Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Salah satu nilai tertinggi karya tulis adalah keasliannya. Apabila

sebuahkata, kalimat, paragraf, ide, gagasan, atau pendapat yang dimunculkan


dalam tulisanya tersebut adalah milik orang lain (atau dari sumber lain), maka
etika ilmiahnya adalah mencantumkan sumber dengan jujur dan objektif di mana
ia mendapatkan kutipantersebut. Kasus-kasus duplikasi, penjiplakan, atau
plagiarisme muncul, justru karena nilai kejujuran dan objektivitas ini dilanggar
atau diabaikan.
Sejak dulu plagiat telah menjadi masalah serius dalam duni akademik yang
tetap berlangsung hingga hari ini. Ini tentu memerlukan pertimbangan khusus
karena memiliki dampak yang tidak sehat dalam dunia pendidikan. Namun,
seiring meningkatnya akses internet, palgiat pun berjamuran. Plagiat bias saja
terjadi karena sikap pelajar dan mahasiswa terhadap ketersediaan sumber bacaan
di perpustakaan. Kondisi nyata diperpustakaan menentukan cara mahasiswa
mengakses dan mencari referensi. Demikian juga dengan mengutip pendapat
penulis dalam buku atau sumber bacaan lainnya, banyak mahasiswa yang masih
belum faham dan mengerti bagaimana cara untuk melakukan hal itu dan sampai
sekarang banyak para pelajar maupun mahasiswa mempunyai keyakinan akan
halalnya plagiat dan hal itu malah menjadi kebiasaan dalam mengerjakan tugas
maupun lainnya. Kurangnya referensi untuk bahan bacaan juga mempengaruhi
terjadinya proses plagiat dikalangan pelajar maupun mahasiswa.
1.2.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan makalah ini

difokuskan pada pemahaman tentang:


1. Apakah pengertian plagiarisme?
2. Apasaja jenis jenis plagiarisme?
1.3.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar:

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian plagiarisme


2. Mahasiswa mampu memahami jenis jenis plagiarisme

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

PENGERTIAN PLAGIARISME
Kata plagiarisme berasal dari kata Latin plagiarius yang berarti

merampok, membajak. Plagiarisme merupakan tindakan pencurian atau


kebohongan intelektual. Menurut Websters New Collegiate Dictionary 9th ed,
(Springfield, Ma: Merriam 1981, p. 870); to plagiarize berarti: to steal and pass
off (the ideas or words of another) as onesown: use (a created production)
without crediting the source. vi: to commit literary theft: present as new and
original an idea or product derived from an existing source. The Oxford English
Dictionary (1987) mendefinisikanplagiarisme sebagai ..to take and use as ones
own the thoughts, writings, or inventions of another.
Dalam makalahnya yang berjudul Plagiarisme, Prof. Dr. dr. Adik Wibowo,
MPH mengutip pengertian plagiarisme berdasarkan Kamus Inggris the Oxford
Advanced Laerners Dictionary (1998) mengartikan plagiarisme sebagai to take
somebodys else idea or words and use them as if they were ones own. Dengan
kata lain plagiarisme adalah sebuah perbuatan yang tidak jujur sebab mengambil
karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya pribadi.
Selain itu Prof. Dr. dr. Adik Wibowo, MPH juga mengutip pengertian
plagiarisme menurut Lynch, bahwa plagiarisme berasal dari bahasa Latin:
plagiarius yang berarti penculik (kidnapper), dalam konteks ini diberlakukan
sebagai seorang yang mencuri pekerjaan orang lain (Lynch, 2002).
Didalam Artikel Plagiarisme Akademik, 25 Juni 2012 oleh Andreas Lako,
plagiarisme merupakan tindakan menjiplak, mencuri atau mengambil ide, hasil
karya atau tulisan orang lain, baik seluruh, sebagian besar maupun sebagian kecil,
untuk jadi ide atau karya tulisan sendiri tanpa menyebutkan nama penulis dan
sumber aslinya.

