Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perawatan kesehatan gigi dan mulut, dewasa ini sangat dibutuhkan
untuk semua orang. Perawatan gigi ini dibutuhkan oleh anak-anak sampai
orang tua, baik untuk preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun, perawatan
kesehatan gigi dan mulut ini terkadang rentan juga dan perlu pertimbangan,
terutama pada pasien dengan kondisi compromised medis. Secara harfiah, arti
dari compromised adalah beresiko/berbahaya dan medic adalah medikasi.
Pasien dengan kondisi compromised medis adalah seseorang dengan
kondisi medis ataupun perawatan medis yang rentan terhadap infeksi maupun
komplikasi serius. Compromised medis adalah pasien atau seseorang yang
mengidap satu ataupun lebih penyakit dan sedang menjalani satu atau lebih
medikasi sebagai perawatan penyakitnya tersebut. Kondisi pada pasien-pasien
seperti ini dapat mempengaruhi dari perawatan yang akan dilakukan oleh
dokter gigi. Selain itu pada pasien dengan compromised medis biasanya
terdapat pula manifestasi oral dari penyakit sistemik yang diderita pasien.
Operator atau dokter gigi harus mengetahui tentang macam-macam
dari keadaan compromised medis dan juga manifestasi oralnya, supaya
operator bisa lebih berhati-hati dalam menangani pasien dengan keadaan
compromised medis ini. Selain itu, perlu diperhatiakan dental management
dan prosedur seperti apa yang tepat sehingga tidak membahayakan pasien
maupun operator. Karena apabila terjadi komplikasi pada pasien dengan
keadaan compromised medis akan membahayakan jiwanya.

1.2.

Skenario
Perawatan Compromised Medic pada Anak
Seorang anak laki-laki umur 10 tahun, datang ke RSGM Unej dengan keluhan
gigi belakang bawah kiri sakit sejak 2 bulan yang lalu, sehingga pasien tidak
bias mengunyah makanan pada daerah gigi yang sakit. Pada gusinya sering
sekali muncul benjolan dan keluar nanahnya. Hasil pemeriksaan intra oral
terlihat gigi 36 mengalami karies yang besar, perforasi atap pulpa dan tes
vitalitas negative. Dokter mendiagnosa gigi 36 tersebut nekrosis pulpa.
Gambaran rontgen foto tampak terjadi perforasi bifurkasi dan apek gigi masih
terbuka. Pada anamnesa diketahui pasien mempunyai riwayat pada
pendarahannya, maka dilakukan konsul karena pasien memerlukan tindakan
compromised medic supaya perawatan pada keluhan giginya dapat dilakukan
dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN
STEP 1
1. Perforasi bifurkasi
Kontak saluran akar dengan lingkungannya yang mencapai cavum

pulpa
Karies perforasi atau penetrasi terbuka pada atap pulpa, bifurkasinya
terkena [enetrasi dari karies yang menyebabkan bifurkasi repture atau

pecah
2. Perawatan Compromised Medic
Secara harfiah, arti dari compromised ialah beresiko/berbahaya dan

medic ialah medikasi.


Pasien dengan kondisi medik kompromais adalah seseorang dengan
kondisi medis ataupun perawatan medis yang rentan terhadap infeksi
maupun komplikasi serius (Marsh & Martin, 1999). Pasien medis
kompromais adalah seseorang yang mengidap satu ataupun lebih
penyakit dan sedang menjalani satu atau lebih medikasi sebagai
perawatan penyakitnya tersebut (Ganda, 2008). Aspek khusus yang
perlu diperhatikan adalah efek obat anestesi terhadap kondisi tersebut,
potensi interaksi obat, serta kegawatdaruratan medis (Coulthard, et al.,

2003).
Suatu keadaan pasien dengan kelainan fisik atau psikis sehingga dalam
penanganan medis membutuhkan perhatian dan tindakan khusus agar
tindakan yang dilakukan dalam kedokteran gigi tidak merugikan dan

membahayakan pasien.
3. Perforasi Atap Pulpa
Atap pulpa terpenetrasi oleh karies sehingga atap pulpa tertutup
STEP 2
1. Apa tujuan dari compromised medic?

