Anda di halaman 1dari 13

KODE ETIK (PENULISAN) KARYA TULIS ILMIAH

Sumardyono, M.Pd.

A. Fenomena Pelanggaran Etika KTI


Kasus pelanggaran kode etik sudah terjadi sejak lama hingga jaman modern sekarang ini.
Kasus terkenal di dalam matematika, antara lain dugaan pelanggaran kode etik oleh
L`Hopital atas hasil usaha dan kerja gurunya, Johann Bernoulli. Namun ada juga yang
sebaliknya, misalnya tindakan Leonhard Euler yang menyemangati muridnya Lagrange
untuk menerbitkan sebuah karya matematika yang sesungguhnya telah ditemukan oleh
Euler.
Salah satu fakta yang pernah menghebohkan mengenai pelanggaran etika karya ilmiah
antara lain kasus plagiasi yang menimpa menteri pendidikan Jerman, Annette Schavan.
Seperti diberitakan koran Kedaulatan Rakyat edisi Senin, 11 Februari 2012, Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas) Jerman Annette Schavan mengundurkan diri dari
jabatannya menyusul pencopotan gelar doktor Schavan akibat tindak plagiat. ... . Pada
sebuah pernyataan tentang kesalahan pemberian gelar doktor kepada Schavan, Pimpinan
Fakultas Bruno Bleckmann menyatakan, pihak kampus telah memutuskan untuk
mencabut gelar doktor Schavan dalam sebuah pemungutan suara tertutup.

Gambar. Annette Schavan


(http://www.extremnews.com/images/full-4b62467c101448ed9bb192e377440734.jpg)

Dalam koran yang sama, dinyatakan: Selain Schavan, pada 2011, Menteri Pertahanan
Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg juga berhenti dari pekerjaannya setelah mendapat
tuduhan plagiat pada disertasinya. Aksi Guttenberg ini pun membuat masyarakat Jerman
menjulukinya "Dr Cut-and-Paste" dan "Dr zu Googleberg". (Sigit, A., 11 Februari 2012)
Kasus terkini adalah kasus dugaan plagiasi oleh Hassan Rouhani, presiden Iran terpilih
tahun 2013. Pada tesisnya yang berjudul "The flexibility of Sharia with reference to the
Iranian experience" mengandung plagiasi berupa salinan dua halaman dari 5000 halaman
tesis tersebut. Bagian yang diduga plagiasi itu ternyata mirip dengan tulisan Mohamad
Hashem Kamani. Minimal sudah dua orang (di USA dan di Inggris) yang melaporkan
dugaan plagiasi tersebut ke Glasgow Caledonian University, skotlandia, tempat Rouhani
mendapatkan gelarnya tsb. (krjogja.com, 28 Juni 2013).

Gambar. Hassan Rouhani


(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/14/Hassan_Rouhani.jpg/220pxHassan_Rouhani.jpg)

Bagaimana dengan di Indonesia. Sepertinya hampir setiap tahun, kita mendapatkan kabar
ada dosen yang terduga atau terbukti melakukan plagiasi. Bagaimana dengan guru?
Bagaimana dengan mahasiswa sendiri? Sepertinya fenomena dosen yang melakukan
plagiasi hanya seperti fenomena gunung es saja.
Sebuah studi McCabe (dalam Plagiarism.org) yang pernah dilakukan tahun 2002 hingga
2005 terhadap 63.700 mahasiswa S1 dan 9.250 mahasiswa S2, diperoleh fakta bahwa
36% mahasiswa S1 pernah mengambil informasi di internet tetapi tidak mencantumkan
sumbernya, sementara mahasiswa S2 sebanyak 24%. Untuk sumber tercetak, maka
mahasiswa S1 yang melakukannya sebanyak 38%, sementara mahasiswa S2 sebanyak

25%. Di lain pihak, untuk pemalsuan daftar pustaka, mahasiswa yang mengakuinya
sebanyak 14% dan masiswa S2 sebanyak 7%.
Barangkali fakta dan statistik di atas, cukup memberi gambaran mengenai akutnya
pelanggaran etika di kalangan pelajar/mahasiswa dan guru/dosen. Barangkali hal yang
sama atau bahkan lebih parah terjadi pula di Indonesia.

B. Pelanggaran Kode Etik KTI


Beberapa tindakan yang dikategorikan pelanggaran etika karya (tulis) ilmiah, yaitu (Jaya
Sriyana, 2012; publicationethics.org; plagisrism.org):
1. Plagiarism
2. Redundant publication
3. Fabricated data
4. Multiple submission
5. Claiming untrue, distorted or non-existent results
6. Improper author contribution
7. Improper use of human subjects & animals in research
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Plagiarism (plagiarisme)
Secara sederhana, plagiasi adalah tindakan mengakui (sengaja atau tidak sengaja)
suatu hasil karya, padahal bukan karya sendiri atau merupakan karya orang lain.
Pelaku plagiat dinamakan plagiator.
Dalam Permendiknas no. 17 tahun 2010, disebutkan bahwa:
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh
atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.

Berdasarkan Permendiknas no.17 tahun 2010, beberapa kegiatan yang termasuk


plagiasi antara lain:

a. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau


informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
b. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat,
data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam
catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
c. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
d. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata
dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan
sumber secara memadai;
e. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan
oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara
memadai.

2. Redundant publications, multiple publication, duplicate multiple publication, or


overlapping multiple publication (Publikasi ganda)
Merupakan sebuah pelanggaran etika karya ilmiah, jika sebuah karya diterbitkan
atau dipublikasikan di dua berkala yang berbeda atau di satu berkala ilmiah
dengan dua waktu yang berbeda. Tetap merupakan pelanggaran, walaupun
redaksinya berbeda namun substansinya tetap sama. Prinsipnya tidak boleh ada
dua karya yang identik pada dua terbitan yang berbeda (baik tempat maupun
waktunya). Bagaimana bila ada edisi revisi? Untuk kasus buku dimungkinkan bila
ada edisi revisi, namun edisi revisi ini tidak meninggalkan tema dan hasil sentral
dari edisi sebelumnya.

3. Data fabrication (Pemalsuan data)


Pemalsuan atau pengurangan atau penambahan data yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan merupakan pelanggaran etika karya ilmiah.
Walaupun secara teknis, penulis dapat saja meminta bantuan teknisi atau
statistikawan, namun penulis tetap bertanggungjawab atas keaslian data yang
disajikan, termasuk hasil pengolahannya.

4. Multiple Submission (Pengajuan ganda)


Adalah merupakan tindakan pelanggaran kode etik KTI bila seseorang menulis
dan menyampaikan tulisan yang sama pada beberapa terbitan yang berbeda,
bahkan termasuk dalam beberapa kali presentasi yang berbeda forumnya.
Ada kalanya karena alasan masih tidak pastinya diterima atau ditolak pada suatu
berkala ilmiah, seorang penulis menggunakan strategi mengirim naskah yang
sama pada beberapa berkala ilmiah. Tindakan ini tidaklah dibenarkan. Selain itu,
jika ternyata terbit di dua berkala yang berbeda, maka sangat jelas telah
melakukan plagiarisme satu naskah terhadap naskah yang lain.

5. Claiming untrue, distorted or non-existent results (Klaim yang tidak sesuai


fakta)
Termasuk pula pada pelanggaran etika KTI, bila seorang penulis mengklaim suatu
hasil namun tidak sepenuhnya benar berdasarkan fakta atau bukti yang diperoleh.
Kadang-kadang hal ini mungkin saja terjadi karena kesalahan dalam analisis dan
peyimpulannya.

6. Improper author contribution (kontribusi penulis yang tidak signifikan)


Merupakan pelanggaran etika KTI bila seorang penulis sebenarnya tidak memiliki
kontribusi yang ilmiah terhadap karya ilmiah tersebut. Tidak boleh karena hanya
memiliki peran sebagai reviewer, seseorang dapat dipasang sebagai penulis dalam
suatu karya tulis ilmiah.

7. Improper use of human subjects & animals in research (penggunaan manusia


dan hewan yang tidak beretika)
Manusia dan hewan memiliki etika dalam penanganannya walaupun dalam
lingkup penelitian sekalipun. Jadi, misalnya dalam melakukan penelitian, kita
menyiksa hewan apalagi manusia, maka hal ini sudah merupakan pelanggaran
etika karya ilmiah.