2.2.

JENIS JENIS PLAGIARISME


Dalam majalah Kedokteran Indonesia, Departemen Ilmu Kesehatan Anak

FKUI,

yang

berjudul

Beberapa

Catatan

tentang

Plagiarisme,

Sudigdo

Sastroasmoro memuatjenis-jenis plagiarisme yang dapat ditemukan beberapa


macam dalam pustaka, yaitu:
1. Jenis plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri
a. Plagiarisme ide
Seringkali

plagiarisme

dihubungkan

dengan

karya

tulis.

Namun

sebenarnya plagiarisme dapat berlaku pula untuk karya ilmiah dan seni
seperti karya sastra, lagu, musik, seni tari, lukis, patung, film, drama, dan
sebagainya. Dalam halhal tersebut yang seringkali menonjol adalah
plagiarisme ide. Dalam karya tulis ilmiah, plagiarisme ide sering
dihubungkan dengan laporan hasil penelitian replikatif. Penelitian replikatif
adalah penelitian yang secara garis besar mengulang penelitian orang lain,
dengan maksud untuk menambah data, menguji hipotesis apakah hasil yang
sudah ditemukan dalam suatu populasi berlaku pula untuk populasi yang lain.
Dalam kedokteran penelitian replikatif seperti ini dibenarkan, bahkan
dianjurkan, oleh karena variabilitas subyek yang amat luas (ras, jenis kelamin,
kelompok umur, derajat penyakit dan seterusnya). Sebagai contoh, manfaat
obat antikejang X di populasi dewasa perlu dikonfirmasi pada populasi anak.
Nilai diagnostik suatu prosedur yang baik untuk pasien dengan penyakit
ringan belum tentu sama dengan untuk kelompok dengan penyakit derajat
berat. Farmakodinamik obat Y dapat berbeda dengan perbedaan ras, dan
sebagainya.
Penelitian

replikatif

mempunyai

makna

yang

penting

bila

ia

mengeliminasi kekurangan penelitian terdahulu baik dalam seleksi subyek,


jumlah subyek yang diikutsertakan dalam penelitian, intervensi yang
dilakukan, pengukuran, pengumpulan dan analisis data, serta pelaporan hasil
penelitian.Banyak penelitian kedokteran yang hanya menggunakan beberapa
ratus atau bahkan beberapa puluh peserta pene-litian. Penelitian sejenis akan
menambah jumlah subyek sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih
definitif. Untuk itulah kemudian perlu dilakukan atau dibuat meta-analisis,
guna menggabungkan dua atau lebih penelitian sejenis. Karena alasan-alasan
tersebut maka pengulangan suatu penelitian adalah sah dalam kedokteran.
Dalam melakukan penelitian replikatif sebenarnya peneliti meminjam

ide orang lain, bahkan tidak jarang desain penelitian serta analisis yang
digunakan sama dan sebangun dengan penelitian sebelumnya. Hal itu pun
tidak diharamkan. Tindakan yang tidak dibenarkan adalah bila peneliti tidak
menyebut secara eksplisit bahwa penelitian yang dilakukannya diilhami atau
bahkan mengulang penelitian terdahulu, dengan alasan ilmiah yang layak
mengapa penelitian ulangan tersebut perlu dilakukan.
Pernyataan bahwa penelitian yang dilaporkan merupakan replikasi dari
penelitian sebelumnya harus disebut secaraeksplisit dengan rujukan yang
akurat dalam bab Pendahuluanatau Introduction suatu laporan penelitian.
Ungkapan secara eksplisit perlu digarisbawahi; tidak cukup bila peneliti
mencantumkan dalam daftar pustaka penelitian terdahulu yang ditiru tanpa
menyebutnya secara eksplisit. Bila pernyataan eksplisit tersebut tidak
dilakukan maka peneliti dianggap melakukan plagiarisme ide, karena seolaholah ide tersebut berasal darinya sendiri.
b. Plagiarisme isi (data penelitian)
Dalam pelaporan hasil penelitian, plagiarisme isi (data)penelitian sekaligus
juga merupakan fabrikasi dan ataufalsifikasi data, karena peneliti tidak
mempunyai data, ataudatanya tidak seperti yang dikehendaki. Peneliti
yangmengambil data orang lain dengan menimbulkan kesansebagai datanya
sendiri jelas melakukan plagiarisme beratyang tidak dapat ditoleransi.
Tindakan yang lebih banyak dilakukan adalah falsifikasidata; peneliti
memiliki data sendiri, namun data tersebut tidaksesuai dengan yang
diharapkan lalu peneliti mengubahnya,mematut-matutnya, dengan maksud
agar hasil penelitiansesuai dengan yang direncanakan. Misalnya, seorang
penelitiingin memperlihatkan bahwa salah satu faktor risiko terjadinyadiare
kronis di populasi adalah pendidikan orangtua, yaknilebih banyak orangtua
berpendidikan rendah pada pasiendengan diare kronis ketimbang anak yang
tidak menderitadiare kronis. Namun datanya ternyata memperlihatkan
halyang sebaliknya. Dalam keadaan ini mungkin peneliti tidakdiuntungkan
apa-apa, sekedar bahwa ia tidak mau repotmenjelaskan keadaan yang
bertentangan dengan hipotesisyang dibangunnya berdasarkan pada teori yang
menurutnyasahih serta pengamatannya sehari-hari. Secara epistemologis
sikap ini sebenarnya merugikan. Suatu data empiris yangmem-verifikasi
5

hipotesis adalah bagus, namun dapatdikatakan tidak menambah ilmu baru,


sekedar memverifikasiteori / hipotesis yang ada. Justru bila hipotesis telah
dibangundengan benar berdasarkan teori yang kuat namun data empiris tidak
memverifikasi hipotesis tersebut akan menimbulkanpertanyaan penelitian
yang dapat berkembang menjadi ilmu baru.
c. Plagiarisme kata, kalimat, paragraf
Seperti istilahnya, plagiarisme kata-demi-kata (word forword plagiarism),
merupakan plagiarisme yang paling mudahditentukan. Jenis ini dapat
merupakan sebagian kecil (kalimat),dapat satu paragraf, atau bahkan seluruh
makalah (meskipunditulis dalam bahasa lain).
d. Plagiarisme total
2. Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme
a. Plagiarisme yang disengaja
b. Plagiarisme yang tidak disengaja
Bila seseorang menggunakan ide, kata, frase, kalimat, atau paragraf orang
lain tanpa menyebut sumber, mungkin hal tersebut memang disengaja oleh
penulis, namun mungkin juga karena tidak sengaja, misalnya ia tidak
mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan. Namun kedua hal
tersebut harus diberi penilaian yang sama, harus mendapat sanksi yang sama.
Saya tidak bermaksud begitu kok, bukan ungkapan yang dapat
menghilangkan tuduhan bahwa ia melakukan plagiarisme. Plagiarisme
bersifat universal. Tidak ada atau belum adanya peraturan di suatu lembaga
pendidikan tentang plagiarisme tidak membuat orang boleh melakukan
plagiarisme. Plagiarisme adalah pencurian; tidak boleh orang mencuri dengan
alasan saya tidak tahu ada undang-undang atau peraturan yang melarang
pencurian.
3. Klafisikasi berdasarkan proporsi atau persentasi kata,kalimat, paragraf yang
dibajak
a. Plagiarisme ringan : <30%
b. Plagiarisme sedang : 30-70%
c. Plagiarisme berat atau total : >70%
(angka-angka tersebut tentu dibuat secara arbitrerberdasarkan kepantasan
tanpa dasar kuantitatif yangdefinitif).
4. Berdasarkan pada pola plagiarisme

a. Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing)


b. Plagiarisme mosaik
Dalam plagiarisme mosaik penyalinan tidak dilakukan kata demi kata,
namun diselang-seling atau disisip-sisipkan. Ini lebih sulit untuk dideteksi.
Penulis meminjam kata, frase, atau kalimat dari penulis lain, kemudian
menyambungnya dengan kata, frase, atau kalimat dari penulis lain tanpa
memberikan rujukan, sehingga memberi kesan kalimat tersebut adalah
kalimat asli penulis.
Dalam jurnalnya yang berjudulPlagiarisme dan Otoplagiarisme, Shidarta
mengutip beberapa jenis plagiarisme menurut Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad
Kia (2004: xlvii-xlviii) yang mengklasifikasikan plagiarisme menjadi direct,
patchwork, dan paraphrase plagiarism. Dalam tulisan berikut ini, pembedaan
tersebut akan dikembangkan lagi menjadi lima jenis. Kelima jenis ini dibedakan
menurut pola penyajiannya. Jenis-jenis tersebut adalah:
(1) Plagiarisme Verbatim
Plagiarisme paling tinggi bobot pelanggarannya adalah plagiarisme
verbatim, yaitu pengambilan karya milik orang lain persis apa adanya, dengan
memberi kesan sebagai karya pribadi pelaku plagiarisme yang bersangkutan.
(2) Plagiarisme Kain Perca (patchwork)
Plagiarisme kain perca (patchwork) dilakukan dengan mengambil karya
milik orang lain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan rujukannya.
Potongan-potongan dari berbagai sumber ini lalu dijahit sehingga menjadi
sebuah karya baru dan dikesankan sebagai karya orisinal dari pelaku
plagiarisme.
(3) Plagiarisme Parafrasa
Plagiarisme ini dilakukan dengan cara mengubah kalimat dari penulis asli
menjadi kalimat baru dari pelaku plagiarisme. Jika pengutipnya jujur,
seharusnya kalimat si penulis asli tersebut akan diformulasikannya menjadi
kutipan langsung dan dicantumkan referensi tempat kutipan itu diperoleh.
Namun, pelaku plagiarisme parafrasa akan melakukannya dengan mengambil
alih kutipan tadi dan menampilkannya sebagai kutipan tidak langsung, lagilagi dengan tidak menyebutkan sumber rujukannya, sehingga memberi kesan
bahwa kutipan tadi orisinal berasal dari pelaku plagiarisme tersebut.

Plagiarisme parafrasa juga berlaku dalam hal tulisan asli itu diterjemahkan
dari satu bahasa ke bahasa lain tanpa menyebutkan sumber aslinya.
(4) Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci
Plagiarisme parafrasa yang lebih terselubung adalah plagiarisme kata
kunci atau plagiarisme frasa kunci. Di sini pelaku plagiarisme hanya
mengambil sejumlah kata kunci atau frasa kunci dari tulisan aslinya.
Selanjutnya ia memformulasi ulang kalimat-kalimat dalam tulisan aslinya,
tetapi tetap memasukkan di sana-sini kata kunci atau frasa kunci dari si
penulis asli, tanpa mau menyebutkan sumber rujukannya.
(5) Plagiarisme Struktur Gagasan
Di antara semua jenis plagiarisme, plagiarisme struktur gagasan adalah
jenis yang paling tersembunyi dan paling sulit dilacak. Di sini pelaku
plagiarisme mencontek gagasan orang lain dan kemudian gagasan ini
dituangkan kembali melalui rangkaian kalimat, dengan kata kunci atau frasa
kunci yang berbeda. Gagasan orang lain itu bisa saja berasal dari sumber
tertulis, film, atau bahkan tuturan lisan yang disampaikan melalui berbagai
forum. Dalam konteks ini, kata kunci dan frasa kunci dari si pemilik gagasan
awal memang sudah tidak lagi dipakai, tetapi struktur gagasannya masih
sama. Pencontekan ide seperti ini sulit untuk dibuktikan karena kesamaan
gagasan seperti itu bisa diakui terjadi secara kebetulan.
Selanjutnya Prof. Dr. dr. Adik Wibowo, MPHdalam makalahnya yang
berjudul Plagiarisme, memuat jenis jenis plagiarisme yang dikumpulkan dari
tulisan tulisan Hamp-Lyons & Courter 1984; Liles, Jeffrey A. and Micheal E.
Rozalski, 2004; Bambaum, 2006; Utorodewo, Felicia, dkk. 2007; Christle 2008.
1. Word by word Plagiarisme
Mengutip atau menjiplak kata kata, kalimat atau penggalan kalimat,
paragraf, bab bahkan seluruh karya orang lain sesuai dengan karya asli tanpa
mengubah kata kata atau susunan kalimatnya sedikitpun dan tapa
mencantumkan nama penulis asli dan sumber informasi. Word by word
plagiarisme sering juga disebut sebagai Block, Copy & Paste. Plagiarisme
seperti cara ini yang sering dilakukan padaword by word plagiarisme.
Mengutip bagian dari karya seorang tidaklah dilarang dan tidak pula
merupakan tindakan yang salah, namun mengutip juga ada batasannya.

Tentunya tidak diperkenankan untuk mengutip karya orang lain secara


berhalaman halaman atau seutuhnya. Pada dasarnya mengutip bagian dari
tulisan orang lain hanya boleh dilakukan bila dalam keadaan yang sangat
perlu dan sangat mendesak dan yang dikutip pendek saja. Tidak bisa
dilakkukan kutipan sepanjang 10 halaman walau disetiap halaman kutipan
tersebut di penggal penggal menjadi beberapa bagian dan disetiap penggalan
disebut nama penulis dan sumber informasinya.
2. Word Switch Plagiarisme
Mengutip atau mengambil kalimat atau penggalan kalimat atau paragraf
dari karya tulis lain kemudian mengganti beberapa kata kata di dalam
kalimat tersebut tanpa merubah susunan kata maupun susunan kalimat dan
tanpa mencantumkan nama penulis maupun sumber darimana bagian yang
dikutipnyaa berasal.
3. Style Plagiarisme
Walaupun sudah merubah kalimatnya dengan kata kata atau paragraf
baru, namun gaya menulis adalah sama dengan gya penulis asli, misalnya
meniru dan menjiplak gaya penulis asli yang memulainya dengan menuliskan
tentang waktu dilanjutkan dengan kejadian yang ingin diceritakan dan
berakhir dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Hal ini menjadi
plagiarisme bila tidak mencantumkan nama penulis dan sumber dari mana
gaya penulisan tersebut dikutip.
4. Metapohor Plagiarisme
Plagiarisme metafora adalah mengutip atau menjiplak sebuah bagian dari
karya penulis lain dan menggunakannya untuk memperjelas makna dari
tulisan sendiri. Plagiarisme metafora pada umumnya dilakukan bila penulis
merasa bahwa sebuah fenomen yang ditulis dalam karyanya belum cukup
mampu untuk menjelaskannya kepada pembaca. Karenanya penulis
membutuhkan dukungan dengan mengutip tulisan penulis lain yang isinya
kira kira mampu digunakan untuk lebih menjelaskan fenomena tersebut.
Bila melakukan metafora dan tidak mencantumkan nama penulis dan sumber
dari bagian yang dikutip tersebut, maka disebut metaphore plagiarisme.
5. Idea Plagiarism
Mengambil, mengutip atau memakai gagasan seorang penulis yang telah
mengeluarkan sebuah ide untuk pemecahan suatu masalah atau untuk
menggambarkan sebuah konsep tentang suatu fenomena; dan dikutip untuk
9

dipakai dalam karya tulis sendiri tanpa mencantumkan nama penggagas dan
sumber informasi. Bila perlu, pada catatan kaki diberi keterangan yang cukup
sehingga pembaca memahami bahwa gagasan tersebut bukan merupakan
gagasan sendiri mealnkan gagasan penulis terdahulu.
Didalam membuat sebuah karya ilmiah, penulis harus benar-benar dapat
memilah dan membedakan mana yang adalah ide murni dari pemikiran
sendiri dan mana yang mengambil dan memanfaatkan ide orang lain dan
mana-mana yang memang menjadi pengetahuan umum. Beberapa literatur
mengatakan, bila ide tersebut berasal dari pengetahuan yang sudah menjadi
milik masyarakat dan umum sifatnya (public domain) maka tidak wajib
disebutkan sumbernya.
Idea plagiarism dapat juga terjadi bila si penulis mendapatkan ide tersebut,
dimana bila ia seorang mahasiswa; dari pembimbing atau sesama teman ,
kemudian ide tersebut dituangkan kedalam karya si penulis. Idealnya, pada
catatan kaki disebutkan sumber-sumber ide tersebut. Bila tidak yakin kapan
harus mencantumkan nama orang yang memberikan bantuan ide, atau ragu
memutuskan apakah ide tersebut adalah ide public domain, maka mahasiswa
dapat mendiskusikan dengan pembimbing sehingga pembimbing juga
mengetahui dan dapat membantu membantu mempertahankan karya
mahasiswanya.
Cantumkan selalu darimana ide tersebut bersumber dan bila ide tidak
berasal dari referensi tertulis, maka hargailah pemberi ide dengan
mengucapkan terimakasih biasanya pada bab ucapan terimakasih atau
acknowledgment yang ditulis sebagai bagian terkahir dari karya ilmiah
tersebut . Diakui sangat sulit untuk menentukan idea plagiarism sebab ide
adalah hal yang sifatnya virtual. Diperlukan penelusuran pustaka yang cermat
dan pertimbangan yang sah dari para akhli dibidangnya termasuk para editor
majalah ilmiah.
6. Self Plagiarism
Self plagiarism dikenal juga dengan sebutan plagiarisme daur ulang atau
swaplagiarisme atau plagiarisme diri atau karya tulis duplikat atau publikasi
berulang,dan merupakan jenis plagiarisme yang banyak menimbulkan pro dan
kontradikalangan pada akhli.
10

Dalam hal ini penulis mengutip atau menjiplak sebagian atau seluruh
hasilkaryanya sendiri secara identik dan mengirimkannya ke sejumlah jurnal
untukditerbitkan, tanpa mencantumkan informasi tentang karya sendiri yang
dikutipnyaatau tanpa menyebutkan bahwa karyanya terdahulu sudah pernah
di dimuat olehsebuah majalah ilmiah sebelumnya. Bila karya ilmiah yang
sama tersebut sampaiberhasil dimuat pada lebih dari satu majalah, maka
publikasi semacam ini disebutpublikasi ganda atau multiple publication.
Beberapa rujukan mengatakan bahwaswa plagiarisme menjadi tidak etis bila
jurnal pertama sudah mengeluarkan hakcipta (copyright ), namum tulisannya
masih diterbitkan di majalah ilmiah lain danmendapat hak cipta juga. Namun
beberapa pengarang lain menyatakan bahwatidak ada pelanggaran hak cipta
sebab yang menerbitkan ulang adalahpengarangnya sendiri.
Keputusan Rektor UI pada Bab 1 Pasal 1 mendefenisikan plagiarisme diri
sebagai tindakan seseorang yang menggunakan berulang ulang ide atau
pikiran yangtelah dituangkan daalma bentuk tertulis dan / atau tulisannya
sendiri baik sebagianmaupun keseluruhannya tanpa menyebutkan sumber
pertama kalinya yang tealhdipublikasikan, sehingga seolaholah merupakan
ide, pikiran dan / atau tulisanyang baru dan menguntjungkan diri sendiri .
7. Plagiarism dari akses elektronik / internet
Dengan kemajuan di era digital dimana dalam hitungan detik informasi
sudahdapat terkases dengan mudah, makin banyak majalah ilmiah elektronik
dandiperkirakan plagiarisme akan makin mudah terjadi. Namun para editor
majalah2ilmiah terkemuka telah pula menyiapkan piranti lunak untuk
mencegahplagiarisme

elektronik,

antara

lain

tidak

dimungkinkannya

mengunduh karya2tulis dari majalah tersebut. Atau bila ingin mengunduh


sebuah karya tulis darisebuah majalah elektronik, si pengunduh diharuskan
mendaftar terlebih dahulu,ada yang bebas biaya dan ada yang mengharusken
pembayaran sebagai anggotadan baru bisa mengakses informasi yang
dibutuhkan.

11

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Pengertian plagiarisme berdasarkan Kamus Inggris the Oxford Advanced
Laerners Dictionary (1998)adalah sebuah perbuatan yang tidak jujur sebab
mengambil karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya pribadi.
2. Jenis jenis plagiarisme berdasarkan beberapa pendapat, yaitu:
1). Dalam majalah Kedokteran Indonesia, dari Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI
(1) Jenis plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri
e. Plagiarisme ide
f. Plagiarisme isi (data penelitian)
g. Plagiarisme kata, kalimat, paragraf
h. Plagiarisme total
(2) Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme
c. Plagiarisme yang disengaja
d. Plagiarisme yang tidak disengaja
(3) Klafisikasi berdasarkan proporsi atau persentasi kata, kalimat,
paragraf yang dibajak
d. Plagiarisme ringan : <30%
e. Plagiarisme sedang : 30-70%
f. Plagiarisme berat atau total : >70%
(4) Berdasarkan pada pola plagiarisme

12

c. Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing)


d. Plagiarisme mosaik
2). Dalam jurnalnya yang berjudulPlagiarisme dan Otoplagiarisme, Shidarta
mengutip beberapa jenis plagiarisme menurut Elisabeth H. Oakes dan
Mehrdad Kia (2004: xlvii-xlviii)
(6) Plagiarisme Verbatim
(7) Plagiarisme Kain Perca (patchwork)
(8) Plagiarisme Parafrasa
(9) Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci
(10) Plagiarisme Struktur Gagasan
3). Menurut Prof. Dr. dr. Adik Wibowo, MPHdalam makalahnya yang
berjudul Plagiarisme, memuat jenis jenis plagiarisme yang dikumpulkan
dari tulisan tulisan Hamp-Lyons & Courter 1984; Liles, Jeffrey A. and
Micheal E. Rozalski, 2004; Bambaum, 2006; Utorodewo, Felicia, dkk.
2007; Christle 2008
(1) Word by word Plagiarisme
(2) Word Switch Plagiarisme
(3) Style Plagiarisme
(4) Metapohor Plagiarisme
(5) Idea Plagiarism
(6) Self Plagiarism
(7) Plagiarism dari akses elektronik / internet
3.2.

SARAN
Plagiarisme sebaiknya disosialisasikan semenjak mahasiswa mulai diawal

perkuliahan, agar nantinya mahasiswa tidak terlibat ke dalam masalah plagiarisme


sehingga mengharuskan mahasiswa mendapatkan sanksi yang keras karena
ketidaktahuannya. Selain itu mahasiswa juga dapat memulai membuat karyanya
sendiri tanpa melakukan sesuatu yang dilarang, seperti plagiarism.
Pada akhirnya penulis berharap pembaca dapat memahami pembahasan
tentang pengertian plagiarisme dan jenis jenis plagiarisme yang telah penulis
bahas dalam makalah ini. Serta berharap agar materi yang telah dibahas dalam
makalah ini dapat diaplikasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari hari.

13

Anda mungkin juga menyukai