2. Apakah ada perawatan sebelum dilakukan konsultasi oleh dokter gigi?


3. Apa rencana perawatan yang tepat pada kasus diskenario?
4. Apa hubungan riwayat perdarahan pasien dengan tindakan yang akan
dilakukan?
5. Apakah ada pemeriksaan lain untuk mengetahui kelainan darah dari pasien?

STEP 3 (BRAINSTORMING)
1. Tujuan dari compromised medic :
a. Menstabilkan keadaan pasien
b. Mengurangi rasa nyeri dan cemas serta ketidaknyamanan pasien
c. Memberikan perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat lebih
berhati-hati dengan adanya kondisi sistemik pasien sehingga tidak
terjadi komplkasi
d. Untuk dapat melanjutkan perawatan gigi yang dikeluhkan oleh pasien
e. Mengantisipasi dan mengendalikan situasi saat pemeriksaan dan
perawatan
f. Memberikan pertolongan pertama pada pasien.
g. Agar pasien mendapatkan pelayanan yang holistik, komperhensif dan
professional.
2. Pemeriksaan yang dilakukan :
Identifikasi pasien dan riwayat medis
Pemeriksaan fisik ( intra oral dan ekstra oral ), untuk kelainan darah

biasanya terdapat kelainan mukosa rongga mulut


Pemberian pereda rasa nyeri
Pada anamnesa ditanyakan apakah dari keluarga ada kelainan darah,

apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan


Bisa dilakukan screening clinical laboratory test
Memodifikasi rencana perawatan
Dokter gigi mempersiapkan apa yang akan dilakukan
Konsultasikan keadaan pasien ke dokter ahli
3. Rencana perawatan :
Ekstraksi gigi 36
Melihat hasil dari konsultasi dengan dokter apabila hasil dari
pemeriksaan dokter ahli menyatakan dapat dilakukan ekstraksi maka

kita dapat melakukannya namun apabila tidak diperbolehkan maka

kita tidak boleh melakukan tindakan ekstraksi


Dilihat hasil tes laboratorium dari pasien
Pada saat ekstraksi bias dilakukan di rumah sakit dengan didampingi

dokter ahli
Dokter gigi bias menanyakan pada dokter ahli keadaan dan keparahan
penyakit pasien . untuk keparahan mild-moderate bias dilakukan di
praktek dokter gigi, pada keparahan severe dilakukan di rumah sakit

(rawat inap) sehingga dapat mengontrol pos operativ dari pasien.


4. Hubungan riwayat perdarahan dengan tindakan yang akan dilakukan :
Untuk mengetahui riwayat pasien
Untuk mengantisipasi keadaan dari pasien
Agar tidak ada komplikasi yang parah dan dokter gigi dapat berhatihati terhadap perawatan yang dilakukan pada pasien
5. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratoris yang dilakukan bagi penderita
dengan gangguan perdarahan adalah partial thromboplastin time (PTT),
prothrombin time (PT), platelet count, ivy bleeding time, platelet function
analyzer 100 (PFA-100), dan thrombin time. Partial thromboplastin time
(PTT) digunakan untuk memeriksa sistem intrinsik (faktor VIII, IX, XI, dan
XII) dan jalur utama (faktor V dan X, protrombin, dan fibrinogen). Tes ini
juga

merupakan

tes

terbaik

untuk

screening

gangguan

koagulasi.

Prothrombine time digunakan untuk memeriksa jalur ekstrinsik (faktor VII)


dan jalur utama (faktor V dan X, prothrombin, dan fibrinogen). Platelet count
digunakan untuk memeriksa penyebab-penyebab gangguan perdarahan akibat
trombositopenia. Angka normal platelet count adalah 140.000-400.000/mm3
dari keseluruhan jumlah darah. Ivy bleeding time digunakan untuk melihat
gangguan fungsi platelet dan trombositopenia. Platelet function analyzer 100
(FA-100) merupakan pemeriksaan invitro untuk mendeteksi disfungsi platelet.
Trombine time menunjukkan jumlah fibrinogen yang ada di dalam darah.

