Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Pengembangan Sistem Terintegrasi Identifikasi IUU Fishing dan


Transshipment menggunakan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference
System (ANFIS) berbasis Data Automatic Identification System
(AIS) pada Kondisi Anomali Trayektori
Hanifah Rasbini Putri, Aulia Siti Aisjah, A. A. Masroeri, dan Suyanto
Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
e-mail: hanifarasbini700@gmail.com

Abstrak — Luasnya wilayah laut Indonesia belum diimbangi Kondisi anomali adalah keadaan terjadinya keganjilan pada
dengan upaya pemerintah yang optimal terutama dalam segi pergerakan kapal yang keluar dari jalur referensinya sehingga
teknologi dan pengawasan secara otomatis, sehingga perbuatan dicurigai melakukan tindakan IUU fishing dan
illegal mengenai pencurian ikan dan pemindahan muatan di
transshipment. Terindikasinya kapal melakukan anomali
wilayah laut Indonesia masih banyak terjadi. IUU fishing dan
transshipment sering terjadi di perairan Indonesia dikarenakan trayektori dijadikan sebagai akar permasalahan dari
ketidakmampuan perkembangan teknologi pemerintah dalam terjadinya tindakan IUU fishing maupun transshipment.
melacak pelaku IUU fishing dan transshipment. Kondisi anomali Vessel Traffic System (VTS) yang terletak di Pelabuhan
adalah keadaan terjadinya keganjilan pada pergerakan kapal memiliki semua informasi kapal termasuk rute yang akan
yang keluar dari jalur referensinya. Kapal berlayar memiliki digunakan kapal untuk berlayar. Kapal berlayar memiliki rute
rute tersendiri dengan tujuan menghindari tabrakan antara
tersendiri dengan tujuan menghindari tabrakan antara kapal,
kapal, meminimalisir kehabisan bahan bakar, dan menghindari
kecelakaan lainnya. Rute kapal ini akan mempermudah kapal meminimalisir kehabisan bahan bakar, dan menghindari
tetap dapat dipantau dan menjaga dari penjarahan yang terjadi kecelakaan lainnya. Rute kapal ini akan mempermudah kapal
di laut. Penelitian ini mengusulkan sebuah rancangan sistem tetap dapat dipantau dan menjaga dari penjarahan yang sering
terintegrasi identifikasi IUU fishing dan transshipment terjadi di laut.
menggunakan ANFIS berbasis data AIS pada kondisi anomali Illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing dan
trayektori. ANFIS merupakan sebuah fuzzy inference system
transshipment tetap menjadi salah satu ancaman terbesar bagi
yang diimplementasikan dalam kerangka jaringan adaptif.
ANFIS berfungsi sebagai dasar untuk membangun seperangkat ekosistem laut, karena dapat secara serius merusak upaya
aturan fuzzy if-then dengan fungsi keanggotaan yang sesuai nasional dan regional untuk pengelolaan perikanan
untuk menghasilkan pasangan input-output yang ditentukan. berkelanjutan dan upaya untuk melestarikan keanekaragaman
Data penelitian didapatkan dari situs marinetraffic.com, Marine hayati laut [2]. IUU fishing dan transshipment sering terjadi
Reliability and Safety Laboratory, dan penelitian sebelumnya. di perairan Indonesia dikarenakan ketidakmampuan
Sub-sistem anomali dirancang menggunakan iForest, sub-
perkembangan teknologi pemerintah dalam melacak pelaku
sistem selection dan decision dirancang menggunakan ANFIS.
Hasil validasi menunjukkan bahwa hasil sub-sistem anomali IUU fishing dan transshipment. Berdasarkan Peraturan
dapat digunakan sebagai masukan sistem identifikasi dan Presiden Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 2015 tentang
akurasi identifikasi IUU fishing dan transshipment sebesar Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal
81.2605%. (Illegal Fishing) serta Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 24/PERMEN-KP/2020
Kata Kunci—Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS), tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Tugas
Automatic Identification System (AIS), Isolation Forest, IUU
Fishing dan Transshipment, Kondisi Anomali
Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal (Illegal
Fishing), perikanan sebagai sumber potensial perekonomian
Indonesia, perlu dikelola secara efektif, efisien, dan
I. PENDAHULUAN berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Illegal transshipment merupakan kegiatan pemindahan
A TURAN Internasioanl di UNCLOS (United Nations
Convention on the Law of the Sea) 1982 dan Indonesia
telah meratifikasi UU No. 17 Tahun 1985, bahwa Indonesia
muatan ikan yang terjadi di tengah laut lepas dari satu kapal
ke kapal lain tanpa melaporkan hasil tangkapannya [3].
sudah berstatus sebagai Negara Maritim. Sehingga, Indonesia Penggunaan AIS memiliki keuntungan bagi pelaku
mempunyai kedaulatan dan kewenangan untuk menjaga dan transportasi laut yaitu peningkatan keselamatan, peningkatan
memelihara keutuhan wilayah maritimnya, termasuk manajemen armada serta navigasi, perlindungan lingkungan
mengatur dan mengelola aktifitas orang dan barang antar laut, dan mengurangi frekuensi kecelakaan polusi yang
negara melalui laut, dengan tidak mengabaikan hak-hak terkait dengan navigasi. Penggunaan AIS untuk tujuan
negara lain sesuai dengan ketentuan hukum Internasional [1]. komunikasi radio antar kapal yang digunakan untuk
Luasnya wilayah laut Indonesia belum diimbangi dengan menyepakati manuver guna menghindari tabrakan [4], AIS
upaya pemerintah yang optimal terutama dalam segi juga akan memungkinkan untuk mengidentifikasi, melacak
teknologi dan pengawasan secara otomatis, sehingga dan mengawasi kapal dari pantai dengan akurasi yang jauh
perbuatan illegal mengenai pencurian ikan dan pemindahan lebih tinggi dan lebih berkelanjutan dibandingkan dengan
muatan di wilayah laut Indonesia masih banyak terjadi. radar berbasis pantai [5].
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

Pengembangan pada penelitian yang akan dilakukan adalah


dengan menggunakan metode Adaptive Neuro-Fuzzy
Inference System (ANFIS) yang merupakan gabungan dari
metode JST dan logika fuzzy, serta penambahan sub-sistem
anomali data AIS. Kondisi anomali perancangan sub-sistem
akan dilakukan dengan menggunakan metode Isolation
Forest, dan perancangan sub-sistem selection serta, sub-
sistem decision akan dilakukan dengan menggunakan metode
ANFIS. Perancangan sistem dengan metode ANFIS,
Gambar 1. Diagram Sistem Identifikasi Sub-sistem Anomali
diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan identifikasi
tindakan IUU fishing dan transshipment dengan kondisi Diagram blok sub-sistem anomali pada Gambar 1. dengan
anomali data trayektori. ANFIS adalah sebuah fuzzy inference masukan adalah posisi kapal real, posisi referensi kapal,
system yang diimplementasikan dalam kerangka jaringan kecepatan real kapal, kecepatan referensi kapal, heading real
adaptif [6]. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk kapal dan heading referensi kapal. Kemudian, data akan
merancang sistem terintegrasi identifikasi IUU fishing dan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan selisih jarak posisi
transshipment menggunakan ANFIS berbasis data AIS pada jalur referensi kapal dengan jarak real kapal, selisih heading,
kondisi anomali trayektori. dan selisih kecepatan. Penentuan identifikasi pada sub-sistem
selection dengan menggunakan iForest. Selanjutnya,
II. PENGUMPULAN DATA AUTOMATIC dilakukan perhitungan identifikasi sub-sistem anomali, nilai
IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) keputusan (Ka) apabila lebih dari sama dengan 50% maka
Data AIS yang digunakan adalah data dinamis kapal dan kapal diduga melakukan anomali dan sistem identifikasi akan
sebagian memakai data statis, serta data validasi untuk melanjutkan ke identifikasi sub-sistem selection, serta
kriteria IUU fishing dan transshipment didapatkan dari situs apabila dihasilkan nilai keputusan sebaliknya, atau kurang
marinetraffic.com, Marine Reliability and Safety Laboratory, dari 50% maka sudah menunjukkan bahwa kapal sedang
dan penelitian sebelumnya. berlayar di jalur referensinya.
Data AIS yang didapatkan menjadi acuan standart untuk
pengumpulan data AIS kapal. Data yang didapatkan diolah Tabel 1. Variael Masukan Sub-sistem Anomali
akan membentuk berbagai pola pergerakkan kapal, yang Variabel Masukan Kategori Rentang Nilai
digunakan untuk menentukan kapal termasuk IUU fishing Near 0 – 100
Selisih Posisi Kapal (meter)
Far 101 – 200
atau IUU transshipment. Pola kapal ini digunakan untuk Small 0 – 0.8
mempermudah pencarian kapal yang melakukan illegal Selisih Kecepatan Kapal
Medium 0.81 – 4.1
(knot)
fishing dan transshipment, baik yang sedang terjadi maupun Big 4.2 – 8
yang sudah terjadi dengan menggunakan database AIS kapal Small -6 – 6
tersebut. Selisih Heading Kapal (°) Medium 7 – 174
Big 175 – 186
Pengumpulan data pola IUU fishing dan transshipment
dilakukan di Perairan Arafura dengan koordinat posisi Tabel 1. menunjukkan data masukan untuk sub-sistem
8.7763° S, 136.2092° E. Pengumpulan data dilakukan selama
anomali. Rentang nilai yang digunakan yaitu berdasarkan
21 hari pada bulan Februari dan Maret. Pengumpulan pada 3
data yang diperoleh serta penelitian sebelumnya. Variabel
pola kapal yang diduga melakukan IUU Fishing, 3 pola kapal
selisih posisi kedua kapal memiliki kategori near dengan
yang tidak diduga melakukan IUU Fishing, 2 pola kapal yang
diduga melakukan IUU Transshipment, dan 2 pola kapal yang rentang nilai 0 - 100 meter dan kategori far dengan rentang
diduga melakukan IUU Transshipment. Pola pergerakan nilai 101 - 200 meter. Variabel selisih kecepatan kedua kapal
kapal yang diduga melakukan IUU fishing cenderung memiliki kategori small dengan rentang nilai 0 - 0.8 knot,
melingkar karena pola kapal ikan berjenis cantrang dan purse kategori medium dengan rentang nilai 0.81-4.1 knot, dan
seine cenderung melingkar saat menangkap ikan dan kategori big dengan rentang nilai 4.2 - 8 knot. Variabel selisih
kecepatan kapal menjadi rendah saat melakukan casting heading antar kedua kapal memiliki kategori small dengan
karena ukuran jaring sangat luas [7]. rentang nilai -6° - 6°, kategori medium dengan rentang nilai 7
- 174°, dan kategori big dengan rentang nilai 175 - 186°.
Pelatihan sub-sistem anomali menggunakan data AIS yang
III. PERANCANGAN SISTEM
telah tersedia dengan pembagian wilayah perairan dan
A. Sub-sistem Anomali perikanan (WPP). Isolation Forest adalah algoritma untuk
Perancangan sub-sistem identifikasi anomali digunakan mendeteksi outlier yang mengembalikan skor anomali setiap
untuk mengidentifikasi kapal yang berlayar diluar jalur sampel menggunakan algoritma Isolation Forest yang
referensinya. Pada umumnya, saat kapal akan berjalan atau didasarkan pada fakta bahwa anomali adalah titik data yang
melakukan pelayaran harus memberikan laporan pada jalur sedikit dan berbeda [8]. Isolation Forest (iForest) digunakan
yang akan dilewati. Jalur dengan jarak terpendek dari titik untuk deteksi anomali, mengisolasi titik anomali yang ada
asal ke titik tujuan adalah jalur yang akan dipilih, dikarenakan dalam dataset dibandingkan dengan titik normal. Output dari
akan berpengaruh pada penggunaan bahan bakar apabila jalur algoritma iForest adalah skor anomali yang akan digunakan
yang digunakan semakin panjang. Oleh karena itu, apabila sebagai nilai keputusan. Mempertimbangkan ambang batas
kapal berlayar keluar dari jalur referensinya yang sudah yang ditentukan pengguna, algoritme iForest memberi label
ditentukan, maka kapal tersebut akan diduga sedang
melakukan pelanggaran.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

masing-masing poin sebagai normal atau sebagai anomali. Variabel masukan jarak antara dua kapal memiliki empat
himpunan keanggotaan yaitu Very Near, Near, Far, Very Far
B. Sub-sistem Selection
dengan domain memiliki rentang 0-600 untuk jarak dengan
Perancangan sub-sistem identifikasi selection digunakan himpunan keanggotaan dekat atau jarak waspada dan rentang
untuk mengidentifikasi kapal yang diduga melakukan IUU 600-800 untuk jarak dengan himpunan keanggotaan jauh atau
fishing atau transshipment. Sub-sistem selection hasil jarak aman. Variabel masukan selisih heading antara dua
keluarannya akan melakukan seleksi terhadap kapal yang kapal memiliki tiga himpunan keanggotaan yaitu Overtake
berada di tengah laut. Apabila masuk dalam kategori jarak (OT), Crossing (C), Head on (HO) dengan domain memiliki
aman maka akan diolah menjadi masukan sistem identifikasi rentang masing-masing sesuai dengan peraturan anti
IUU fishing. Dan apabila masuk dalam kategori jarak tidak tabrakan. Fungsi keanggotaan pada masukan jarak dan selisih
aman maka diduga melakukan IUU transshipment sehingga heading antara dua kapal adalah trapezium.
akan diolah menjadi masukan sistem identifikasi IUU
transshipment. Tabel 2. Fungsi Keanggotaan Variabel Masukan Sub-sistem Selection
Diagram sistem identifikasi sub-sistem selection pada Variabel Himpunan Fungsi
Domain
Masukan Keanggotaan Keanggotaan
Gambar 2. dengan masukan adalah posisi kapal (latitude dan Very Near [0 0 180 200] Trapmf
longitude) dan heading kapal. Kemudian, data akan diolah Jarak antara 2 Near [190 200 580 600] Trapmf
kembali menjadi jarak antar kedua kapal dan selisih heading Kapal Far [600 620 650 670] Trapmf
(meter) [660 670 800 800] Trapmf
awal kapal. Penentuan identifikasi pada sub-sistem selection Very Far
dengan menggunakan ANFIS. Selanjutnya dilakukan Selisih Overtake (OT) [-6 -5 5 6] Trapmf
perhitungan identifikasi sub-sistem selection, nilai keputusan Heading Crossing (C) [6 7 173 174] Trapmf
Kapal (°) Head on (HO) [174 175 185 186] Trapmf
(Ks) apabila lebih dari sama dengan 50% maka kapal diduga
melakukan pelanggaran dan sistem identifikasi akan Lapisan ketiga adalah penentuan rules yang digunakan
melanjutkan ke identifikasi sub-sistem IUU transshipment dalam sub-sistem selection, semua rules atau aturan akan
decision, serta apabila hasilnya sebaliknya, atau kurang dari dijadikan sebagai acuan dalam tahap pembuatan aturan untuk
50% maka kapal diduga melakukan pelanggaran dan akan menguji bobot fungsi fuzzy. Berdasarkan variabel dan
melakukan identifikasi sub-sistem IUU fishing decision. parameter pada sub-sistem selection dapat diketaui pola
pergerakan kapal yang diduga melakukan IUU fishing atau
transshipment. Rules dibuat berdasarkan aturan if-then
dengan jumlah 12 aturan.
Lapisan keempat adalah menentukan nilai keluaran dari
rules yang dinyatakan sebagai degree of membership function
output (outputmf). Perolehan nilai akan digunakan untuk
mendapatkan crisp output yang didapatkan dari Center of
Gambar 2. Diagram Sistem Identifikasi Sub-sistem Selection Gravity. Lapisan kelima adalah lapisan total keluaran dari
sistem dan juga mendapatkan nilai MAPE yang dihasilkan.
Arsitektur ANFIS sub-sistem selection ditunjukkan pada
Gambar 3. yang memiliki 5 lapisan. Lapisan pertama adalah Tabel 3. Nilai MAPE Sub-sistem Selection
variabel masukan pada sub-sistem selection berupa jarak Fungsi
MAPE (%)
antar kedua kapal dan selisih heading antar kedua kapal. Epoch 10 Epoch 20 Epoch 50 Epoch 350
Gaussmf 17.7314 27.4452 27.4098 3.4309
Lapisan kedua adalah membership function variabel masukan Trimf 19.2821 27.0942 27.0794 0.6103
jarak yang tediri dari Very Near, Near, Far, dan Very Far, Trapmf 16.1879 30.0864 30.0334 1.4582
serta membership function variabel masukan selisih heading Gbellmf 16.9656 27.8901 25.7486 20.4050
yang terdiri dari Overtake, Crossing, dan Head On, seperti Gauss2mf 16.1640 29.9176 29.8305 0.1357
Pimf 16.2275 31.3978 31.3640 8.0878
yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Dsigmf 16.0984 14.8721 14.6347 14.4833
Psigmf 16.0984 14.8290 14.5800 14.5480

Sub-sistem Selection menggunakan data training (data


pelatihan) dengan jumlah 1030 data, 925 data untuk data
training (data pelatihan) dan 105 data untuk data testing.
Struktur terbaik dari ANFIS dapat ditentukan dengan
merancang membership function yang memiliki nilai MAPE
terkecil dengan menggunakan variasi epoch yaitu 10, 20, 50,
dan 350, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Hasil simulasi pada berbagai variasi membership function
Tabel 3. didapatkan nilai MAPE terkecil adalah
menggunakan fungsi trimf atau triangular membership
function dengan jumlah 4 fungsi keanggotaan masukan jarak
Gambar 3. Arsitektur ANFIS Sub-sistem Selection kapal dan 3 fungsi keanggotaan masukan selisih heading
yang bernilai 0.6103% pada epoch 350. Nilai ini
Tabel 2. menunjukkan data masukan sub-sistem selection, menunjukkan kompetensi nilai prediksi sangat baik.
dengan domain dan fungsi keanggotaan yang digunakan Sehingga, triangular membership function akan digunakan
berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian sebelumnya.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

untuk model identifikasi sub-sistem selection. Tabel 4. Fungsi Keanggotaan Variabel Masukan Sub-sistem IUU
Transshipment Decision
C. Sub-sistem IUU Transshipment Decision Variabel Himpunan
Domain
Fungsi
Masukan Keanggotaan Keanggotaan
Perancangan sub-sistem decision digunakan untuk Near [0 0 12 14] Trapmf
mengolah data dengan masukan dari sub-sistem selection Jarak Kedua Medium [12 16 20] Trimf
untuk menentukan apakah kapal diduga melakukan IUU Kapal (meter) [18 20 600 600] Trapmf
Far
fishing ataupun IUU transshipment. Pola pergerakan kapal Overtake (OT) [-6 -5 5 6] Trapmf
yang diduga melakukan IUU fishing cenderung melingkar Selisih Heading Crossing (C) [6 7 173 174] Trapmf
karena pola kapal ikan berjenis cantrang dan purse seine Kapal (°) [174 175 185
Head on (HO) Trapmf
186]
cenderung melingkar saat menangkap ikan dan kecepatan Selisih Small [0 0 0.45 0.5] Trapmf
kapal menjadi rendah saat melakukan casting karena ukuran kecepatan
jaring sangat luas [7]. Jenis kapal dapat ditentukan melalui kedua kapal Big [0.45 10 10] Trimf
(knot)
perubahan posisi kapal. Selisih jarak kapal dapat dijadikan
sebagai variabel masukan untuk IUU transshipment pada saat Tabel 4. menunjukkan data masukan sub-sistem IUU
15meter antar kapal. Apabila jarak antar kapal kurang dari transshipment decision, dengan domain dan fungsi
15meter maka kedua kapal terindikasi melakukan IUU keanggotaan yang digunakan berdasarkan data yang
transshipment [9]. diperoleh dan penelitian sebelumnya. Variabel masukan jarak
Sub-sistem IUU Transshipment Decision memiliki antara dua kapal memiliki tiga himpunan keanggotaan yaitu
variabel masukan yaitu posisi latitude, posisi longitude, Near, Medium, Far dengan domain memiliki rentang 0-600
heading, dan kecepatan kedua kapal dari kapal yang sudah meter. Variabel masukan selisih heading antara dua kapal
terseleksi dari sub-sistem selection, seperti ditunjukkan pada memiliki tiga himpunan keanggotaan yaitu Overtake (OT),
Gambar 4. Nilai keputusan sub-sistem IUU transshipment Crossing (C), Head on (HO) dengan domain memiliki
decision lebih dari dan sama dengan 50 % (Kt ≥ 50 %) diduga rentang masing-masing sesuai dengan peraturan anti
melakukan IUU Transshipment. tabrakan. Variabel masukan selisih kecepatan antara dua
kapal memiliki dua himpunan keanggotaan yaitu Small dan
High dengan domain memiliki rentang 0-10 knot. Fungsi
keanggotaan pada masukan jarak dan selisih kecepatan antara
dua kapal adalah segitiga dan trapezium, serta pada masukan
selisih heading antara dua kapal adalah trapezium.
Lapisan ketiga adalah penentuan rules yang digunakan
Gambar 4. Diagram Sistem Identifikasi Sub-sistem IUU Transshipment dalam sub-sistem IUU transshipment decision, semua rules
Decision akan dijadikan sebagai acuan dalam tahap pembuatan aturan
untuk menguji bobot fungsi fuzzy. Berdasarkan variabel dan
Arsitektur ANFIS sub-sistem IUU transshipment decision parameter pada sub-sistem decision IUU transshipment dapat
ditunjukkan pada Gambar 5. yang memiliki 5 lapisan. diketaui pola pergerakan kapal yang diduga melakukan IUU
Lapisan pertama adalah variabel masukan dalam sub-sistem transshipment ataupun tidak. Rules dibuat berdasarkan aturan
IUU transshipment decision berupa selisih jarak kedua kapal, if-then dengan jumlah 18 aturan, mengikuti basis aturan dari
selisih heading kedua kapal, dan selisih kecepatan antar penelitian sebelumnya [10].
kedua kapal. Lapisan kedua adalah membership function Lapisan keempat adalah menentukan nilai keluaran dari
variabel masukan selisih selisih jarak kedua kapal yang terdiri rules yang dinyatakan sebagai degree of membership function
dari Near, Medium, dan Far. Membership function variabel output (outputmf). Perolehan nilai akan digunakan untuk
masukan selisih heading kedua kapal yang terdiri dari mendapatkan crisp output yang didapatkan dari Center of
Overtake, Crossing, dan Head On. Membership function Gravity. Lapisan kelima adalah lapisan total keluaran dari
variabel masukan selisih kecepatan antar kedua kapal yang sistem dan juga mendapatkan nilai MAPE yang dihasilkan.
terdiri dari Small dan Big, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4. Interval dari fungsi keanggotaan selisih kecepatan Tabel 5. Nilai MAPE Sub-sistem IUU Transshipment Decision
MAPE (%)
diperoleh dari penetitian sebelumnya serta penyesuaian dari Fungsi
Epoch 10 Epoch 20 Epoch 50 Epoch 500
data yang telah diperoleh. Gaussmf 35.3474 36.4598 31.9526 4.1312
Trimf 34.9707 34.7585 33.8851 9.9351
Trapmf 44.4153 44.4270 44.4830 42.0697
Gbellmf 33.9711 35.1611 37.3714 9.9446
Gauss2mf 29.7739 29.5527 10.6066 9.6442
Pimf 44.9150 44.9411 44.5056 40.9721
Dsigmf 35.4610 35.3626 34.8817 10.3088
Psigmf 35.4610 35.3634 34.8764 10.0725

