Anda di halaman 1dari 5

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA memiliki 5 (lima) unit Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
atau yang secara luas dikenal sebagai Panti Jompo. Kecuali PSTW 05 yang bernama Usada Mulia, empat
lainnya bernama Budi Mulia. PSTW Budi Mulia 01 di Jakarta Timur, PSTW Budi Mulia 02 di Jakarta
Barat, PSTW Budi Mulia 03 di Jakarta Timur, PSTW Budi Mulia 04 di Jakarta Selatan dan PSTW 5
Usada Mulia di Jakarta Barat. Total Warga Binaan Sosial (WBS) di kelima panti jompo itu hingga akhir
Agustus 2013 tercatat 817 orang.

Seperti panti-panti lainnya, jumlah WBS di PSTW juga turun naik dengan kecen- drungan akan terus
meningkat. Sebagian besar WBS PSTW terdiri dari para jompo terlantar yang sudah tidak memiliki
keluarga. Penurunan WBS lebih disebabkan karena kematian, sementara jumlah WBS meningkat karena
hasil operasi penertiban. Setiap kali Satpol PP menggelar operasi PMKS atau operasi yang dilakukan
secara gabungan dengan Dinas Sosial, selalu ada PMKS manula terlantar yang terjaring.

PSTW Budi Mulia 01 Cipayung, Jakarta Timur, dipimpin Tuti Sulystianingsih. PSTW 02 Cengkareng,
Jakarta Barat, dipimpin Akmal Towe, PSTW 03 Ciracas, Jakarta Timur, dipimpin Marwiati, PSTW 04
Margaguna, Jakarta Selatan, dipimpin Yanti Afi- yanti dan PSTW 05 Usada Mulia Cengkareng, Jakarta
Barat, dipimpin Masyudi.

Dari kelima panti yang berada di bawah kendali Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta ini, PSTW Usada
Mulia adalah panti dengan kondisi WBS dengan tingkat kesehatan yang sangat buruk. Semua WBS dalam
keadaan sakit. Karena itulah, panti ini diberi nama "Usada" Mulia yang merujuk pada dunia kesehatan.
Setiap bulan, selalu ada WBS yang meninggal di panti yang beralamat di Jalan Cenderawasih VI itu.
Setiap kali ada WBS yang meninggal, "Selalu ada pula WBS baru yang masuk," ungkap Masyudi. "Se-
jak tahun 2011, jumlah WBS di panti ini belum pernah di bawah 150," tambahnya.

Setiap panti memiliki Tupoksi masing-masing dan bisa dipastikan tidak banyak yang tahu. Kian Kelana
yang bersemboyan "Saya datang untuk bekerja" tadi, tidak hendak menanggapi anggapan bahwa para
pendahulunya tidak berbuat banyak untuk mengangkat citra Dinas Sosial. "Saya tidak berwenang menilai
para pendahulu saya," katanya. Kian hanya menegaskan, dia hanya ingin berjuang meningkatkan kualitas
pembinaan dan pelayanan baik terhadap masyarakat binaan di panti-panti maupun terhadap kinerja staf
Dinas Sosial sendiri. "Saya ingin mengajak kawan-kawan (di Di- nas Sosial) untuk lebih mencurahkan
tenaga dan pikiran pada bidang masing-masing untuk meningkatkan pelayanan," tegasnya.

Menurut Kian, salah satu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, adalah soal peningkatan pelayanan
publik. Soal pelayanan ini, menurut tafsir Kian Kelana, terma- suk dalam usaha meningkatkan pelayanan
dan pembinaan terhadap Warga Binaan So- sial)WBS) di panti-panti sosial.

Untuk itulah, hari-hari pertama masa bhaktinya, setelah rapat umum pada hari per- tama, Kian memanggil
para Kepala Bidang untuk menegaskan apa yang harus dilakukan ke depan agar keberadaan Dinas Sosial
benar-benar dirasakan masyarakat. Dia mengajak semua jajaran Dinas Sosial untuk bekerja lebih keras
lagi agar fungsi-fungsi pelayanan sosial berjalan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial itu
sendiri.
Ada dua hal penting yang ditekankan gubernur (Fauzi Bowo ketika itu) saat melan- tik Kian Kelana
sebagai Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta. Pertama tentang peningkatan pelayanan dan kedua turut
mengusahakan metropolitan Jakarta bebas dari PMKS. Ini menyebabkan Kian seperti berpacu dengan
waktu. Harapan gubernur membebaskan Jakarta dari keberadaan PMKS, membuatnya harus bekerja
keras. Implikasi dari harapan gubernur itu, membawa dampak yang besar bagi Dinas Sosial. Tidak saja
dari aspek pembinaan terhadap PMKS yang sebagian besar dipastikan akan masuk ke panti panti. Tapi
juga kesiapan sarana dan prasarananya.

Kesiapan sarana dan prasana menjadi tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar kare- na, 27 panti milik
Pemerintah DKI Jakarta selain kapasitasnya sudah tidak memadai untuk menampung PMKS baik dari
hasil operasi penertiban maupun dari rujukan in- stansi lain dan masyarakat, juga sebagian besar
bangunan panti kurang layak huni. Di antaranya bahkan ada WBS yang harus dipindahkan ke ruangan
lain karena barak atau ruangan tidur untuk para WBS sudah ada yang nyaris ambruk. Bagaimana
mungkin meningkatkan pelayanan jika kondisi panti-panti yang ada kurang memadai?

Tidak hanya kondisi bangunan-bangunan panti yang harus direnovasi atau bahkan dibangun kembali.
Tapi juga rotasi harus dilakukan yang selain dimaksudkan untuk penyegaran, melainkan juga untuk
memilih pejabat yang benar-benar mampu dan mau menjalankan amanah tugas yang dibebankan. Dalam
hubungan inilah, di awal masa jabatannya, Kian secara mengejutkan menarik Ika Lestari Aji dari jabatan
Kepala Sudin Sosial Jakarta Pusat untuk kemudian diberi jabatan baru sebagai Kepala Panti Sosial Bina
Laras (PSBL) Harapan Sentosa 03 Ceger. (Setelah sekitar satu setengah di PSBL, Ika kemudian
ditempatkan sebagai Kasudin Sosial Jakarta Utara)

Tidak hanya Ika. Kasudin Sosial Jakarta Utara, Akmal Towe juga ditarik untuk ditempatkan sebagai
Kepala Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 01 Kedoya dan Yanuardi, Kasudin Sosial Jakarta
Barat menjadi Kepala Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 04 Ceger, Dinilai sukses
membenahi PSAA 4, Yanuardi kemudian ditempatkan sebagai Kepala Panti Sosial Bina Netra Cahaya
Bathin. Sedangkan Akmal kemudian pindah ke Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 02
Cengkareng.

Kian menilai ketiga pejabat itu mampu memperbaiki citra panti menjadi lebih baik dan bisa bergerak
seperti lokomatif pembaruan untuk meningkatkan fungsi-fungsi pelayanan terhadap WBS menjadi lebih
baik lagi. Ini tidak berarti pejabat-pejabat sk lagu mpya gagal menjalankan fungsi pelayanan. Melainkan,
kean in en yang lebih baik lagi. "Bu Ika, Pak Akmal dan Pak Yanuar adalah orang-orang yang memiliki
kinerja yang baik," katanya memberi alasan tentang penempatan ketiga mantan Kasudin Sosial Kep
Selain itu, Ika dan Akmal jauh sebelumnya juga sudah pernah menjabat sebagai Kepala Panti

aptasi dan mutasi tidak hanya terjadi di lingkungan Unit Pelaksana Teknis (UP) na ada pejabat yang
pensiun maupun karena ada yang dinilai lebih tepat ditugaskan di pada tingkat jabatan kepingan Unit
Pelaksana tek baik bidang yang lain. "Ini hal yang biasa. Tidak hanya terjadi di lingkungan dinas sosial
Tapi juga di instansi lain. Namanya restrukrisasi. Reformasi birokrasi pada hakikatnya adalah untuk
perbaikan," kata Kian ketika ditanya tentang rotasi yang dilakukannya

