Anda di halaman 1dari 3

Pembidaian atau splinting adalah salah satu cara pertolongan pertama

pada cedera/trauma pada system musculoskeletal. Pembidaian


bertujuan untuk mengimmobilisasi ekstremitas yang mengalami
cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lebih
lanjut.
Pengetahuan tentang cara pemasangan bidai sangat penting diketahui
oleh dokter untuk dapat memberikan tindakan pertama pada cedera
musculoskeletal sambal menunggu tindakan yang defeinitif.
Pada dasarnya terdapat 4 tujuan utama tindakan pembidaian:
1. Menguraingi rasa nyeri
Periosteum sebagai pembungkus tulang merupakan jaringan
dengan ambang nyeri sangat rendah. Sehingga penderita patah
tulang akan merasakan nyeri yang sangat jika kedua fragmen
tulangnya saling bergerak dan bergesekan. Tindakan
pembidaian akan mencegah pergerakan fragmen tulang
sehingga akan mengurangi rasa nyeri.
2. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Ujung fragmen patah tulang terkadang membentuk bagian
runcing dan tajam. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya
kerusakan jaringan lunak disekitar patah tulang, terutama jika
mencederai struktur pembuluh darah dan saraf.
3. Mencegah pergesekan lebih lanjut.
Fragmen tulang yang mengalami patah tulang akan bergerak
dengan beberapa mekanisme; tarikan gravitasi,
benturan/mekanisme trauma yang terjadi dan tarikan dari otototot yang cedera disekitar lokasi patah tulang. Pasangan bidai
dengan kaidah yang benar akan memberikan fiksasi yang baik
terhadap pergeseran lebih lanjut.
4. Mencegah perdarahan lebih lanjut
Saat terjadi patah tulang secara langsung akan terjadi robekan
pada pembuluh darah pada tulang dan jaringan sekitar. Hal ini
akan mengakibatkan perdarahan di sekitar fragmen tulang.
Dengan mekanisme pembekuan darah akan menghentikan
perdarahan yang terjadi. Namun jika fragmen tetap bergerak
akan menyebabkan thrombus pada ujung pembuluh darah akan
lepas dan terjadi perdarahan lagi.

Tipe tiep bidai


Saat ini terdapat beberapa bidai yang sering digunakan untuk
mengimmobilisasi ekstremitas yang mengalami cedera.

1. Bidai Kaku (Rigid Splint)


Bidai kaku yang banyak digunakan adalah bidai yang terbuat
dari kayu (wood spint). Ukuran panjang dan lebar lembaran kayu
disesuaikan dengan ukuran ekstremitas yang akan di
immobilisasi. Lembaran kayu sebelumnya dilapisi dengn busa
atau kapas sehingga bagian kayu yang lembut tidak
menimbulkan kerusakan pada ekstremitas. Bidai dipasang
diseuaikan dengan kesegarisan tulang dan difiksasi
menggunakan ikatan kain, kassa gulung, atau perban elastis.
Bidai kaku lainnya dapat berupa aluminium, kawat dan plastic.
2. Bidai tarikan (traction splingt)
Bidai tarikan merupakan alat immobilisasi yang biasa digunakan
untuk immobilisasi fraktur femur. Jenis bidai tarikan yang biasa
digunakan adalah Thomas Splint. Teknik immobilisasi jenis ini
lebih stabil digunakan terutama untuk pasien yang harus
menjalani transportasi jauh.
3. Bidai melingkar (circumferential splint)
Bidai melingkar merupakan bidai udara yang membungkus
ekstremitas secara melingkar. Dengan tekanan udara yang ada
dapat mengimmobilisasi tulang yang mengalami fraktur.
Kelebihan dari penggunaan bidai udara ini adalah sangat
gampang diaplikasikan dan dapat sekaligus mencegah
terjadinya pembengkakan. Pemantauan tekanan udara yang
diberikan sangatlah penting, karena tekanan yang berlebihan
dapat mengakibatkan terganggunaya aliran darah di tungkai.
Jenis bidai seperti ini juga tidak dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama.

Prinsip prinsip pembidaian ekstremitas


Penggunaan bidai sebagai immobilisasi ekstremitas yang mengalami
cedera akan efektif jika dipenuhi kaidah kaidah pemasangan bidai
yang baik. Penggunaan bidai yang tidak baik tidak hanya
menyebabkan tujuan immobilisasi tidak tercapai, bahkan bias
menimbulkan komplikasi yang merugikan.
Prinsip prinsip yang perlu diterapkan pada pembidaian:
1. Melakukan proteksi diri untuk mencegah terjadinya penularan
enyakit tertentu.
2. Jika telah terpasang alat stabilisasi lain, jangan dilepaskan
sebelum kita benar-benar melakukan pembidaian yang
sempurna.

3. Jika patah tulang terbuka jika memungkinkan lalukan pencucian


luka sebelum dilakukan pembidaian.
4. Jika terdapat fraktur terbuka dengan tulang yang keluar dari luka
jangan lakukan penekanan untuk memasukan tulang. Cukup
lakukan pencucian dan tutup dengan kassa lembab.
5. Jika terdapat luka dengan pendarahan aktif lakukan balut tekan
untuk menghentikan perdarahan.
6. Jika terdapat dislokasi sendi jangan lakukan reposisi. Lakukan
pemasangan bidai pada posisi ditemukan.
7. Lepaskan semua pakaian yang menutupi ekstremitas yang akan
dibidai.
8. Lepaskan semua perhiasan atau jam tangan pasien sebelum
dibidai.
9. Lakukan pemasangan bantalan (padding) pada tulang yang
menonjol untuk mencegah terjadinya ulcus decubitus karena
penekanan bidai.
10.Bidai harus disesuaikan dengan ukuran ekstremitas yang akan
diimmobilisasi. Saat immobilisasi bidaiharus melewati dua sendi
distal dan proksimal tulang fraktur.
11.Bila yang mengalami adalah persendian, lakukan immobilisasi
pada tulang distal dan proksimal sendi.
12.Selalu mengevaluasi dengan baik kondisi neurovaskuler distal
tulang yang diimobilisasi, dan tetap dievaluasi setiap 15 menit.
13.Evaluasi ekstremitas yang dibidai lebih sedikit tinggi dari pada
jantung untuk mencegag pembengkakan.

Anda mungkin juga menyukai