Siang itu saya mengantar Mama ke dokter jantung karena hasil pemeriksaan
laboratorium seminggu sebelumnya menyatakan hasil Laju Endap Darah (LED)
sangat tinggi. Dan ada salah seorang teman yang mengatakan bahwa Laju Endap
Darah (LED) yang tinggi berarti kekentalan darah juga tinggi sehingga berbahaya
bagi jantung. Namun ternyata menurut dokter jantung kedua hal tersebut tidak
sama. Laju Endap Darah (LED) yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya
peradangan/infeksi.
Apa yang dimaksud dengan Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation
Rate / ESR ?
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation
Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui
tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi
(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung
khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan
mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di
permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau
dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin
tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Dasar teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma
sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung
khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan
mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah
( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam
plasma ( mm/jam ).
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi
oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang
anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang
tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya
bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila
nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehinggai mereka tahu apa yang
mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin,
Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari
suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti
perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan
bekerja dengan baik.
Baru lahir
= 0 2 mm/jam
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih
mudah/cepat membentuk rouleaux LED .
Faktor Plasma
Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan
rouleaux LED .
Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi pada proses
infeksi akut maupun kronis
Faktor Teknik Pemeriksaan
Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan
LED .
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>200 C) akan mempercepat
pengendapan LED .
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi,
dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju
Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju
Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas,
sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya
menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan
setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Anemia
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
3. Terapi akupuntur
Sumber :
Ada satu poin penilaian yang selalu ada saat kita sedang melakukan pemeriksaan
darah lengkap. Poin itu adalah LED atau Laju Endap Darah. Semula orang mengira
(saya juga) itu ada hubungannya dengan penyakittekanan darah tinggi, kolesterol
ataupunjantung. Namun ternyata anggapan itu keliru. Lalu apa yang benar?
dari eritrosit ini ke dalam dasar tabung. Makin banyak sel darah merah yang
mengendap, maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Jika terjadi peradangan tubuh terutama diperankan oleh pembuluh darah dan leukosit
(sel darah putih) akan bereaksi sebagai respons terhadap suatu inflamasi yang sedang
terjadi. Pada saat peradangan makrofag mengeluarkan interleukin 1 dan interleukin 6
yang akan merangsang hati untuk meningkatkan produksi protein. Nah, Peningkatan
protein inilah yang kemudian akan mempercepat LED & menjadi dasar penggunaan
LED sebagai salah satu pertanda adanya peradangan dalam tubuh.
Ada tiga tahap pada proses pengendapan darah: tahap pembentukan rouleaux,
pengendapan, dan pemadatan. Untuk memeriksa laju endap darah, peneliti
menggunakan cara Wintrobe dan Weetergren.
Kedua cara ini sama-sama mendasarkan perbedaan laju endap darah berdasarkan
jenis kelamin namun dalam skala yang berbeda. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk
wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedangkan pada cara Westergren
nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam.
Laju endap darah tinggi atau rendah tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
eritrosit, plasma, dan teknik dapat mempengaruhi laju endap darah.
Laju endap darah dapat digunakan sebagai indikator adanya suatu penyakit.
Pemeriksaan laju endap darah harus dilakukan secermat mungkin. Selama
pemeriksaan, tabung atau pipet harus tegak lurus dan dalam keadaan tidak
bergoncang, karena ini akan mempercepat pengendapan.
Pemeriksaan laju endap darah juga harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan darah, karena dapat mempengaruhi keakuratan pemeriksaan.
Laju endap darah yang tinggi juga dapat menandakan adanya infeksi tertentu pada
tubuh seperti influenza atau viral syndrome, radang tenggorokan, atau infeksi kulit.
Laju endap darah dengan tingkat yang lebih tinggi (>100mm/jam) dapat menyertai
gejala infeksi jantung (endocarditis) atau infeksi sendi (septic arthritis). Penyakit lain
seperti ruam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan lelah yang berlebihan juga dapat
menjadi indikasi bahwa laju endap darah tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Darah
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total .