Hasil reformasi birokrasi di lingkungan Dinas Sosial DKI Jakarta itu, memberi warna yang positif. Kesan
tertutup selama bertahun-tahun menjadi terbuka karena para Kepala Bidang, para Kasudin dan para
sepatu Panta tidak lagi terkesan menutup diri. Para wartawan bisa mendapatkan informasi sehingga bisa
turut memublikasikan program-program Dinas Sosial yang tidak terlepas dari upaya peningkatan
pelayanan publik yang diharapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Paling tidak ada semacam imbangan
hingga tidak harus ada yang merasa dirugikan atas pemberitaan yang bersi- fat sepihak.

Tahun 2013 ini, merupakan tahun ketiga Kian Kelana memimpin Dinas Sosial DKI Jakarta. Hasilnya?
Setiap orang bisa menengok ke 27 unit panti yang berada di bawah ken- dali instansi ini tidak ada lagi
panti yang menebarkan aroma bau busuk. Sebelum Kian Kelana memimpin Dinas Sosial, orang harus
menutup hidung jika berada di lingkungan Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 01
Cengkareng atau Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Usada Mulia 05 yang juga berlokasi di
Cengkareng. PSBL 01 Cengk- areng bahkan sangat layak mendapat adipura karena ruang terbuka hijau
yang dibangun panti ini selain indah, juga tingkat kebersihan dan keteduhannya sangat terjaga.

Rotasi dan Renovasi

PEKAN-PEKAN PERTAMA masa jabatannya sebagai Kepala Dinas Sosial DKI Jakar- ta, Kian Kelana
banyak menghabiskan waktunya mengunjungi Panti Sosial yang berada di bawah kendali instansinya.
Kian tahu, banyak diantara panti itu yang kondisinya sangat memprihatinkan karena sejak dibangun tidak
banyak yang tersentuh perbaikan. Misalnya Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01
Cipayung yang dibangun pada tahun 1968. Dalam pandangan Kian, PSTW Budi Mulia 01 kurang layak
sebagai panti yang dihuni oleh para manula.

Begitu pula Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 02. Ceger. Fisik bangu- nan panti itu sudah
banyak yang rusak sekaligus kurang aman untuk menampung para PMKS sebelum disalurkan ke panti-
panti yang sesuai dengan jenis PMKS yang terjar- ing dari operasi penertiban. Selain kondisi bangunan
yang sudah rusak, pagar panti ini juga sangat rendah hingga sangat mudah bagi PMKS melarikan diri.
Setiap ramadhan, panti ini selalu penuh dengan pengemis hasil dari operasi penertiban.

Pemerintah DKI Jakarta memiliki 27 unit panti, 2 (dua) diantaranya berada di wilayah Banten. Kedua
panti yang berada di luar wilayah DKI Jakarta itu adalah Pan- ti Sosial Bina Karya (PSBK) Harapan Jaya,
Balaraja, dan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Khusnul Khotimah Serpong, Tangerang.

SBK Harapan Jaya Balaraja adalah panti yang menampung para tuna wisma dan tuna karya. Di panti ini,
WBS dilatih berbagai ketrampilan dengan fokus utama pelatihan di bidang perkebunan. Pelatihan di
bidang perkebunan ditekankan karena ada perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan
Kalimantan yang bersedia menampung WBS eks PSBK Harapan Jaya. Sejak Kian Kelana memimpin
Dinas Sosial, sudah banyak WBS PSBK yang dikirim ke Sumatera dan Kalimantan, bekerja di
Perkebunan Kelapa Sawit.