Sub-sistem decision IUU transshipment menggunakan data


training (data pelatihan) dengan jumlah 990 data, 891 data
untuk data training (data pelatihan) dan 99 data untuk data
testing. Struktur terbaik dari ANFIS dapat ditentukan dengan
merancang membership function yang memiliki nilai MAPE
Gambar 5. Arsitektur ANFIS Sub-sistem IUU Transshipment Decision terkecil dengan menggunakan variasi epoch yaitu 10, 20, 50,
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

dan 500, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. fishing decision, dengan domain dan fungsi keanggotaan
Hasil simulasi pada berbagai variasi membership function yang digunakan berdasarkan data yang diperoleh dan
Tabel 5. didapatkan nilai MAPE terkecil adalah penelitian sebelumnya. Variabel masukan kecepatan kapal
menggunakan fungsi gaussmf atau gaussian membership saat casting memiliki tiga himpunan keanggotaan yaitu Low,
function dengan jumlah 3 fungsi keanggotaan masukan Medium, High dengan domain memiliki rentang 0-7 knot.
selisih jarak kapal, 3 fungsi keanggotaan masukan selisih Variabel masukan kecepatan kapal saat towing memiliki tiga
heading, dan 2 fungsi keanggotan masukan selisih kecepatan himpunan keanggotaan yaitu Low, Medium, High dengan
yang bernilai 4.1312% pada epoch 500. Nilai ini domain memiliki rentang 0-2.5 knot. Variabel masukan
menunjukkan kompetensi nilai prediksi sangat baik. kecepatan kapal saat hauling memiliki tiga himpunan
Sehingga, gaussian membership function akan digunakan keanggotaan yaitu Low, Medium, High dengan domain
untuk model identifikasi sub-sistem decision IUU memiliki rentang 0-7 knot. Variabel masukan laju perubahan
transshipment. posisi latitude memiliki tiga himpunan keanggotaan yaitu
Low, Medium, High dengan domain memiliki rentang 0-1°.
D. Sub-sistem IUU Fishing Decision
Variabel masukan laju perubahan posisi longitude memiliki
Sub-sistem IUU Fishing Decision berfungsi untuk tiga himpunan keanggotaan yaitu Low, Medium, High dengan
mengidentifikasi terjadinya IUU Fishing dirancang dengan domain memiliki rentang 0-1°. Variabel masukan pada
menggunakan ANFIS. Sub-sistem IUU Fishing Decision masukan jenis kapal memiliki dua himpunan keanggotaan
dirancang menggunakan 6 variabel masukan yaitu kecepatan yaitu Non Kapal Ikan yang dinyatakan dengan 0 dan Kapal
kapal ikan sesuai dengan tahapan operasi penangkapan ikan Ikan yang dinyatakan dengan 1. Fungsi keanggotaan pada
(kecepatan saat casting, hauling, towing), laju perubahan sub-sistem IUU fishing decision adalah segitiga.
posisi latitude dan longitude, serta jenis kapal dari kapal yang Lapisan ketiga adalah penentuan rules yang digunakan
sudah terseleksi dari sub-sistem selection, seperti yang dalam sub-sistem decision IUU fishing, semua rules akan
ditunjukkan pada Gambar 6. Nilai keputusan sub-sistem IUU dijadikan sebagai acuan dalam tahap pembuatan aturan untuk
fishing decision lebih dari sama dengan 50% (Kf ≥ 50 %) menguji bobot fungsi fuzzy. Berdasarkan variabel dan
diduga melakukan IUU Fishing. parameter pada sub-sistem decision IUU fishing dapat
diketaui pola pergerakan kapal yang diduga melakukan IUU
fishing ataupun tidak. Rules dibuat berdasarkan aturan if-then
dengan jumlah 486 aturan.
Tabel 6. Fungsi Keanggotaan Variabel Masukan Sub-sistem IUU Fishing
Decision
Variabel Himpunan Fungsi
Domain
Masukan Keanggotaan Keanggotaan
Gambar 6. Diagram Sistem Identifikasi Sub-sistem IUU Fishing Decision Low [0 2 4] Trimf
Kecepatan
Medium [2.5 4.5 6.5] Trimf
Casting (knot)
Arsitektur ANFIS sub-sistem IUU fishing decision High [5 7 7] Trimf
Low [0 0.5 1] Trimf
ditunjukkan pada Gambar 7. yang memiliki 5 lapisan.
[0.625 0.9375
Lapisan pertama adalah variabel masukan dalam sub-sistem Kecepatan Medium Trimf
1.25]
Towing (knot)
decision IUU fishing berupa kecepatan kapal saat casting, High
[1.125 1.5
Trimf
towing, dan hauling, serta laju perpindahan posisi longitude 2.5]
Kecepatan Low [0 0 2.8] Trimf
dan latitude, dan jenis kapal. Lapisan kedua adalah Hauling Medium [0.7 3.5 6.3] Trimf
membership function variabel masukan kecepatan kapal saat (knot) High [4.2 7 7] Trimf
casting, towing, dan hauling, serta laju perpindahan posisi Laju Low [0 0 0.1] Trimf
longitude dan latitude yang terdiri dari Low, Medium, dan Perubahan [0.05 0.15
Medium Trimf
Posisi 0.25]
High didasarkan pada penelitian sebelumnya [10] dengan Latitude (°) High [0.2 0.3 1] Trimf
tambahan membership function variabel masukan jenis kapal Laju Low [0 0 0.1] Trimf
yang terdiri dari Kapal Ikan dan Non Kapal Ikan, seperti yang Perubahan
Medium
[0.05 0.15
Trimf
ditunjukkan pada Tabel 6. Posisi 0.25]
Longitude (°) High [0.2 0.3 1] Trimf
Non Kapal Ikan
Jenis Kapal [0 0 0.5] Trimf
(NKI)
(J)
Kapal Ikan (KI) [0.5 1 1] Trimf

Lapisan keempat adalah menentukan nilai keluaran dari


rules yang dinyatakan sebagai degree of membership function
output (outputmf). Perolehan nilai akan digunakan untuk
mendapatkan crisp output yang didapatkan dari Center of
Gravity. Lapisan kelima adalah lapisan total keluaran dari
sistem dan juga mendapatkan nilai MAPE yang dihasilkan.
Sub-sistem IUU fishing decision menggunakan data
training (data pelatihan) dengan jumlah 1536 data, 1386 data
Gambar 7. Arsitektur ANFIS Sub-sistem IUU Fishing Decision untuk data training (data pelatihan) dan 150 data untuk data
testing. Struktur terbaik dari ANFIS dapat ditentukan dengan
Tabel 6. menunjukkan data masukan sub-sistem IUU merancang membership function yang memiliki nilai MAPE
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

terkecil dengan menggunakan variasi epoch yaitu 10, 20, 50,


dan 350, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. B. Hasil Pengujian Data Sub-sistem Selection
Tabel 7. Nilai MAPE Sub-sistem IUU Fishing Decision Perancangan sub-sistem identifikasi selection digunakan
Fungsi
MAPE (%) untuk mengidentifikasi kapal yang diduga melakukan IUU
Epoch 10 Epoch 20 Epoch 50 Epoch 350 fishing atau transshipment. Struktur terbaik dari ANFIS dapat
Gaussmf 7.0591 6.9956 7.4036 7.3875
Trimf 7.4089 7.4324 7.5096 7.9481
ditentukan dengan merancang membership function yang
Trapmf 7.0684 6.9850 6.7551 6.7281 memiliki nilai MAPE terkecil, didapatkan nilai MAPE
Gbellmf 6.5307 6.5562 7.2885 6.4281 terkecil adalah menggunakan fungsi trimf atau triangular
Gauss2mf 6.4322 6.5359 7.2097 6.2582 membership function dengan jumlah 4 fungsi keanggotaan
Pimf 7.1933 7.1349 6.8459 6.8807
masukan jarak kapal dan 3 fungsi keanggotaan masukan
Dsigmf 6.6415 6.5936 6.9316 7.3145
Psigmf 6.6415 6.5936 6.9299 7.3560 selisih heading yang bernilai 0.6103% pada epoch 350.
Sehingga, triangular membership function akan digunakan
Hasil simulasi pada berbagai variasi membership function untuk model identifikasi sub-sistem selection.
Tabel 7. didapatkan nilai MAPE terkecil adalah
Tabel 9. Hasil Pengujian Data Sub-sistem Selection
menggunakan fungsi gauss2mf atau two gaussian
Pola Nilai Keputusan (%)
membership function dengan jumlah 3 fungsi keanggotaan 1 IUU Fishing 25.4239
masukan kecepatan saat casting, 3 fungsi keanggotaan 2 IUU Fishing 25.4777
masukan kecepatan saat towing, 3 fungsi keanggotan 3 IUU Fishing 25.5132
1 IUU Transshipment 67.7394
masukan kecepatan saat hauling, 3 fungsi keanggotan
2 IUU Transshipment 77.0216
masukan laju perubahan posisi latitude, 3 fungsi keanggotan
masukan laju perubahan posisi longitude, dan 2 fungsi Nilai keluaran identifikasi pada sub-sistem selection
keanggotan masukan jenis kapal yang bernilai 6.2582% ditunjukkan pada Tabel 9. Hasil keluaran ANFIS identifikasi
dengan epoch 350. Nilai ini menunjukkan kompetensi nilai pada sub-sistem selection ini dapat menduga kapal yang
prediksi sangat baik. Sehingga, two gaussian membership melakukan IUU fishing dan transshipment, ditandai dengan
function akan digunakan untuk model identifikasi sub-sistem besarnya nilai keluaran. Pada 3 pola yang digunakan sebagai
IUU fishing decision. Fungsi gauss2mf adalah kombinasi dari masukan dengan pola pergerakan melakukan IUU Fishing
dua parameter sig1 dan c1 yang menentukan bentuk kurva menghasilkan nilai keputusan kurang dari 50 % (Ks < 50 %),
paling kiri dan parameter sig2 dan c2 menentukan bentuk sehingga diduga melakukan IUU Fishing sesuai dengan
kurva paling kanan. scenario yang bangun. Pada 2 pola yang digunakan sebagai
masukan dengan pola pergerakan melakukan IUU
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Transshipment menghasilkan nilai keputusan lebih dari sama
dengan 50 % (Ks ≥ 50 %), sehingga diduga melakukan IUU
A. Hasil Pengujian Data Sub-sistem Anomali
Transshipment sesuai dengan scenario yang bangun. Tahapan
Perancangan sub-sistem anomali digunakan untuk selanjutnya akan dilakukan decision IUU fishing dan IUU
mengidentifikasi kapal yang diduga melakukan anomali transshipment untuk dapat menghasilkan nilai keputusan
trayektori dengan variabel masukan yaitu selisih posisi sistem identifikasi IUU fishing dan IUU transshipment.
referensi dan real kapal, selisih heading referensi dan real
kapal, dan selisih kecepatan referensi dan real kapal. Isolation C. Hasil Pengujian Data Sub-sistem IUU Transshipment
Forest (iForest) digunakan untuk deteksi anomali, Decision
mengisolasi titik anomali yang ada dalam dataset Perancangan sub-sistem identifikasi IUU transshipment
dibandingkan dengan titik normal. Nilai keluaran dari decision digunakan untuk mengidentifikasi kapal yang
algoritma iForest adalah skor anomali. Mempertimbangkan diduga melakukan IUU transshipment atau tidak. Struktur
ambang batas yang ditentukan pengguna, algoritma iForest terbaik dari ANFIS dapat ditentukan dengan merancang
memberi label masing-masing poin sebagai normal atau membership function yang memiliki nilai MAPE terkecil,
sebagai anomali. Nilai keputusan anomaly ditunjukkan pada didapatkan nilai MAPE terkecil adalah menggunakan fungsi
Tabel 8. gaussmf atau gaussian membership function jumlah 3 fungsi
keanggotaan masukan selisih jarak kapal, 3 fungsi
Tabel 8. Hasil Pengujian Data Sub-sistem Anomali keanggotaan masukan selisih heading, dan 2 fungsi
Nilai Keputusan
Pola
(%)
Status keanggotan masukan selisih kecepatan yang bernilai
Pola 1 Fishing 50.7000 Anomali 4.1312% pada epoch 500. Sehingga, gaussian membership
Pola 2 Fishing 50.3700 Anomali function akan digunakan untuk model identifikasi sub-sistem
Pola 3 Fishing 58.0700 Anomali IUU transshipment decision.
Pola 4 Fishing 42.4900 Normal
Pola 5 Fishing 45.4300 Normal
Pengujian data pola 1 kapal IUU transshipment dilakukan
Pola 6 Fishing 44.8000 Normal dengan pembangkitan data kapal 1 berjenis kapal cargo dan
Pola 1 Transshipment Kapal 1 54.2466 Anomali kapal 2 berjenis kapal ikan. Kecepatan awal kapal 1 dan kapal
Pola 1 Transshipment Kapal 2 54.6233 Anomali 2 adalah 6 knot yang bertemu untuk melakukan IUU
Pola 2 Transshipment Kapal 1 53.2366 Anomali
Pola 2 Transshipment Kapal 2 53.3866 Anomali
transshipment selama 2 jam. Sebelum melakukan IUU
Pola 3 Transshipment Kapal 1 46.4166 Normal transshipment kapal akan mengurangi kecepatan laju kapal
Pola 3 Transshipment Kapal 2 50.0000 Normal untuk dapat bertemu pada titik yang telah ditentukan, seperti
Pola 4 Transshipment Kapal 1 45.1600 Normal ditunjukkan pada Gambar 8.
Pola 4 Transshipment Kapal 2 47.0266 Normal
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

-6.32 Kapal 1 keanggotan masukan kecepatan saat hauling, 3 fungsi


Kapal 2
-6.34 keanggotan masukan laju perubahan posisi latitude, 3 fungsi
-6.36 keanggotan masukan laju perubahan posisi longitude, dan 2
fungsi keanggotan masukan jenis kapal yang bernilai
-6.38
Latitude (°)

6.2582% pada epoch 350. Nilai ini menunjukkan kompetensi


-6.4
nilai prediksi baik. Sehingga, two gaussian membership
-6.42 function akan digunakan untuk model identifikasi sub-sistem
-6.44 IUU fishing decision.
Pengujian data pola 1 kapal IUU fishing dilakukan dengan
-6.46
pembangkitan data. Pola 1 pergerakan kapal dibangkitkan
-6.48
135.09 135.1 135.11 135.12 135.13 135.14 135.15 135.16 135.17 135.18 135.19 untuk membentuk pola kapal cantrang dengan trayektori
Longitude (°) melingkar memiliki panjang jaring 100 meter. Kecepatan
Gambar 8. Pola 1 Pergerakan Kapal IUU transshipment awal kapal adalah 4 knot yang semakin berjalannya waktu
kapal mengalami penurunan kecepatan, seperti ditunjukkan
Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan untuk
pada Gambar 10. Kapal berhenti secara tiba-tiba selama 30
mendapatkan nilai keputusan, pada pola 1 pergerakan kapal
menit, kemudian kapal melakukan perjalanan kembali
IUU transshipment didapatkan nilai keputusan sebesar
dengan pola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10., hal
81.7896% dan menunjukkan bahwa kapal melakukan IUU
ini dicurigai melakukan kegiatan IUU fishing. Pada pengujian
transshipment. Hal ini terlihat dari selisih jarak, heading, dan
data pola 1 kapal IUU fishing, kapal kedua diasumsikan
kecepatan kapal yang sangat kecil sehingga diduga IUU
dalam posisi diam dengan latitude -6.2642° dan longitude
transshipment.
135.2233°, kecepatan sebesar 4.025 knots, dan heading kapal
Pengujian data pola 1 kapal IUU transshipment dilakukan
sebesar 179° di Perairan Arafura.
dengan pembangkitan data kapal 1 berjenis kapal ikan dan
kapal 2 berjenis kapal ikan. Kecepatan awal kapal 1 dan kapal -6.22

2 adalah 6 knot yang bertemu untuk melakukan IUU -6.23

transshipment selama 2 jam. Sebelum melakukan IUU -6.24


transshipment kapal akan mengurangi kecepatan laju kapal -6.25
untuk dapat bertemu pada titik yang telah ditentukan, seperti
Latitude (°)

-6.26
ditunjukkan pada Gambar 9.
-6.27

-7.406 Kapal 1 -6.28


Kapal 2
-7.408 -6.29

-6.3
-7.41
-6.31
135.225135.23135.235135.24135.245135.25135.255135.26135.265135.27135.275
Latitude (°)

-7.412
Longitude (°)

-7.414 Gambar 10. Pola 1 Pergerakan Kapal 1 IUU Fishing

-7.416 Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan untuk


-7.418
mendapatkan nilai keputusan, pada pola 1 pergerakan kapal
IUU fishing didapatkan nilai keputusan sebesar 80.7496%
-7.42
134.78 134.8 134.82 134.84 134.86 134.88 134.9 134.92 134.94 134.96
dan menunjukkan bahwa kapal diduga IUU fishing. Hal ini
Longitude (°) terlihat dari kecepatan casting, towing, dan hauling yang
Gambar 9. Pola 2 Pergerakan Kapal IUU transshipment sangat kecil, sehingga diduga IUU fishing.
Pengujian data pola 2 kapal IUU fishing dilakukan dengan
Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan untuk
pembangkitan data. Pola 2 pergerakan kapal dibangkitkan
mendapatkan nilai keputusan, pada pola 2 pergerakan kapal
untuk membentuk pola kapal purse seines dengan trayektori
IUU transshipment didapatkan nilai keputusan sebesar
melingkar. Kecepatan awal kapal adalah 4 knot yang semakin
82.2644% dan menunjukkan bahwa kapal melakukan IUU
berjalannya waktu kapal mengalami penurunan kecepatan,
transshipment. Hal ini terlihat dari selisih jarak dan kecepatan
seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Kapal berhenti secara
kapal yang sangat kecil serta selisih heading terlihat
tiba-tiba selama 30 menit, kemudian kapal melakukan
melakukan crossing sehingga diduga IUU transshipment.
perjalanan kembali dengan pola seperti yang ditunjukkan
D. Hasil Pengujian Data Sub-sistem IUU Fishing Decision pada Gambar 11., hal ini dicurigai melakukan kegiatan IUU
Perancangan sub-sistem identifikasi IUU fishing decision fishing. Pada pengujian data pola 2 kapal IUU fishing, kapal
digunakan untuk mengidentifikasi kapal yang diduga kedua diasumsikan dalam posisi diam dengan latitude -
melakukan IUU fishing atau tidak. Struktur terbaik dari 6.8513° dan longitude 135.8769°, kecepatan sebesar 4.025
ANFIS dapat ditentukan dengan merancang membership knots, dan heading kapal sebesar 180° di Perairan Arafura.
function yang memiliki nilai MAPE terkecil, didapatkan nilai Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan untuk
MAPE terkecil adalah menggunakan fungsi gauss2mf atau mendapatkan nilai keputusan, pada pola 2 pergerakan kapal
two gaussian membership function dengan jumlah 3 fungsi IUU fishing didapatkan nilai keputusan sebesar 80.7496%
keanggotaan masukan kecepatan saat casting, 3 fungsi dan menunjukkan bahwa kapal diduga IUU fishing. Hal ini
keanggotaan masukan kecepatan saat towing, 3 fungsi terlihat dari kecepatan casting, towing, dan hauling yang
sangat kecil, sehingga diduga IUU fishing.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8

Penentuan akurasi dengan membagi jumlah hasil


-6.81
identifikasi dengan banyaknya simulasi dan pengujian yang
-6.82 telah dilakukan pada system identifikasi. Sehingga, setelah
-6.83 melakukan perhitungan akurasi, didapatkan nilai akurasi
-6.84
sistem terintegrasi identifikasi IUU fishing dan transshipment
Latitude (°)