Darah adalah jaringan berbentuk cairan , terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma
darah dan korpuskuli ( Frances K, Th 1997 ) .
Plasma darah merupakan bagian cair, sedangkan yang dimaksud dengan
korpuskuli terdiri atas sel darah putih ( SDP ), sel darah merah ( SDM ) atau eritrosit
dan sel pembeku darah atau trombosit.
45-60 % darah terdiri atas sel sel darah terutama eritrosit, eritrosit selama
hidupnya tetap berada dalam tubuh, sel darah merah atau eritrosit ini mampu
mengangkut oksigen secara effektif ( Frances K, Tahun 1997 )
Volume total darah dalam tubuh kira kira 70 100 ml per kilogram berat
badan . Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu, dan pemelihara , keseimbangan cairan asam basa .
B. Laju Endap Darah ( LED )
Yang dimaksud LED adalah kecepatan pengendapan eritrosit dari suatu
sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm
per
jam. LED menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan
plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukkan dalam tabung berlumen kecil
dan diletakkan tegak lurus akan menunjukkan pengendapan eritrosit dengan
kecepatan yang disebut dengan Laju Endap Darah ( LED ). Nilainya pada keadaan
normal relatif lebih kecil karena pengendapan eritrosit disebabkan karena gravitasi
diimbangi oleh tekanan keatas ( Frances K, Th 1997 )
Pengendapan eritrosit tidak terjadi sekaligus melainkan fase demi fase
1. Pembentukan rouleaux yaitu gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena
antibodi atau tarikan kovalen tetapi karena tarik menarik diantara permukaan
sel ( Frances k, Th 1997 )
2. Pengendapan.
Pada fase ini terjadi pengendapan yang maksimal oleh karena terjadi agregasi
atau pembentukan rouleaux atau dengan kata lain partikel partikel eritrosit
menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil.
3. Pemadatan.
Pada fase ini kecepatan pengendapan eritrosit sudah mulai berkurang, karena
sudah mulai terjadi pemadatan eritrosit
Dalam keadaan normal pada metode westergren dibutuhkan waktu 1 jam untuk
mencapai ketiga fase tersebut oleh karena itu LED dinyatakan dalam mm per
setengah jam atau paling sering dinyatakan dalam mm per jam.
C. Prinsip Pengukuran LED
Prinsip dari pengukuran LED dengan menggunakan metode westergren
adalah darah vena dengan antikoagulan yang dimasukkan ke tabung sehingga
menghasilkan pengendapan eritrosit dengan endapan tertentu.
Kecepatan pengendapan ini ditentukan oleh interaksi antara kedua kekuatan
fisik yakni tekanan kebawah oleh gravitasi dan tekanan ke atas akibat perpindahan
plasma yang kemudian dicatat panjang kolom plasma tersebut dinyatakan dalam
mm
per jam.
Menurut metode westergren nilai normal untuk wanita dan pria berbeda :
Wanita : < 15 mm/jam, Pria : <10 mm/jam ( Ganda Subrata , Th 2007 ).
D. Metode Pengukuran
Ada dua cara untuk melakukan pengukuran LED yaitu cara makro dan mikro.
Dan pengukuran yang banyak digunakan di Indonesia adalah cara makro yaitu
dengan menggunakan metode wintrobe dan westergren.
E. Anti koagulan yang dipakai
Antikoagulan yang dipakai untuk pengukuran LED metode westergren
dengan menggunakan Natrium Citrat 3,8 % dengan perbandingan satu volume
antikoagulan dan empat volume darah.
F. Faktor- faktor yang mempengaruhi LED
1. Eritrosit
Faktor yang paling penting dalam pengukuran skala turunnya sel-sel darah
merah adalah ukuran atau masa partikel yang jatuh .Partikel partikel yang besar
lebih cepat penurunannya. Sel sel darah merah tersebut bermuatan negatif dan
karena itu menolak satu sama lainnya. Aglutinasi sel- sel darah merah berfungsi
mengubah permukaan eritrosit . Sel sel darah merah yang mengalami perubahan
dalam bentuk seperti sel-sel sabit dan sferosit tidak dapat diaglutinasi atau
membentuk rouleaux, sehingga ukuran sedimentasi akan turun
Apabila eritrosit tidak berbentuk pipih , maka tidak akan terjadi rouleaux ,
sehingga LED akan mendekati angka 0 ( DJ Th Wagner Th 1990 )
Bila terdapat eritrosit dalam jumlah sangat banyak ( poliglobuli ) , maka LED
akan rendah dan bila eritrosit sangat sedikit ( anemia ) maka LED akan meningkat.
Muatan eritrosit sangat besar artinya dalam penentuan LED, Eritrosit
bermuatan negatif, karenanya eritrosit saling tolak menolak. Pada albumin yang
diperendah atau globulin yang dipetinggi atau fibrinogen, maka muatan negatif ini
akan berkurang kekuatannya, sehingga terjadilah pembentukkan rouleaux. Dengan
demikian maka eritrosit akan segera mengendap dengan kecepatan yang lebih
besar
( DJ Th Wagener,1990 )
2. Komposisi Plasma
Komposisi plasma adalah faktor paling penting sebagai penentu LED Rouleaux dan
agregasi sel-sel darah merah ini dipengaruhi terutama oleh fibrinogen ( serat )
alpha1 globulin.
3. Viscositas Darah .
Bila viscositas darah meninggi maka LED akan rendah (Ronald A,Th 2004)
4. Perbandingan Anti Koagulan
Perbandingan anti koagulan dan darah yang tidak tepat dapat menyebabkan
terjadinya
defibrinasi atau partial cloting yang akan memperlambat LED .
5. Suhu
Bila suhu semakin tinggi maka LED akan rendah ( Dep Kes RI,Th1995 )
6. Waktu Pemeriksaan
Untuk pemeriksaan LED harus dikerjakan maximal 2 jam setelah sampling darah .
Apabila dikerjakan setelah 2 jam maka bentuk eritrosit akan menjadi spheris ,
keadaan ini menyulitkan terjadinya rouleaux dan akibatnya akan memperlambat
LED
7. Cara dan Faktor Tehnik
Tabung LED harus benar benar tegak, kemiringan 3 0 dapat menyebabkan
kesalahan diatas 30 % .Perubahan besar pada temperatur juga dapat menyebabkan
kenaikkan ukuran sedimentasi sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
( Frances K Th 1997 )
Apabila tabung diletakkan miring maka eritrosit lebih dahulu beralih kepada
pembentukkan rouleaux . Dari azas ini kadang digunakan juga untuk menentukan
LED dengan cepat , tetapi cara ini tidak dibenarkan , kedudukan tabung yang miring
30
akan mempercepat LED sebanyak 30 % ( DJ Th Wagener Th 1990 )
8. Penampang Tabung
Makin besar diameter tabung maka hasil LED akan rendah
G. Manfaat LED Dalam Klinik
Pemeriksaan LED bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit dan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang menunjukkan
gejala
yang samar-samar dan tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fisik .
Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk memantau keberhasilan terapi penyakit
kronik misalnya arthritis rheumatoid dan tuberculosis . ( Frances K, Th 1997 ).
LED merupakan reaksi non spesifik dari tubuh , dikatakan demikian LED bisa
meninggi pada keadaan patologis apa saja.
LED normal dapat memberi jaminan kepada dokter untuk mengetahui atau
menyatakan bahwa tidak ada penyakit yang serius .
Dalam klinis befungsi :
1. Membantu mengetahui adanya penyakit penyakit akut misalnya demam
rematik
2. Memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi peyakit
kronik, misalnya arthritis rheumatoid dan tuberculosis ( Frances K Th 1998 )
3. Mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan fisik ( Frances K, Th 1997 )
4. Melihat adanya hiperbilirubinemia , yang dapat dilihat dari warna plasma
Dasar teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma
sebagai akibat pergerakan darah.
Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi
antikoagulan dan
dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena
pengaruh gravitasi. Laju endap darah berfungsi
untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma
( mm/jam ).
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah memang sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh kita,
terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata penderita anemia, wanita hamil dan lansia pun memiliki nilai Laju
Endap Darah yang tinggi.
Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila
Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju
Endap Darah masih termasuk pemeriksaan pendukung dari pemeriksaan fisik dan
anamnesis dari Dokter.
Pada orang yang lebih tua maka nilai Laju Endap Darah akan lebih tinggi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah adalah faktor eritrosit,
faktor plasma dan faktor teknik.
Faktor Plasma
Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan
rouleaux --> LED .
Peningkatan jumlah leukosit
(sel darah putih), biasanya
terjadi pada proses infeksi
akut maupun kronis
LED akan meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis), penyakit
Catatan :
Pengukuran Laju Endap Darah (LED), Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) berguna
untuk mendeteksi dan memantau penyakit auto-immune seperti
systemic lupus erythematosus (SLE), dan rheumatoid arthritis,serta
penyakit ginjal kronis. Pada penyakit-penyakit tersebut nilai Laju Endap Darah dapat
melampaui 100 mm/jam Hasil Laju Endap Darah yang tinggi juga
dapat terjadi karena :
Anemia
Kanker ( lymphoma
atau multiple myeloma )
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Definisi
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation
Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses
pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan
darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah
yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya
nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam
kehamilan dan para lansiapun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi.
Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya
bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang,
yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan
melayang, sulit mengendap ( 1-30/menit )
b.
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil
, masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
c.
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )
Faktor eritrosit
Faktor Plasma
Faktor Teknik
Tabung tidak boleh miring, apabila terjadi kemiringan akan terjadi kesalahan 30%
dan tidak boleh banyak getaran
d.
Faktor suhu
Faktor fiskositas
Baru lahir
= 0 2 mm/jam
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel
darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat
pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65
mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan
jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for
Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi juga dapat terjadi karena :
Anemia
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
6. Prinsip Kerja
( Darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % . Homogenisasi sampel sebelum
diperiksa. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. Tabung diletakkan pada rak
dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. Nilai Rujukan
Metode Westergreen : Pria : 0 - 15 mm/jam Wanita : 0 - 20 mm/jam
8. Cara Kerja
1.
Isi tabung westergren dengan darah yang telah diberi Na sitrat 3,8% sampai
garis tanda 0 pipet harus kering dan bersih.
2.
Letakkan tabung pada rak westergren dan perhatikan supaya posisinya betulbetul tegak lurus pada suhu kamar, jauhkan dari cahaya matahari & getaran.
3.
Hasil normal :
a. Pria : 0 - 15 mm/jam
b. Wanita : 0 - 20 mm/jam
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju endap
darah yang dianalisis menggunakan westergen memiliki kadar 25 mm/jam dan
pemeriksaan LED yang dilakukan menunjukan bahwa laju endap darah tersebut
normal.
Agustus 8, 2013
oleh yusufbahasoan
in Kedokteran
3 Komentar
Hmm dari pemeriksaan klinis tampaknya terdapat infeksi. Oke, kalau begitu kita
cek LED untuk lebih yakin.
Kurang lebih seperti itu salah satu latar belakang pemeriksaan LED dalam praktik
klinis. Apakah LED digunakan hanya sebagai indikator infeksi atau masih ada yang
perlu kita ketahui lebih dalam untuk interpretasinya? Mari kita simak prinsip
pemeriksaan LED untuk menjawabnya.
Laju endap darah adalah parameter adanya inflamasi dalam tubuh, tetapi tidak
bersifat spesifik menunjukkan penyakit tertentu.1 LED diperiksa dengan cara
menempatkan darah di pipet Westergren pada posisi vertikal. Setelah satu jam,
diukur laju pengendapan eritrosit dalam tabung.
Westergren_pipet_array
Bagaimana proses pengendapan eritrosit terjadi? Ada 3 tahapan yang dilalui, yaitu:
Protein plasma yang mempercepat LED adalah protein fase akut, terutama
fibrinogen.1 Protein fase akut lain yang juga berpengaruh adalah haptoglobin,
ceruloplasmin, 1-acid-glycoprotein, 1-antitrypsin, dan CRP.2,3 Protein tersebut
mempengaruhi LED dengan menurunkan muatan negatif eritrosit (potensial zeta).
Potensial zeta berperan untuk menjaga eritrosit saling menjauh. Jika potensial zeta
menurun, maka eritrosit akan membentuk formasi rouleaux (tersusun seperti koin
bertumpuk) yang dapat mengendap lebih cepat.1
Komponen plasma lain yang mempercepat LED adalah imunoglobulin dan
kolesterol.1
Komponen plasma yang memperlambat LED adalah albumin dan lesitin.1
2. Ukuran dan bentuk eritrosit
Usia,
Pil kontrasepsi,
Menstruasi,
Hamil: meningkat mulai minggu ke-10 dan kembali semula 1 bulan postpartum,
Kortikosteroid.1,3
Hubungan Inflamasi dengan LED
Inflamasi adalah reaksi di jaringan tubuh yang terutama diperankan oleh pembuluh
darah dan leukosit sebagai respons terhadap: infeksi, kerusakan jaringan (trauma,
iskemia, radiasi, luka bakar, frost bite, paparan zat kimia toksik), penyakit
autoimun.4 Pada inflamasi, makrofag mengeluarkan interleukin-1 dan interleukin 6
yang akan menstimulasi hati untuk meningkatkan produksi protein fase akut.5
Peningkatan protein fase akut inilah yang kemudian akan mempercepat LED &
menjadi dasar penggunaan LED sebagai salah satu petanda inflamasi.
Laki-laki:
LED serial dapat digunakan untuk pemantauan aktivitas penyakit, seperti reumatoid
arthritis, infeksi kronik, osteomielitis, penyakit kolagen, dan keganasan.1
Pada pasien keganasan yang sudah metastasis, LED dapat meningkat hingga >100
mm/jam.1
Hasil LED dapat tidak meningkat pada keganasan, penyakit jaringan ikat, dan
infeksi sehingga hasil dalam batas rujukan tidak menyingkirkan kemungkinan
penyakit.1
Apakah LED yang Meningkat Perlu Diobati?
LED adalah petanda inflamasi akibat adanya penyakit dalam tubuh. Oleh karena itu,
yang perlu ditangani adalah penyakit yang mendasari terjadinya inflamasi. Sasaran
pengobatan ditujukan pada penyebab penyakitnya, dengan begitu inflamasi akan
berkurang dan LED pun ikut menurun.
Penutup
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa LED meningkat tidak hanya pada keadaan
infeksi, tetapi lebih tepatnya pada keadaan inflamasi karena peningkatan protein
fase akut. Namun, keadaan noninflamasi juga dapat meningkatkan LED misalnya
pada anemia. Oleh karena itu, interpretasi LED sebagai penanda inflamasi juga
perlu memperhatikan faktor eritrosit. Dan yang perlu diingat, LED dalam batas
rujukan tidak menyingkirkan kemungkinan penyakit. Demikian ulasan mengenai
LED, semoga bermanfaat :)
Referensi:
Kumar V., et al. Acute inflammation. Robbins and Cotran pathologic basis of disease.
8th ed. Philadelphia: Saunders; 2010.