Berbeda dengan PSBK Harapan Jaya Balajara, PSPP Khusnul Khotimah di Serpong adalah panti
rehabilitasi eks pengguna atau korban narkotika. Di panti ini, WBS selain mendapat bimbingan mental
dan spiritual, juga dilatih ketrampilan terutama di bidang otomatif dan elektronik. Sudah banyak mantan
WBS PSPP yang kembali ke masyarakat atau keluarga bekerja di bengkel-bengkel atau membuka usaha
sendiri di bidang jasa servis elektronik seperti TV atau kulkas.
Mulanya Ingin Jadi Guru

PEMERINTAH PROVINSI DKI Jakarta memiliki 5 (lima) unit Panti Sosial Tresna Werda atau PSTW.
Kecuali PSTW 05 yang bernama Usada Mulia, empat lainnya diberi nama Budi Mulia. Tiga dari lima
panti itu dipimpin perempuan. PSTW Budi Mulia 01 jang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur, dipimpin
oleh Tuti Sulistya Ningsih. Tuti menggantikan Susana Budi Susilowati yang mendapat promosi jabatan
menjadi Sek- retaris Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sebelum menggantikan Susan, Tuti adalah
Kepala Tata Usaha PSTW Budi Mulia 01 itu sendiri. Dengan katalain. Tuti naik di "tempat" dan hal itu
membuatnya tidak perlu lagi melakukan semacam adaptasi. "Baik teman-teman staf maupun para WBS,
semua sudah saya kenal," katanya. Dalam hubun gan itu pula, Tuti bisa langsung bekerja.

Lahir di Jakarta, Tuti sebenarnya tidak pernah bercita-cita ingin jadi pekerja sosial atau bekerja di
lingkungan Dinas Sosial. Dia ingin jadi guru. Tapi bukan pula jadi guru yang berdiri di depan kelas
selayaknya guru-guru biasa. Dia ingin menjadi guru yang liangsung berada di tengah-tengah masyarakat
dengan pesertadidik yang tak mengenal butas usia. Misalnya mengajar warga yang tidak memiliki
kesempatan sekolah secara formal. Dia, antaralain, ingin berjihad turut memberantas buta huruf.

Dari cita-citanya itu, sebenarnya, sejak masih remaja sudah tertanam jiwa sosial pada diri Tuti. Hanya
lingkup bidang tugas yang diinginkan berbeda. Intinya sama, ingin mengabdi pada bangsa dan Negara.

Itu sebabnya, setamat SMA Tuti tidak ragu memilih IKIP Negeri Jakarta sebagai jenjang pendidikan
lanjutan. Dia memilih jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Karena hiat atau keinginan yang kuat, Tuti bisa
menyelesaikan kuliahnya lepat waktu. Pertengahan tahun 1988, perempuan ramah ini berhak menyandang
gelar sarjana ilmu pendidikan.

Hanya beberapa bulan setelah diwisuda, Departemen Sosial (ketika itu) mengeluar kan pengumuman
tentang penerimaan pegawai baru. Tenaga yang dibutuhkan, antar- alain, sarjana Pendidikan Luar
Sekolah, pas dengan ilmu yang ditimbanya di IKIP. Tuti pun melamar. Setelah mengikuti tes lisan dan
tertulis, Tuti dinyatakan lulus. Dia diteri ma bekerja di lingkungan Departemen Sosial. "Saya kemudian
ditempatkan di Kanwil Sosial Sulteng. Ini terjadi pada tahun 1989," ujarnya. Setelah sekitar tiga tahun di
Sulawesi Tengah, Tuti kembali ke Jakarta. Pada awal

dekade tahun 90an itulah, Tuti bisa dikatakan "malang-melintang" dari panti ke panti. Beberapa kali Tuti
dipercaya menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Panti. Bahkan sebe lum dikukuhkan menjadi Kepala
PSTW Budi Mulia 01 Cipayung awal April 2011 lalu, Tuti juga sempat menjabat sebagai Plt di panti itu
karena Susana mengikuti pendidikan. Susan yang digantikan Tuti, kini menjabat sebagai Sekretaris Dinas
Sosial DKI Jakarta. Diawal masa bhaktinya sebagai kepala panti, Tuti langsung disibukan oleh kegiatan
"boyongan" dari Cipayung, Jakarta Timur ke Kedoya, Jakarta Barat. Ini terjadi karena PSTW Budi Mulia
01 mengalami rehab total.