sebesar 81.2605%.
-6.85

-6.86 Tabel 10. Perbandingan Nilai Keputusan


Hasil
-6.87 Akurasi Hasil Akurasi Hasil Akurasi
-6.88
Sistem Sistem Sistem
Pola IUU Identifikasi Identifikasi Identifikasi
-6.89 dengan dengan NN dengan ANFIS
135.87 135.88 135.89 135.9 135.91 135.92 135.93 ANFIS [12] (MATLAB) [9]
Longitude (°)
(Python)
Gambar 11. Pola 2 Pergerakan Kapal 1 IUU Fishing IUU Fishing 82.0270% 89.9% 89.3%
IUU
Pengujian data pola 3 kapal IUU fishing dilakukan dengan 80.7496% 90.3% 87.4%
Transshipment
pembangkitan data. Pola 3 pergerakan kapal dibangkitkan
untuk membentuk pola kapal trawl dengan trayektori zig-zag. Penelitian ini berdasarkan pengembangan dari penelitian
Kecepatan awal kapal adalah 4 knot yang semakin yang telah dilakukan, sehingga akan dilakukan perbandingan
berjalannya waktu kapal mengalami penurunan kecepatan, antara nilai keputusan untuk dapat menentukan metode yang
seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Kapal berhenti secara dapat menghasilkan nilai keputusan yang optimal. Tabel 10.
tiba-tiba selama 30 menit, kemudian kapal melakukan menunjukkan perbedaan nilai keputusan antara penggunaan
perjalanan kembali dengan pola seperti yang ditunjukkan metode ANFIS dan Neural Network (NN).
pada Gambar 12., hal ini dicurigai melakukan kegiatan IUU F. Hasil Validasi Sistem Identifikasi
fishing. Pada pengujian data pola 3 kapal IUU fishing, kapal
Validasi sistem identifikasi dilakukan untuk mengetahui
kedua diasumsikan dalam posisi diam dengan latitude -
rancangan sub-sistem berhasil melakukan identifikasi.
6.8513° dan longitude 135.8769°, kecepatan sebesar 4.5
Validasi dilakukan menggunakan data real kapal yang diduga
knots, dan heading kapal sebesar 180° di Perairan Arafura.
melakukan praktik IUU transshipment dan IUU fishing. Data
-7.07 validasi real kapal diperoleh dari data AIS di situs
-7.08 marinetraffic.com, Marine Reliability and Safety Laboratory,
-7.09 dan penelitian sebelumnya. Data real AIS untuk validasi IUU
-7.1 transshipment didapatkan dari Marine Reliability and Safety
-7.11
Laboratory di Perairan Jawa, tepatnya antara Pulau Jawa dan
Latitude (°)

-7.12
Pulau Madura pada tanggal 19 November 2015 sebanyak 65
-7.13
titik trayektori. Data real AIS untuk validasi IUU fishing
-7.14
-7.15
didapatkan dari penelitian sebelumnya di Perairan Natuna,
-7.16 Kepulauan Riau pada tanggal 5 September 2015 pukul 12.00
-7.17 WIB hingga 7 September 2015 pukul 12.00 WIB sebanyak
-7.18 184 titik trayektori.
134.78 134.785 134.79 134.795 134.8 134.805 134.81 134.815
Longitude (°) 1) Hasil Validasi Sub-sistem Anomali
Gambar 12. Pola 3 Pergerakan Kapal 1 IUU Fishing Validasi sub sistem anomali dilakukan pada data real
kapal yang diduga melakukan IUU fishing dan
Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan untuk transshipment. Data real kapal validasi untuk IUU
mendapatkan nilai keputusan, pada pola 3 pergerakan kapal transshipment dan data yang dibangkitkan pada jalur
IUU fishing didapatkan nilai keputusan sebesar 80.7496% referensi dari marinetraffic.com ditunjukkan pada Gambar
dan menunjukkan bahwa kapal diduga IUU fishing. Hal ini 13. pada kapal 1, kapal 2 validasi IUU Transshipment
terlihat dari kecepatan casting, towing, dan hauling yang diasumsikan berjalan sesuai pada jalur referensinya sehingga
sangat kecil, sehingga diduga IUU fishing. memiliki jalur real dan referensi yang sama, akan dinilai
memiliki nilai keputusan anomali sebesar 0%. Pola validasi
E. Analisa Akurasi Sistem IUU transshipment pada Gambar 13. menunjukkan pola
Akurasi sistem dilakukan setelah pengujian sistem anomali dengan ditandai jalur anomali kapal yang terlihat
identifikasi terjadinya IUU fishing dan transshipment. Hasil pola warna biru tidak sama atau keluar dari jalur referensi
pengujian dihitung nilai akurasinya dengan membandingkan kapal yang berwarna orange. Isolation Forest digunakan
nilai keputusan akhir masing-masing sub-sistem pada karena dapat menunjukkan nilai anomali dari data yang
decision IUU fishing dan transshipment. Ketika melakukan digunakan pada penelitian ini. Keputusan anomali sebesar
pengukuran ilmiah, penting untuk akurat dan tepat. Akurasi 50.06% dengan nilai MAPE 9.8200%, yang menunjukkan
menunjukkan seberapa dekat suatu pengukuran dengan nilai memiliki nilai prediksi sangat akurat.
sebenarnya, hal tersebut dinilai penting karena peralatan yang
buruk, pemrosesan data yang buruk, atau kesalahan manusia
dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat yang tidak terlalu
mendekati kebenaran [11].
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 9

-7.1100 Jalur Real yang digunakan sebagai masukan dengan pola pergerakan
-7.1200 Referensi Kapal melakukan IUU Transshipment menghasilkan nilai
-7.1300 keputusan lebih dari sama dengan 50 % (Ks ≥ 50 %).
-7.1400 Tahapan selanjutnya akan dilakukan validasi decision IUU
fishing dan IUU transshipment untuk dapat menghasilkan
Latitude (°)

-7.1500
nilai keputusan sistem identifikasi IUU fishing dan IUU
-7.1600
transshipment pada validasi data real kapal.
-7.1700
3) Hasil Validasi Sub-sistem IUU Transshipment
-7.1800 Decision
-7.1900 Hasil validasi data kapal IUU transshipment
-7.2000 didapatkan dari Marine Reliability and Safety Laboratory.
112.6650
112.6700
112.6750
112.6800
112.6850
112.6900
112.6950
112.7000
112.7050
112.7100
112.7150 Kapal berjalan berdekatan dengan jarak paling mendekati
Longitude (°)
Gambar 13. Data Real Kapal Validasi Anomali IUU Transshipment yaitu 82 meter, seperti ditunjukkan pada Gambar 15.
Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan
Validasi sub-sistem anomali dilakukan pada data real untuk mendapatkan nilai keputusan, pada data validasi
kapal yang diduga melakukan IUU fishing dan pergerakan kapal IUU transshipment didapatkan nilai
transshipment. Data real kapal validasi untuk IUU fishing dan keputusan sebesar 19.0655% dan menunjukkan bahwa kapal
data yang dibangkitkan pada jalur referensi dari tidak melakukan IUU transshipment. Hal ini terlihat dari
marinetraffic.com ditunjukkan pada Gambar 14. Pola validasi selisih jarak dan kecepatan kapal yang cukup besar, sehingga
IUU Fishing pada Gambar 14. menunjukkan pola anomali tidak diduga IUU transshipment.
dengan ditandai jalur anomali kapal yang terlihat pola warna -7.11 Kapal 2
biru tidak sama atau keluar dari jalur referensi kapal yang Kapal 1
-7.12
berwarna orange. Isolation Forest digunakan karena dapat
-7.13
menunjukkan nilai anomali dari data yang digunakan pada
penelitian ini. Keputusan anomali sebesar 50.93% dengan -7.14
Latitude (°)

nilai MAPE 6.0391%, yang menunjukkan memiliki nilai -7.15


prediksi sangat akurat. -7.16
1.243 Jalur Real
Referensi… -7.17
1.2428 -7.18

1.2426 -7.19

-7.2
Latitude (°)

1.2424
112.66 112.67 112.68 112.69 112.7 112.71 112.72
Longitude (°)
1.2422 Gambar 15. Pola Pergerakan Kapal IUU transshipment data validasi
1.242
4) Hasil Validasi Sub-sistem IUU Fishing Decision
1.2418
Hasil validasi pola kapal IUU fishing didapatkan dari
1.2416 penelitian sebelumnya terjadi di Perairan Natuna., seperti
111.7 111.75 111.8 111.85 111.9 111.95 112 112.05 112.1 ditunjukkan pada Gambar 16.
Longitude (°)
Gambar 14. Data Real Kapal Validasi Anomali IUU Fishing 1.243 Searching
Hauling
2) Hasil Validasi Sub-sistem Selection 1.2428
Casting
Towing
Hasil simulasi pada berbagai variasi membership
function Tabel 3. didapatkan nilai MAPE terkecil adalah 1.2426
Latitude (°)

menggunakan fungsi trimf atau triangular membership


1.2424
function dengan jumlah 4 fungsi keanggotaan masukan jarak
kapal dan 3 fungsi keanggotaan masukan selisih heading 1.2422
yang bernilai 0.6103% pada epoch 350. Nilai ini
menunjukkan kompetensi nilai prediksi sangat baik. 1.242
Sehingga, triangular membership function akan digunakan
untuk model identifikasi sub-sistem selection. 1.2418
111.72 111.74 111.76 111.78 111.8 111.82 111.84
Longitude (°)
Tabel 11. Hasil Validasi Data Real Kapal Sub-sistem Selection
Gambar 16. Pola Validasi Pergerakan Kapal IUU Fishing
Pola Nilai Keputusan (%)
IUU Fishing Validasi 25.4829
IUU Transshipment Validasi 71.0251
Simulasi menggunakan meode ANFIS dilakukan
untuk mendapatkan nilai keputusan, pada pola validasi
Nilai keluaran identifikasi pada validasi sub-sistem pergerakan kapal IUU fishing didapatkan nilai keputusan
selection ditunjukkan pada Tabel 11. Hasil keluaran ANFIS sebesar 79.9245% dan menunjukkan bahwa kapal diduga
identifikasi pada validasi sub-sistem selection ini dapat IUU fishing. Hal ini terlihat dari kecepatan casting, towing,
menduga kapal yang melakukan IUU fishing dan hauling serta perubahan posisi latitude dan longitude yang
transshipment, ditandai dengan besarnya nilai keluaran. Pada sangat rendah serta jenis kapal yang menujukkan kapal ikan,
pola validasi yang digunakan sebagai masukan dengan pola sehingga diduga IUU fishing.
pergerakan melakukan IUU Fishing menghasilkan nilai
keputusan kurang dari 50 % (Ks < 50 %). Pada pola validasi
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 10

V. KESIMPULAN/RINGKASAN Jurnal Mimbar Hukum, vol. 31, no. 1, pp. 75–94,


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka 2019, Accessed: Dec. 24, 2021. [Online]. Available:
didapatkan kesimpulan sebagai berikut. pdfs.semanticscholar.org
[4] A. Serry, “The automatic identification system
1. Arsitektur ANFIS untuk sistem pengambilan keputusan
(AIS) : a data source for studying maritime traffic :
terjadinya IUU fishing dan transshipment dengan kondisi
The case of the Adriatic Sea,” 2017. [Online].
anomali data trayektori sebagai berikut.
Available:
a. Arsitektur ANFIS terbaik pada sub-sistem selection https://www.researchgate.net/publication/31667181
adalah dengan jumlah epoch 350 pada triangular 7
membership function menghasilkan nilai MAPE sebesar [5] A. Westerberg, “A cost benefit analysis of the AIS
0.6103%. Sub-sistem selection IUU Fishing terseleksi [Automatic Identification System] system in
melakukan IUU Fishing dengan nilai keputusan kurang Sweden,” 2006. [Online]. Available:
dari 50%, pola 1 memiliki nilai keputusan 25.4239%, https://commons.wmu.se/all_dissertations/145
pola 2 memiliki nilai keputusan 25.4777%, dan pola 3 [6] J. S. R. Jang, “ANFIS: Adaptive-Network-Based
memiliki nilai keputusan 25.5132%. Sub-sistem Fuzzy Inference System,” IEEE Transactions on
selection IUU Transshipment terseleksi melakukan IUU Systems, Man and Cybernetics, vol. 23, no. 3, pp.
Transshipment dengan nilai keputusan lebih dari sama 665–685, 1993, doi: 10.1109/21.256541.
dengan 50%, pola 1 memiliki nilai keputusan 67.7394%, [7] H. Matsumoto, M. Furusho, and M. Fuchi,
dan pola 2 memiliki nilai keputusan 77.0216%. “Research on the Utilization of AIS for Fishing
b. Arsitektur ANFIS terbaik sub-sistem decision IUU Boat,” Citation Journal of Maritime Researches,
transshipment adalah dengan jumlah epoch 500 pada vol. 5, pp. 25–34, 2015, doi: 10.24546/81009085.
gaussian membership function menghasilkan nilai [8] S. Li, “Anomaly Detection for Dummies
MAPE sebesar 4.1312%. Sub-sistem decision IUU Unsupervised Anomaly Detection for Univariate &
Transshipment diduga melakukan IUU Transshipment Multivariate Data,” 2020.
[9] C. Farahdiba, A. S. Aisjah, and A. A. Masroeri,
dengan nilai keputusan lebih dari sama dengan 50%, pola
Perancangan Integrasi Sistem Pengambilan
1 memiliki nilai keputusan 81.7896%, dan pola 2
Keputusan berbasis Data Automatic Identification
memiliki nilai keputusan 82.2644%.
System (AIS) untuk Pemodelan IUU Fishing dan
c. Arsitektur ANFIS terbaik sub-sistem decision IUU Transhipment menggunakan Adaptive Neuro-Fuzzy
fishing adalah dengan jumlah epoch 350 pada gaussian2 Inference System (ANFIS). 2018.
membership function menghasilkan nilai MAPE sebesar [10] N. N. Fatmawati, A. S. Aisjah, and A. A. Masroeri,
6.2582%. Sub-sistem decision IUU Fishing diduga Perancangan Integrasi Sistem Pengambilan
melakukan IUU Fishing dengan nilai keputusan kurang Keputusan untuk Identifikasi Terjadinya IUU
dari sama dengan 50%, pola 1 memiliki nilai keputusan Transhipment dan Fishing berbasis Data AIS
80.7496%, pola 2 memiliki nilai keputusan 80.7496%, (Automatic Identification System) menggunakan
dan pola 3 memiliki nilai keputusan 80.7496%. Logika Fuzzy. 2018.
2. Nilai akurasi sistem terintegrasi identifikasi IUU fishing [11] Pierce, “Evaluating Information: Validity,
dan transshipment sebesar 81.2605%. Nilai akurasi sistem Reliability, Accuracy, Triangulation,” 2007.
terintegrasi identifikasi IUU fishing dan transshipment [12] A. A. Masroeri, A. S. Aisjah, V. Agam, M.
memilii nilai lebih dari 80% dengan akurasi yang baik dan Pradenta, and M. A. Samudya, “Analysis of fuzzy
dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan logic systems types 1 and 2 in identifying of IUU
identifikasi IUU fishing dan transshipment. fishing and transshipment: A case study in
Indonesia’s vulnerable waters,” in IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, Feb.
UCAPAN TERIMA KASIH 2022, vol. 972, no. 1. doi: 10.1088/1755-
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah 1315/972/1/012060.
SWT, kedua orang tua, dosen pembimbing, teman-teman satu
rumpun penelitian, teman-teman angkatan 2018, teman-
teman laboratorium, dan teman-teman yang selalu membantu
dan mendoakan dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] F. Fauzan, K. Abdullah, and M. Z. Ahmad,
“Maritime border security and challenges for
Indonesia,” Malaysian Journal of Society and
Space, vol. 15, no. 2, May 2019, doi: 10.17576/geo-
2019-1502-12.
[2] M. Camilleri, “International Framework to combat
IUU fishing,” Rome, Nov. 2016. [Online].
Available: www.fao.org
[3] E. S. Puspoayu, C. Y. Sari, D. Virania, and C.
Ramadhani, “Praktik Illegal Transhipment Di Laut
Lepas Berdasarkan Hukum Laut Internasional,”

Anda mungkin juga menyukai