Delves PJ., et al. Innate immunity. Roitts essential immunology. Massachustes:
Blackwell Publishing; 2006. p.1-18.Delves PJ., et al. Innate immunity. Roitts
essential immunology. Massachustes: Blackwell Publishing; 2006. p.1-18.
Tabung Westergren
Rak Westergren
Penghisap
Pencatat waktu
Pipet berskala
Spuit 5cc
Botol kecil
Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8%
Campur baik-baik
Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren sampai tanda 0
Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren
Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam
Nilai Normal
Laki-laki : 0 10 mm/jam
Wanita : 0 20 mm/jam
Category: Pelajaran
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Cara Westergreen
Alat :
Sebenarnya ada cara yang lebih cepat untuk melekukan pemeriksaan ini, sehingga
tidak membutuhkan waktu berjam jam, cukup dengan 10 menit sudah dapat
diselesaikan, yaitu dengan cara mengganti posisi tabung westergreen tadi, dari
yang awalnya tegak lurus di ganti dengan posisi miring ( 45 drajat ). Untuk
pembacaannya yaitu dari 7 menit sebagai pembacaan yang pertama dan 3 menit
selanjutnya sebagai pembacaan yang kedua. Cara ini lebih praktis dan lebih cepat.
2.
Cara Wintrobe
Alat :
Tabung Wintrobe dan pipet pasteur
Prosedur ;
Isap darah dari vena kubiti penderita dengan spuit dan campur dengan anti
koagulan Natrium sitrat 3,8 % dengan perbandngan 4 : 1 dalam suatu tabung ,
kemudian kocok supaya tercampur rata. Dengan pipet pasteur masukkan darah
yang telah dicampur anti koagulan tadi ke dalam tabung Wintrobe sampai tanda
garis 0. Letakkan tabung tegak lurus, catat waktu mulai didiamkan dan periksa
sesudah satu jam pertama dan jam kedua.
Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter.
Nilai normal :
laki laki
Wanita
< 10 mm/jam
< 20 mm/jam
b.
LED dapat meningkat pada tabung miring, alat yang dipakai, panas dan lisis.
Cara Westergreen
Alat :
Tabung Westergreen dengan kalibrasi 0 200 dan rak westergreen
Prosedur :
Ambil darah sebanyak 1,6 ml dari vena penderita, campurkan dengan anti koagulan
Natrium sitrat 3,8 % dengan perbandingan 4 : 1, lalu kocok supaya tercampur. Isap
darah tadi kedalam tabung westergreen sampai garis 0, kemudian letakkan tabung
tadi pada rak westergreen dengan posisi tegak lurus. Catat waktu mulai didiamkan
dan periksa tingginya plasma dan buffy coat sesudah satu jam pertama dan ke dua.
Sebenarnya ada cara yang lebih cepat untuk melekukan pemeriksaan ini, sehingga
tidak membutuhkan waktu berjam jam, cukup dengan 10 menit sudah dapat
diselesaikan, yaitu dengan cara mengganti posisi tabung westergreen tadi, dari
yang awalnya tegak lurus di ganti dengan posisi miring ( 45 drajat ). Untuk
pembacaannya yaitu dari 7 menit sebagai pembacaan yang pertama dan 3 menit
selanjutnya sebagai pembacaan yang kedua. Cara ini lebih praktis dan lebih cepat.
2.
Cara Wintrobe
Alat :
Tabung Wintrobe dan pipet pasteur
Prosedur ;
Isap darah dari vena kubiti penderita dengan spuit dan campur dengan anti
koagulan Natrium sitrat 3,8 % dengan perbandngan 4 : 1 dalam suatu tabung ,
kemudian kocok supaya tercampur rata. Dengan pipet pasteur masukkan darah
yang telah dicampur anti koagulan tadi ke dalam tabung Wintrobe sampai tanda
garis 0. Letakkan tabung tegak lurus, catat waktu mulai didiamkan dan periksa
sesudah satu jam pertama dan jam kedua.
Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter.
Nilai normal :
laki laki
Wanita
< 10 mm/jam
< 20 mm/jam
b.
LED dapat meningkat pada tabung miring, alat yang dipakai, panas dan lisis.
Nama lain :
1.
2.
3.
Pengertian :
Kecepatan mengendapnya eritrosit pada suatu alat dengan satuan mm/jam
Metode pemeriksaan LED :
1.
a.
Westergren :
Asli
b.
Modifikasi
2.
Wintrobe
1.
Fase Agregasi : Fase melekatnya eritrosit satu dengan yang lain, yang
mengakibatkan eritrosit bermolekul lebih besar.
2.
Pengendapan : Fase dimana berat jenis lebih besar berada di bawah dan berat
jenis yang lebih kecil berada di atas.
3.
5.
Pil kontrasepsi.
6.
Menstruasi.
7.
Ibu hamil.
8.
Demam.
: 0 - 20 mm/jam
Syringe
2.
Torniquet
3.
4.
Kapas kering
5.
Botol sampel
6.
Bulb
7.
Rak westergren
8.
Pipet westergren
9.
Tabung reaksi
8.
Bagian bawah pipet ditutup menggunakan tutup botol sampel. Kemudian
diletakkan pada rak westergren dengan posisi tegak lurus dan didiamkan selama 1
jam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR)
atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE)
adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang
telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam (Bridgen, 1999; Desai & Isa-Pratt,
2000; Norderson, 2004). Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan
pengendapan sel-sel eritrosit dalam plasma (Burns, 2004). Hasil pemeriksaan
LED digunakan sebagai penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya
memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut (Seldon, 1998; Herdiman
T. Pohan, 2004). Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi
dalam tubuh seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya
kerusakan jaringan (Estridge et al, 2000; Norderson, 2004).
Hasil pemeriksaan LED walaupun tidak dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis etiologik, tetapi secara praktis masih rutin digunakan di klinik, karena
selain prosedurnya sederhana dan mudah, juga ekonomis, praktis, dan dapat
sebagai pemeriksaan point-of-care (dekat pasien), dan tetap mempunyai arti klinis
yang penting (Bridgen, 1999; Estridge et al, 2000; Lewis, 2001).
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) adalah pemeriksaan sederhana yang
telah dilakukan semenjak zaman Yunani kuno (Norderson, 2004). Pemeriksaan
LED pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Polandia bernama Edmund
Biernacki pada tahun 1897. Metode pemeriksaan LED pertama kali dikemukakan
oleh Fahraeus dan Westergren pada tahun 1921, yang secara cepat telah menyebar
Humaset
dan masih banyak lagi lainnya yang telah digunakan di berbagai
laboratorium klinik di berbagai belahan dunia. Walaupun demikian metode
Westergren merupakan metode yang paling sering digunakan sebagian besar
laboratorium, karena prosedurnya sederhana, ekonomis, dan hasil pemeriksaan
dianggap masih memiliki akurasi tinggi (Jou et al, 2011).
Metode Westergren menggunakan darah yang diencerkan (4 volume darah dan
1 volume sitrat) dan dibiarkan mengendap di dalam tabung kaca terbuka dengan
panjang 300 mm, diletakkan tegak lurus pada rak khusus. Interpretasi hasil
pemeriksaan LED metode Westergren perlu waktu cukup lama yaitu 1 jam dan
kadang diperlukan hasil LED setelah 2 jam, maka diperkenalkan metode
modifikasi Westergren, yaitu dengan cara memiringkan posisi tabung 450
dan
metode ini telah dipublikasikan dapat mempersingkat waktu pemeriksaan yaitu
menjadi 7-15 menit dengan hasil setara dengan metode Westergren standar pada 1
3
jam setelah tabung ditegakkan. Metode modifikasi Westergren ini juga telah
digunakan oleh produsen alat-alat laboratorium untuk merancang alat untuk
pemeriksaan LED secara otomatis antara lain VES-MATIC
dan Humaset
(Estridge et al, 2000; Lewis, 2001; Morris & Davey, 2001).
International Council for Standardization in Haematology (ICSH) adalah
organisasi para pakar di bidang hematologi pertama, dan Westergren adalah salah
seorang anggota pendiri organisasi ICSH. ICSH telah menetapkan suatu metode
pemeriksaan LED pada 1965, kemudian pada tahun 1973 oleh ICSH
dipublikasikan sebagai metode standar pemeriksaan LED. Metode pemeriksaan
LED standar ICSH telah beberapa kali mengalami revisi yaitu pada tahun 1977,
1988, dan revisi terakhir yaitu pada tahun 1993 (ICSH, 1993; Jou et al, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pemeriksaan laju endap darah metode modifikasi Westergren dengan
kemiringan tabung 450
dan membandingkan hasil pengukuran LED metode
tersebut dengan metode rujukan ICSH 1993, lalu menguji akurasi metode tersebut
terhadap metode baku emas pemeriksaan LED yaitu metode pengukuran LED
rujukan ICSH yang telah dipublikasi sejak tahun 1993.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang penelitian, yaitu :
Apakah hasil pengukuran LED metode modifikasi Westergren dengan
kemiringan tabung 450
berbeda bermakna dengan metode ICSH 1993.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini yaitu ingin mengetahui :
Apakah hasil pengukuran LED metode modifikasi Westergren dengan
kemiringan tabung 450
berbeda bermakna dengan metode rujukan ICSH
1993.
4
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan melakukan pemeriksaan LED terhadap setiap sampel
dengan 2 jenis metode yang berbeda, yaitu metode modifikasi Westergren dengan
kemiringan tabung 450
eritrosit diukur dalam satuan milimeter (mm), lalu dilaporkan (Estridge et al,
2000; Herdiman T. Pohan, 2004).
Metode pengukuran LED yang direkomendasikan oleh International Council
for Standardization in Haematology (ICSH) saat ini adalah metode modifikasi
Westergren dengan menggunakan sample darah yang tidak diencerkan dan tabung
closed system panjang 200 mm yang diletakkan pada rak khusus, kemudian dibaca
setelah satu jam dalam satuan milimeter (mm).
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi LED antara lain faktor plasma, faktor
eritrosit, dan faktor teknis yang saling punya keterkaitan satu dengan lainnya.
Pembentukan rouleaux eritrosit mempengaruhi kecepatan laju endap darah.
Kecepatan pembentukan rouleaux ditentukan oleh muatan negatif zeta potential
pada permukaan eritrosit. Makin berkurang muatan negatif zeta potential, maka
makin eritrosit akan makin mudah teragregasi, pembentukan rouleaux akan makin
cepat, dan nilai LED akan makin tinggi. Protein-protein fase akut dalam plasma
darah dapat mempengaruhi muatan negatif zeta potential sehingga muatan
negatifnya akan berkurang, antara lain fibrinogen, C-reactive protein (CRP),
makroglobulin 2, protein amiloid A serum, haptoglobulin, seruloplasmin, dan
antritripsin 1. Ukuran eritrosit makrositer dan anemia akan meningkatkan LED.
Sebaliknya ukuran eritrosit mikrositer, bentuk eritrosit abnormal seperti sferosit
dan sel sabit, serta polisitemia akan mengakibatkan penurunan LED.
Pemeriksaan LED otomatis dengan metode modifikasi Westergren dengan
kemiringan tabung 450
dengan keunggulan pembacaan hasil pemeriksaan LED
lebih cepat yaitu 7-15 menit, saat ini banyak dipublikasikan dan dipasarkan, serta
mulai diaplikasikan di beberapa laboratorium klinik, antara lain VES-MATIC
dan Humaset
(Estridge et al, 2000; Lewis, 2001; Morris & Davey, 2001).