Sholawat Mujahadah Kecerdasan
Sholawat Mujahadah Kecerdasan
Sebelumnya mari kita bertawasul kepada RASULALLAH SAW, Untuk memintakan hajat kita
kepada Allah SWT. Karena doa Beliau Rosulluloh adalah kekasih Allah dan yang paling di
kabulkan Doanya.
1. Sediakan air dalam botol, gelas, atau bejana lainnya.
2. Membaca Al-Fatehah 3 kali di hadiahkan buat Rosululloh SAW. ILAA HADLROTI
SAYYIDINAA
MUHAMMADIN
SHOLLALLOOHU'ALAIHI
WASSALAM,
ALFAATIHAH ! (3x)
3. Matur Yaa, Rosuululloh ! Syafaatilah kami yang berlumuran dosa dan berlarut-larut dalam
kedzoliman ini! Mohonkanlah kepada Allah SWT, agar kami sekeluarga diberi Ampunan,
hidayah dan taufiq yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah, serta memperoleh
kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran, ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat
4. Lalu baca YAA SAYYIDI YAA ROSULALLAH selama kurang lebih 30 menit.
5. Lalu matur lagi: Yaa, Rosuululloh! Syafaatilah kami yang berlumuran dosa dan berlarutlarut dalam kedzoliman ini! Mohonkanlah kepada Allah SWT, agar kami sekeluarga diberi:
Ampunan, hidayah dan taufiq yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah, serta
memperoleh: kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran ketinggian budi dan ilmu yang
bermanfaat
6. Bacalah Alfatehah 1 kali, dan kemudian tiupkan 3x pada air tersebut.
7. Minumlah air itu pada ke esok harinya setelah bangun tidur, sebelum/sekitar matahari terbit
dan
sebelum
makan/minum
apapun.
Ketika
akan
minum
bacalah:
KISAH :
Kalimat itu adalah permohonan kepada Rasulullah SAW, seorang yang diyakini sebagai hamba
yang istimewa di hadapan Allah SWT, agar beliau SAW menyampaikan hajat yang diinginkan ke
hadhirat Allah, Tuhan Yang Maha Berkehendak. Ini adalah salah satu cara dalam berdoa, yang
di dalam agama dikenal dengan istilah tawassul. Dalam hal ini, Rasulullah SAW diyakini
sebagai wasilah atau perantara untuk menyampaikan hajat di sisi Allah SWT, bukan diyakini
sebagai pihak yang menentukan terkabulnya atau terwujudnya hajat tersebut.
Merasa sangat membutuhkan, para siswa itu pun memperhatikan perintah itu dengan seksama
dan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Ketika ujian tiba, para siswa SMA Katholik
tersebut dapat mengerjakan soal ujian dengan baik, termasuk dalam mata ujian yang selama itu
selalu jadi momok bagi mereka, dan akhirnya mereka lulus dengan nilai baik.
Hal ini tentu saja membuat guru dan pendeta yang membimbing mereka merasa heran dan
penasaran. Yang menjadikan mereka penasaran, jawaban murid-murid mereka itu hampir mirip
semua, termasuk pelajaran yang mereka anggap sulit. Padahal ketika mereka mengikuti ujian
tersebut, penjagaan sangat ketat, sehingga tidak memungkinkan terjadinya kerja sama dalam
mengerjakan soal-soal ujian. Namun, mereka tidak tahu ke mana dan kepada siapa mencari
tahunya.
Hingga pada malam harinya salah seorang pendeta yang mengasuh siswa-siswa itu bermimpi
didatangi seseorang yang mengenakan jubah serba putih. Pendeta bertanya kepada tamu yang
asing baginya itu, Mengapa para siswa di sekolah saya dapat mengerjakan soal-soal ujian
dengan baik dan dengan jawaban yang hampir mirip. Padahal ujian tersebut mendapat
penjagaan ketat?
Tanyakan saja kepada Kiai Thawaf, jawab tamunya yang berjubah putih itu. Setelah itu
tamunya menghilang dan sang pendeta terbangun.
Esoknya pendeta itu berusaha mencari tahu Kiai Thawaf sesuai dengan petunjuk yetng
diterimanya dalam mimpi. Tidak sulit untuk mencari sang kiai, karena dia tokoh terkenal di kota
Malang.
Lalu keduanya pun bertemu dan berdialog. Dan tidak lupa sang pendeta bercerita soal
mimpinya dan rasa penasaran terhadap para siswa yang ikut ujian.
Kiai Thawaf menjawab singkat, Mereka mengamalkan bacaan-bacaan shalawat tertentu, yaitu
amalan yang biasa diamalkan para pengikut Tarekat Wahidiyah, yakni bacaan Ya Sayyidi Ya
Rosuulallah.
Sang pendeta merasa heran dengan jawaban itu. Hanya dengan membaca bacaan sederhana
itu, para muridnya dapat mengatasi masalah ujian mereka. Dia tidak percaya begitu saja. Tapi
buktinya, sukses telah diraih para muridnya.
Memikirkan kejadian irasional itu membuat sang pendeta berkeinginan pula mengamalkan
bacaan tersebut. la pun minta izin kepada pak kiai. Meski pendeta itu beragama Katholik, Kiai
Thawaf mengizinkan untuk membaca sebanyak-banyaknya. Kiai Thawaf juga menerangkan
kepada tamunya bahwa bacaan itu adalah amalan yang diijasahkan oleh K.H. Abdul Majid
Maruf, Kedunglo, Kediri, pimpinan Tarekat Wahidiyah.
Beberapa hari kemudian, setelah mengamalkan bacaan tersebut, sang pendeta minta
kesediaan Kiai Thawaf untuk mengantarkan dirinya sowan kepada Kiai Abdul Majid Maruf di
kediamannya. Kiai Thawaf tidak menolak niat tersebut. Maka, berdua mereka pergi ke
Kedunglo, yang jaraknya dari Malang tidak terlalu jauh.
Begitu bertemu dengan Kiai Abdul Majid Maruf, pak pendeta menjadi kaget. Ternyata kiai
berjubah putih yang ditemui saat mimpi tidak lain adalah K.H. Abdul Majid Maruf, pemimpin
Tarekat Wahidiyah.
Pendeta itu kemudian mengutarakan maksudnya sowan kepada pak kiai, termasuk
pengalamannya dalam mimpi. Namun yang paling penting, tanpa pikir panjang lagi, dia
kemudian minta dibaiat menjadi muslim kepada Kiai Maruf.
Kalung salib ini akan kulepaskan, kata sang pendeta sambil berusaha menanggalkan kalung
yang melilit di lehemya.
Tidak usah, kata Kiai Maruf dengan nada datar. Biar untuk kenang-kenangan. Maka, Kiai
Maruf pun menerima ikrar pendeta itu masuk Islam.
K.H. Abdul Majid Maruf adalah pendiri Amalan Sholawat Wahidiyah di Kediri yang banyak
pengikutnya. la lahir pada 1920 dan wafat pada 7 Maret 1989 (29 Rajab 1409) di Kedunglo,
Kediri, Jawa Timur. Ia sangat disegani dan dihormati oleh pengikutnya.