5/18/16
SIKLUS 4 LANGKAH
a. Langkah Isap
5/18/16
SIKLUS 4 LANGKAH
b. Langkah
Kompresi
Sesudah mencapai TMB, torak
bergerak kembali ke TMA.
Selama langkah ini katup isap dan
katup buang tertutup. Isi baru
dimampatkan sampai volume=vol
sisa (Vc) shg tekanan dan
temperatur naik.
Untuk SIE isi dinyalakan dgn busi,
untuk CIE temp udara kompresi
naik sampai melampaui ttk nyala
bb, shg bb yg diinjeksikan akan
terbakar.
Proses penyalaan dilakukan saat
torak hampir mencapai TMA.
Selama proses pembakaran, energi
kimia dirubah menjadi energi
5/18/16
termal
SIKLUS 4 LANGKAH
c. Langkah Kerja / Ekspansi
5/18/16
SIKLUS 4 LANGKAH
d. Langkah
Buang
5/18/16
SIKLUS 2 LANGKAH
Siklusnya dilakukan dlm 2 langkah torak atau 1 putaran
poros engkol
Hanya ada dua langkah torak yaitu kompresi dan ekspansi
Pada gambar adalah mesin 2 langkah dgn pembilasan
peti engkol (crankcased scavenged engine)
5/18/16
SIKLUS 2 LANGKAH
Isi baru terisap masuk ke
dalam peti engkol melalui
katup pegas karena tekanan
dlm peti engkol berkurang
pada saat torak bergerak ke
atas dari TMB ke TMA selama
langkah kompresi.
Setelah kompresi dan
penyalaan, torak memulai
langkah ekspansi bergerak
dari TMA-TMB
5/18/16
SIKLUS 2 LANGKAH
Selama langkah ekspansi isi baru dlm peti
engkol terkompresi.
Mendekati akhir langkah ekspansi, saluran
buang tidak lagi tertutup oleh torak, gas
pembakaran keluar dan tekanan silinder
turun
Torak masih bergerak ke bawah, giliran
saluran masuk terbuka, isi baru dari peti
engkol masuk ke dalam silinder
Permukaan atas dari torak dibuat
sedemikian rupa agar isi baru tidak
langsung keluar melalui saluran buang,
tapi dapat menyapu puncak silinder
Proses pembilasan ini berlangsung terus
sampai torak kembali ke atas dan
menutup saluran masuk dan saluran
keluar, diteruskan dgn langkah kompresi
5/18/16 sampai torak mencapai TMA
SIKLUS 2 LANGKAH
PEMBILASAN / SCAVENGING
5/18/16
PEMBILASAN / SCAVENGING
5/18/16
5/18/16
roots
blower
5/18/16
PEMBILASAN / SCAVENGING
5/18/16
5/18/16
4 LANGKAH
2 LANGKAH
5/18/16
2 LANGKAH
5/18/16
C.I. ENGINE
1. Siklus
dasar
Siklus Otto
Siklus Diesel
2. Bahan
Bakar
3.
Dimasukkan dlm keadaan
Pemasukan tercampur dgn udara pada
Bahan Bakar langkah isap.
Di perlukan karburator untuk
mendapatlkan campuran, dan
throttle untuk mengatur
kuantitas campuran
Sekarang banyak yg
menggunakan sistem injeksi
5/18/16
6.
C.I. ENGINE
12 s/d 22
Batas perb. Kompresi
ditentukan oleh berat dari
struktur mesin.
7. Efisiensi
8. Bobot
Lebih ringan
berat
5/18/16
SIKLUS IDEAL
Hubungan Termodinamika
Fluida kerja adalah gas ideal, mengikuti hukum pV=nT atau p=RT
p :
V :
:
n :
m :
mM :
:
R :
T :
Qin
Qin
2
2
4
1
TMA
5/18/16
TMB
Qout
V
Qout
1
Proses
1-2 kompresi adiabatik reversible
2-3 pemasukan panas isometrik
3-4 ekspansi adiabatik reversible
4-1 pembuangan panas isometrik
SIKLUS OTTO
Proses 2 - 3, pemasukan panas/satuan massa gas (isometris)
Qin Cv T3 T2
Efisiensi termis,
to
Kerja
Panas Masuk
to
Cv T3 T2 Cv T4 T1
Cv T3 T2
to 1
5/18/16
T4 T1
T3 T2
dan
1
T3 T4r 1
atau
to 1
T1
T
1 4
T2
T3
SIKLUS OTTO
Tekanan efektif rata-rata (mean effective pressure=m.e.p)
3
Qin
mep
Wk p d
1
4
1
a
m.e.p
Qout
Kerja netto: Wn We Wk
Wn
We p d
3
5/18/16
Secara grafis,
m.e.p
p 22 p11
1
p1r 1 r 1 1
Wn
1
p3 3 p 4 4
1
p1r 1 r 1 1
m.e.p
1 r 1
Qin
3
Qin
2
4
1
TMA
Qout
Qout
Proses
1-2 kompresi adiabatik reversible
2-3 pemasukan panas isobar
3-4 ekspansi adiabatik reversible
4-1 pembuangan panas isometrik
TMB
5/18/16
SIKLUS DIESEL
Proses 2 - 3, pemasukan panas/satuan massa gas (isometris)
Qin Cp T3 T2
Karena
T3 3
T2 2
Efisiensi termis,
tD
tD
tD
5/18/16
Kerja
Panas Masuk
Cp T3 T2 Cv T4 T1
Cp T3 T2
1 T T1
1 4
T3 T2
T1 2
T2 1
T4 T3 3 4
T1 T2 2 1
tD
dan
4 1
3 3
2 2
1 1
1 1
r 1
T4 3
T3 4
3
2
SIKLUS DIESEL
tD
1 1
1 1
r 1
1
faktor
yg membedakan tD dgn tO
1
= r/r2
r > r2
>1
5/18/16
SIKLUS DIESEL
Tekanan efektif rata-rata (mean effective pressure=m.e.p)
P
Qin
W p d
mep
4
1
a
Qout
V
Secara grafis,
m.e.p
W p d p d
2
W p2 3 2
5/18/16
p33 p44
1
p 22 p11
1
Kerja netto: Wn W W
p2 3 4 1 p3 3 p 4 4 p22 p11
1
p2 1 r1 1
Wn
1
Wn
p 2 1 r1 1
m.e.p
1 r 1
Qin-p
Qin-p
Qin-v
Qin-v
2
5
1
TMA
5/18/16
TMB
Qout
V
Qout
1
Proses
1-2 kompresi adiabatik reversible
2-3 pemasukan panas isometrik
3-4 pemasukan panas isobar
4-5 ekspansi adiabatik reversible
5-1 pembuangan panas isometrik
SIKLUS DUAL
COMBUSTION
Proses 2 3 - 4, pemasukan panas/satuan massa gas (isometris-isobar)
Qin Cv T3 T2 Cp T4 T3
Efisiensi termis,
tDC
tDC
Kerja
Panas Masuk
Cv T3 T2 Cp T4 T3 Cv T5 T1
Cv T3 T2 Cp T4 T3
tDC 1
C v T5 T1
Cv T3 T2 Cp T4 T3
Karena
T2 T1r 1 dan T3 T2
5/18/16
P3
T1r 1
P2
4
T1r 1.
3
1
4
T5 T4
T1r 1. 4
5
5
T4 T3
4 4 4 3 42
5 1 3 1 3 1 r
T5 T1.
1
1 1
r 1 1
1
SIKLUS DUAL
COMBUSTION
1
1
Jika =1 tDC = tD
tDC 1 1
r 1 1
Dengan =1, efisiensi akan naik
untuk dan tetap
tDC terletak antara tO dan tD pada r yang sama
5/18/16
SIKLUS DUAL
COMBUSTION
Tekanan
efektif rata-rata (mean effective pressure=m.e.p)
P
Qin-p
Qin-v
W p d
1
mep
Kerja netto: Wn W W
5
1
a
Qout
V
Secara grafis,
m.e.p
W p d p d
W p3 4 3
5/18/16
p 22 p11
1
p 44 p55
1
Wn
p3 4 3 1 p 44 p5 5 p22 p11
1
p1r 1 1 r1 1
Wn
1
p1r 1 1 r1 1
m.ep
1 r 1
CATATAN
Jika diambil = 1,4 (Cp/Cv udara), efisiensi termis dikenal dengan Air
Standard Effisiency (A.S.E)
Perb. Kompresi setinggi-tingginya dapat mencapai efisiensi maksimum
Perb. Kompresi dibatasi kesulitan-kesulitan dlm mesin dan bahan bakar(*)
()* Batas tertinggi perb. kompresi yg dapat digunakan dlm praktek
disebut Highest Useful Compression Ratio (HUCR) yg didefinisikan:
perb. kompresi tertinggi yg dapat dicapai diatas mana akan terjadi
knocking dan dibawah mana tidak terjadi knocking
Suatu anggapan bahwa siklus itu akan mempunyai arti dlm praktek jika
pmax/m.e.p seminimum mungkin.
Otto dan Diesel : pmax/mep = 5 s/d 6
Carnot : pmax/mep = 20
Qp x vol. langkah x x t
ker ja
Qp x x t
vol. langkah
vol. langkah
Dimana Qp: (input energi /satuan volume) yang masuk dlm silinder
m.e.p berbanding langsung dgn t pada campuran tertentu bila tetap
atau
atau
Penjelasan :
m1
Karena :
p1V1 m1T1
m1
p1V1
T1
m1
p1V1T2
m2 p 2 Vol. langkah T1
V2
p1T2
V1
P2T1
m2
p2 Vol. langkah
T2
p1V1 p 2 V2
T1
T2
5/18/16
V2
Vol. udara campuran masuk pada NTP
Vol. langkah
Vol. langkah
SIKLUS AKTUAL
Dlm kenyataannya diagram indikator yg diperoleh dari pengujian
mesin menyimpang (lebih kecil) dari siklus idealnya karena
beberapa idealisasi shg t < ASE
Penyimpangan2 tsb antara lain :
1. Fluida kerja bukan gas ideal, melainkan camp bb + udara
2. Panas jenis fluida kerja tidak konstan, melainkan fungsi
temperatur, tekanan danBb
unsur
O2 2 kimia
N2 CO2 H2O N2 Q
Panas jenis berbeda
5/18/16
SIKLUS AKTUAL
5. Distribusi campuran yg tidak selalu merata, pemb. tak
sempurna
6. Pengaruh dari sistim katup (saat pembukaan dan penutupan)
7. Kerugian waktu pembakaran (proses pemb. tidak seketika)
8. Kerugian panas dari fluida kerja, bag. Mesin yg lain
9. Kerugian pemompaan (pembuangan gas & pemasukan isi)
10.Rugi gesekan
Siklus teoritis
Air
Standard
Cycle
Dikoreksi thd
karakteristik
fluida kerja
(point 1 s/d
4)
Fuel - Air
Cycle
Diperhitungk
an faktor2
kerugian
(point 5 s/d
10)
Actual
Cycle
Dikurang
i
gesekan
mekanis
Kinerja aktual
5/18/16
Kerja
berguna
B.H.P
tanpa
desosiasi
S.F.C
B.H.P
desosias
i
Camp. tepat
B.H.P
Konsumsi bb
spesifik (S.F.C)
kurus
11
12
13
gemuk
14
15
16
17
18
19
20
5/18/16
21
Camp. tepat
kurus
gemuk
Prosentase campuran
5/18/16
gemuk
S.F.C
actual
cycle
kurus
fuel-air
theory
Campuran
stoichiometric
Min. SFC
Max power
5/18/16
m.e.p
30
II
I. Kelambatan pembakaran
atau fasa persiapan.
Proses kimia, tergantung
pada sifat bb, temperatur,
tekanan,
III
P kgf/cm2
I: Ignition lag
II: Propagation of flame
III: After burning
Spark
20
10
No
nFi
rin
g
0
8
0
5/18/16
6
0
40
2
0
TDC
20
Cranck angle
40
6
0
80
III.Walaupun C menandai
selesainya perjalanan api,
beberapa reaksi kimia
berikutnya: resosiasi, dll
yg disebut after burning
berlanjut pada langkah
ekspansi
3
Fuel-air cycle
m.e.p = 10,2 kgf/cm2
t = 32,2 %
40
30
20
10
P
(kgf/cm2)
4
1
1 2
Penyalaan
pada TMA
Actual cycle
m.e.p = 7,65 kgf/cm2
t = 24,1 %
Poros engkol
biasanya berputar
40o mulai walktu
penyalaan sampai
seluruh isi terbakar
secara komplit atau
bila tekanan
maksimum siklus
tercapai
4 5 6 7
6
0
50
3
Fuel-air cycle
m.e.p = 10,2 kgf/cm2
t = 32,2 %
40
30
20
10
P
(kgf/cm2)
4
1
1 2
4 5 6 7
5/18/16
Optimum
advance
13o 26o
Actual cycle
m.e.p = 8,35 kgf/cm2
t = 26,2 %
Ekspansi ideal
Pembukaan terlalu awal
Pembukaan tepat
7
3,5
atm
V
TMB
Peutupan
kgf /cm2
(+)
b
at
m
(-)
b
V
TMB
b menutup
sebelum
waktunya
b menutup
tepat
waktunya (10o
sesudah TMA)
Pembukaan
Tepat menutup,
40o s/d 45o
sesudah TMA
Tepat membuka,
9o sebelum TMA
kgf /cm2
(+)
kgf /cm2
b
at
m
(+)
(-)
b
V
TMB
terlambat membuka,
5/18/16
at
m
(-)
V
TMB
terlambat menutup
5/18/16
P
kgf /cm
IMEP
A(+)
at
m
V
Vs=Lx/4xD2
Ai=A(+)-A(-)
li
li
pi
Kerja indikator
A(-)
Vc
Wi pi D2 L
4
Ni pi D2 L z d
4
60
Bahan bakar
IHP
FHP
Diputar sesuai
putaran engkol
BHP
P
A(+)
at
m
5/18/16
A(-)
V
UNJUK KERJA
MESINBahan bakar
Udara
Qin
Beberara Istilah
tb
ti
Ni
ti
m
NF
Np
DayaIndikator
SuplaiPanas
Daya Indikator
n
Ni pi D2 L z d W
4
60
Suplai Panas
Qin FC .LHV W
FC: Konsumsi bahan bakar
(kg/s)
LHV: Nilai Kalor pembekaran
rendah (J/kg)