STEP 4 (MAPPING)

Anamnesa

Pemeriksaan Klinis

Riwayat Medis

Diagnosa

Rencana Perawatan

Prosedur Perawatan
STEP 5
Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan tentang :
1. Macam macam compromised medic dan penjelasannya
2. Dental management compromised medic
3. Prosedur Perawatan compromised medic (secara garis besar)
STEP 7 (Diskusi/Pembahasan)
PR
Kapan pasien dengan gangguan perdarahan bisa dilakukan perawatan?
Sebelum melakukan perawatan gigi kepada pasien dengan gangguan perdarahan,
dokter gigi harus melakukan konsultasi kepada dokter ahli dan menyarankan pasien
untuk melakukan test di laboratorium. Test untuk gangguan perdarahan adalah
screening test. Apabila nilai screening tes ini dalam keadaan tidak normal, maka
dokter gigi tidak bisa langsung melakukan perawatan dan harus menunggu hasil nilai
tes pasien dalam keadaan normal kembali. Screening test yang biasa dilakukan,
meliputi:

1. Partial Thromboplastin Time (PTT)


PTT digunakan untuk memeriksa sistem dalam perdarahan (factor VIII, IX, XI dan
XII) dan jalur umum terjadinya perdarahan (factor V dan X, prothombin dan
fibrinogen). PTT merupakan tes yang paling direkomendasikan untuk kelainan
perdarahan yang berkaitan dengan koagulasi. Nilai normal PTT berkisar 25 sampai
35 detik, apabila nilai PTT ini diatas 35 detik merupakan hal yang tidak normal.
2. Prothombin Time (PT)
PT merupakan tes yang digunakan untuk memeriksa jalur ekstrinsik (factor VII)
dan jalur umum (factor V dan X, prothombin dan fibrinogen). Tiga dari pengaruh
vitamin K (faktor VII dan X dan prothrombin) dan penekanan oleh coumarin. Nilai
normal dari tes PT adalah 11 sampai 15 detik, dan apabila lebih dari 15 detik maka
termasuk tidak normal
3. Platelet Count
Perhitungan platelet digunakan untuk melihat masalah perdarahan yang menuju ke
thrombocytopenia. Nilai normal platelet adalah 140.000/mm3 sampai 400.000/mm3
dalam darah. Pasien dengan platelet antara 50.000/mm3 dan 100.000/mm3 adalah
manifestasi dari bleeding karena trauma yang parah. Pasien dengan platelet kurang
dari 50.000/mm3 akan muncul tanda pada kulit dan mukosa dengan trauma ringan.
Pasien dengan platelet 20.000/mm3 menunjukkan pasien dengan pasien riwayat
perdarahan spontan
4. Thrombin Time (TT)
Tes TT biasa digunakan untuk pasien dengan darah agen aktif. TT bias digunakan
untuk memeriksa perdarahan dari jalur dalam maupun luar dan jalur umum,
misalnya pasien dengan hemofili A atau defisiensi faktor V. Nilai normal tes TT
adalah 9 samapi 13 detik, dan apabila hasilnya 16 sampai 18 detik adalah nilai
yang tidak normal.
Pasien pada skenario diindikasikan dilakukan perawatan ekstraksi. Dalam
melakukan perawatan ekstraksi, pasien biasanya dilakukan anastesi local. Menurut
American Association of Anasthesiology (ASA), tingkat bisa tidaknya pasien
dianastesi dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
I
: Pasien normal dan sehat
II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan terkontrol
III : Pasien dengan penyakit sistemik sedang sampai berat, tapi masik terkontrol

IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak terkontrol


V : Pasien dengan diagnosa jangka waktu hidup kurang dari 24 jam
E : Status emergency atau darurat
Menurut kelas diatas, maka dapat diindikasikan:
Kelas I dan II
: Pasien yang tidak mempunyai resiko tinggi, aman untuk
Kelas III dan IV

dilakukan anastesi
: Pasien yang harus diperhatikan. Waktu dan obat terbatas,
harus

dilakukan

konsul

ke

dokter

ahli,

dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan bisa diberi obat manajemen


stress (diazepam, lorazepam, diphenhydramine dan escort).

