah pergerakan air laut secara horizontal maupun vertikal untuk mencapai
kesetimbangan.
Ghozali (2011) mengatakan bahwa Untuk menentukan suatu area
gerombolan ikan berdasarkan layout suhu permukaan laut, ditandai dengan
pertemuan arus panas dan arus dingin, dimana pada daerah tersebut diperkirakan
merupakan daerah front atau daerah upwelling yang memiliki banyak dan kaya
akan kandungan nutrisi, yang akan sangat membantu dalam meningkatkan
produktivitas primer.
Nontji (1993) dalam Arief (2004) mengatakan bahwa Upwelling di perairan
Indonesia dijumpai di Laut Banda, Laut Arafura, selatan Jawa hingga selatan
Sumbawa, Selat Makassar, Selat Bali dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut
Halmahera, barat Sumatera serta Laut Flores dan Teluk Bone. Upwelling di perairan
Indonesia bersifat musiman terjadi pada musim Timur (Mei-September), hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara Upwelling dan musim timur.
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke
lapisan lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas tinggi, dan zat – zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1987
dalam Saing, 2013).
III. METODOLOGI
a. Waktu dan Tempat
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 27 Juni 2015 di Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Pasar Rebo, Pekayon, Jakarta
Timur.
b. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam kerja praktek ini disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 1: Alat dan Bahan
No Nama Alat/Bahan Fungsi
1 Komputer Pengolahan data Satelit Altimetri
Data Arus geostropik dan Data
Anomali Tinggi muka laut dari Data suhu permukaan laut yang akan
2
satelit Altimetri (gabungan) diolah
Jason-2, Saral dan Cryosat
Mengubah data Altimetri kedalam
3 Perangkat lunak ODV 4 Spreadsheet file dgn menentukan titik
koordinat Indonesia
4 Perangkat lunak Surfer 9 Membuat Plot data Altimetri
5 Arc Gis 10.1 Membuat layout Peta
6 Alat Tulis Mencatat data dan hasil yang diperoleh
7 Printer Mencetak laporan
c. Prosedur Kerja Praktek
Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), diturunkan dari dua data
satelit (Altimetri). Diagram alir penentuan ZPPI disajikan pada pada gambar
berikut:

Laptop dan Koneksi Download data Tinggi muka


Internet laut dan Arus Geostropik
(madt) atau Anomali (msla)
di (ftp://aviso.oceanobs.com/

WinRar  Mengestrak data altimetri


dari bentuk Rar kedalam
bentuk *.nc

Odv 4  Mengkroping wilayah


Indonesia
 Mengkonver data
altimetry ke kedalam
bentuk spreadsheet file

Surfer 9  Membuat contour tinggi


muka laut dan arus
geostropik
 Membuat vektor arus
geostropik

Arc Gis 10.1  Layout Peta

Selesai

Gambar 1: Prosedur Kerja


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI)

Gambar 2: Tinggi muka laut dan arus geostropik tanggal 1 juli 2015

Tampilan dalam gambar 1 menunjukkan dua kejadian arus eddy dengan


arah yang berlawanan. Warna biru pada gambar merupakan zona potensi
penangkapan ikan. Gerakan arus eddy ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah
jarum jam) dan antisiklonik (berlawanan arah jarum jam) di belahan bumi selatan.
Warna merah adalah arus eddy dengan arah putaran berlawanan dengan arah jarum
jam dan bulatan merah menunjukkan arus eddy dengan arah searah jarum jam. Arus
eddy dapat menyebabkan upwelling dan downwelling sesuai dengan arah
putarannya (Martono, 2009).
Tampak bahwa di zona terjadinya arus eddy dengan arah putaran
berlawanan jarum jam (Warna biru), di zona yang sama pada tinggi muka laut
(warna merah) terjadi peningkatan ketinggian permukaan laut dan ketinggian
tertinggi terdapat pada pusat pusaran arus eddy. Hal ini menunjukkan bahwa
kejadian arus eddy berasosiasi dengan permukaan laut yang tinggi dan
menunjukkan fenomena downwelling. Sebaliknya arus eddy dengan arah siklonik
(warna biru), di wilayah yang sama terdapat tinggi muka laut yang rendah. Tinggi
muka air laut maksimum bernilai 0,28 meter sedangkan tinggi muka laut minimum
bernilai -0,12 meter dan kecepatan arus berkisar antara 0-09 m/s.
Hasil tersebut menunjukkan kejadian air permukaan laut yang rendah dan
menunjukkan fenomena upwelling. Hasil analisis di atas identik dengan pemaparan
sebelumnya Martono dan Stewart (2009) bahwa di belahan bumi selatan arus eddy
dengan arah siklonik menyebabkan terjadinya fenomena upwelling dan arus eddy
dengan arah antisiklon mengakibatkan fenomena downwelling. Untuk analisis arus
eddy di belahan bumi utara, hasilnya merupakan kebalikan dari yang terjadi di
belahan bumi selatan.

4.2. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI)

Gambar 2: Tinggi muka laut dan arus geostropik tanggal 1 juli 2015

Tampilan dalam Gambar 2 menunjukkan dua kejadian arus eddy dengan


arah yang berlawanan. Warna biru pada gambar merupakan zona potensi
penangkapan ikan. Cakupan zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan
ikan masih bersifat umum karena tidak disebutkan batas yang jelas (luas cakupan)
saat terjadi pertemuan anomali positif dan negatif. Tinggi muka air laut maksimum
bernilai 0,26 meter sedangkan tinggi muka laut minimum bernilai -0,24 meter dan
kecepatan arus berkisar 0-0,8 m/s.
Pertemuan anomali tinggi muka laut yang tinggi ( positif) dan yang rendah
(negatif). Menurut McGillicuddy et al. (1998b), bahwa zona pertemuan antara dua
arus eddy yang berbeda arah dan berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi
permukaan laut yang positif dan negatif merupakan zona yang berpotensi sebagai
daerah penangkapan ikan.
Arah gerakan arus eddy memiliki dampak yang berbeda di belahan bumi
utara dan belahan bumi selatan. Di belahan bumi utara, arus eddy akan
menyebabkan upwelling jika bergerak berlawanan arah jarum jam. Sebaliknya, di
belahan bumi selatan, jika eddy bergerak searah jarum jam akan menyebabkan
upwelling dan jika bergerak berlawanan arah jarum jam akan menyebabkan
downwelling Stewart (2002). Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa arus eddy
yang bergerak searah jarum jam di bumi bagian selatan memiliki ketinggian
permukaan di pusatnya lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Sedangkan
arus eddy yang bergerak ketinggian air di bagian pusatnya lebih tinggi dari daerah
sekitarnya.

Zona pertemuan antara dua arus eddy yang berbeda arah dan berasosiasi
dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang positif dan negatif
merupakan zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan. Di belahan
bumi utara, arus eddy akan menyebabkan upwelling jika bergerak berlawanan arah
jarum jam. Sebaliknya, di belahan bumi selatan, jika arus eddy bergerak searah
jarum jam akan menyebabkan upwelling dan jika bergerak berlawanan arah jarum
jam akan menyebabkan downwelling. Arus eddy yang bergerak searah jarum jam di
bumi bagian selatan memiliki ketinggian permukaan di pusatnya lebih rendah
dibandingkan daerah sekitarnya. Sedangkan arus eddy yang bergerak ketinggian air
di bagian pusatnya lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memiliki kompetensi


utama diantaranya Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan
jauh, Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, Pengembangan
teknologi dirgantara, Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.

2. Gerakan arus eddy ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah jarum jam) dan
antisiklonik (berlawanan arah jarum jam) arus eddy dapat menyebabkan
upwelling dan downwelling sesuai dengan arah putarannya

3. Zona pertemuan antara dua arus eddy yang berbeda arah dan berasosiasi dengan
pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang positif dan negatif merupakan
zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan

4. Di belahan bumi utara, eddy akan menyebabkan upwelling jika bergerak


bergerak berlawanan arah jarum jam. Sebaliknya, di belahan bumi selatan, jika
eddy bergerak searah jarum jam akan menyebabkan upwelling dan jika bergerak
berlawanan arah jarum jam akan menyebabkan downwelling

5. Arus eddy yang bergerak searah jarum jam di bumi bagian selatan memiliki
ketinggian permukaan di pusatnya lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya.
Sedangkan arus eddy yang bergerak ketinggian air di bagian pusatnya lebih
tinggi dari daerah sekitarnya.

5.2. Saran

Cakupan zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan masih


bersifat umum karena tidak disebutkan batas yang jelas (luas cakupan) saat terjadi
pertemuan anomali positif dan negative jadi, disarankan untuk melakukan survey
lapangan kepada nelayan cakupan zona yaitu zona penangkapan yang dominan
sehingga data lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Marpaung, Sartono dan Teguh Prayono. 2014. Analisis Arus Geostropik


Permukaan Laut Berdasarkan Data Satelit Altimetri. Seminar
Penginderaan Jauh LAPAN: 561 – 566

Setyono H, Raden BYB, Gentio H. 2014. Dinamika Upwelling dan Downwelling


Berdasarkan Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan
Selatan Jawa. Jurnal Oseanografi Vol. 3 : 63 – 65

Raditya FD, Dwi HI, Gentur HD. 2013. Analisis Prakiraan Luasan Daerah
Upwelling di Perairan Selatan Jawa Timur Hingga Selatan Lombok
Kaitannya Dengan Hasil Perikanan Tangkap. Jurnal Oseanografi Vol. 2 :
112.

Saing RAA. 2013. Penentuan Zona Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan


Data NOAA-AVHRR dan MODIS di Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional [laporan kerja praktek]. Inderalaya : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. 1 -
17 hal.

Ghazali I, Manan A. 2011. Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Di Selat Bali


Berdasarkan Citra Satelit. Jurnal Kelautan Vol. 4 : 19 – 23.

Wuriatmo H. 2011. Analisa Sea Level Rise Dari Data Satelit Altimetri
Topex/Poseidon, Jason-1 Dan Jason-2 Diperairan Laut Pulau Jawa
[skripsi]. Surakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret. 13 hal.

Syafi’i M. 2006. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut


Menggunakan Citra Satelit Terra Modis di Perairan Natuna [skripsi].
Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 95
hal.

Arief, Muchlisin. 2004. Aplikasi Data Satelit Resolusi Rendah dan SIG Untuk
Analisa Distribusi Spattial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) di Selat
Makassar Periode: Juli-Agustus 2004. Peneliti Bidang Aplikasi
Penginderaan Jauh LAPAN : 221 - 222.

Suwargana N, Muchlisin A. 2004. Penentuan Suhu Permukaan Laut dan


Konsentrasi Klorofil Untuk Pengembangan Model Prediksisst/Fishing
Ground Dengan Menggunakan Data Modis. Jurnal Penginderaan
Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1 : 2 – 6

Haryanto F. 1999. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus


Pelamis) Dengan Menggunakan Data Suhu Permukaan Laut Dari Citra
Satelit NOAA/AVHRR Dan Parameter Oseanografi Lain Di Perairan
Berpayaos, Selatan Cilacap [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 82 hal.

www.aviso.altimetry.fr/en/missions.html

Anda mungkin juga menyukai