C. Pencegahan Pelanggaran Etika Penulisan KTI


1. Pengertian Bahan Pustaka
Kata pustaka sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kitab
atau buku. Sedang kepustakaan memiliki pengertian daftar kitab yang dipakai
sebagai sumber acuan untuk mengarang; bibliografi.
Bahan pustaka dalam arti sempit adalah media cetak yang dipergunakan sebagai
referensi pada suatu karya tulis ilmiah. Namun dalam pengertian yang lebih luas,
bahan pustaka juga mencakup video dan media online yang juga dipergunakan
sebagai referensi penulisan suatu karya tulis ilmiah.
Sebagai sebuah karya ilmiah, maka KTI juga harus menggunakan dasar-dasar
pemikiran yang bersumber pada teori yang telah teruji. Dalam rangka itu, maka
pemanfaatan bahan kepustakaan yang telah melalui reviu dan editing serta uji
validitas menjadi hal mutlak dalam penulisan KTI.

2. Pengutipan Bahan Pustaka dan Gaya Pengutipan


Ada banyak gaya pengutipan pustaka dalam suatu karya tulis ilmiah, di antaranya
yang terkenal APA style, MLA style, dan Harvard referencing.
Walaupun demikian ketika mengakses suatu sumber pustaka, maka seluruh informasi
atau keterangan mengenai apa yang kita baca, sebaiknya dicatat. Jika pada akhirnya
menggunakan suatu gaya pengutipan, maka informasi yang lengkap cukup untuk
mengikuti cara pengutipan yang hendak dipakai.
Pada bahan ajar ini, diperkenalkan penulisan kutipan dalam daftar pustaka menurut
APA style. APA sendiri merupakan singkatan dari American Psychological
Association. Gaya kutipan dari APA merupakan gaya penulisan yang paling banyak
diikuti dalam penulisan karya tulis ilmiah saat ini, terutama pada bidang sosial
termasuk pendidikan.
Berikut ini cara sitasi atau pengutipan (dalam naskah) dan penulisan daftar pustaka
menurut APA style berdasarkan APA style edisi ke-6 (yang terakhir saat bahan ajar
ini dibuat).

Penulisan Daftar Pustaka: Buku, Kamus dan Bab Buku


Keseluruhan Buku
Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. Lokasi: Penerbit.
Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. Didapat dari http://www.xxxxxxxx
Nama terakhir, A., A., (tahun). Judul buku. doi: xxxxxxxxx
Editor, A.A. (edi.).(tahun). Judul buku. Lokasi: Penerbit.
Catatan: doi = digital object identifier, yaitu kumpulan karakter yang dipergunakan untuk
mengidentifikasi dokumen atau gambar atau objek lainnya yang bersifat elektronik.
Bab dalam buku atau Entri dalam kamus
Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor
(Editor), Judul buku. (no.halaman). Lokasi: Penerbit.
Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor
(Editor), Judul buku. (no.halaman). Didapat dari http://www.xxxxxxxx
Nama terakhir, A.A. (tahun). Judul bab atau entri. Dalam A. Editor & B. Editor
(Editor), Judul buku. (no.halaman). doi: xxxxxxx
Contoh
Buku versi cetak:
Ali, G. & John, D. (2005). Geometri dan Kalkulus. Bandung, Jawa Barat: PT. Indah
Sekali.
Buku versi elektronik:
Ali, G. (2010). Matematika Menyenangkan. [Adobe Digital Editions version]. Doi:
10.1122/333344445555
Ali, G. (2012). Bagaimana Belajar Kalkulus?. Didapat dari
http://www.bukuonline.com/html/asp

Beberapa volum atau bab dalam buku atau beberapa kumpulan buku:
Ali, G. (editor). (2003-2005). Matematika: Studi Pemikiran [volum 1-4]. Yogyakarta:
C.V. Baik Saja Utama
Bab dari buku, versi cetak:
Ali, G. (2001). Teori Belajar Limit. Dalam M. Ridwan & P. Astuto (Editor), Berbagai
Teori belajar (h.87-103). Cilacap, Jawa Tengah: P.T. Aneka Cipta.

Penulisan Daftar Pustaka: Berkala (jurnal, majalah, surat kabar/koran)


Jurnal dengan doi
Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel. Nama berkala, no.volum (no.terbitan),
no.halaman-no.halaman. doi: xx.xxxxxx
Jurnal tanpa doi versi cetak
Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel. Nama berkala, no.volum (no.terbitan),
no.halaman-no.halaman.
Jurnal tanpa doi versi online
Penulis, A., A., (tahun). Judul artikel. Nama berkala, no.volum (no.terbitan),
no.halaman-no.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx
Artikel majalah
Penulis, A., A., (tahun, bulan). Judul artikel. Nama berkala, no.volum (no.terbitan),
no.halaman-no.halaman.
Artikel majalah online
Penulis, A., A., (tahun, bulan). Judul artikel. Nama berkala, no.volum (no.terbitan),
no.halaman-no.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx
Artikel surat kabar

Penulis, A., A., (tahun, bulan, tanggal). Judul artikel. Nama surat kabar, no.halamanno.halaman.
Artikel surat kabar online
Penulis, A., A., (tahun, bulan, tanggal). Judul artikel. Nama surat kabar, no.halamanno.halaman. Didapat dari http://www.xxxxxxxxxxx
Contoh
Cecepot, M. (2005). Geometri dan Kalkulus. Jurnal Teorema, 21(2), 85-90.
Cecepot, M. (2005, Juni). Geometri dan Kalkulus. Majalah Detik. 30(4), 12-28.
Didapat dari http://www.detikmajalahonline.com
Cecepot, M. (2005, Juni, 12). Geometri dan Kalkulus. Kompas, h.12

Catatan: selain buku dan berkala, video atau film, peta, poster, tayangan TV/radio, foto
& musik yang dipublikasi, atau pun media sosial (blog, facebook, dll) dapat pula menjadi
pustaka dalam penulisan. Hanya saja, untuk pengambilan teori sebaiknya dihindari
sumber yang penulis dan validasinya meragukan. Namun jika yang diambil bukan teori
tetapi berupa masalah atau contoh, maka sah-sah saja.

Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka Lebih Lanjut


Penulis tidak diketahui atau penulis anonim: (judul singkat, tahun, no.halaman); (judul
singkat, tahun)
Sitasi

Telah diketahui bahwa ....... dipergunakan (Mengembangkan,2008,h.34)


Telah diketahui bahwa ....... dipergunakan (The terrifying future,1998)
Daftar Pustaka :
Mengembangkan diri dalam profesi. 2008. Yogyakarta: Pinter Publishing.

The terrifying future: Contemplating classroom instructional. (1998, 14 Juli).


Republika, hal.11.
Penulis satu orang: (penulis, tahun, no.halaman)
Sitasi

Ini sesuai dengan teori pembelajaran (Sheril, 2006, h.123).


Sheril (2006, h.123) menyatakan ... .

Daftar Pustaka :
Sheril, R. D. (2006). The terrifying future: Contemplating classroom
instructional. San Diego, CA: Halstead.
Penulis 2 orang: (penulis1 & penulis2, tahun, no.halaman)
Sitasi

Lebay, D. & Nasution, J. (2011) menegaskan bahwa ... .


Jika mengajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Lebay, D. & Nasution, J., 2011)
Daftar Pustaka :
Lebay, D. & Nasution, J. (2011). Mengajar dengan Ikhlas. Jakarta: Grapedia.
Penulis 3 hingga 5 orang: sitasi pertama: (penulis1, penulis2, & penulis3, tahun,
no.halaman), sitasi berikutnya: (penulis1 et al., tahun, no.halaman)
Sitasi : Untuk pertamakali ditulis semua, setelahnya menggunakan kata et al..
Mary, Dino, & Ruso, (2011, h.34) menegaskan bahwa ... . ... Dengan demikian
sesuai pendapat Mary, et al. (2011, h.241).
Jika mengajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Mary, Dino, & Ruso, 2011,
h.10). .... menurut apa yang sesuai (Mary, et al., 2011, h.32).
Daftar Pustaka :
Mary, D., Dino, Z. & Ruso, E.T. (2011). Mengajar dengan Ikhlas. Jakarta:
Grapedia.

10

Penulis lebih dari 6 orang: (penulis1 et al., tahun, no.halaman)


Sitasi :
Jika belajar haruslah didasari pada rasa ikhlas (Mary et al., 2009). Mary et
al.(2009) menegaskan bahwa ... .
Daftar Pustaka :
Mary, A., Dino, M., Kali, E., Ahmad, P., Laili, F., & Ruso, K. (2009). Belajar
dengan Ikhlas. Jurnal Pendidikan Utama, 4(2), 12-32.
Beberapa buku atau paper oleh penulis berbeda-beda. (penulis1, tahun; penulis2, tahun;
penulis3, tahun)
Sitasi :
Beberapa hasil penelitian (Laili, 2000; Rendus, 2005; Kali, 2007; Ahmad, 2010)
menegaskan bahwa ... di sini.
Beberapa buku atau paper oleh penulis yang sama: (penulis, tahun1, tahun2, tahun3).
Catatan: jika ada lebih dari satu buku atau paper di tahun yang sama, gunakan tambahan
huruf pada tahunnya, untuk daftar pustaka diurutkan menurut waktu terbit.
Sitasi:
Beberapa penelitian oleh Yon (2004, 2006a,b) telah menegaskan hal ini.
Kesimpulan ini ditegaskan oleh beberapa penelitian (Yon, 2004, 2006a,b)
Daftar Pustaka
Yon, S. (2004). Studi Keterampilan Bertanya. Jurnal Edutime, 4 (1), 13-21.
Yon, S. (2006a). Kemampuan Bertanya Siswa. Jurnal Pendidikan. 2(2), 66-81
Yon, S. (2006b). Bagaimana Guru Bertanya?. Jurnal Pendidikan, 3(2), 101-112.
Kutipan langsung: (penulis, tahun, no.halaman). Catatan: bila tidak ada nomor halaman,
tulis simbol paragraf atau singkatan para. Lalu diikuti nomor paragraf (dari atas).
Sitasi:

11

Telah dinyatakan bahwa mengajar haruslah dengan niat yang tulus (Budioko,
2010, h.234)
Makhmudag (2005) menulis, Jika mengajar, lakukanlah dengan kreatif (para.4)

D. Penanggulangan Pelanggaran Etika Penulisan KTI


Seperti pada kasus menteri pendidikan Jerman, Schavan, seseorang dapat dicabut gelar
akademiknya jika ternyata terbukti melanggar etika dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Bahkan kasus pengunduran dan permintaan diberhentikan dari jabatan yang walaupun
tidak ada kaitannya dengan jabatan tsb, tetap dapat terjadi.
Pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 25 ayat 2
dinyatakan bahwa: Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut
gelarnya.
Lebih jauh, pada pasal 70 dinyatakan: Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya
untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama
dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Pada Permendiknas no.17, tahun 2013, penanggulangan dalam ati tindakan represif atau
sanksi yang diberikan kepada pelaku pelanggar etika karya (tulis) ilmiah,

E. Penyebab Pelanggaran Etika Karya Ilmiah


Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya pelanggaran etika karya
ilmiah, antara lain:
1. Ketidaktahuan atas etika penulisan dan publikasi karya ilmiah
2. Ketidakhati-hatian dalam penulisan karya ilmiah.
3. Kecurangan dalam penulisan dan penerbitan karya ilmiah
4. Kemalasan dalam melakukan penelusuran bahan pustaka dan pengutipan
sumber pustaka.

12

Daftar Pustaka/Bacaan
APA Style, Quick Guide. (2013). dalam http://www.libraries.iub.edu/secure/defiles/APA.pdf
(Diakses 24 September 2013).
Cases.

(2013). dalam http://publicationethics.org/cases. the Committee on Publication


Ethics (COPE). (Diakses 19 Oktober 2013).

Facts & Stats. (2013). dalam http://www.plagiarism.org/resources/facts-and-stats (diakses 20


Oktober 2013)
Presiden RI. (2003). UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pustaka. (2013). KBBI Online. dalam http://kbbi.web.id/pustaka. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. (Diakses 24 September 2013)
Sigit, A. (2012, 2, 11). Terbukti plagiat, mendiknas Jerman mengundurkan diri. Kedaulatan
Rakyat Online. dari http://krjogja.com/read/161440/terbukti-plagiat-mendiknasjerman-mengundurkan-diri.kr. (diakses 18 Oktober 2013).
Sigit, A. (2013, 6, 28). Walah, Presiden Iran Plagiat Thesis. Kedaulatan Rakyat Online. dari
http://krjogja.com/read/178277/walah-presiden-iran-plagiat-tesis.kr.
(diakses
18
Oktober 2013).
Sriyana, Jaya. (2012). Kode Etik Penulis dan Etika Kepenulisan Karya Ilmiah. Bahan tayang
pada Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, di UII Yogyakarta, 29 Nopember
2012.

13

Anda mungkin juga menyukai