1) Macam macam Compromised Medic


1. Endokrin: Diabetes melitus
Diabetes Melitus terdapat 2 jenis yaitu type 1 dan type 2. Pada diabetes
melitus type 1 atau yang disebut juga insulin dependent diabetes mellitus
(IDDM) ini disebabkan karena rusuknya sel pankreas di pulau
langerhans. Biasanay pasien dengan penyakit diabetes mellitus type 1 ini
mendapatkan penyakitnya secara genetika. Sedangakn diabetes mellitus
type 2 atau yang disebut juga non insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM) ini disebabkan karena tubuh yang resistensi terhadap insulin.
2. Respirasi: Asma
Salah satu keadaan gawat darurat yang mungkin dijumpai di klinik gigi
adalah asma. Asma merupakan suatu keadaan paroksismal dari hiper
reaktifitas

saluran

tracheo-bronchial.

Ketika

alergen

eksternal

menyebabkan spasme bronkus yang diperantarai antibodi, kejadian


tersebut dikategorikan sebagai asma ekstrinsik, sedangkan asma yang
disebabkan oleh faktor-faktor non alergika seperti stress, infeksi saluran
pernafasan, uap iritatif atau aktifitas fisik dapat dikategorikan sebagai
asma intrinsik. Asma intrinsik umum terjadi pada orang dewasa sedangkan
asma ekstrinsik umum terjadi pada anak-anak.
1. Serangan asma yang terjadi pada praktek kedokteran gigi dapat
dihindari dengan mengetahui secara lengkap riwayat kesehatan pasien.

Sangat penting untuk menanyakan kepada pasien beberapa hal seperti


frekuensi serangan serta derajat keparahan ketika serangan asma
terjadi dan apa yang sering memicu serangan tersebut. Petunjuk lain
yang dapat digunakan untuk mengetahui keparahan penyakit tersebut
adalah dengan menanyakan berapa jumlah obat serta jenis obat yang
diminum pasien, demikian juga dengan mengetahui seberapa sering
pasien tersebut mendapat perawatan gawat darurat di rumah sakit serta
riwayat rawat inap pasien akibat serangan asma. Apabila pasien
mendapat perawatan dengan inhaler bronkodilator seperti albuterol
atau metaproterenol dan digunakan apabila diperlukan, dapat
diindikasikan bahwa pasien menderita asma yang ringan. Pada kasus
yang lebih berat pasien dirawat dengan pemberian obat-obatan
profilaksis seperti kortikosteroid, cromolyn, beta-2 agonists dan
leukotrien modifiers. Gejala yang biasa terjadi diantaranya adalah
nafas yang berbunyi, terutama pada saat ekspirasi (mengik), sesak
nafas, batuk-batuk dan dyspnea. Pasien biasanya akan berusaha duduk
untuk mencoba mengambil nafas. Gejala yang lebih berat diantaranya
adalah cemas, detak jantung cepat,sianosis pada jaringan di bawah
kuku dan penggunaan otot-otot aksesorius pernafasan seperti
muskulus SCM, muskulus trapezius dan muskulus abdominalis
3. Neurologi: Epilepsi
Epilepsi terbagi atas dua bentuk yang umum, yaitu:
a.

Grand

mal:

biasanya

mengakibatkan

kekejangan

dengan

hilangnya koordinasi.
b.

Petit mal: mengakibatkan hilangnya kesadaran tetapi tanpa


kekejangan dan kehilangan kontrol yang nyata. Pasien dalam
keadaan berdiri, bahkan tidak akan kehilangan keseimbangan,
hanya kelihatan memeiliki ekspresi kosong selama beberapa saat.

