Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS

kondisi Panti Sosial Tresna Werdha di Pare-pare, Sulawesi Selatan yang sangat memprihatinkan. Kabar
awalnya, para penghuni panti jompo disuguhi makanan basi oleh pengelola panti berkembang menjadi isu
sosial, TV one langsung datang meliput ke lokasi. Ternyata disamping disuguhi makanan basi, tempat
yang ditinggali juga tak layak huni, jorok dan bau.
Panti sosial yang berada dibawah naungan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ini hampir mirip dengan
kandang kambing. Di layar televisi tampak jelas kamar yang dihuni oleh para jompo memang tidak layak
huni. Orang tua di panti jompo tersebut (maaf) selayaknya hewan peliharaan. Makan, tidur, bahkan buang
air disitu. Namanya juga orang tua, kalau kebelet yah ngompol. Tidak ada yang membersihkan tempat
mereka. Sungguh dari penglihatan mata, lebih enak dan layak tinggal di penjara dari pada di panti jompo
tersebut.

Kepala Panti berlebaran di Makassar saat kejadian ini. Tidak ada pelimpahan tanggung jawab
karena banyak atau mungkin hampir semua pegawai panti berlebaran bersama keluarga masingmasing.
Soal makanan basi hanya masalah teknis. Makanan basi terjadi karena penundaan lebaran Idul
Fitri tahun ini yang awalnya hari selasa menjadi hari rabu. Pengurus panti ingin memberi
surprise bagi penghuni panti dengan membuat lontong dan makanan lebaran lainnya. Namun
karena lebaran ditunda, makanan baru disuguhkan hari rabu padahal sudah dibuat sejak senin
malam. Gimana tidak basi hayoo. Ini alasan dari Kadis Sosial Sulsel.
Kondisi yang sangat buruk ini hanya terjadi di ruang isolasi, yang menampung orang tua yang
bermasalah dan susah diatur. Ada 10 wisma dan bisa menampung hingga 100 orang. Penghuni
ruang isolasi sekitar 6 orang (Kata Kadis Sosial Sulsel). Namun kata reporter TVone, semua
wisma di panti jompo ini hampir seluruhnya sama kondisinya. Beda-beda tipis dengan ruang
isolasi. Bahkan pengakuan sang reporter, saking baunya wisma-wisma ini, dia menggunakan
masker karena tidak tahan bau busuknya.
Dirjen sosial pusat (kalau tidak salah eja) mengatakan kondisi panti jompo di Pare-pare memang
sangat memprihatinkan. Hasil penelusuran lanjutan mengatakan bahwa jika orang tua meninggal,
akan dikubur bersama barang-barangnya seperti kasur dan pakaian (karena saking joroknya,
entah dimandikan atau tidak). Dan penghuni baru akan melantai karena tidak ada kasur
tambahan.

Tanggapan:
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan harus bertindak, yaitu dengan cara mencopot Kepala Panti
Jompo karena manajemen yang kurang, dan lebih memperhatikan kondisi panti dengan berusaha melobi
pihak terkait (Bappeda dan DPRD) untuk penambahan anggaran, atau pengurus panti bisa mencari
alternatif lain untuk mencari tambahan anggaran untuk memperbaiki fasilitas dan pelayanan di panti
Pengelola panti jompo tersebut juga harus mengetahui dan mematuhi butir-butir pelayanan dalam Panti
Sosial Tresna Werdha diatur dalam Keputusan Menteri Sosial No. 80/HUK/2010 tentang Panduan
Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota mencakup:
1) Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri pekerja sosial dan petugas administrasi;
2) Struktur Organisasi terdiri dari kepala, urusan tata usaha, bidang/seksi persiapan pelayanan sosial.
Bidang/seksi rehabilitasi sosial, bidang/seksi resosialisasi dan bimbingan lanjut;
3) Tahapan Pelayanan terdiri atas pendekatan awal/persiapan, penentuan dan pengkajian kebutuhan
PMKS, penyusunan rencana pelayanan, pelaksanaan pelayanan, pelayanan kesehatan dasar, monitoring,
pencatatan pelaporan, evaluasi, terminasi dan bimbingan lanjut;
4) Fasilitas Pelayanan terdiri atas gedung administrasi, gedung asrama, gedung/ruang keterampilan,
gedung/ruang jenis-jenis pelayanan/bimbingan, gedung/ruang makan, gedung/ruang dapur, gedung/ruang
ibadah, sanitasi, ruang kesehatan, peralatan dan obat-obatan, lapangan/ruangan olahraga, peralatan dan
baahn keterampilan, peralatan/bahan/materi bimbingan, peralatan dan bahan olahraga serta rekreasi;
5) Komponen kegiatan meliputi penyediaan sarana prasarana panti sosial skala Provinsi seperti
penyediaan peralatan perkantoran, penyediaan sarana dan bahan keterampilan dan bimbingan lainnya,
penyediaan sarana olahraga dan rekreasi, penyediaan dana operasional dan pelayanan, penyediaan dana
untuk bimbingan dan keterampilan, peningkatan kemampuan SDM (peksos dan petugas administrasi),
penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala Provinsi;
6) Kewenangan dinas/instansi sosial skala Provinsi dalam penyediaan sarana dan prasarana panti seperti:
penetapan struktur organisasi panti, penyiapan SDM, penyiapan sarana dan prasarana, penetapan jenis
pelayanan, pembentukan jejaring kerja/kemitraan, penetapan kriteria penerima pelayanan, dan
pelaksanaan supervisi, monitoring dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai