Anda di halaman 1dari 17

STUDI PERILAKU KOLOM AKIBAT GAYA AKSIAL DAN LENTUR (BEAMCOLUMNS) DENGAN MENGGUNAKAN ABAQUS 6.

7 PADA DAERAH RAWAN


GEMPA
Nama Mahasiswa
NRP
Jurusan
Dosen Pembimbing

: Muhammad Amitabh Pattisia


: 3109106045
: Teknik Sipil, FTSP ITS
: 1) Budi Suswanto, ST, MT, Ph.D
: 2) Ir. R Soewardojo, MSc

Abstrak
Suatu elemen struktur kolom biasanya harus memikul beban aksial (tarik atau tekan)
dan momen lentur secara bersama-sama maka elemen tersebut dapat dikatakan balok kolom
(beam-columns). Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil dibandingkan momen
lentur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial tersebut diabaikan dan komponen tersebut dapat
didesain sebagai komponen struktur lentur. Sedangkan gaya aksial yang bekerja lebih dominan
daripada momen lentur, maka komponen struktur tersebut harus didesain sebagai komponen
struktur tarik (jika yang bekerja gaya aksial tarik) atau didesain sebagai komponen struktur
tekan (jika yang bekerja gaya aksial tekan).
Secara umum dalam penelitian ini akan direncanakan sebuah bangunan gedung yang
typical dengan dimensi bangunan 20 m x 30 m ( jarak bentang 5 m) dan 5 lantai dengan tinggi
bangunan 20 m (tinggi tiap lantai 4m). Untuk analisa struktur khususnya pada kolom yang
menerima beban aksial dan lentur secara bersamaan (beam-columns) dengan menggunakan
program bantu SAP 2000 versi 14, untuk mengetahui perilaku elemen struktur menggunakan
software Abaqus 6.7 dan untuk analisa penampang dengan menggunakan software Xtract 2.6.2.
Pada akhirnya penyusunan dari tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat
merencanakan suatu struktur kolom yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan
fungsi bangunan tersebut. Tujuan dari Tugas akhir ini adalah menghasilkan perencanaan
struktur kolom yang menerima gaya Aksial dan Lentur secara bersamaan dengan memenuhi
persyaratan keamanan struktur berdasarkan SNI 03-1729-2002, RSNI 03-1726-201x, dan
PPIUG 1983.
Kata Kunci : beam-columns, bangunan gedung, kolom, Xtract versi 2.6.2, Abaqus 6.7

(jika yang bekerja gaya aksial tarik) atau


didesain sebagai komponen struktur tekan
(jika yang bekerja gaya aksial tekan).
Dalam konstruksi bangunan baja
suatu elemen struktur pada suatu bangunan
gedung harus mempunyai syarat-syarat
perencanaan yang harus dipenuhi. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mencapai
keamanan
struktur
yaitu
kekuatan,
stabilitas,
ekonomis
dan
berdayaguna selama umur layan yang
dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan
(korosi), rangkak (creep), susut dan
pemuaian, dan akibat beban-beban berulang
serta beban-beban khusus lainnya.
Secara umum dalam penelitian ini
akan direncanakan sebuah bangunan
gedung yang typical dengan dimensi

1.
1.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu bangunan baja gedung terdiri
dari beberapa elemen yaitu balok dan
kolom. Suatu elemen struktur kolom
biasanya harus memikul beban aksial (tarik
atau tekan) dan momen lentur secara
bersama-sama maka elemen tersebut dapat
dikatakan balok kolom (beam-column).
Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja
cukup kecil dibandingkan momen lentur
yang bekerja, maka efek dari gaya aksial
tersebut diabaikan dan komponen tersebut
dapat didesain sebagai komponen struktur
lentur. Sedangkan gaya aksial yang bekerja
lebih dominan daripada momen lentur,
maka komponen struktur tersebut harus
didesain sebagai komponen struktur tarik

bangunan 20 m x 30 m ( jarak bentang 5 m)


dan 10 lantai dengan tinggi bangunan 40 m
(tinggi tiap lantai 4m). Untuk analisa
struktur khususnya pada kolom yang
menerima beban aksial dan lentur secara
bersamaan
(beam-columns)
dengan
menggunakan program bantu SAP 2000
versi 14, untuk mengetahui perilaku seperti
tegangan, regangan dan defleksi pada
elemen struktur menggunakan software
Abaqus 6.7 dan untuk analisa penampang
dengan menggunakan software Xtract 2.6.2.
Proposal Tugas Akhir ini akan
difokuskan untuk mempelajari perilaku
struktur baja khususnya elemen kolom yang
mengalami beban aksial dan lentur secara
bersamaan karena dalam perencanaan
struktur elemen kolom, terjadinya momen
akan lebih besar sebab adanya faktor
pembesaran momen dan untuk defleksi juga
akan lebih besar. Untuk desain profil
menggunakan profil King Cross karena
pada struktur bangunan baja untuk desain
profil King Cross lebih banyak digunakan
dibandingkan dengan profil yang lain.
1.2

Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang
ingin dibahas yaitu
1. Bagaimana
menganalisa
struktur
kolom baja dengan menggunakan
program SAP 2000 versi 14?
2. Bagaimana
menganalisa
struktur
kolom baja yang menerima beban
aksial dan lentur secara bersamaan
(beam-column) dengan menggunakan
rumus empiris dengan menghitung
momen akibat pembesaran momen?
3. Bagaimana
mengetahui
perilaku
struktur kolom yang menerima beban
aksial dan lentur secara bersamaan
seperti regangan, tegangan dan
defleksi
yang
terjadi
dengan
mengunakan software Abaqus 6.7?
4. Bagaimana
mengetahui kekuatan
penampang yang terjadi pada struktur
kolom yang menerima beban aksial
dan lentur secara bersamaan dengan
mengunakan software Xtract 2.6.2?

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah

1. Dapat menganalisa struktur kolom


baja dengan menggunakan program
SAP 2000 versi 14.
2. Dapat menganalisa struktur kolom
baja yang menerima beban aksial dan
lentur secara bersamaan (beamcolumn) dengan menggunakan rumus
empiris dengan menghitung momen
akibat pembesaran momen.
3. Dapat mengetahui perilaku struktur
kolom yang menerima beban aksial
dan lentur secara bersamaan seperti
regangan, tegangan dan defleksi yang
terjadi dengan mengunakan software
Abaqus 6.7.
4. Dapat
mengetahui
kekuatan
penampang yang terjadi pada struktur
kolom yang menerima beban aksial
dan lentur secara bersamaan dengan
mengunakan software Xtract 2.6.2.
1.4

Batasan Masalah Penelitian


Permasalahan dalam penelitian ini
sebenarnya cukup banyak yang harus
diperhatikan, namum mengingat akan
keterbatasan
waktu,
penelitian
ini
mengambil batasan:
1. Hanya mempelajari perilaku kolom
yang menerima beban aksial dan
lentur secara bersamaan
2. Tidak meninjau dari segi analisa
biaya, arsitektural dan manajemen
konstruksi
3. Tidak membahas struktur bagian
bawah
4. Tidak
membahas
metode
pelaksanaan di lapangan
5. Analisa struktur memakai alat bantu
software seperti SAP 2000 versi 14,
Xtract 2.6.2 dan Abaqus 6.7.

1.5

Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari
penelitian ini adalah
Untuk dunia konstruksi
1. Sebagai bahan masukan bagi dunia
konstruksi khususnya elemen struktur
kolom yang menerima beban aksial
dan momen lentur secara bersamaan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bahwa
struktur kolom tidak hanya didesain
terhadap gaya aksial tetapi lentur
juga harus diperhitungkan.
Untuk penulis

1. Dapat memberikan pengetahuan


khususnya ketika suatu elemen
struktur kolom menerima beban
aksial dan lentur secara bersamaan
2. Dapat
mengetahui
dalam
perencanaan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan
suatu
struktur
tidak
hanya
menghitung kekuatannya saja tetapi
kestabilan suatu bangunan juga harus
dipertimbangkan.
2.
2.1

TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Bagian struktur dari suatu bangunan
banyak yang menerima beban kombinasi
momen dan beban normal. Yang paling
mudah dikenali yaitu kolom dari suatu
portal. Kolom tersebut disamping menerima
gaya normal tekan, juga menerima momen
lentur akibat sambungan kaku pada balok
kolom. Oleh sebab itu kombinasi dari gaya
aksial
dan
momen
lentur
harus
dipertimbangkan dalam proses desain
komponen struktur tersebut. Komponen
struktur tersebut sering disebut sebagai
elemen balok-kolom (beam-columns) (Agus
Setiawan 2008). Bila lentur digabungkan
dengan tarikan aksial, kemungkinan
ketidakstabilannya menjadi berkurang dan
kelelehan biasanya membatasi perencanaan.
Untuk gabungan lentur dengan tekanan
aksial, kemungkinan ketidakstabilannya
menjadi meningkat (Salmon dan Johson
1994).
Pada struktur-struktur statis tak tentu
umumnya sering dijumpai elemen balokkolom ini. Berikut gambar portal statis tak
tentu pada Gambar 2.1.
q

P1

B
q

P2
C

Gambar 2.1 Struktur portal statis tak tentu

Akibat kondisi pembebanan yang


bekerja, maka batang AB tidak hanya
memikul beban merata saja, namun juga
harus memikul beban lateral P1. Dalam efek
ini efek lentur dan efek gaya tekan P1 yang
bekerja
pada
batang
AB
harus
dipertimbangkan dalam proses desain
penampang batang AB, atau dengan kata
lain batang AB harus didesain sebagai
suatau elemen balok-kolom.
Berbeda dengan batang CD yang
hanya didominasi oleh efek lentur saja,
gaya lateral P2 sudah dipikul oleh pengakupengaku (bracing) bentuk X, sehingga
batang CD dapat didesain sebagai suatu
elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial.
Batang CF dan DE hanya akan memikul
gaya aksial tarik maupun tekan saja,
melihat kondisi pembebanan pada Gambar
2.1. maka batang DE akan memikul gaya
aksial tarik, sedangkan batang CF akan
sedikit kendur (Segui 1994).
Selain batang AB yang didesain
sebagai elemen balok-kolom, batang
batang AC,BD,CE,DF juga harus didesain
sebagai suatu elemen balok-kolom, karena
selain memikul gaya aksial akibat reaksi
dari balok-balok AB dan CD, batang-batang
ini juga harus menerima transfer momen
yang diberikan oleh batang AB dan BC,
sehingga efek lentur dan efek gaya aksial
yang bekerja tidak boleh diabaikan salah
satunya.
Kombinasi momen dengan gaya tarik
tidak terlalu menimbulkan masalah, karena
gaya tarik akan mengurangi besarnya
lendutan akibat beban momen. Sedangkan
pada kombinasi gaya tekan dengan momen,
gaya tekan akan menambah besarnya
lendutan yang akan menambah besarnya
momen. Ini akan menambah besarnya
lendutan dan seterusnya. Diharapkan batang
cukup kaku sehingga tidak terjadi defleksi
yang berlebihan. Kegagalan suatu beam
column terjadi pada saat tekuk lentur, tekuk
lokal terjadi pada bentang pendek dan tekuk
torsi terjadi pada bentang menengah dan
panjang (Hassam dan Rasmussen 2002).
Beberapa prosedur desain yang dapat
digunakan untuk suatu elemen balok-kolom
antara lain (1) pembatasan tegangan
kombinasi, (2) pemakaian rumus interaksi
semi empiris berdasarkan tegangan kerja
(metode ASD), serta (3) pemakaian rumus

interaksi
semi
empiris
berdasarkan
kekuatan penampang (Load and Resistance
Factor Design (LRFD)) (Chen 1991).
2.2

Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja
pada suatu struktur. Penentuan secara pasti
besarnya beban yang bekerja pada suatu
struktur selama umur layannya merupakan
salah satu pekerjaan yang sangat sulit. Dan
pada umumnya penentuan besarnya beban
hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika
beban beban yang bekerja pada suatu
struktur telah diestimasi, maka masalah
berikutnya adalah menentukan kombinasi
kombinasi beban yang paling dominan yang
mungkin bekerja pada struktur tersebut.
Besar beban yang bekerja pada suatu
struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku
(PPIUG 83) sedangkan
masalah kombinasi dari beban beban yang
bekerja telah diatur dalam SNI 03-17292002 Pasal 6.2.2. beberapa jenis beban yang
ada yaitu
1. Beban Mati
Adalah berat dari semua bagian suatu
gedung atau bangunan yang bersifat tetap
selama masa layan struktur, termasuk unsur
unsur tambahan, finishing, mesin mesin
serta peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gedung /
bangunan tersebut.
2. Beban Hidup
Adalah beban gravitasi yang bekerja
pada struktur dalam masa layannyua dan
timbul akibat penggunaannya suatu gedung.
Termasuk beban ini adalah berat manusia,
perabotan yang dapat dipindah pindah,
kendaraan dan barang barang lain. Karena
besar dan lokasi beban yang senatiasa
berubah ubah, maka penentuan beban
hidup secara pasti adalah merupakan suatu
hal yang cukup suli. Untuk nilai reduksi
beban hidup pada persamaan 1.
= 0,25 +

4,57

Dimana :
L = Beban hidup desain tereduksi yang
ditumpu oleh komponen struktur.

Lo

= Beban
hidup
desain
belum
direduksi yang ditumpu oleh
komponen struktur (Tabel 2.1)
KLL= Faktor elemen beban hidup (Tabel
2.2).
AT = Luas tributary (m2)
Tabel 2.1 Beban Hidup Merata Maksimum.
Lo, dan Beban Hidup Terpusat Minimum
Fungsi
Merata
Beban
Bangunan Kantor
( Kg/m2) terpusat
( Kg )
Ruangan arsip dan
komputer harus
didesain berdasarkan
beban yang lebih berat
dari beban pemakaian
yang diantisipasi.
244,65
907,24
1. Lobi dan koridor
lantai dasar.
245
907,24
2. Kantor.
390,4
907,24
3. Koridor diataas
lantai dasar.
Tabel 2.2 Faktor Elemen Beban Hidup, KLL
Elemen
KLL
Kolom kolom dalam
4
Kolom-kolom luar tapa pelat
4
kantilever
Kolom-kolom tepi dengan pelat
3
pelat kantilever.
Kolom-kolom sudut dengan pelat
2
kantilever, Balok-balok tepi tanpa
pelat kantilever, Balok dalam.
Semua komponen struktur yang
1
tidak tercantum diatas :
Balok-balok tepi dengan pelat
kantilever, Balok-balok kantilever,
Pelat-pelat satu arah, Pelat-pelat
dua arah, Komponen struktut tanpa
ketentuan ketentuan untuk
penyaluran geser menerus tegak
lurus terhadap bentangnya.
3. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang
bekerja pada struktur akibat Beban angin
adalah beban yang bekerja pada struktur
akibat tekanan-tekanan dari gerakan angin.
Beban angin sangat tergantung dari lokasi
ketinggian dari struktur.
4. Beban Gempa
Adalah semua beban statik ekuivalen
yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik
pergerakan arah vertikal maupun horisontal.

Namun pada umumnya percepatan tanah


arah horisontal lebih besar dari pada arah
vertikalnya, sehingga pengaruh gempa
horisontal jauh lebih besar menentukan
daripada gempa vertikal.
Berdasarkan SNI 03-1726-2010,
peluang dilampauinya beban dalam kurun
waktu umur bangunan 50 tahun adalah 2%
dan gempa yang menyebabkannya disebut
Gempa Rencana (dengan periode ulang
2500 tahun). Nilai faktor modifikasi respon
struktur dapat ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan.
Koefisien respon seismic, Cs harus
ditentukan sesuai dengan :
S
Cs = DS
R

Ie

Dimana:
SDS = parameter percepatan spektrum
respons disain dalam rentang
periode pendek seperti ditentukan
dari RSNI2 03-1726-201x pasal 6.3
R = faktor modifikasi respon RSNI2 031726-201x Tabel 9
Ie = faktor keutamaan hunian yang
ditentukan sesuai dengan RSNI2
03-1726-201x
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan
RSNI2 03-1726-201x tidak perlu melebihi
berikut ini:
S
Cs = D 1R
T

Ie

Cs harus tidak kurang dari:


Cs = 0,044 SDS Ie 0,01
Periode struktur fundamental, T,
dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
menggunakan properti struktur dan
karateristik deformasi elemen penahan
dalam analisis yang teruji. Sebagai
alternative pada pelaksanaan analisis untuk
menentukan periode fundamental, T,
diijinkan secara langsung menggunakan
periode bangunan pendekatan, (Ta) dalam
detik, yang ditentukan dari persamaan
berikut:
= h
Gaya gempa lateral (Fx) (KN) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan
dari persamaan berikut:
=
dimana:
h
=
=1 h
=

Cvx = faktor distribusi vertical


V = gaya lateral disain total atau geser
didasar struktur(kN)
Wi dan wx = bagian berat seismik efektif
total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan
padatingkat i atau x
hi dan hx = tinggi (m) dari dasar sampai
tingkat padatingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan
periode struktur sbagai berikut:
untuk struktur yang mempunyai
periode sebesar 0,5 detik atau
kurang, k = 1
untuk struktur yang mempunyai
periode sebesar 2,5 detik atau lebih,
k=2
untuk struktur yang mempunyai
periode antara 0,5 dan 2,5 detik, k =
2 atau harus ditentukan dengan
interpolasi linier antara 1 dan 2.
2.3 Aksi Kolom
Suatu komponen struktur yang
mengalami gaya tekan konsentris, akibat
beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-17292002, Pasal 9.1 harus memenuhi:
<

dimana:
= 0,85

2.4

= beban terfaktor
= kuat tekan nominal komponen
struktur =

Aksi Balok
Tahanan balok dalam desain LRFD
(Load and Resistance Factor Design) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
>

dimana:
= 0,9

= Tahanan momen nominal;


= Momen lentur akibat beban
terfaktor
2.5 Kombinasi beban Aksial dan
Lentur (Beam-Columns)
Bila balok kolom memikul momen
lentur sepanjang bagian tanpa
pengekang lateral, akan melendut
pada bidang momen lenturnya. Ini

akan menghasilkan momen sekunder


(menambah
besarnya
momen)
sebesar gaya tekan dikalikan
lendutannya (eksentrisitasnya). (Pada
gambar 2.5.a, tambahan momen ini
sebesar Pu ). Tambahan momen
ini akan menambah lendutan,
seterusnya akan menambah momen
begitu seterusnya sampai mencapai
keseimbangan.
Bila portal mengalami pergoyangan,
dimana ujung-ujung kolom akan
mengalami perpindahan lateral satu
dengan yang lain. Hal ini akan
menimbulkan juga tambahan momen
(Pada gambar 2.5.b, tambahan
momen ini sebesar Pu) (Marwan
dan Isdarmanu 2006)
Untuk menghitung momen-momen
tambahan akibat dan ini menurut
peraturan LRFD dapat dihitung memakai
analisa order pertama, dan mengalikan
momen yang diperoleh dengan factor
pembesaran momen (amplification factor),
b dan s dan dengan cara beam-columns
dengan memakai Momen Akhir.
1. Pembesaran Momen
a. Elemen tidak bergoyang
Untuk suatu komponen struktur tak
bergoyang, maka besarnya momen
lentur terfaktor dihitung sebagai
berikut:
Mu = b Mntu
Dimana nilai
Cm
b =
N >1
1N u
Ncrb =

crb

A g fy

2 E

Ag
2
c 2
b. Elemen tidak bergoyang
Untuk
komponen
struktur
bergoyang, maka besarnya momen
lentur terfaktor, harus diperhitungkan
sebagai berikut:
Mu = b Mntu + s Mlt
Mlt adalah momen lentur terfaktor
pada analisa order pertama yang
diakibatkan
beban
yang
menimbulkan pergoyangan,
sedangkan s adalah faktor
amplifikasi, untuk memasukkan

pengaruh P- dengan
sebagai berikut:

=
>1

1

rumusnya

2
2

dengan:
Nu jumlah
gaya
tekan
berfaktor seluruh kolom dalam satu
tingkat yang ditinjau.
Ncrs jumlah gaya kritis Euler
untuk
element
bergoyang,
(K-bergoyang) dalam satu tingkat yang
ditinjau.
2. Kontrol kestabilan struktur tekan dan
momen lentur
Persamaan Interaksi antara gaya
normal tekan dengan momen lentur sama
seperti pada kombinasi gaya tarik dan
momen lentur.

0,2

< 0,2

3.
3.1

8
9

METODOLOGI
Preliminary elemen struktur
Pertama pertama direncanakan
lebih dahulu sebuah bangunan gedung
typical dengan dimensi bangunan 30 x 20 m
(jarak bentang 5 m) dan 10 lantai dengan
tinggi bangunan sebesar 20 m (tinggi antar
lantai 4m), untuk kemudian dianalisa
perilaku dan kapasitas penampang kolom.
Untuk melihat gambar bangunannya dapat
dilihat pada Gambar 3.2 3.4. Dan untuk
preliminary struktur sekunder terdiri dari
pelat lantai dan balok anak. Untuk
preliminary struktur primer terdiri dari
balok dan kolom.
Data Bahan :
Kolom= Baja Profil King Cross
Balok
= Baja Profil Wide Flange
Mutu Baja
= BJ 41
Data Tanah

Dalam kurun waktu umur bangunan


50 tahun adalah 2% dan gempa yang
menyebabkannya disebut gempa
rencana dengan periode ulang 2500
tahun dengan klasifikasi tanah lunak

Gambar 3.2 Gambar tampak melintang


bangunan
+40,00

+36,00

+32,00

+28,00

Balok Memanjang

+24,00

+20,00

+16,00

Balok Anak

+12,00

+8,00

Balok Melintang
+4,00

+0,00
-

Gambar 3.1 Gambar tampak atas bangunan


+40,00

+36,00

+32,00

+28,00

+24,00

+20,00

+16,00

+12,00

+8,00

+4,00

+0,00
-

3.2 Analisa
Struktur
dengan
menggunakan SAP 2000 v.14
Pada tahap ini dilakukan pemodelan
dan analisa linier struktur dengan
mengunakan program bantu SAP 2000 v.14
berdasarkan preliminary dan pembebanan
yang
telah
direncanakan.
Semua
pembebanan harus dimasukkan untuk
menghasilkan gaya yang terbesar sehingga
akan menghasilkan gaya-gaya dalam yang
terbesar
3.3 Kontrol Dimensi Penampang
Pada tahap ini dilakukan kontrol
dimensi baik struktur sekuder maupun
primer, dimensi yang direncanakan
berdasarkan gaya dalam yang terjadi dari
hasil permodelan dan penganalisa yang
dilakukan dengan bantuan program bantu
SAP 2000 v.14 berdasarkan preeliminary
dan pembebanan yang telah direncanakan.
Pada tahap pengontrolan ini dilakukan
supaya dimensi yang telah kita rencanakan
atau asumsi sudah sesuai dengan peraturan
SNI 03 1729 2002. Bila telah memenuhi
persyaratan, maka dapat dteruskan ke tahap
pendetailan dan apabila tidak memenuhi
persyaratan maka harus dilakukan redesign.
3.4 Analisa Struktur dengan Minor
Analysis.
1. Analisa Penampang kolom dengan
menggunakan Xtract 2.6.2

Analisa penampang struktur


dengan program Extract adalah
untuk mengetahui interaksi dari
gaya aksial dan momen yang
bekerja pada suatu kolom profil
WF.
2. Analisa Perilaku Kolom dengan
menggunakan Abaqus 6.7
Tahap ini merupakan lanjutan
dari analisa struktur dengan
menggunakan SAP 2000 v.14.
Analisa penampang struktur dengan
program Abaqus 6.7 adalah
program analisa elemen hingga
untuk mengetahui perilaku seperti
tegangan, regangan dan deformasi
yang bekerja pada suatu profil
kolom King Cross.
4.
PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER.
6.1 Umum
Struktur gedung biasanya terbagi
menjadi dua yaitu struktur primer (dibahas
pada bab berikutnya) dan struktur sekunder.
Struktur sekunder merupakan bagian dari
struktur gedung yang tidak menahan
kekuatan secara keseluruhan, tetapi tetap
mengalami tegangan, tegangan akibat
pembebanan yang bekerja pada bagian
tersebut secara langsung ataupun tegangan
akibat perubahan bentuk dan struktur
primer. Biasanya bagian dari struktur
sekunder meliputi pelat lantai dan balok
anak
6.2 Data Perencanaan
Data data perencanaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Panjang bangunan
= 30 m
Lebar bangunan
= 20 m
Jarak bentang
= 5m
Tinggi bangunan
= 40 m
Jumlah lantai
= 10 lantai
Tinggi antar lantai
= 4m
Mutu beton (fc)
= 30 Mpa
Mutu baja tulangan (fy) = 240 MPa
Mutu baja profil (fy)
= 250 MPa (BJ 41)
Fungsi bangunan
= Perkantoran
Zona gempa
= 2% dalam 50
tahun
Jenis tanah
= Tanah lunak
Letak bangunan
= Jauh dari pantai

6.3

Data Pembebanan
1. Pembebanan Pelat
Dipakai pelat bondek dengan tebal 0,75 mm
a. Lantai Atap
- Beban Berguna
Aspal t = 1 cm = 1 x 14 kg/m2 = 14 kg/m2
Spesi t = 1 cm = 1 21 kg/m2 = 21 kg/m2
Rangka & Plafond
= 18 kg/m2
Ducting dan plumbing
= 40 kg/m2+
93kg/m2
Beban mati
Pelat bondek
= 10,1 kg/m2
Beban finishing
= 93 kg/m2
Pelat beton 0,09mx2400
= 216 kg/m2 +
=319,1 kg/m2
Beban Hidup
= 91,107 kg/m2
b. Lantai 1-9
- Beban Berguna
Keramik t = 1 cm = 1 x 24
= 24 kg/m2
Spesi t = 2 cm = 2 21
= 42 kg/m2
Rangka & Plafond
= 18 kg/m2
Ducting dan plumbing
= 40 kg/m2+
128 kg/m2
Beban mati
Pelat bondek
= 10,1 kg/m2
Beban finishing
= 128 kg/m2
Pelat beton 0,09mx2400
= 216 kg/m2 +
=350,1 kg/m2
Beban Hidup
=172,966 kg/m2
2. Perencanaan Balok Anak
Balok anak berfungsi membagi
luasan lantai agar tidak terlalu lebar,
sehingga mempunyai kekakuan yang
cukup. Balok anak menumpu diatas dua
tumpuan sederhana. Pada perencanaan ini,
balok anak direncanakan menggunakan
profil WF 250x175x7x11 dengan L balok
anak (span) L = 5 m = 5000 mm.
A = 56,24 cm2
ix = 10,4 cm
3
Zx = 535 cm
w = 44,1 kg/m
iy = 4,18 cm
Zy = 171 cm3
Ix = 6120 cm4
Sx = 502 cm3
bf = 175 mm
Iy = 984 cm4
Sy = 113 cm3
d = 244 mm
tf = 11 mm
tw = 7 mm
r = 16 mm

h = d 2(tf + r) = 244 2(11 + 16) = 190


mm
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Beton : fc = 30 Mpa = 300 kg/cm2

Gambar 4.1 Gambar pembebanan balok


anak
5.
PERENCANAAN
STRUKTUR
PRIMER DAN ANALISA BEBAN
GEMPA
5.1 Umum
Struktur gedung biasanya terbagi
menjadi dua yaitu struktur primer (dibahas
pada bab berikutnya) dan struktur sekunder.
Struktur primer merupakan bagian dari
struktur gedung yang menahan kekuatan
secara keseluruhan, Biasanya bagian dari
struktur sekunder meliputi kolom dan balok
induk.
5.2 Dimensi Struktur Utama
Balok Induk Melintang
Dimensi balok induk lantai 1-4 =
WF 600x200x12x20
Dimensi balok induk lantai 5-7 =
WF 600x200x11x17
Dimensi balok induk lantai 8-10 =
WF 450x200x8x12
Balok Induk Memanjang
Dimensi balok induk lantai 1-4 =
WF 600x200x10x15
Dimensi balok induk lantai 5-7 =
WF 500x200x9x14
Dimensi balok induk lantai 8-10 =
WF 400x200x8x13
Kolom King Cross
Dimensi kolom lantai 1-4= 800x300x14x26
Dimensi kolom lantai 5-7= 588x300x12x20
Dimensi kolom lantai 8-10= 600x200x11x17

5.3
1.

Perhitungan kontrol Struktur


Balok Induk 600x200x12x20
Fungsi dari balok utama adalah
meneruskan beban yang terjadi pada pelat
lantai dan balok anak ke kolom. Balok
utama melintang direncanakan dengan
profil WF 600x200x12x20 Panjang balok
induk (L) = 5000 mm.
Adapun data data profil adalah sebagai
berikut :
A = 152,5 cm2 ix = 24,3 cm r = 22 mm
W= 120 kg/m tw =12 mm Zx = 3317 cm3
d = 606 mm
tf = 20 mm Zy = 424 cm3
b = 201 mm
Ix = 90400 cm4
3
Sx = 2980 cm iy = 4.22 cm
Iy = 2720 cm4 Sy = 271 cm3
h = d 2(tf + r )
= 606 2(20+22)
= 522 mm
L=5m
Kontrol interaksi balok

60274 ,36
+ =
= 0,8076 <

0,982925

2.
Kolom KC 800x300x14x26
Adapun data data profil adalah sebagai
berikut :
A = 534,8 cm2 ix = 24,3 cm r = 22 mm
W= 419,8 kg/m tw =14 mm Zx = 9203,39 cm3
d = 800 mm
tf = 26 mm Zy = 9385,31 cm3
b = 300 mm
Ix = 303700 cm4
3
Sx = 7595,2 cm
iy = 4.22 cm
Iy = 315027 cm4
Sy = 271 cm3
h = d 2(tf + r )
= 800 2(26+22) = 704 mm
Kontrol Aksi kolom
=

0,852500 534,8
1,05176

= 1080519.175

304920,874
=
= 0,282 > 0,2
1080519,175
Rumus Interaksi 1

Pembesaran Momen
= + =
= 1 555,792 + 1,013889
137244,03 = 139706
= + =
= 1 618,362 + 1,023804
18689,55 = 19752,8

10

Kontrol Kombinasi tekan dan lentur

Tulangan negatif
10-250

+
+
<1
9
304920,874 8
139706
+
1080519.175 9 0,9 230084,75
19752,8

+
0,9 234632,65
= 0,965043 < 1,00
penampang cukup kuat

PERENCANAAN SAMBUNGAN
Sambungan Balok Anak dengan
Balok Induk
Sambungan antara balok anak dan
balok induk direncanakan dengan baut
tidak memikul momen, karena disesuaikan
dengan anggapan dalam analisa sendi.

9.00
L 60X60X6
4.00
8.00
4.00
16 mm

WF 250X175X7X11

WF 600x200x12x20

6.
6.1

Profil Balok Anak : WF 250.175.7.11


Profil Balok Induk : WF 600.200.12.20
Pelat penyambung siku 60.60.6
Pelat penyambung : tp= 7 mm
qD= 670,29 kg/m ; qL = 611,62 kg/m
= 1,2 +1,6
= 1,2 670,29 + 1,6 611,62
= 1782,84 /
1
1
= = 1782,94 5
2
2
= 4457,35

Gambar 6.2 Detail sambungan balok induk


dengan balok Anak
6.2

Sambungan Balok Induk dengan


Kolom
Balok Induk
: WF 600x200x12x20
Kolom Kingcross : KC800x300x14x26
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Momen ultimate pada balok :
= = 3317 2500
= 8292500
= 1,1 1,5
= 1,1 1,5 8292500
= 13682625
32

T.600x300x14x23

Tulangan negatif
10-250

9.00

KC 800x300x14x26

28

L 60X60X6
4.00
8.00

25.00

4.00
16 mm

WF 250X175X7X11

28

WF.600x200x12x20

22

L.100x100x10

28

22

L.100x100x10

32

WF 600x200x12x20

POTONGAN
WF.600x200x12x20
28

Gambar 6.1 Detail sambungan balok anak


dengan balok Induk

Gambar 6.3 Sambungan Balok dengan


Kolom
6.3

Sambungan kolom dengan Kolom


Sambungan
kolom
kolom
direncanakan pada lantai 2. Berdasarkan
SNI 1729 pasal 15.5.2 gaya gaya yang
bekerja pada kolom frame 582 adalah
sebagai berikut :
Pu
= 273419,41 kg
Vu = 20385,59 kg
Mux = 1,5.fy.Zx = 1,5.2500. 9203,39

11

= 20026980 Kgcm
Kolom : KC588 x 300 x12 x 20
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2

= 34512712,5 Kgcm
Muy = 1,5.fy.Zy = 1,5.2500. 9385,306
= 35194897,5 Kgcm

KC.800x300x14x26

KC.588x300x12x20

Pelat 12mm

Pelat 80mm

Pelat 12mm

12 32

20 32

A Pelat 12mm

28

A 28

Pelat 13mm

Gambar 6.4 Sambungan Kolom dengan


Kolom

Gambar 6.6 Sambungan kolom lantai 4 ke


kolom lantai 5

KC.588x300x12x20

KC.800x300x14x26

32

Pelat 12mm
28

32

28
Pelat 12mm

Pelat 12mm

32

28

KC.800x300x14x26

Gambar 6.7 Potongan A A


Sambungan kolom lantai 4 ke kolom
lantai 5

Gambar 6.5 Potongan A A sambungan


kolom ke kolom.
Sambungan kolom lantai 4 dengan
Kolom lantai 5
Sambungan
kolom
kolom
direncanakan pada lantai 2. Berdasarkan
SNI 1729 pasal 15.5.2 gaya gaya yang
bekerja pada kolom frame 582 adalah
sebagai berikut :
Pu
= 109874,62 kg
Vu = 25832,82 kg
Mux = 1,5.fy.Zx = 1,5.2500. 5229,36
= 19610100 Kgcm
Muy = 1,5.fy.Zy = 1,5.2500. 5340,528

28

28

28

Pelat 12mm

Pelat 12mm

Pelat 12mm
Pelat 12mm

Pelat 106mm

6.4

7.

ANALISA
KAPASITAS
PENAMPANG
7.1 Umum
Dalam analisa kapasitas penampang
ini digunakan 2 cara yaitu:
1. Analisa secara manual
2. Analisa dengan menggunakan program
XTRACT
7.2

Analisa kapasitas
balok
1. Analisa secara manual

penampang

12

karena balok WF dikekang pada


= = 3316,788 2500
kedua ujungnya.
= 8291970
= = 0,9 8291970 = 7462773 kgcm Modulus plastis penampang kolom :
= = 9203,39 2500
= 230088475
2. Analisa dengan Xtract 2.6.2
= = 0,9 230088475
= 20707627,5 kgcm
2. Analisa dengan Xtract 2.6.2

Gambar 7.1 Analysis Report penampang


balok pada Xtract
Dari hasil Analysis Report dapat dilihat bahwa :
Kuat momen nominal (Mn) = 866 103 =
86600
Maka, = = 0,9 8827726,8 =
7794000 kgcm
7.3

1.
-

Gambar 7.2 Analysis Report penampang


kolom pada Xtract

Dari hasil Analysis Report dapat dilihat bahwa :


Kuat tekan nominal (Pn) = 1,3036 107 =
Analisa kapasitas penampang
1303600
kolom
Maka, = = 0,85 1303600 =
Analisa secara manual
1108060 kg
Kapasitas maksimum beban tekan
Kuat tarik nominal (Pn) = 1,3036
= 0,85 1300184,09 kg
107 = 1303600
= 1105156,482 kg
Maka, = = 0,75 1303600 =
Jadi beban maksimum yang
977000 kg
diijinkan akibat tekan adalah
Kuat momen nominal (Mn) = 2292
1105156,480 kg
103 = 2292000
Maka, = = 0,9 2292000 =
Kapasitas maksimum beban tarik
2062800 kgcm
= 0,75 1303600 kg = 977700 kg
Jadi beban maksimum yang
7.4 Analisa kapasitas penampang
diijinkan akibat tekan adalah 977700
kolom
kg
Hasil perhitungan manual dan dengan
menggunakan program Xtract yaitu sebagai
Kapasitas
maksimum
momen
berikut :
nominal
Untuk penampang balok yang
ditinjau merupakan bentang pendek

13

Tabel 7.1 Perbandingan hasil analisa


Elemen
Balok
Kolom

Kapasitas
Penampang
Momen,Mn (kgm)
Tekan,Nn (kg)
Tarik,Rn (kg)
Momen,Mn (kgm)

Analisa
Manual
Xtract
82919.7
86600
1300184.1
1303600
1303600
1303600
2300884.75 2292000

Dari table diatas dapat disimpulkan


bahwa pada penampang balok momen
nominal hasil Xtract jauh lebih besar
dibandingkan hasil perhitungan manual,
sedangkan pada penampang kolom, momen
nominal hasil perhitungan sedikit lebih
besar dibandingkan hasil Xtract dan untuk
kuat tekan perhitungan manual lebih kecil
dibandingkan
hasil
analisa
Xtract
sedangkan untuk tarik nominal sebaliknya.
ANALISA PERILAKU KOLOM
KING
CROSS
DENGAN
ABAQUS 6.7
8.1 Hasil analisa Abaqus
Untuk membandingkan penampang
kolom yang diberi beban asli dan beban
setelah dilakukan tambahan beban yang
menjadi tolak ukur untuk menentukan
efektifitas dan pengaruh terhadap struktur
portal dan penampang king cross itu sendiri
adalah deformasi, tegangan dan regangan
yang terjadi.

Gambar 8.3 Hasil Deformasi akibat beban


gempa tambahan 35 ton

8.

Gambar 8.4 Hasil Deformasi akibat


beban gempa tambahan 45 ton

Gambar 8.5 Hasil Deformasi akibat


beban gempa tambahan 55 ton

Gambar 8.1 Hasil Deformasi akibat beban


asli
Gambar 8.6 Hasil Deformasi akibat
beban gempa tambahan 65 ton

Gambar 8.2 Hasil Deformasi akibat beban


gempa tambahan 25 ton

Warna
pada
struktur
portal
menunjukkan tegangan yang terjadi pada
elemen tersebut. Semakin warna merah
maka menunjukkan bahwa deformasi,
regangan dan tegangan yang terjadi
semakin besar. Dari hasil Gambar 8.1, 8.2,
8.3, 8.4, 8.5 dan 8.6 akan ditinjau untuk
tiap titik pada suatu elemen dapat dilihat
pada Gambar 8.7.

14

Kolom Node 1558

1
1

Defleksi (mm)

Magnitude

Arah X

0
-2

10

20

30

40

50

60

Arah Y

70

Arah Z

-4
-6
-8

Beban
ton
23.12399
25
35
45
55
65

Magnitude
2.3976
2.5848
3.6019
4.6361
5.6781
6.7262

1348

23.12399
25
35
45
55
65

31

23.12399
25
35
45
55
65

1558

Displacement (mm)
Arah X
Arah Y
0.001451
-0.6318
0.001555
-0.6161
0.002107
-0.5325
0.002659
-0.4490
0.003211
-0.3654
0.003799
-0.2825

Arah Z
-2.3129
-2.5103
-3.5623
-4.6143
-5.6664
-6.7203

1.0121
1.0882
1.5037
1.9282
2.3567
2.7877

-0.002453
-0.002607
-0.003432
-0.004258
-0.005083
-0.005902

-0.1375
-0.1170
-0.0080
0.1010
0.2101
0.3192

-1.0027
-1.0819
-1.5037
-1.9255
-2.3473
-2.7694

2.3243E-33
4.0015E-33
1.3002E-32
2.2012E-32
3.1024E-32
3.6240E-32

1.383E-34
1.887E-34
4.574E-34
7.262E-34
9.949E-34
-7.239E-33

2.157E-33
3.604E-33
1.132E-32
1.904E-32
2.676E-32
2.958E-32

-8.559E-34
-1.728E-33
-6.375E-33
-1.102E-32
-1.567E-32
-1.965E-32

Gambar 8.8 Gambar displacement pada


kolom KC2 node 1558
Kolom Node 1348

4
3
2

Defleksi (mm)

Gambar 8.7 Titik yang akan ditinjau pada


analisa Abaqus 6.7
1. Displacement
Dari gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4, 8.5 dan
8.6 diperoleh titik titik yang akan ditinjau
berdasarkan nilai deformasi yang terbesar
pada elemen tersebut yang akan ditinjau
seperti kolom pada KC2 pada titik 1 (node
1558), titik 2 (node 1348), dan titik 3 (node
31) yang dapat dilihat pada Tabel 8.1. Dari
hasil Tabel 8.1 dapat dilihat pada Gambar
8.8 sampai 8.10 dimana nilai displacement
maksimum terletak pada arah Z atau U3
karena yang dominan beban disebabkan
oleh beban lateral. Untuk displacement arah
Magnitude hasil ini diperoleh dari resultan
dari 3 gaya yaitu arah X, Y dan Z. Dari
hasil Tabel 8.1 dapat dilihat bahwa semakin
ditambahkan bebannya, displacement yang
terjadi menjadi lebih besar dari beban awal
yang diberikan. Tetapi untuk arah Y
semakin ditambahkan bebannya maka
hasilnya semakin kecil dan hasilnya yang
tadinya negatif akan menjadi positif. Hal ini
terjadi pada node 1348 dengan beban 45
ton.
Tabel 8.1 Displacement pada Portal
bagian Kolom KC2
Node

Beban (Ton)

Magnitude

Arah X

0
-1

10

20

30

40

50

60

Arah Y

70

Arah Z

-2
-3
-4

Beban (Ton)

Gambar 8.9 Gambar displacement pada


kolom KC2 node 1348
Kolom Node 31

Defleksi (mm)

Magnitude
Arah X
Arah Y
0

10

20

30

40

50

60

70

Arah Z

-3E-32

Beban (Ton)

Gambar 8.10 Gambar displacement pada


kolom KC2 node 31
2. Regangan
Dari gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4, 8.5
dan 8.6 diperoleh titik titik yang akan
ditinjau berdasarkan nilai regangan yang
terbesar pada elemen tersebut yang akan
ditinjau seperti pada kolom KC2 pada titik
1 pada node 1558, titik 2 pada node 1348,
dan titik 3 pada node 31 yang dapat dilihat
pada Tabel 8.2. Dari hasil Tabel 8.2 dapat
dilihat pada Gambar 8.11 (titik acuan 1
node 1558) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah E11, E22, E33, E12, E13 dan
E23. Dari semua regangan ada yang
melebihi regangan maksimumnya sebesar
= fy / E = 250/200000 = 0,00125 yaitu E33
(regangan arah sumbu 3-3) sebesar
0,0013355 dengan beban 65 ton.

15

Beban
ton
23.12399
25
35
1558
45
55
65

E.E11
-7.83E-05
-8.76E-05
-1.37E-04
-1.87E-04
-2.36E-04
-3.04E-04

E.E22
-0.000292
-0.000298
-0.000331
-0.000363
-0.000396
-0.000439

Regangan
E.E33
E.E12
0.0005656
-5.587E-06
0.0005989
-6.282E-06
0.0007763
-9.985E-06
0.0009538
-1.369E-05
0.0011313
-1.739E-05
0.0013355
-2.352E-05

E.E13
-9.971E-07
-1.114E-06
-1.735E-06
-2.357E-06
-2.978E-06
-2.728E-06

E.E23
0.000202
0.000215
0.000288
0.000362
0.000435
0.000513

23.12399
25
35
1348
45
55
65

4.788E-05
4.655E-05
3.947E-05
3.238E-05
2.529E-05
1.818E-05

-0.000160
-0.000155
-0.000132
-0.000108
-0.000085
-0.000061

4.800E-05
4.668E-05
3.965E-05
3.261E-05
2.558E-05
1.853E-05

-1.826E-05
-1.95E-05
-2.609E-05
-3.268E-05
-3.927E-05
-4.586E-05

3.035E-09
2.821E-09
1.680E-09
5.389E-10
-6.021E-10
-1.837E-09

-8.726E-06
-9.317E-06
-1.247E-05
-1.562E-05
-1.877E-05
-0.000021921

-6.2411E-14
-1.1515E-13
-9.3546E-13
-1.0454E-12
-2.0279E-12
-1.6713E-12

8.66E-06
2.33E-05
1.01E-04
1.80E-04
2.58E-04
3.36E-04

-8.897E-13
-1.251E-12
-3.064E-12
-4.096E-12
-7.095E-12
-9.405E-12

1.61E-07
5.98E-07
2.93E-06
5.26E-06
7.59E-06
9.92E-06

-5.635E-15
-2.709E-14
-2.331E-13
-3.288E-13
-5.607E-13
-3.283E-13

-5.118E-05
-6.213E-05
-1.205E-04
-1.788E-04
-2.371E-04
-2.954E-04

Node

31

23.12399
25
35
45
55
65

Kolom Node 1558

0.0016
0.0014
0.0012

E.E11

Regangan

0.001

E.E22

0.0008
0.0006

E.E33

0.0004

E.E12

0.0002

E.E13

E.E23

-0.0002 0

10

20

30

40

50

60

70

-0.0004
-0.0006

Beban (Ton)

Gambar 8.11 Gambar regangan pada


kolom KC2 node 1558
Kolom Node 1348

0.0001

Regangan

0.00005

E.E11

E.E22
0

10

20

30

40

-0.00005

50

60

70

E.E33
E.E12
E.E13

-0.0001

E.E23

-0.00015
-0.0002

Beban (Ton)

Gambar 8.12 Gambar regangan pada


kolom KC2 node 1348

Kolom Node 31

0.0004
0.0003

E.E11

0.0002

Regangan

Pada Gambar 8.12 (titik acuan 2


node 1348) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah E12 dan E23 sedangkan pada
arah E11,E22, E33 dan E13 cenderung
menurun. Dari semua regangan tidak ada
yang melebihi regangan maksimumnya
yaitu 0,00125
Pada Gambar 8.13 (titik acuan 3
node 31) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah E11, E22, E33, E12, E13 dan
E23. Dari semua regangan tidak ada yang
melebihi regangan maksimumnya yaitu
0,00125.
Tabel 8.2 Regangan pada Portal bagian
Kolom KC2

E.E22

0.0001

E.E33

0
-0.0001

10

20

30

40

50

60

70

E.E12
E.E13
E.E23

-0.0002
-0.0003
-0.0004

Beban (Ton)

Gambar 8.13 Gambar regangan pada kolom


KC2 node 31
3. Tegangan
Dari gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4, 8.5
dan 8.6 diperoleh titik titik yang akan
ditinjau berdasarkan nilai tegangan yang
terbesar pada elemen tersebut yang akan
ditinjau seperti pada kolom KC2 pada titik
1 pada node 1558, titik 2 pada node 1348,
dan titik 3 pada node 31 yang dapat dilihat
pada Tabel 8.3. Dari hasil Tabel 8.3 dapat
dilihat pada Gambar 8.12 (titik acuan 1
node 1558) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah S11, S22, S33, S12, S13 dan S23.
Dari semua tegangan ada yang melebihi fy
berarti pada titik 1 atau node 1558 terjadi
kelelehan karena tegangan maksimum yang
terjadi yaitu sebesar 262,635 Mpa pada
tegangan arah sumbu Z atau E33 dengan
beban 65 ton.
Pada Gambar 8.13 (titik acuan 2
node 1348) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah S11, S33, S12 dan E23
sedangkan pada arah S22 dan S13
cenderung menurun. Dari semua tegangan
tidak ada yang melebihi fy berarti semua
penampang belum leleh karena tegangan
maksimum yang terjadi yaitu sebesar 31,951 Mpa pada tegangan arah sumbu Y
atau E22 dengan beban asli sebesar 23,124
ton.
Pada Gambar 8.14 (titik acuan 3
node 31) didapatkan hasil bahwa semakin
besar beban lateral yang diberikan maka
regangan yang terjadi cenderung meningkat
pada arah S11, S22, S33, S12, S13 dan S23.
Dari semua tegangan tidak ada yang
melebihi fy berarti semua penampang
belum leleh karena tegangan maksimum
yang terjadi yaitu sebesar 90,406 Mpa pada

16

tegangan arah sumbu Y atau E22 dengan


beban 65 ton.
Kolom Node 1558

300

Tegangan (Mpa)

250
S.S11

200

S.S22

150

S.S33
S.S12

100

S.S13

50

S.S23

0
-50

10

20

30

40

50

60

70

Beban (Ton)

Gambar 8.13 Gambar tegangan pada kolom


KC2 node 1558
Kolom Node 1348

Tegangan (Mpa)

0
-5

10

20

30

40

50

60

70

S.S11
S.S22

-10

S.S33

-15

S.S12

-20

S.S13

-25

S.S23

-30
-35

Beban (Ton)

Gambar 8.14 Gambar tegangan pada kolom


KC2 node 1348
Kolom Node 31

100

Tegangan (Mpa)

80
S.S11

60

S.S22

40

S.S33
S.S12

20

S.S13

0
-20
-40

S.S23
0

10

20

30

40

50

60

70

Beban (Ton)

Gambar 8.15 Gambar tegangan pada kolom


KC2 node 31
9.
9.1

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisis
yang telah dilakukan pada struktur
bangunan gedung, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Dari hasil perhitungan dan analisis
SAP 2000 v14 yang telah dilakukan
pada struktur bangunan gedung,
perencanaan dimensi profil pada balok
anak, balok induk dan kolom King
cross sudah memenuhi kriteria
ketentuan kekuatan profil terhadap
beban yang diterima oleh struktur
seperti kontrol tekuk lokal, tekuk

lateral, persamaan interaksi, lendutan


dan geser.
2) Dari hasil perhitungan kolom pada KC
800x300x14x26 dengan menambahkan
pembesaran momen sudah memenuhi
kriteria kekuatan seperti kontrol tekuk
lokal, tekuk lateral dan masuk terhadap
kontrol kombinasi tekan dan lentur
masuk kriteria yaitu 0,96438 lebih
kecil dari 1,0. Sedangkan pada kolom
KC 588x300x12x20 untuk kontrol
kombinasi tekan dan lentur masuk
kriteria yaitu 0,6759 lebih kecil dari
1,0.
3) Dari
hasil
analisa
perilaku
menggunakan software Abaqus 6.7
kolom
mengalami
displacement
maksimum pada arah Z (U3) sebesar
2,3129 mm yang ditinjau di atas
penampang kolom di titik 1 (Node
1558) dengan beban lateral awal yaitu
23,124
ton
(15,294
N/mm2).
Displacement tersebut akan semakin
meningkat saat beban lateral yang
diberikan juga bertambah. Untuk nilai
tegangan yang terjadi pada kolom
akibat pemberian beban lateral yang
semakin bertambah didapatkan hasil
tegangan maksimum berada di titik 1
(Node 1558) dengan beban sebesar 65
ton mengalami tegangan sebesar
262,635 Mpa pada arah Z (S33). Hasil
ini menunjukkan bahwa pada titik
tersebut sudah mengalami kelelehan
sebab fy bernilai 250 Mpa. Untuk nilai
regangan didapatkan pada kolom KC2
yang mengalami regangan maksimum
pada arah Z (E33) sebesar 0,0013355.
Hasil ini menunjukkan sudah melebihi
regangan maksimum sebesar 0,00125.
4) Dari hasil perhitungan manual dan
menggunakan program Xctract 2.6.2
dapat disimpulkan bahwa pada
penampang balok momen nominal
perhitungan manual pada balok WF
600x200x12x20 lebih kecil dari
perhitungan Xtract 2.6.2 selisihnya
sebesar 4,25 %, sedangkan pada
penampang
kolom
KC
800x300x14x26 nilai momen nominal
hasil perhitungan sedikit lebih besar
dibandingkan hasil Xtract selisihnya
sebesar 0,386% dan untuk kuat tekan
perhitungan manual lebih kecil
dibandingkan hasil analisa Xtract

17

selisihnya sebesar 0,262%, sedangkan


untuk tarik nominal pada perhitungan
manual sama dengan perhitungan
dengan Xtract.
9.2 Saran
1) Perlu ditambahkan stiffner pada
sambungan balok kolom karena jika
tidak ditambahkan akan menyebabkan
beam column joint mengalami sendi
plastis. Diusahakan terjadi sendi plastis
terletak pada muka balok.
2) Perlu ditambahkan yield stress dan
plastic strain hingga mencapai kondisi
putusnya yaitu sebesar fu pada saat
memasukkan material pada plasticity.
Jika tidak ditambahkan perilaku pada
strukturnya jika diberi beban tambahan
akan linier.
3) Perlu pembelajaran program ABAQUS
secara advance untuk melakukan
percobaan bahan dengan teknologi
computer.
DAFTAR PUSTAKA

Chen, W.F. dan Lui, E.M. 1988.


Structural
Stability
Theory
and
Implementation. Taiwan : ELSEVIER.
Badan Standardisasi Nasional. 2002.
Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1726-2002).
Badan Standardisasi Nasional. 2002.
Tata Cara Perencanaan Perhitungan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002).
Departemen Pekerjaan Umum. 1983.
Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
Salmon dan Johnson. 1994. Struktur
Baja Desain dan Perilaku Jilid 2 Edisi
Kedua. Diterjemahkan oleh Ir. Wira
M.S.CE. Jakarta : Erlangga.
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan
Struktur Baja dengan Metode LRFD
(Sesuai SNI 03 1729-2002). Semarang
: PT. Gelora Aksara Pratama.

Marwan dan Isdarmanu. 2006. Buku


Ajar: Struktur Baja I. Surabaya :
Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS.
Segui, William T. 1994. LRFD Steel
Design. Massachusetts : PWS
Publishing Company.
Galambos, Theodore V. dan Surovek
Andrea E. 2008. Structural Stability Of
Steel: Concepts and Applications For
Structural Engineers. New Jersey : John
Wiley & Sons, Inc.
Chen, W.F. 1991. Design of BeamColumns in Steel Frames in the United
States. Department of Structural
Engineering,
School
of
Civil
Engineering, Purdue University, West
Lafayette, Indiana 47907.
Hasham, Anthony S., Rasmussen,
K.J.R. 2002. Interaction curves for
locally buckled I-section beam columns.
Journal of Constructional Steel
Research 58 (2002) No.213241.
ELSEVIER.

Anda mungkin juga menyukai