Kedua bentuk epilepsi ini umumnya berakhir dengan sendirinya dan


yang dibutuhkan hanyalah menunggu sampai kesadaran muncul
kembali.
4. Bleeding disorder: Hemofili
Hemofili adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Penderita hemofili kebanyakan mengalami gangguan perdarahan
dibawah kulit, seperti luka memar saat terjadi benturan. Perdarahan
pada penderita ini dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan
terjadi pada organ tubuh yang vital, seperti perdarahan pada otak.
5. Kardiovaskular: Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala dan pengenalannya biasanya
melalui skrining atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah
tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian kepala belakang
dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo.
2) Dental Management Compromised Medic
a. Dental management penyakit Diabetes Melitus :
1. Pasien diabetes tipe 1 dan 2 terkontrol biasanya dapat menerima semua
tindakan perawatan dental tanpa pencegahan tertentu.
2. Dokter gigi harus mengetahui tipe dan dosis insulin, termasuk medikasi
lainnya yang diminum pasien.
3. Dokter gigi sebaiknya mengetahui apakah pasien mempunyai riwayat
serangan. hipoglikemik dan tanda dan gejala yang menyertai. Kemungkinan
serangan hipoglikemik meningkat jika telah terjadi serangan sebelumnya
(lihat tanda dan gelana hipoglikemia di bawah).
4. Dalam rangka menghindari episode hipoglikemia ketika mendapatkan
perawatan dental, dianjurkan untuk menjadwalkan pasien berdasarkan waktu
aktivitas insulin tertinggi yang bervariasi dari 30 menit hingga 8 jam setelah

10

injeksi tergantung tipe insulinnya. Dengan demikian, kunjungan tidak haruse


selalu di pagi hari.
5. Pasien harus disarankan untuk tidak mengganti dosis dan waktu administrasi
insulin, serta tidak mengganti dietnya.
6. Disarankan untuk menyediakan jus jeruk di tempat praktik atau bentuk lain
glukosa, yang diberikan pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda awal
hipoglikemia. Biasanya, dosis 6 oz semua jus buah atau minuman lain
mengandung karbohidrat dapat membalik gejala hipoglikemi.
7. Jika pasien menerapkan monitoring glukosa darah mandiri, ia dianjurkan
untuk membawa glukometernya sendiri.
8. Tekanan emosi dan fisik meningkatkan jumlah kortisol dan epinefrin yang
disekresikan sehingga menginduksi hiperglikei. Dengan demikian, jika pasien
terlihat gelisah, sedasi pratindakan dapat dipertimbangkan.
9. Jika prosedur jangka panjang, terutama bedah, hendak dilakukan, sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter pasien.
10. Konsultasi dengan dokter pasien diwajibkan jika:
11. Pasien mempunyai komplikasi sistemik diabetes seperti penyakit jantung atau
ginjal.
12. Pasien kesulitan untuk mengontrol diabetes atau sedang mengonsumsi dosis
besar insulin.
13. Pasien mempunyai infeksi oral akut seperti abses periapikal atau
absesperiodontal.
14. Hospitalisasi mungkin diperlukan pada pasien poin 10a atau 10b di atas.
15. Antibiotika sebaiknya diresepkan bagi pasien poin 10 di atas untuk mencegah
infeksi sekunder atau komplikasi infeksi pra-eksis dan untuk mempercepat
penyembuhan luka.
16. Perawatan kasus-kasus parah penyakit periodontal pada pasien diabetes,
bersamaan dengan prosedur bedah, mungkin memerlukan penggunaan
tetrasiklin sistemik. Tetrasiklin dapat membantu tidak hanya kondisi
periodontal, tetapi juga dapat mengontrol hiperglikemia.

11

b. Asma
Penanganan apabila terjadi gejala-gejala asma, maka:
-

menghentikan segala jenis perawatan dental yang sedang dilakukan

menempatkan pasien pada posisi yang paling nyaman (biasanya menegakkan


tubuh pasien dengan kedua lengan terlentang)

pemberian inhaler bronkodilator serta diikuti dengan pemberian oksigen.

