Definisi
Keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan
Normal selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan.
Faktor
Predisposisi
Kehamilan multiple
Riwayat kehamilan preterm sebelumnya
Koitus dengan higienitas buruk
Perdarahan pervagina
Bakteriuria
pH vagina diatas 4,5
Servik yang tipis < 39 mm
Flora vagina abnormal
Kadar Corticotropic Releasing Hormone (CRH)
maternal tinggi
Inkompetensi servik
PATOGENESIS
Kontraksi uterus
dan peregangan
berulang
Ketidakseimbang
an antrara
Metalloproteinas
e dan
metalloproteinas
e inhibitor 1
(TIMP-1)
Perubahan
biokimiawi
selaput ketuban
Infeksi Bakteri
HIS
Degradasi
proteolitik dari
matriks
ekstraseluler
dan membran
janin
Meningkatkan
IL-1 dan
prostaglandin
Degradasi
kolagen
Kolagenase
jaringan
Depolimerisa
si kolagen
Penegakkan
Diagnosis
Anamnesis riwayat keluarnya air ketuban
berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
bisa berlangsung tiba-tiba.
cairan ketuban mengalir dari
Inspekulo
ostium uteri eksterna.
Pemeriksaan penunjang :
Nitrazin tes positif perubahan warna kertas
lakmus.
Fern test : positif gambaran pakis yang
didapatkan dari air ketuban yang diperiksa
secara mikroskopis.
oligohidramnion.
USG
Pemeriksaan penunjang :
Nitrazine test
pH vagina normal adalah 4,5 5,5 sedangkan air ketuban
mempunyai pH 7,0 7,5, sehingga kertas nitrasin akan
cepat berubah warna menjadi biru bila terkena air ketuban.
Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina
dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan
hasil nitrazine test positif palsu.
Fern test
Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang
didapatkan pada air ketuban pada pemeriksaan secara
mikroskopis.
Evaporation test
Intraamniotic fluorescein
Amnioscopy
Diamine oxidase test
Fetal fibronectin
Alfa-fetoprotein test
Komplikasi
Dapat terjadi pada ibu atau janin:
Infeksi
Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD.
Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya
antara lain demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala
berikut yaitu takikardi baik pada ibu maupun pada janin,
uterus yang melembek, air ketuban yang berbau busuk,
maupun leukositosis.
Hyaline membrane disease
Beberapa
penelitian
menyebutkan
bahwa
hyaline
membrane disease sebagian besar disebabkan oleh ketuban
pecah dini (KPD). Terdapat hubungan antara umur
kehamilan dengan hyaline membrane disease dan
chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada
usia kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline
membrane disease lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.
Hipoplasi pulmoner
Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan
26 minggu dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang
diketahui dari adanya distress respirasi yang berat yang
terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan bantuan
ventilator.
Abruptio placenta
Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi
plasenta yang mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala
klinik yang terjadi adalah perdarahan pervaginam.
Fetal distress
Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang
menggambarkan kompresi tali pusat yang disebabkan
oleh oligohidramnion. Sehingga untuk mengatasinya
maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan
tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.
Cacat pada janin
Kelainan kongenital
PENATALAKSANAAN
KETUBAN PECAH
DINI
PRETERM
ATERM
<32 - 37 MINGGU
>37-40 MINGGU
KONSERVATI
F
TERMINASI
DP
BD
P
Terapi
konservatif
rawat inap selama air ketuban masih
UK< 32-34
keluar
sampai air ketuban tidak lagi keluar.
minggu
setelah dirawat, tapi air ketuban masih keluar
UK 32-37
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan
minggu
untuk terminasi.
belum inpartu tidak ada tanda infeksi diberi
UK 32-34
dexamethason
dosis 5 mg I.M tiap 6 jam, 4 kali dan observasi
tanda minggu
infeksi dan kesejahteraan janin Terminasi UK 37 minggu
sudah inpartu, tanpa tanda infeksi berikan
tokolitik dan
dexamethason, induksi persalinan
sesudah 24 jam.
UK
32-37
Infeksi
antibiotik (ampisilin
4 x 500 mg
minggu
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
Terapi aktif
UK > 37
minggu
UK > 37
minggu
Tanda-tanda
infeksi
s
c
SECTIO CAESARIA
Definisi
Seksio sesaria ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus.
Jenis
Indikasi
1. Indikasi Medis
a) Power
misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit
jantung
atau
penyakit
menahun
lain
yang
mempengaruhi tenaga.
b) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan
kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun
dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada
pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress
syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).
c) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma
persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak,
adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes
genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar
dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang
menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar
kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35
tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada
wanita dengan usia 40 tahun ke atas misalnya tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
b) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya,
persalinan
melalui
bedah
caesar
tidak
mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung
secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang
mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak
mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah,
lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan
bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
- Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau
selruh jalan lahir.
- Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim
sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan
untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan
oksigen atau keracunan air ketuban.
- Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim.
Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang
berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35
tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta.
e) Kelainan Tali Pusat
- prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada
keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau
tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
- Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya.
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.
Komplik
asi
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan
suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa
nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang arteria uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang
kuatnya jaringan parut pada dinding uterus
sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya