Anda di halaman 1dari 21

BUPATI PONOROGO

PERATURAN BUPATI PONOROGO


NOMOR
TAHUN 2011
TENTANG
SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PONOROGO,
Menimbang

: bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan ketentuan Pajak Reklame


sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, perlu ditetapkan Peraturan Bupati
Ponorogo tentang Sistem dan prosedur Pemungutan Pajak Reklame;

Mengingat

1.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah


Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak


Daerah Yang dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5179);
1

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011;

10.

Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 2 Tahun 2007 tentang


Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Ponorogo Tahun 2005 Nomor 5);

11.

Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 10 Tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Ponorogo
(Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 Nomor 10);

12.

Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2011
Nomor 12);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN


PAJAK REKLAME
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1.

Bupati adalah Bupati Ponorogo.

2.

Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan


Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ponorogo.

3.

Instansi Pemungut adalah Instansi yang oleh Undang-Undang diberi


kewenangan untuk memungut pajak.

4.

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang


oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

5.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan


kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.

6.

Pajak Reklame yang selanjutnya disebut Pajak adalah pajak atas


penyelenggaraan reklame.

7.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

8.

Penyelenggara Reklame adalah orang atau badan yang


menyelenggarakan reklame baik untuk atas nama sendiri atau untuk
dan atas nama pihak lain.

9.

Panggung/Lokasi Reklame adalah suatu sarana atau tempat


pemasangan reklame yang ditetapkan untuk satu atau beberapa
reklame.

10.

Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah ukuran nilai jual atau harga yang
2

ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame berdasarkan kriteria


kepadatan, pemanfaatan tata ruang daerah untuk berbagai aspek
kegiatan dibidang usaha.
11.

Nilai Jual Objek Pajak Reklame yang selanjutnya disingkat NJOPR,


adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik dan/atau
penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah biaya/harga beli
bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran/ongkos
perakitan,
pemancaran,
peragaan,
penayangan,
pengecatan
pemasangan dan transportasi pengangkutan dan sebagainya sampai
dengan bangunan reklame rampung, dipancarkan, diperagakan,
ditayangkan dan atau terpasang tempat yang telah di izinkan.

12.

Nilai Sewa Reklame yang selanjutnya disingkat NSR, adalah nilai yang
dihasilkan dari penjumlahan nilai strategis dan nilai jual objek pajak
reklame ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya
pajak reklame.

13.

Reklame permanen adalah reklame yang diselenggarakan secara tetap


dan bahan baku yang digunakan dapat bertahan lebih dari 1 (satu)
tahun serta bangunanannya berkonstruksi.

14.

Reklame insidentil adalah penyelenggaraan reklame yang bersifat


sementara dan tidak tetap serta bahan baku yang digunakan tidak
dapat bertahan lama.

15.

Reklame papan (billboard) adalah reklame yang terbuat dari papan


kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau
digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar,
pohon, tiang dan sebagainya baik bersinar maupun disinari.

16.

Reklame megatron/viditron/large electronic display (LED) adalah


reklame yang menggunkan layar monitor besar berupa program
reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna
yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga
listrik.

17.

Reklame melekat adalah reklame berupa pengecatan atau yang


dipersamakan dengan itu dan ditempelkan pada tempat-tempat umum.

18.

Reklame berjalan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan


pada kendaraan yang diselenggarakan dengan mempergunakan
kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

19.

Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan


menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan
lain yang sejenis dengan itu.

20.

Reklame baliho adalah reklame yang berbentuk bidang, dengan bahan


terbuat dari kayu, logam, fiberglass/plastik dan bahan lain yang sejenis
sesuai perkembangan jaman yang pemasangannya berdiri sendiri
dengan konstruksi sementara dan bersifat semi permanen.

21.

Reklame stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,


diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta
untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu
benda dengan ketentuan luasnya tidak boleh lebih dari 100 cm per
lembar.

22.

Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas


diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta
dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,
digantungkan pada suatu benda lain.

23.

Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan


menggunakan gas, laser, pesawat atau alat-alat lain yang sejenis.

24.

Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan


menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang
ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

25.

Reklame apung adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara


3

menempelkan reklame pada kendaraan diatas perairan umum.


26.

Reklame slide atau reklame film adalah reklame yang diselenggarakan


dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahanbahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau
dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan.

27.

Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara


memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

28.

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan
pajak.

29.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.

30.

Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka
waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga)
bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

31.

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.

32.

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari


penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya
pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib
Pajak serta pengawasan penyetorannya.

33.

Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah


bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

35.

Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD


adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak yang terutang.

36.

Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya


disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah
yang masih harus dibayar.

37.

Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang


selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

38.

Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN


adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.

39.

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat


SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit lebih besar dari pada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

40.

Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah


surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif
berupa bunga dan/atau denda.

41.

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang


membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan
dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah yang terdapat dalam SPPT, SKPD,
4

SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, SKPDLB, STPD, Surat Keputusan


Pembetulan atau Surat Keputusan Keberatan.
42.

Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan


terhadap SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, SKPDLB atau
terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh wajib pajak.

43.

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara


teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

44.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah


data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif
dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan pajak daerah.
BAB II
OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2

(1)

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame yang


dikategorikan menjadi reklame permanen dan reklame insidentil.

(2)

Reklame permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. reklame vidiotron / megatron / large elektronic display (LED);
b. reklame bando jalan / bilboard;
c. reklame neon box; dan
d. reklame papan.

(3)

Reklame insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. reklame kain;
b. reklame baliho;
c. reklame melekat, Stiker;
d. reklame selebaran;
e. reklame udara (balon udara);
f. reklame suara;
g. reklame apung;
h. reklame film/slide; dan
i. reklame peragaan.

(4)

Tidak termasuk objek pajak reklame adalah:


a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta
harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;
b. label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk
sejenis lainnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau
profesi tersebut;
d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Kabupaten; dan
e. penyelenggaraan Reklame yang dipergunakan untuk keperluan
amal, sosial, keagamaan dan politik.
Pasal 3
5

(1)

Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang


menggunakan Reklame.

(2)

Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang


menyelenggarakan Reklame.

(3)

Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh


orang pribadi atau Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi
atau Badan tersebut.

(4)

Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga


tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.
BAB III
DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 4

(1)

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.

(2)

Dalam hal reklame diselenggarakan oleh Pihak Ketiga, nilai sewa


reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
nilai kontrak reklame.

(3)

Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa reklame


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan
faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka
waktu pengelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.

(4)

Dalam hal nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, nilai sewa reklame
ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).

(5)

Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) ditetapkan dengan cara menjumlahkan Nilai Strategis Reklame
dengan Nilai Jual Objek Pajak Reklame.

(6)

Klasifikasi jalan lokasi penempatan reklame dan hasil perhitungan nilai


sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5)
tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Bupati ini.
Pasal 5

Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen).


Pasal 6
(1)

Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara


mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan
dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2)

Hasil perhitungan besarnya pokok pajak reklame yang terutang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Bupati ini.
BAB IV
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Pasal 7

Pajak Reklame dipungut dengan sistem Official Assesment.

BAB V
MASA PAJAK DAN SAAT TERUTANG PAJAK
Pasal 8
6

Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yang sama dengan masa
penyelenggaraan reklame yang ditentukan sebagai berikut :
a. dalam hal reklame diselenggarakan secara permanen, masa pajak adalah
waktu yang lamanya 1 (satu) tahun;
b. dalam hal reklame diselenggarakan dalam waktu terbatas dikategorikan
sebagai reklame insidentil, masa pajak ditetapkan 1 (satu) bulan, 1 (satu)
minggu, dan 1 (satu) hari.
Pasal 9
Pajak Reklame yang terutang terjadi pada saat penyelenggaraan reklame atau
sejak diterbitkan SKPD.
BAB VI
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN
DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 10
(1)

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati atau


Pejabat yang ditunjuk dapat membetulkan SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung
dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.

(2)

Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat :


a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa
bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal
sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan dan membatalkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT
atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;
c. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang
dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang
ditentukan; dan
d. mengurangkan ketetapan pajak yang terutang berdasarkan
pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi
tertentu obyek pajak.