Jika gejala tidak mereda dan cenderung memburuk:


segera dilakukan tindakan Sistem Gawat darurat Medis (SGM)/Medical

Emergency System (MES)


pemberian epinephrine (0,3 mg)
pemberian inhaler yang dapat diulang setiap dua menit dan epinephrine setiap
10 menit Apabila serangan asma diakibatkan oleh alergen eksogen dapat
diberikan hidrokortison (100 mg) intramuskular atau intravena.
Dari segi teknis untuk mengurangi kecemasan akibat perawatan yang
diberikan, dapat dilakukan kontrol nyeri dan teknik sedasi. Dengan demikian
pemicu serangan asma yang diakibatkan oleh faktor intrinsik dapat dikurangi.
Dokter gigi hendaknya juga memastikan apakah pasien sudah meminum obat
asma sebelum tindakan perawatan gigi dilakukan. Pasien sebaiknya juga
sudah menyiapkan obat pribadi yang khusus digunakan apabila sewaktuwaktu terjadi serangan asma. Apabila pasien sering mengalami serangan
asma, maka penggunaan inhaler profilaksis hendaknya dipertimbangkan untuk
dilakukan beberapa saat sebelum dilakukan tindakan perawatan gigi.
Pengenalan: Pasien sadar kepayahan nafas akut, memperlihatkan
adanya wheezing, retraksi supraklavikula dan interkosta.
Posisi: Posisi yang nyaman, biasanya tegak lurus. A, B, C: Dianggap
adekuat, karena pasien sadar dan dapat berbicara.

a. Pemberian bronkodilator
b. Pemberian oksigen, baik dengan masker wajah atau kanula hidung sebanyak
3-5 liter per menit
c. Memanggil EMS, jika orangtua pasien meminta atau jika episode
bronkospasme tidak berakhir setelah pemberian dua dosis bronkodilator.
12

c. Epilepsi
Pencegahan serangan
a. Penderita epilepsi yang dikontrol dengan baik dapat dirawat sama seperti
pasien-pasien lain tanpa pencegahan yang khusus.
b. Edukasi mengenai perawatan yang dilakukan kepada pasien.
c. Mengkondisikan ruangan senyaman mungkin agar pasien tidak nervous,
karena nervous dapat memicu kambuhnya epilepsi.
d. Harus selalu menyedikan sendok atau handuk
e. Jikan pasien sangat nervous, sebaiknya diberikan obat penenang tambahan
sebelum tiba di rumah sakit.
Penatalaksanaan
Proses penyembuhan pada serangan petit mal berlangsung cepat, dan tidak
ada pencegahan khusus yang perlu dilaksanakan. Jika perawatan gigi sudah
dimulai, maka dapat dilanjukan kembali dan semua peralatan disekitar
penderita harus disingkirkan.
Penanganan pada serangan grand mal adalah seperti pada pasien tidak sadar.
Sangat penting untuk mengangkat seluruh benda-benda yang lepas dari dalam
mulut, terutama geligi tiruan penuh, dan melindungi lidah dari kerusakan.
Semua peralatan disekitar penderita harus disingkirkan. Dapat memberikan
alat bantu pernafasan Brook. Tahap klonik/ kejang jarang berakhir lebih dari
beberapa menit dan diikuti dengan keadaan mengantuk yang akan
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam, dimana selama
masa tersebut pasien akan berbicara dengan ucapan yang tidak jelas,
mengeluh sakit kepala dan umumnya merasa tidak sehat. Jika perawatan gigi
sudah dimulai, maka sebaiknya dipersingkat.
Kadang-kadang pada epilepsi yang tidak stabil, serangan mungkin
berlangsung lama atau diikuti dengan serangan lain dalam waktuy yang cepat.
Apabila hal ini terjadi, dengan fase klonik berlangsung lebih dari 10 menit,

