Kelompok 9
1.ayu rahayu
2.lisa juniartika purba
3.mona zulistira reza
Semester III A
Dosen pembimbing : EMMA NIBRA HARAHAP, SST
Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman yang disebut dengan 5 benang merah
asuhan persalinan, yaitu :
A. Membuat keputusan klinik
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
C. Pencegahan infeksi
D. Pencatatan (rekam medis)
E. Rujukan
A.Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :
1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi
1.Pengumpulan Data
Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif
adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami
dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang
status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan /
2.Diagnosis
Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian
dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).
Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan
dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terusmenerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan
penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
a.Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
b.Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
c.Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.
4. Evaluasi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya.
Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau
kemajuan pengobatan.
Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan
dan evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama
proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga
mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar)
dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
C.Pencegahan Infeksi
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan
HIV/AIDS).
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui :
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik
saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan.
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat
perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan.
2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat
keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus
dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika
memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan
asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau
dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui
pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari
setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.
6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan
daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir.
Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen
rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai :
- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
- Kapan harus dibawa
- Kepada siapa harus diberikan
- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rumah atau selama perjalanan ke
tempat rujukan.
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi
sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas pelayanan harus
mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahan termasuk bedah sesar.
- Transfusi darah.
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.
- Antibiotik IV.
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.
E.Rujukan
Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna
waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke tempat rujukan merupakan
hal penting yang harus diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika terjadi penyulit,
upaya rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu dan bayi baru lahir
mengalami penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka akan kehilangan banyak
waktu yang berharga dan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jika mereka.
Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan
selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan
setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup
waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan
dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat
rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan
suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.
5. Obat
6. Kendaraan
7. Uang
Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir
(tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
Keluarga
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir
ke tempat rujukan.
Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan
atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin
Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup
nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang tepat.
Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obatobatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau
bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan
PERSIAPAN ALAT
1.Bak instrumen partus set
1.Klem kocher 2 buah
2. Gunting tali pusat 1 buah
3.Gunting episiotomi 1 buah
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Bengkok 1 buah
2.
3.
2.
3.
4.
Handscoon 2 pasang
5.
6.
Lidokain 1 %
7.
Disposable 3 cc 1 buah
8.
Disposable 5 cc 1 buah
PERLENGKAPAN
1.
Bengkok
2.
Wakom
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Selimut bayi
9.
58 LANGKAH APN
1. kenali adanya tanda dan gejala kala II
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam
batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk Ameneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Episiotomi adalah insisi dari perinium untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur
perinii totalis (Bagian Obsgyn, UNPAD).
Sedangkan menurut Harry Oxorn (1996), Episiotomi adalah insisi perinium untuk
memperlebar ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran bayi.
Fungsi Episiotomi
1. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, sedangkan ruptura
perinii yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi.
2. Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
3. Mengurangi tekanan kepala bayi.
4. Mempersingkat kala II.
5. Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptura perinium totalis.
Amniotomi
a.
Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
b.
1)
2)
3)
4)
Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
Pembukaan lengkap
Pada kasus solution placenta
Akselerasi persalinan
persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
e.
1) Persiapan alat:
a) Bengkok.
b) Setengah kocker.
c) Sarung tangan satu pasang.
d) Kapas saflon %.
2) Persiapan pasien:
a) Posisi dorsal rekumbent.
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Persiapan pelaksanaan:
Memberitahu tindakan.
Mendekatkan Alat.
Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf.
Cuci tangan dan keringkan.
Memakai sarung tangan pada dua tangan.
Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati
selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan
memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput
ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga
i)
Pegang ujung klem kocker diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian
menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan selaput
j)
ketuban dengan cara menggosokkan klem kocker secara lembut pada selaput ketuban.
Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban
tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot.
k) Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa.
l) Ambil klem kocker dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan
klorin % untuk dekontaminasi.
m) Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah
tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
n) Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin
yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
o) Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih.
p) Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah.
q) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin %
kemudian lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin % kemudian lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit.
r) Cuci tangan.
s) Periksa DJJ.
t) Lakukan dokumentasi pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan
DJJ.
U : selaput utuh
b.
a.
b.
c.
persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat sehingga diambil keputusan untuk
menyelenggarakan persalinan percobaan.
5.Pembukaan Mulut Rahim/Servik
Normal :
Kecepatan pembukaan servik paling sedikit 1 cm/jam selama persalinan
a.
b.
Abnormal:
Kecepatan pembukaan servik lebih lambat
a. Fase aktif berlangsung disebelah garis waspada
Penanganan :
a. Fase aktif > 8 jam :
1) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan servik serta tak didapatkan tanda gawat
janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
2) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan servik, lakukan drip oxsitosin
dengan 5 unit dalam 500 cc dextrose/NaCl mulai dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit
ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat
prostaglandin. Lakukan penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan oxsitosin lakukan SC.
3) Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama
pemberian oxitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV.
4) Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc
dextrose / NaCl mulai dengan 8 tetes / menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his
adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan
ampisilin 29 IU sebagai dosis awal dan 1 gram IU setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 8 gram.
6.W a k t u
Normal :
a.
b.
Abnormal :
a.
b.
Penanganan :
Persalinan yang telah berlangsung > 12 jam :
a. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta,
maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan. Mengedan dan menahan nafas
yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ. Bradikardi yang lama mungkin terjadi
akibat lilitan tali pusat, dalam hal ini lakukan tindakan extraksi vacuum / forceps bila syarat
terpenuhi.
b. Bila mal persentasi dan tanda obstruksi bisa di singkirkan berikan oxsitosin drip. Bila
pemberian oxitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vacum /
forceps bila persyaratan dipenuhi lahirkan dengan SC bila persyaratan vacuum dan forceps
tidak dipenuhi.
7. Kontraksi
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Penanganan :
a. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia Uteri) .Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan
disproporsi/obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi
uters yang tidak adekuat.
1) Lakukan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc Dextrose (NaCl) / prostaglandin.
2) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap jam :
Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
8.Tekanan Darah
Normal :
a.
b.
Abnormal :
a.
b.
9.Urin
Normal :
a.300 -350 mmHg, tidak ada proteinuri dan aseton
Abnormal :
Terdapat aseton dan proteinuri
Penanganan :
a. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara
90-110 mmHg.
1) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge/>)
2) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
3) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteiniru.
4) Jika jumlah urin < 30 ml perjam :
a) Infuse cairan dipertahankan 11/8 jam
b) Pantau kemungkinan edem paru
c) Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian
ibu dan janin.
d) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam
e) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edem paru. Krepitasi merupakan tanda-tanda
edem paru, jika edem paru, stop pemberian cairan, dan berikan deuretik misanya Furesemide
40 mg IU.
f) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bed side. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah
7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.
10.N a d i
Normal :
50 x / menit 100 x / menit
Abnormal :
Diagnosis letak sungsang biasanya tidak sulit. Anamnesis akan didapatkan gerakan anak
dirasakan terutama dibagian bawah rahim, adanya perasaan berat didaerah epigastrium,
sering merasakan adanya benda keras yang menekan tulang iga.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik :
1. Palpasi :
Leopold I meraba adanya kepala pada fundus uteri.
Leopold II teraba punggung disatu sisi, bagian-bagian kecil disisi lain.
Leopold III bokong teraba dibagian bawah rahim.
Leopold IV menentukan bokong sudah masuk atau belum kedalam pintu atas panggul.
2. Auskultasi : Bunyi jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari
pusat.
3. Periksa dalam vagina : pada pasien inpartu terutama bila ketuban sudah pecah dapat teraba
bagian terendah janin yaitu bokong, kaki atau lutut
4. USG : Diperlukan untuk konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik tidak jelas,
menentukan letak plasenta, menentukan kemungkinan adanya cacat bawaan, kehamilan
ganda, taksiran berat badan janin, volume cairan amnion, usia kehamilan dan lain-lain.
5. Radiologi (bila perlu) : Menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin,
menentukan kemungkinan adanya kelainan bawaan anak ( hidrosefalus / anensefalus ),
menentukan secara akurat ukuran dan bentuk panggul.
PENATALAKSANAAN :
1. Persalinan Bahu Dengan Cara LOVSET.
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum jam
sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahir
didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
1)
Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul)
2)
Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang dibanding
lengkungan dinding sacrum disebelah belakang
Sehingga setiap saat bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi
bahu anterior
Tehnik :
Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang
berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
dilahirkan
Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu
belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
2.
a.
b.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah
simfisis.
c.
Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
1) Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong berada diantara
kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan gerakan
mendekatkan perut anak pada perut ibu.
2) Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk tangan kiri
menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan gerakan mengusap
muka janin , lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan.
3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil dilakukan traksi
curam bawah melakukan gerakan seolah mendekatkan punggung janin pada punggung ibu
dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka lengan
tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung anak dan
sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada.
Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan depan
menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada
no 2
Keuntungan :
Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian :
Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu
dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk
jari tangan kiri penolong)
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MELLER:
1. Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik.
2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai bahu
depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan depan bagian bawah.
3.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan dan
dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah)
sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya,
dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar 10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah :
Oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko
infeksi berkurang.
Melahirkan LENGAN MENUNJUK.
Nuchal Arm
Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah bila pada persalinan sungsang, salah satu lengan
anak berada dibelakang leher dan menunjuk kesatu arah tertentu.
Pada situasi seperti ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan yang bersangkutan
dirubah menjadi didepan dada.
PERSALINAN KEPALA
Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan
berbagai cara :
1. Cara MOURICEAU
2. Cara PRAGUE TERBALIK
Gemelli
Gamelli adalah suatu kehamilan dengan dua jenis atau lebih. Kejadian kehamilan ganda
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, adalah faktor genetik dan keturunan, umur dan
parietas, ras atau suku bangsa dan obat pemicu ovulasi, keadaan ini termasuk keadaan
kategori resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan.
Etiologi
- Bangsa
- Hereditas
- Umur dan parietas kehamilan kembar yang berasal dari dua telur.
- Obat kelamin
- Hormon gonodotropin
Masalah
Partus prematur, pre eklamsia/eklamsia, anemia, mal presentasi, perdarahan pasca
persalinan.
Bila kedua janin tidak lahir spontan dalam 30 menit setelah janin pertama lahir, maka janin
kedua harus dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena resiko kehidupan pada janin kedua
akan meningkat sejalan dengan waktu.
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis diberikan diet sesuai dengan kebutuhan : kalori, protein, mineral,
vitamin, zat besi, asam lemak esensial.
Penilaian Klinik
Selama kehamilan
Penilaian klinik selama kehamilan bertujuan untuk membuat diagnosis, mengenali hamil
ganda secara dini dan melakukan upaya preventif terhadap penyulit serta menatalaksana
dengan baik. Berbagai kemungkinan kelainan patologis dan komplikasi sewlama kehamilan.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan
dugaan kehamilan ganda, yaitu :
a. Anamnesis
Komplikasi
Pada ibu : Anemia, abortus, PIH dan pre eklamsia, hidramnion, konteraksi hipotonik,
retensio plasenta, perdarahan pasca persalinan.
Pada janin : Plasenta previa, solusio plasenta, insufiensi plasenta, partus prenaturus bayi
kecil, mal presentasi, prolaps tali pusat, kelainan kongenital.
Distosia
A. Pengertian
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784)
Distosia adalah persalinan yang sulit
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994)
B. Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan tenaga/ power
2. Kelainan jalan lahir/ passage
3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager
C. Klasifikasi
Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga menghambat kelancaran
persalinan
a. Jenis kelainan :
1. Inersia uteri : His yang sifatnya lebih lama, singkat dan jarang dibandingkan his
normal
- Inersia uteri pimer
2. Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan
- Inersia uteri sekunder
3. Kelemahan timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur dalam waktu yang lama
Panggul asimilasi
Spondilolitesis
E. Manajemen Terapeutik
Penanganan Umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
- Kolaborasi dalam pemberian :
Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
- Perbaiki keadaan umum
Dukungan emosional dan perubahan posisi
Berikan cairan
Penanganan Khusus
1. Kelainan His
TD diukur tiap 4 jam
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam :
Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
Berikan analgetik seperti petidin, morfin
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan luar
MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer pada awal
persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT teraba promontorium) persalinan deng
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricians and Gynecologists: ACOG committee opinion. Mode of
term singleton breech delivery. Number 265, December 2001.
Alarab M, Regan C,OConnel MP et al: Singleton vaginal breech delivery at term: still a safe
option. Obstet Gynecol 103:407, 2004
Cunningham FG (editorial) : Breech Presentation and Delivery in William
Obstetrics 22nd ed p 565 - 586, Mc GrawHill Companies, 2005
Jones DL : Abnormal Fetal Presentation in Fundamentals of Obstetric & Gynaecology 7th ed
Mosby, London1997.
Martohoesodo S, Hariadi: Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin dalam ILMU
KEBIDANAN (ed), 3rd ed Jakarta, YBP-SP,1997
Myersough,PR: MunroKerrs Operative Obstetrics,9th ed, London, Bailliere Tindal,1977
http://liber-siahaan.blogspot.com/2011/04/distosia.html
Hanifa Wiknjosastro, 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal : Jakarta
Mochtar rustam, 1998. Sinopsis obstetric (obstetric fisiologi dan patologi). EGC : Jakarta.
Standar asuhan kebidanan dan standar operasional prosedur pelayanan kebidanan (bidan)
ruang bersalin. 2007. Mataram
Doddy ario K, dkk (dr), 2001. Standar pelayanan medik SMF obstetri dan ginekologi. RSUD
Mataram