PSTW Budi Mulia 01 Cipayung dibangun pada tahun 1968. Kondisi panti ini dinilai sudah tidak memadai
lagi untuk menampung para jompo. Lebih-lebih terhadap para jompo yang berkebutuhan khusus seperti
mereka yang sudah tidak kuat lagi berjalan. Apalagi yang hanya bisa duduk di kursi roda. Di sisi lain,
bangunan panti itu sendiri su- dah banyak yang kropos dan daya tampungnya pun harus ditingkatkan lagi.
Kapasitas panti itu, dulu, hanya dirancang untuk 100 WBS. Fakta menunjukan jumlah WBS di panti itu
melebihi daya tampung. Apalagi, ada kecenderungan jumlah WBS akan terus bertambah dari tahun ke
tahun. Tren bakal meningkatnya WBS ini harus diantisipasi dengan meningkatkan kapasitas daya
tampungnya sekaligus fasilitas pendukungnya.

Memindahkan lebih dari 100 WBS dengan usia antara 60 (termuda) hingga 92 tahun (tertua), tidaklah
mudah. Apalagi tempat penampungan sementara seperti Panti Sosial Bina Karya (PSBK) Wanita Harapan
Mulia Kedoya, bukanlah panti yang diran cang untuk para manula. PSBK Kedoya dihuni oleh wanita-
wanita muda yang masih segar dan mudah melakukan pergerakan. Karena WBS PSBK muda dan sehat,
jarak antara ruang makan, kamar mandi, kamar tidur hingga surau, tidak masalah. Tapi bagi para jompo,
jarak menjadi masalah besar. Mereka yang sudah tidak kuat berdiri atau berjalan, harus dibantu baik ke
kamar mandi maupun hendak ke kamar makan. Begitu pula jika mereka ingin sembahyang, Surau di
komplek PSBK Wanita Kedoya, terpisah dengan asrama.

Mereka yang harus boyongan ke Kedoya, tidak hanya para WBS. Perawat dan ju rumasak untuk
sementara juga kudu pindah ke kemplek PSBK itu. "Sebagian besar staf dan perawat PSTW tinggal di
Jakarta Timur," kata Tuti. Karena WBS-nya pindah Para perawat dan jurumasak juga pindah. "Tapi ini
hanya untuk sementara," kata Tati Samaanejar 8 (delapan) di Kedoya, pembangunan kembali PSTW 01
selesai. pembangunan kembali PSTW 01 selesai dan dir esmikan oleh Fauzi Bowo (gubernur ketika itu)
pada akhir Desember 2011.

Kini, PSTW 01 dihuni 200 orang WBS. Panti ini juga dilengkapi dengan Posyandu Lansia di mana
pemanfaatnya tidak hanya para WBS yang tinggal di panti itu. Tapi juga oleh para lansia, warga sekitar
panti. Selain itu, setiap minggu sekali ada senam bersama yang diikuti pula oleh para lansia luar panti
sehingga dalam setiap kegiatan olahraga. nampak ratusan lansia berdatangan ke panti ini. "Kami juga
mengadakan pengajian rutin dan hampir semua WBS ikut pengajian," tutur Tuti.

Tuti menyebut "hampir semua WBS ikut senam dan pengajian karena memang tidak semua WBS bisa
berjalan ke halaman atau menuju surau yang ada di halaman tengah. "Beberapa WBS di sini ada yang
hanya bisa terbaring, sudah tak kuat ikut olah- raga," katanya. Namun Tuti tidak mengatakan mereka
yang sedang terbaring itu sebagai WBS yang sedang sakit. Melainkan karena usia tua. "Sakit sih tidak.
Maklum, usia mer- eka sudah uzur, di atas 70 tahun," tambah Tuti.

Anda mungkin juga menyukai