(3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau


penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Lampiran III Peraturan Bupati ini.
BAB VII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 11

(1)

Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan


permohonan pengembalian kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2)

Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan Keputusan.

(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah


dilampaui dan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan
suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka
7

waktu paling lama 1 (satu) bulan.


(4)

Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan


pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut;

(5)

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKPDLB.

(6)

Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah


lewat 2 (dua) bulan, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan pembayaran pajak.

(7)

Ketentuan mengenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran


pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Lampiran III
Peraturan Bupati ini.
BAB VIII
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Pasal 12

(1)

Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2)

Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang


sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)

Ketentuan mengenai tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah


kedaluwarsa diatur dalam Lampiran III Peraturan Bupati ini.
BAB IX
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 13

(1)

Wajib pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit


Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib
menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.

(2)

Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara
pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Lampiran III Peraturan Bupati ini.
Pasal 14

(1)

Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan


untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah
dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.

(2)

Wajib Pajak yang diperiksa wajib :


a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan obyek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pajak diatur


dalam Lampiran III Peraturan Bupati ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pelaksanaan pemungutan pajak daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ponorogo dan dibantu
oleh Instansi terkait sebagai unsur koordinatif.
Pasal 16
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Ponorogo.

Ditetapkan di Ponorogo
pada tanggal
BUPATI PONOROGO,

H. AMIN, S.H.

LAMPIRAN III : PERATURAN BUPATI PONOROGO


NOMOR
:
TANGGAL
:
TATA CARA PENGISIAN SKPD, PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN, DAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
I.

TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SKPD ATAU DOKUMEN LAIN YANG
DIPERSAMAKAN, STPD, SKPDKB, SKPDKBT, SSPD DAN SURAT TEGURAN
1. SKPD
FORMAT
SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH
(SKPD)
PAJAK ..

PEMERINTAH
KABUPATEN
PONOROGO

MASA 2)
TAHUN 3)
NAMA 4)
ALAMAT 5)
NPWPD 6)
TANGGAL JATUH TEMPO 7)
No.

KODE REKENING 8)

NO. URUT 1)
..

:
:

:
:
:
:
:
URAIAN PAJAK DAERAH 9)

JUMLAH (Rp.) 10)

1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Ketetapan Pokok Pajak
Jumlah Sanksi :

a. Bunga
b. Kenaikan

Jumlah Keseluruhan
Dengan huruf :
PERHATIAN :
1. Harap penyetoran dilakukan pada Bank/Bendahara Penerimaan
2. Apabila SKPD ini tidak atau kurang dibayar lewat waktu paling lama 30 hari setelah SKPD
diterima atau tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
per bulan.
..,
An. Pejabat P2KA Daerah
(tanda tangan)
(Nama Lengkap)
NIP.
....potong disini....
TANDA TERIMA
NO. URUT
..
NAMA
:
.,.
ALAMAT
:
Yang menerima
NPWPD

(tanda tangan)
(Nama Lengkap)

Cara Pengisian :
1) Diisi sesuai nomor urut penerbitan
2) Diisi sesuai masa pajak
3) Diisi sesuai tahun pajak
4) Diisi sesuai nama wajib pajak
5) Diisi sesuai alamat wajib pajak
6) Diisi sesuai NPWP wajib pajak

7) Diisi sesuai tanggal jatuh tempo pajak


8) Diisi sesuai dengan kode rekening pajak
9) Diisi sesuai dengan uraian pajak
10) Diisi sesuai jumlah ketetapan pajak

2. STPD
FORMAT
PEMERINTAH
KABUPATEN
PONOROGO

SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH


(STPD) PAJAK
Masa Pajak 2)

Tahun 3)

Nama 4)

Alamat 5)
NPWPD 6)
Tanggal Jatuh Tempo 7)

:
:
:

NO. URUT 1)
..

I. Berdasarkan Perda Nomor 08 Tahun 2010 telah dilakukan penelitian/ dan/atau


pemeriksaan atau keterangan lain atas pelaksanaan kewajiban :
Kode Rekening Pajak 8)
:
Nama Pajak 9)

II. Dari penelitian dan/atau pemeriksaan tersebut diatas, penghitungan jumlah yang masih
harus dibayar adalah sbb :
1. Pajak yang kurang dibayar
2. Sanksi administrasi

Rp.

a. Bunga
3. Jumlah yang masih harus dibayar (1+2a)

Rp.
Rp.

Dengan huruf :
PERHATIAN :
1.

Harap penyetoran dilakukan melalui Bank atau Bendahara Penerimaan dengan menggunakan
SSPD.

2. Apabila STPD ini tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak STPD
ini diterima dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan.

..,.
An. Bupati Ponorogo
Pejabat P2KA Daerah

(Nama Lengkap)
NIP.
.potong disini
No. STPD :
TANDA TERIMA
NAMA

..,..

ALAMAT
NPWPD

:
:

Yang menerima
(Nama Lengkap)

Cara Pengisian :
1) Diisi sesuai nomor urut penerbitan
2) Diisi sesuai masa pajak
3) Diisi sesuai tahun pajak
4) Diisi sesuai nama wajib pajak
5) Diisi sesuai alamat wajib pajak
6) Diisi sesuai NPWP wajib pajak
7) Diisi sesuai tanggal jatuh tempo pajak
8) Diisi sesuai dengan kode rekening pajak
9) Diisi sesuai dengan uraian pajak

3. SKPDKB
FORMAT
PEMERINTAH

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH


KURANG BAYAR
(SKPDKB)
PAJAK ..

KABUPATEN
PONOROGO

MASA 2)
TAHUN 3)
:

NAMA 4)
ALAMAT 5)
NPWPD 6)
TANGGAL JATUH TEMPO 7)
No.

KODE REKENING 8)

NO. URUT 1)
..

:
:

:
:
:
:
URAIAN PAJAK DAERAH 9)

JUMLAH (Rp.) 10)

1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Ketetapan Pokok Pajak
Jumlah Sanksi :

a. Bunga
b. Kenaikan

Jumlah Keseluruhan
Dengan huruf :
PERHATIAN :
1. Harap penyetoran dilakukan pada Bank/Bendahara Penerimaan
2. Apabila SKPD ini tidak atau kurang dibayar lewat waktu paling lama 30 hari setelah SKPD
diterima atau tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
per bulan.
..,
An. Pejabat P2KA Daerah
(tanda tangan)
(Nama Lengkap)
NIP.
....potong disini....
TANDA TERIMA
NO. URUT
..
NAMA
:
.,.
ALAMAT
:
Yang menerima
NPWPD

(tanda tangan)
(Nama Lengkap)

Cara Pengisian :
1) Diisi sesuai nomor urut penerbitan
2) Diisi sesuai masa pajak
3) Diisi sesuai tahun pajak
4) Diisi sesuai nama wajib pajak
5) Diisi sesuai alamat wajib pajak
6) Diisi sesuai NPWP wajib pajak

7) Diisi sesuai tanggal jatuh tempo pajak


8) Diisi sesuai dengan kode rekening pajak
9) Diisi sesuai dengan uraian pajak
10) Diisi sesuai jumlah ketetapan pajak

4. SKPDKBT
FORMAT
SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH
KURANG BAYAR TAMBAHAN
(SKPDKBT)
PAJAK ..

PEMERINTAH
KABUPATEN
PONOROGO

NAMA 4)
ALAMAT 5)
NPWPD 6)
TANGGAL JATUH TEMPO 7)
No.

KODE REKENING 8)

MASA 2)

TAHUN 3)
:
:
:
:
:

URAIAN PAJAK DAERAH 9)

NO. URUT 1)
..

JUMLAH (Rp.) 10)

1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Ketetapan Pokok Pajak
Jumlah Sanksi :

a. Bunga
b. Kenaikan

Jumlah Keseluruhan
Dengan huruf :
PERHATIAN :
1. Harap penyetoran dilakukan pada Bank/Bendahara Penerimaan
2. Apabila SKPD ini tidak atau kurang dibayar lewat waktu paling lama 30 hari setelah SKPD
diterima atau tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
per bulan.
..,
An. Pejabat P2KA Daerah
(tanda tangan)
(Nama Lengkap)
NIP.
....potong disini....
TANDA TERIMA
NO. URUT
..
NAMA
:
.,.
ALAMAT
:
Yang menerima
NPWPD

(tanda tangan)
(Nama Lengkap)

Cara Pengisian :
1) Diisi sesuai nomor urut penerbitan
2) Diisi sesuai masa pajak
3) Diisi sesuai tahun pajak
4) Diisi sesuai nama wajib pajak
5) Diisi sesuai alamat wajib pajak
6) Diisi sesuai NPWP wajib pajak

7) Diisi sesuai tanggal jatuh tempo pajak


8) Diisi sesuai dengan kode rekening pajak
9) Diisi sesuai dengan uraian pajak
10) Diisi sesuai jumlah ketetapan pajak

5. SSPD
FORMAT
PEMERINTAH
KABUPATEN
PONOROGO

SURAT SETORAN PAJAK DAERAH


(SSPD)
PAJAK ..

NO. URUT 1)
..

NAMA 4)
ALAMAT 5)

MASA 2)
TAHUN 3)
:
:

:
:

NPWPD 6)
TANGGAL JATUH TEMPO 7)

:
:

Meyetor berdasarkan :

SKPD

STPD

SKPDKB

SK. Pembetulan

SKPDBT

SK. Keberatan
Lain-Lain

No.

KODE REKENING 8)

URAIAN PAJAK DAERAH 9)

JUMLAH (Rp.) 10)

1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Ketetapan Pokok Pajak
Jumlah Sanksi :

a. Bunga
b. Kenaikan

Jumlah Keseluruhan
Dengan huruf :
Ruang untuk teraan Kas Register

Diterima oleh :
Bendaraan Penerimaan/
Bendahara Penerimaan Pembantu
Tanggal
:
Tanda tangan :

..,
Penyetor

(tanda tangan)
(Nama Lengkap)

Nama Terang :
Cara Pengisian :
1) Diisi sesuai nomor urut penerbitan
2) Diisi sesuai masa pajak
3) Diisi sesuai tahun pajak
4) Diisi sesuai nama wajib pajak
5) Diisi sesuai alamat wajib pajak
6) Diisi sesuai NPWP wajib pajak
7) Diisi sesuai tanggal jatuh tempo pajak
8) Diisi sesuai dengan kode rekening pajak
9) Diisi sesuai dengan uraian pajak
10) Diisi sesuai jumlah ketetapan pajak

II.

TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN


PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK.
A. Menerima surat permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi adminsitratif dan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak dari Wajib Pajak.
B. Meneliti kelengkapan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi adminsitratif dan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak dari Wajib Pajak, kemudian dilakukan
penelitian dan apabila perlu dilakukan pemeriksaan dan dibuat laporan hasil penelitian.
C. Menyampaikan laporan hasil penelitian kepada pejabat yang berwenang untuk diteliti dan
dipertimbangkan untuk ditolak atau diterima.
D. Membuat Surat Keputusan Penolakan atau Surat Keputusan Pembetulan.
E. Menyerahkan Surat Keputusan kepada Wajib Pajak.

III. TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK


A. Menerima surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, melakukan
pemeriksaan dan membuat laporan pemeriksaan yang ditandatangani oleh Petugas dan
Wajib Pajak.
B. Mencatat ke Kartu Data dan selanjutnya dilakukan penghitungan penetapan Kelebihan
Pembayaran Pajak.
C. Memperhitungkan dengan utang/ tunggakan pajak yang lain, kemudian dibuat Nota
Perhitungan.
D. Setelah diperhitungkan dengan utang pajak yang lain, ternyata kelebihan pembayaran
pajak, kurang atau sama dengan utang pajak lainnya. Maka Wajib Pajak menerima bukti
pemindahbukuan sebagai bukti pembayaran kompensasi dengan pajak terutang dimaksud,
sehingga tidak diterbitkan SKPDLB.
E. Apabila utang pajak setelah diperhitungkan/ dikompensasikan dengan kelebihan
pembayaran pajak ternyata lebih, maka Wajib Pajak akan menerima bukti pemindahbukuan
dan sebagai bukti pembayaran/ kompensasi diterbitkan SKPDLB.
F. Setelah diterbitkan SKPDLB, selanjutnya diterbitkan SPM untuk pencairan dana.

IV. TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG SUDAH KEDALUWARSA


A. Pajak terutang yang sudah lewat masa pajak 5 (lima) tahun, maka pajak dimaksud sebagai
piutang pajak.
B. Piutang pajak dimaksud dapat dihapuskan dengan Keputusan Bupati dilengkapi dengan
alasan dan bukti-bukti yang mendasar.

V. KRITERIA WAJIB PAJAK DAN PENENTUAN BESARAN OMZET SERTA TATA CARA
PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN
A. Kriteria Wajib Pajak :
1)

Wajib Pajak yang memiliki omzet diatas Rp.300.000.000,00

B. Tata cara pembukuan atau pencatatan :


1) Wajib Pajak telah memiliki omzet diatas Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per
tahun diwajibkan menyelenggarakan pembukuan atau pencacatan.
2) Pembukuan atau pencatatan dimaksud dlakukan secara tertib, teratur dan benar sesuai
dengan norma pembukuan yang berlaku dan dilaporkan setiap bulan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.
3) Laporan pembukuan atau pencatatan dimaksud sebagai salah satu dasar untuk
penetapan pajak terutang.

VI. TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK


A. Pemeriksaan :
a.

Pemeriksaan lapangan, dilakukan dengan cara :


1)
Memeriksa Tanda Pelunasan Pajak dan keterangan lainnya sebagai bukti
pelunasan kewajiban perpajakan daerah.
2)
Memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya.
3)
Meminjam buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya
catatan dan dolumen pendukung lainnya termasuk keluaran dari media komputer
dan perangkat elektronik pengolah data lainnya dengan memberikan tanda terima.
4)
Meminta keterangan lisan dan atau tertulis Wajib Pajak yag diperiksa.
5)
Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan
dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha
Wajib Pajak dan atau tempat-tempat lain yang dianggap penting, serta melakukan
pemeriksaan di tempat-tempat tersebut.
6)
Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada angka 5) apabila
Wajib Pajak atau Wakil atau Kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk
memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada ditempat pada saat
pemeriksaan.
7)
Meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.

b.

Pemeriksaan Kantor, dilakukan dengan cara :


1)
Memberitahukan agar Wajib Pajak membawa Tanda Pelunasan Pajak, bukubuku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran dari media
komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya.
2)
Meminjam buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya
catatan dan dolumen pendukung lainnya termasuk keluaran dari media komputer
dan perangkat elektronik pengolah data lainnya dengan memberikan tanda terima.
3)
Memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya.
4)
Meminta keterangan lisan dan atau tertulis Wajib Pajak yag diperiksa.
5)
Meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.

B. Pemeriksa membuat laporan pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar penerbitan


SKPDKB, SKPDKBT atau STPD atau tujuan lain untuk pelaksanaan pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
C. Apabila penghitungan besarnya pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT dan STPD
berbeda dengan SPTPD, perbedaan besarnya pajak diberitahukan kepada Wajib Pajak
yang bersangkutan.
D. Pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir pemeriksaan lengkap
diselesaikan dalam waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah pemeriksaan
selesai dilakukan.
E. Pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan lapangan dilakukan dalam waktu paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah pemeriksaan lapangan selesai dilakukan.
F. Hasil pemeriksaan kantor disampaikan kepada Wajib Pajak segera setelah pemeriksaan
selesai dilakukan dan tidak menunggu tanggapan Wajib Pajak.

G. Apabila Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan atau tidak menghadiri pembahasan akhir
hasil pemeriksaan, SKPD dan atau STPD diterbitkan secara jabatan, berdasarkan hasil
pemeriksaan yang disampaikan kepada Wajib Pajak.
H. Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak tidak dilakukan, apabila pemeriksaan
dilanjutkan dengan penyidikan.
----------------------

BUPATI PONOROGO,

H. AMIN, S.H.

LAMPIRAN I

: PERATURAN BUPATI PONOROGO


NOMOR
:
TANGGAL :

KLASIFIKASI JALAN LOKASI PENEMPATAN REKLAME


KLASIFIKASI
UTAMA

Klasifikasi Kelas Utama adalah pemasangan Reklame Klasifikas Kelas A adalah pemasangan Reklame di
di lokasi yang dinilai berdasarkan sudut pandang Nilai
lokasi yang dinilai berdasarkan sudut pandang Nilai
Strategis Tinggi antara lain berlokasi di :
Strategis Sedang antara lain berlokasi di :
a. Kawasan Aloon - aloon ke Timur ( Jl. Jend.
a. Jl. Ir. Juanda s/d Perempatan Jeruksing
Sudirman, Jl. Gajah Mada s/d Perempatan
b. Jl. Yos Sudarso
Tonatan )
c. Jl. MT. Haryono, Jl. Letjend. S. Parman dan Jln.
b. Kawasan Aloon - aloon ke Selatan ( Jl. Jend. Gatot
Mayjend Sutoyo
Subroto s/d Pertigaan Jenes )
d. Jl. Trunojoyo s/d Jembatan Sekayu
c. Kawasan Aloon - aloon ke Utara ( Jl. Diponegoro
e. Jl. Sukowati
s/d Perempatan Tambakbayan )
f. Jl. Basuki Rahmad
d. Kawasan Pasar Songgolangit ke Barat ( Jl. Urip
g. Jl. Jend. Ahmad Yani
Sumoharjo s/d Perempatan Tambakbayan )
h. Jl. Batoro Katong
e. Kawasan Pasar Songgolangit ke Timur ( Jl. KH.
i. Pasar Pon ke Utara, Jl. Brigjend. Katamso
Achmad Dahlan s/d Perempatan Bunderan ).
f. Kawasan Pasar Songgolangit ke Utara ( Jl.
Soekarno Hatta, Jl. Arif Rahmad Hakim s/d
Jembatan Mlilir )

Klasifikasi Kelas B adalah pemasangan Reklame di


lokasi yang dinilai berdasarkan sudut pandang Nilai
Strategis Rendah antara lain berlokasi di :
a. Pasar Pon ke Timur ( Jl. Niken Gandini dan Jl.
Raya Jenangan s/d Wilayah Kec. Ngebel )
b. Perempatan Jeruksing ke Timur ( Jl. Halim
Perdana Kusuma dan Jl. Raya Pulung s/d
Wilayah Kec. Pulung, Kec. Pudak, dan Kec.
Sooko )
c. Perempatan Jeruksing ke Selatan ( Jl. Kiageng
Kutu, Jl. Raya Siman, dan Jl. Raya Jabung Jetis - Bungkal )
d. Dengok ke Timur ( Jl. Raya Ponorogo Trenggalek s/d Perbatasan Trenggalek )
e. Dengok ke Selatan ( Jl. Raya Ponorogo Pacitan s/d Perbatasan Pacitan )
f. Kawasan Jembatan Sekayu ke Barat ( Jl. Raya
Ponorogo - Solo s/d Perbatasan Wonogiri )

1
g. Kawasan Stadion ( Jl. Suromenggolo dan Jl.
Pramuka )

3
g. Perempatan Keniten ke Utara ( Jl. Raya
Ponorogo - Magetan s/d Perbatasan Magetan )
h. Semua jalan yang tidak termasuk dalam
Klasifikasi Kelas Utama dan Kelas A termasuk
Reklame dala m ruangan Toko/Kantor/Instansi

BUPATI PONOROGO,

H. AMIN, S.H.

LAMPIRAN II

PERATURAN BUPATI PONOROGO


NOMOR
:
TANGGAL :

HASIL PERHITUNGAN PAJAK REKLAME

NO
1
1

JENIS
REKLAME
2
Reklame
Permanen

3
Vidiotron / Megatron / LED
Bando Jalan

SATUAN

12 Bulan

Billboard

12 Bulan

Papan :
a. Brending / PJU

12 Bulan

12 Bulan

1 Bulan

c. Papan Tidak Bersinar


Pengecatan / Melekat

Baliho

12 Bulan
12 Bulan

Baliho
Kain
(Spanduk,
umbul, Banner, dll)

12 Bulan
12 Bulan

Berjalan

PEMASANGAN

12 Bulan

b. Papan Bersinar / Neon Box

Reklame
Insidentil

NILAI STRATEGIS (Rp)

PERIODE

MACAM REKLAME

Umbul-

< 1 Bulan
1 Bulan
< 1 Bulan

Stiker
Selebaran

1 Bulan
1 Bulan

m
2
m

NJOP

UTAMA

KELAS A

KELAS B

(Rp)

400,000.00

348,000.00

300,000.00

240,000.00

205,000.00

240,000.00

TARIF

TARIF PAJAK (Rp)


UTAMA

KELAS A

KELAS B

10

11

12

13

800,000.00

25%

300,000.00

287,000.00

275,000.00

170,000.00

600,000.00

25%

210,000.00

201,250.00

192,500.00

205,000.00

170,000.00

600,000.00

25%

210,000.00

201,250.00

192,500.00

284,800.00

238,600.00

192,000.00

824,000.00

25%

277,200.00

265,650.00

254,000.00

148,000.00

136,000.00

124,000.00

140,000.00

25%

72,000.00

69,000.00

66,000.00

140,000.00

130,000.00

120,000.00

100,000.00

25%

60,000.00

57,500.00

55,000.00

140,000.00

130,000.00

120,000.00

100,000.00

25%

60,000.00

57,500.00

55,000.00

136,000.00

136,000.00

136,000.00

140,000.00

25%

69,000.00

69,000.00

69,000.00

148,000.00

136,000.00

124,000.00

140,000.00

25%
25%

72,000.00

69,000.00

66,000.00

14,000.00

13,000.00

12,000.00

10,000.00

6,000.00

5,750.00

5,500.00

4,800.00

4,600.00

4,400.00

30,000.00

28,750.00

27,500.00

24,000.00

23,000.00

22,000.00

10,000.00
10,000.00

10,000.00
10,000.00

10,000.00
10,000.00

9,200.00
70,000.00

8,400.00
65,000.00

7,600.00
60,000.00

10,000.00
50,000.00

56,000.00

52,000.00

48,000.00

40,000.00

10,000.00
10,000.00

10,000.00
10,000.00

10,000.00
10,000.00

30,000.00
30,000.00

25%
25%
25%
25%
25%

3
Udara
Suara
Apung
Film / Slide
Peragaan

4
1 Bulan
< 1 Bulan
1 Bulan
1 Hari

5
Tiap
Satuan
Tiap Kali
Suara

1 Bulan

< 1 Bulan
1 Bulan
< 1 Bulan
1 Bulan
< 1 Bulan

2
2

m
Per
Rol
Tiap
Peragaan

6
50,000.00
40,000.00
200,000.00
50,000.00

7
50,000.00
40,000.00
200,000.00
50,000.00

8
50,000.00
40,000.00
200,000.00
50,000.00

9
50,000.00
40,000.00
800,000.00
50,000.00

50,000.00

50,000.00

50,000.00

50,000.00

40,000.00
200,000.00
50,000.00
200,000.00
50,000.00

40,000.00
200,000.00
50,000.00
200,000.00
50,000.00

40,000.00
200,000.00
50,000.00
200,000.00
50,000.00

40,000.00
800,000.00
50,000.00
800,000.00
50,000.00

13

10
25%
25%
25%
25%
25%

11
25,000.00
20,000.00
250,000.00
25,000.00

12
25,000.00
20,000.00
250,000.00
25,000.00

25,000.00
20,000.00
250,000.00
25,000.00

25,000.00

25,000.00

25,000.00

25%

20,000.00
250,000.00
25,000.00
250,000.00
25,000.00

20,000.00
250,000.00
25,000.00
250,000.00
25,000.00

20,000.00
250,000.00
25,000.00
250,000.00
25,000.00

25%
25%
25%
25%

BUPATI PONOROGO,

H. AMIN, S.H.

Anda mungkin juga menyukai