Artikel Skripsiku
Artikel Skripsiku
1. Pendahuluan
berbagai mitra tutur serta konteks yang menyertai dirasa menarik dan
dan perlu untuk diteliti.
Populasi santri putra penutur BM adalah 150, dari jumlah populasi
tersebut diambil sebanyak 20% untuk diadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini. Teknik sampel yang diambil adalah purpove sampling yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan ketentuan dan syarat-syarat
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan yang
diteliti. Sampel tersebut dirasa cukup mewakili populasi karena
homogennya perilaku berbahasa santri penutur BM terhadap mitra tutur
berbagai strata. Langkah selanjutnya adalah penentuan informan. Penulis
menetapkan beberapa kriteria untuk menentukan informan. Kriterianya
adalah (1) Informan adalah santri putra penutur BM, (2) sering
berinteraksi dengan berbagai strata mitra tutur di Ponpes, (3) menjadi
santri lebih dari dua tahun dan (4) memiliki intensitas tinggi dalam
berinteraksi serta (5) bersedia untuk digali informasinya.
Setelah melakukan pendekatan dan pengamatan terhadap
beberapa calon informan akhirnya dipilih tiga orang informan utama.
Ketiga informan tersebut dijadikan sebagai informan utama 1, 2 dan 3
sedangkan orang yang berposisi sebagai mitra tutur informan dijadikan
sebagai informan pendamping. Beberapa informan yang telah dipilih dan
ditentukan serta tuturan yang menyertai dapat dijadikan sebagai potret
perilaku berbahasa para santri penutur BM lainnya. Demi menjaga
kerahasiaan informan dan memenuhi etika penulisan, nama-nama orang
yang menjadi informan utama maupun informan pendamping disamarkan.
Nama-nama yang ada dalam teks tuturan bukan nama sebenarnya. Tahap
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan metode simak. Metode
ini dijabarkan dalam dua teknik yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan.
Teknik dasar dalam metode simak ini adalah teknik sadap. Pada
praktiknya, metode simak ini diwujudkan dengan penyadapan. Teknik
dasar tersebut kemudian diteruskan dengan teknik lanjutan yang terdiri
dari; Teknik Simak Libat Cakap (SLC) dan Teknik Simak Bebas Libat Cakap
( SBLC ).
Data yang berhasil dihimpun kemudian ditranskripsikan secara
ortografis ke dalam BM, secara harfiah dan maknawiah ke dalam BI 1.
Selanjutnya data diklasifikasikan menjadi beberapa bagian untuk
menganalisis permasalahan yang dikaji. Pada tahap analisis data, penulis
menggunakan Metode padan. Tuturan dan konteks tuturan menjadi data
primer untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. analisis data
untuk mengetahui perilaku berbahasa, pilihan bahasa, ragam bahasa, alih
kode dan campur kode dilakukan dengan cara menghitung ciri-ciri dan
jumlah proporsi kata yang digunakan dalam tuturan2. Analisis data dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk formal berupa kata-kata biasa.
1 ( ) : pengapit terjemahan harafiah , contoh: mon caen engko (kalau katanya saya)
maknawiah, contoh: mon caen engko (menurut saya)
: pengapit makna, contoh: Ngakan makan
*
: asterisk yang menandakan satuan linguiatik yang tidak berterima
: pengapit terjemahan
Rizqi : Enjghi
(Belum masih)
Belum
: digunakan untuk vokal madya depan rendah tidak bulat seperti kata ngghi dalam BM dan
kata
merah dalam BI.
: digunakan untuk vokal depan madya atas seperti dalam kata enj dalam BM dan kata sekali dalam BI.
untuk
kelas
tiga
tingkat
dasar
Wafir
Mushtofa
Wafir
Mushtofa
: Iya
Wafir
Mushtofa
Basri : Enten
(Tidak)
Wafir : ngghi
(Iya)
Konteks:
percakapan
berlangsung
antara
Wafir
(19)
dengan
Tuturan:
Wafir
Baydhowi
Wafir
Baydhowi
Wafir
perbedaan umur. Wafir yang berusia lebih tua dari Baydhowi memilih
menggunakan BM ragam enj-iy karena penggunaan BM ragam enjaiya terhadap mitra tutur yang lebih muda diperbolehkan dalam
masyarakat Madura. Sementara Baydhowi yang berusia lebih muda dari
Wafir, menggunakan BM ragam engghi-enten sebagai bentuk
penghormatan terhadap mitra tutur yang lebih tua.
Faktor status sosial kyai dan santri juga menjadi penyebab
dipilihnya BM ragam engghi-bhunten oleh santri penutur BM. Hal ini
tampak pada tuturan berikut.
Konteks: peristiwa tutur terjadi antara Holil (A) seorang kyai dengan
Ridho (B) seorang santri di kediaman Holil. Peristiwa tutur
berlangsung pada pukul 20.00 WIB. Percakapan berlangsung ketika
Ridho mendatangi kediaman Holil. Dalam peristiwa tutur tersebut
Ridho memberikan surat keputusan pemilihan ketua pengurus.
Tuturan:
Holil : Sapa y?
(Siapa ya?)
Holil :
Ridho : Abdhina
(saya)
Pada penggunaan bahasa dalam tuturan di atas, dapat diketahui
bahasa yang digunakan oleh partisipan (Holil dan Ridho) adalah BM. Hal
ini terbukti dengan digunakannya kata-kata milik BM dalam setiap
Wafir
Mahfudz
: Napa ka?
(Apa kak?)
Ada apa kak?
Wafir
Mahfudz
: Emmi napa
(Mie apa?)
Mie apa?
Wafir
: Emmi kua
(Mie kuah)
Mie kuah
Dalam kutipan di atas, diketahui bahasa yang digunakan oleh Wafir
dan Mahfudz adalah BM karena konsistennya penggunaan kata-kata milik
Tuturan:
Basri :
Basri :
oleh kyai
Basri :
Basri :
Bcalah kad!
(Bacalah Dulu!)
Coba dibaca dulu!
Basri :
Basri :
J, bca kad!
Pada kutipan 12 tersebut Basri menggunakan BM ragam engghienten terhadap Faruq yang merupakan ustadznya. Sebaliknya Faruq juga
menggunakan BM ragam engghi-enten sebagai kode bahasa ketika
berbicara dengan Basri. Pemilihan BM ragam engghi-enten oleh Basri
disebabkan karena situasi percakapan berlangsung dalam situasi yang
tidak formal. Berbeda dengan penggunaan bahasa pada kutipan 12 yang
berisi percakapan antara Basri dengan Faruq dalam situasi yang tidak
formal, pada kutipan 13, Basri menggunakan BM ragam engghi-bhunten
terhadap Faruq dalam situasi formal.
Faktor jumlah partisipan juga menjadi dasar pemilihan bahasa santri
penutur BM. Hal ini tampak pada tuturan berikut.
Pelajaran?)
Anis :
Iy maso arapa?
(Iya masuk kenapa)
Iya saya masuk kenapa?
Anis :
Anis :
Pndenan ra bk bnya
Wafir:
sebuah kebiasaan.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Rahardi, Kunjana, 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih kode . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar
Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Sofyan, Akhmad, Bambang Wibisono, Amir Mahmud, dan Foriyani
Subiyatningsih. 2008. Tata bahasa Bahasa Madura. Surabaya: Balai
Bahasa Surabaya.
Wibisono, Bambang. 2005. Perilaku Berbahasa Warga Kelompok Etnis
Madura di Jember dalam Obrolan dengan Mitra tutur Sesama dan
Lain Etnis. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Universitas Negeri
Malang.