13

maka diperlukan advis medis dari dokter ahli atau bantuan ambulans. Jika
bantuan yang diharapkan belum datang, persediaan benzodiazepines pada
praktik dapat diberikan secara intravena. Diazepam atau midazolam 10mg
yang diberikan secara intravena, secara perlahan dapat menggagalkan
serangan. Kadang-kadang bila dibutuhkan dosis yang lebih besar, mintalah
advis medis dari dokter ahli sebelum memberikan dosis yang melebihi jumlah
ini.
d. Bleeding disorder: Hemofili
Penatalaksanaan Di Bidang Kedoketran Gigi
Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi saat
mengidentifikasi pasien dengan kelainan perdarahan adalah membuat riwayat
penyakit secara lengkap, pemeriksaan fisik, skrining laboratoris, dan observasi
terjadinya perdarahan yang luas setelah tindakan pembedahan.
Tindakan Pencegahan Di Bidang Kedokteran Gigi
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan bagi pasien kelainan
perdarahan pada prinsipnya sama dengan pasien normal, yaitu menyikat gigi
sehari dua kali dengan menggunakan pasta gigi dengan kandungan fluor 1
ppm untuk anak di bawah usia tujuh tahun dan 1,4 ppm untuk anak di atas
usia tujuh tahun, sikat gigi yang digunakan sebaiknya memiliki texture
medium, menggunakan alat-alat interdental seperti dental floss, tape, dan sikat
inter dental, pemberian tambahan fluor melalui cairan, tablet, aplikasi topikal,
obat kumur yang mengandung fluor, memakan makanan yang sehat untuk
gigi, mengkonsumsi pemanis buatan, dan mengunjungi dokter gigi setiap tiga
hingga enam bulan sekali.
1. Perawatan Periodontal
Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya
perdarahan. Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa topical
antifibriolytic agents dapat merupakan cara dalam menghentikan perdarahan.
Pemakaian obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate dapat

14

menjaga kebersihan mulut. Pemberian penerangan secara lengkap bagi pasien


sebelum tindakan merupakan langkah awal yang baik, sehingga pasien akan
mengerti kemungkinan komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.
2. Penambalan
Pemakaian matrix dan wedges saat penambalan perlu diperhatikan
dengan benar. Luka yang diakibatkan karena pemakaian yang salah dapat
menjadi masalah saat melakukan penambalan.
3. Anastesi dan Penanggulangan Rasa Sakit
Rasa sakit pada gigi dapat ditanggulangi dengan memberikan
parasetamol atau asetaminofen. Penggunaan aspirin harus dihindari oleh
karena dapat menjadi menimbulkan penghambatan agregasi platelet. Apabila
akan memberikan NSAID hendaknya melakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan ahli hematologi oleh karena golongan obat ini dapat menimbulkan
penghambatan agregasi platelet.
Anastesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal, intra papilary,
dan intraligamen tidak memerlukan obat anti hemostatik namun anesthesi
dengan cara blok mandibula dan infiltrasi lingual harus diberikan anti
hemostatik.
e. Hipertensi
Pasien dengan hipertensi derajat 1 serta 2, perlu menjadi pertimbangan dokter
gigi. Tekanan darah mereka akan meningkat apabila kecemasan mereka
terhadap perawatan yang akan dilakukan meningkat. Dokter gigi bias
menunda perawatan sampai tekanan darahnya normal untuk pasien yang
memiliki tekanan darah >180/110, tidak ada perawatan invasive yang bias
dilakukan sampai tekanan darahnya normal. Walaupun ada perawatan
emergensi, konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu untuk mengontrol
tekanan darah pasien tersebut. Perlu untuk melakukan perawatan untuk
mencegah terjadinya bakterimia.

15

3) Prosedur Perawatan Compromised Medic


Step 1 : Pada step ini dilakukan perawatan subyektif dan obyektif. Pada
pemerikaan subyektif dilakukan anamnesa kepada pasien. Anamnesa untuk
mengetahui riwayat medis pasien secara menyeluruh, sampai dengan riwayat
ke dokter gigi dan apakah ada komplikasi sebelumnya. Pemeriksaan obyektif
juga sangat diperlukaan untuk menetahui keadaan klinis pasien. Pemeriksaan
obyektif ini dilakukan pemeriksaan intraoral maupun ekstraoral. Biasanya
pada pasien dengan kelainan sistemik akan ditemukan lesi spesifik sebagai
manifestasi di rongga mulut.
Step 2 : Apabila dicurigai terdapat compromised medis, sebelum melakukan
tindakan secara lanjut, kontrol terlebih dahulu pasien kepada dokter ahli.
Konsultasi kepada dokter ahli akan memberikan informasi lebih lanjut
tentang keadaan pasien. Selain itu juga konsultasi dengan dokter ahli untuk
mengonfirmasikan perawatan apa yang bisa dilakukan oleh dokter gigi.
Hasil tes lab dari pasien juga perlu untuk dievaluasi apakah pasien
memungkinkan untuk dilakukan perawatan lebih lanjut.
Step 3: Perawatan kedokteran gigi pada compromised medis sebaiknya
dihindari atau meminimalisasi trauma pada jaringan lunak.
Apabila dokter gigi menemukan pasien dengan compromised medis,
dokter gigi harus melakukan konsultasi dengan dokter ahli. Hal-hal yang
harus dikonsultasikan dokter gigi kepada dokter ahli adalah:
1) Menjelaskan apa yang dokter gigi temukan dan rencana perawatan yang
2)
3)

akan dilakukan
Bertanya kepada dokter ahli evaluasi dari kesehatan pasien
Bertanya kepada dokter ahli evaluasi kemampuan pasien untuk menerima

4)

perawatan yang akan dilakukan


Bertanya kepada dokter ahli rekomendasi untuk kesehatan pasien,
rencana perawatan apa yang mungkin bisa dilakukan kepada pasien

16

Biasanya pasien dengan compromised medis mempunyai tingkat


kecemasan yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Oleh karena
itu, dokter gigi juga harus mampu untuk menurunkan tingkat kecemasan
pasien. Tingkat kecemasan pasien bisa dilakukan dengan cara:
Sebelum Perawatan:
a. Terapi hipnotis agar pasien tenang atau menyarankan tidur yang
b.
c.

a.
b.
c.

cukup malam sebelum perawatan


Penggunaan obat penenang pada pagi hari sebelum perawatan
Meminimalkan waktu menunggu di ruang tunggu
Selama Perawatan:
Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
Mengajak pasien berbicara
Tidak mengejutkan pasien: minta persetujuan pasien semua

d.
e.
f.
g.

a.

perawatan
Tidak membuat kegaduhan
Tidak menunjukkan instrument kepada pasien
Memutarkan musik untuk menambah ketenangan
Pemberian obat: anastesi lokal, nitrous oxide, oral anxiolytics
Setelah Perawatan
Instruksikan pasien hal-hal yang dilakukan pasien setelah operasi

secara lisan dan tulisan agar pasien tidak lupa


b. Memberikan analgesic
c. Menjelaskan hal apa yang biasanya terjadi setelah operasi
d. Memberikan kontak dokter gigi kepada pasien, sehingga apabila
pasien terjadi komplikasi di rumah bisa langsung menghubungi
dokter gigi

17

BAB III
KESIMPULAN
Compromised medis adalah pasien dengan penyakit satu atau lebih dan
sedang melakukan medikasi untuk penyakitnya. Compromised medis terdiri dari
kelainan endokrin (Diabetes mellitus), kardiovaskuler (hipertensi), respirasi (asma),
neuralgia (epilepsi), bleeding disorders (hemophilia). Dental management pada
pasien comprimised medis sangat diperlukan, supaya tidak membahayakan pasien
dan juga operator. Dental management dari masing-masing penyakit berbeda sesuai
dengan keadaan kelainan ataupun penyakit pasien. Prosedur perawatan compromised
medis terdapat 3 step, step pertama adalah pemeriksaan obyektif dan subyektif, step
kedua konsultasi kepada dokter ahli, dan step ketiga adalah tahap peraawatan kepada
pasien yang meminimalisasi trauma jaringan lunak.

18

DAFTAR PUSTAKA
Coulthard P, K Horner, P Sloan, and E Theaker. 2003. Master Dentistry, Vol 1.
Edinburgh: Churchill Livingstone
Ganda KM. 2008. Dentists Guide to Medical Conditions and Complications.
Ames: Wiley-Blackwell
Little, J. W., Falace, D. A., Miller, C. S., Rhodus, N. L. 2008.

Dental

management of the
medically compromised patient. 7th ed. Canada: Mosby Elsevier
Rose, F. Louise; Kaye, Donald. 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam Untuk
Kedokteran Gigi Jilid 1 Edisi Dua. Jakarta : Binarupa Aksara
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery)
alih bahasa, Purwanto, Basoeseno; editor, Lilian Yuwono. Jakarta: EGC
Grossman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai