Pembimbing :
dr. Laily Babgei, SpA
Disusun Oleh:
Tyagita Khrisna Ayuningtias
H2A009046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
1
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS
Nama anak
Umur
Tanggal lahir
Agama
No. RM
Tanggal masuk
: By. MPJ
: 3 bulan 8 hari
: 2 Mei 2014
: Islam
: 447605
: 7 Agustus 2014
Nama bapak
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
: Tn. SJ
: 31 th
: Islam
: Swasta
: SMA
Nama ibu
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Ny. TA
: 24 th
: Islam
: Ibu rumah tangga
: SMA
: Mangkang kulon RT 06/ RW II, Tugu, Semarang
ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara Alloanamnesis dari Ibu pada
tanggal 8 Agustus 2014 Jam 12.30 WIB
A. Keluhan utama : batuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami batuk sejak 2 bulan yang lalu. Batuk
dirasakan hilang timbul, berdahak namun susah dikeluarkan. Selain
itu nafas pasien juga berbunyi grok-grok yang dirasa memberat
terutama saat tidur (seperti mendengkur) dirasa berkurang bila saat
digendong. Pasien juga kadang mengalami sesak nafas. Pasien juga
terkadang mengalami demam, demam turun setelah diberi obat
penurun panas dari bidan setempat, kejang (-).. Pasien dapat
menangis dengan kuat, bila menangis sedikit lama suara menjadi
serak. Sejak kecil pasien sering gumoh (muntah).
Selama 2 bulan ini, pasien sudah dibawa berobat ke BP4
dan dirujuk ke spesialis paru dan dinyatakan sehat dan tidak
diberikan obat. Tidak ada perubahan pada pasien, lalu ibu pasien
2
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. Data Khusus
1. Riwayat kehamilan/Pre Natal :
Pasien merupakan anak pertama.
Ibu
pasien
selalu
tidak
4.
Jumlah
1 kali
2 kali
1 kali
3
Umur
2 bulan
0, 1 bulan
2 bulan
5.
6.
Polio
2 kali
0, 2 bulan
Campak
Belum dilakukan
Kesan : imunasasi sesuai umur.
Riwayat makan dan minum :
Minum ASI mulai sejak lahir sampai saat ini, semau anak,
belum diberi makanan tambahan.
Riwayat perkembangan dan pertumbuhan anak
Umur
3 bulan
3 bulan
3 bulan
Motorik kasar
Motorik halus
Sosial
3 bulan
Perkembangan
Miring
Tengkurap
Mengangkat kepala
Memegang benda yang diletakkan
ditangannya
3 bulan
Tersenyum
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai umur
4,1 kg, PB : 57 cm
Z score :
BB/U
: - 1,9 SD berat badan normal (gizi normal )
TB/U
: - 1,57 SD (normal)
BB/TB
: - 0,833 SD (normal)
Kesan
: kesan gizi baik, perawakan medium
F. Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi :
Pasien tinggal dengan ayah, ibu, nenek dan kakeknya.
Pendapatan keluarga terkesan kurang untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Pasien berobat menggunakan biaya pribadi, kesan
sosial ekonomi kurang.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2014 Jam 13.00
WIB.
o Keadaan umum
Kesadaran
Status Gizi
o Vital sign
Tekanan darah
Nadi
: kurang aktif
: compos mentis
: perawakan tampak normal
: 90/60 mmHg
: 124 x/menit isi dan tegangan cukup, irama
reguler
4
Respiratory rate
Suhu
o Status interna
Kepala
Mata
: 68 x/menit
: 37,8C axiler
: mesocephal.
: cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-) , pupil bulat, central,
reguler dan isokor 3 mm, reflek pupil (+/
Hidung
Telinga
+).
: napas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
: serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
Mulut
Leher
Thoraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
(-),
tonsil
(T1/T1),
faring
hiperemis (+)
: pembesaran KGB (-/-)
:
: ictus cordis tidak tampak
: ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke
arah medial midclavikula sinistra tidak
kuat angkat, tidak melebar, thrill (-),
pulsus
epigastrium
(-),
pulsus
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Superior
(-)
(-)
(< 2 detik)
Akral dingin
Sianosis
Capilary refiil
Inferior
(-)
(-)
(< 2 detik)
IV.
RESUME
Pasien laki-laki, umur 3 bulan dengan keluhan batuk sejak 2 bulan
yang lalu. Selain itu juga nafas berbunyi grok-grok yang dirasakan
hilang timbul, dirasa memberat terutama saat tidur (seperti
mendengkur) dirasa berkurang bila saat digendong. Sesak nafas (+)
hilang timbul, demam (+) hilang timbul, kejang (-), menangis keras,
bila terlalu lama suara menjadi serak. Riwayat kontak dengan
penderita TB (-). Saat ini pasien mengalami BAB lembek 1x berwarna
kuning, muntah 2x berisi susu dan sekali lewat hidung, BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum tampak lemah,
Tekanan darah 90/60 mmHg , Nadi 124x/ menit, reguler, isi dan
tegangan cukup , RR 68x/ menit, Suhu 37,8C (peraxiler), faring
hiperemis, terdapat retraksi suprasternal, dan ditemukannya ronki
basah halus serta hantaran pada auskultasi kedua paru.
V.
DAFTAR MASALAH
Anamnesis
1. Stridor
2. Batuk
3. Febris
4. Vomitus
VI.
Pemeriksaan fisik
5. KU : tampak lemah
6. Takipneu
7. Subfebris
8. Faring hiperemis
9. Retraksi suprasternal
10. Ronki basah halus
11. Hantaran
DIFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Faringolaringitis akut
2. Laringomalacia
3. Bronkitis
4. Bronkiolitis
5. Bronkopneumonia
PEMERIKSAAN
Darah Rutin (WB
EDTA)
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Eosinoil Absolute
Basofil Absolut
Netrofil Absolute
Limfosit Absolute
Monosite absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Sero Imun
Widal
7
HASIL
NILAI NORMAL
H 18.03
3.16
L 9.20
L 27.50
89.00
29.80
33.50
315
14.50
H 1.95
0.03
6.30
H 7.64
H 2.11
H 10.80
0.20
L 34.90
42.40
H 11.70
6.0 17.5
3.1 4.7
9.6 12.8
31 43
77 113
23 36
26 34
217 497
11.5-14.5
0.045-0.44
0-0.2
1.8-8
0.9-5.2
0.16-1
2-4
0-1
50-70
20-70
1-11
S. Thypi O
S. Thypi H
C.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Feses
Sudan III
Feses makroskopis
Warna
Konsistensi
Darah
Lendir
Feses mikoskopis
Telur cacing
Amoeba
Eritrosit
Leukosit
Sisa makanan
Clinitest
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Kehijauan
Lembek
Negatif
Negatif
Kuning
Lembek
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0-1
0-1
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Foto Thoraks
Cor
Pulmo
VIII. DIAGNOSA
Diagnosis klinis
IX.
: Bronkopneumonia
Laringomalacia
: Gizi baik
Diagnosis gizi
X.
Masalah Pasif
Laringomalacia
INNISIAL PLAN
1. Dx Kerja : Bronkopneumonia
Laringomalacia
2. IpDx
a. S : b. O : laboratorium elektrolit, BGA
3. IpTx
a. Infus tridex 27A 5 tpm mikro drip
b. Oksigen nasal kanul 2 L/menit
c. Inj opimox 3 x 150 mg
d. Inj Gentamicin 2 x 10 mg
e. Inj Metyl prednisolon 3 x 4 mg
f. Nebuliser
Bisolvon 2 tetes
Berotec 2 tetes
Pulmicort 0,5 cc
g. Paracetamol drop 3 x 0,4 ml (kalau panas)
4. IpMx :
a. Monitoring keluhan
b. Monitoring keadaan umum dan tanda vital
5. Ex
:
a. Penjelasan tentang penyakit pasien kepada keluarga pasien
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :1
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis)
3. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,
oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka
kematian anak.1
Bronkopneumonia
disebut
juga pneumonia
lobularis
yaitu
suatu
peradangan
pada
parenkim
paru
yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercakbercak (patchy distribution).1
B. Epidemiologi
11
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita
setiap 5 menit.3
C. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :3
1. Faktor infeksi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan
tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Hasil penelitian =
44-85% CAP (community acquired pneumonia) disebabkan oleh bakteri dan
virus, dan 25-40% diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen
penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada :
Usia
Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
Status lingkungan
Status imunisasi
Faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Sebagian besar pneumonia bakteri didahului dulu oleh infeksi virus.
Etiologi menurut umur, dibagi menjadi :
Bayi baru lahir (neonatus 2 bulan)
Organisme saluran genital ibu : Streptokokus grup B, Escheria coli dan
kuman Gram negatif lain, Listeria monocytogenes, Chlamydia trachomatis
tersering , Sifilis kongenital pneumonia alba.
Sumber infeksi lain : Pasase transplasental, aspirasi mekonium, CAP.
Usia > 2 bulan 12 bulan
Streptococcus aureus dan Streptokokus grup A tidak sering tetapi fatal.
Pneumonia dapat ditemukan pada 20% anak dengan pertussis.
Usia 1 5 tahun
12
a. Pneumonia
yang
didapat
dari
masyarkat
(community
acquired
pneumonia = CAP).
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
E. Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.1
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.1
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan
infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi
jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan
14
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
pneumonia
khususnya
bronkopneumonia
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi
perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi
vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak didapatkan kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada
tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang
mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya). Crackles dihasilkan oleh
gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas
kecil yang tiba-tiba terbuka.
Pemeriksaan penunjang
1. Gambaran radiologis
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah.1
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20.000/mm3
dengan limfosit
predominan)
18
H. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :2
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan retraksi dinding
dada.
2. Demam.
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles).
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus.
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3neutrofil yang predominan).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri
dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus :3,5
1. Penatalaksanaan umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi
reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat
dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
K. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan
dating terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan
infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui
asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua- duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi
bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri
sendiri.3
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didapatkan diagnosis klinis berdasarkan temuan klinis berupa
sesak nafas, batuk, dahak sulit dikeluarkan, stridor, dan terkadang terdapat demam
hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dari bronkopneumonia. Diagnosis tersebut
21
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
penunjang.
Dari identitas didapatkan pasien adalah laki-laki usia 3 bulan, berdasarkan
kepustakaan, penyakit ini dapat menyerang semua umur, dan prevalensi pada
anak-anak lebih sering daripada dewasa serta insidensi penyakit ini pada negara
berkembang hampir 30% pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dengan risiko
kematian yang tinggi.
Dari alloanamnesis diketahui bahwa keluhan utama pasien ini adalah stridor
yang muncul sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan hilang timbul, terkadang juga
pasien tampak sesak nafas yang tidak dipengaruhi oleh cuaca ataupun aktivitas.
Pada pasien ini juga tidak terdapat riwayat tersedak. Pasien juga mengalami
batuk, demam tanpa disertai kejang, muntah, BAB lembek. Pada pasien ini juga
tidak mempunyai riwayat kontak dengan pasien TB. Untuk itu, dari anamnesis
sudah dapat mengarahkan diagnosis pasien tersebut ke arah bronkopneumonia.
Dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah, nadi 124x/ menit,
reguler, isi dan tegangan cukup , RR 68x/ menit, suhu 37,8C (peraxiler), faring
hiperemis, terdapat retraksi suprasternal, dan ditemukannya ronki basah halus
serta hantaran pada auskultasi kedua paru. Dari hasil temuan klinis pada pasien ini
juga sudah dapat mengarahkan kepada bronkopneumonia.
Terjadinya takipneu terjadi karena adanya eksudat pada parenkim paru yang
menghambat difusi sehingga tubuh mengaktifkan mekenisme kompensasi yaitu
dengan meningkatkan laju respirasi sehingga terjadilah takipneu. Sementara itu,
demam terjadi karena adanya infeksi patogen sehingga mengaktifkan pirogen
endogen (berupa sitokin seperti interleukin dan TNF-alpha) yang dapat
meningkatkan produksi prostaglandin sehingga setpoint di thalamus meningkat.
Ditemukannya faring hiperemis dapat terjadi karena adanya penyebaran bakteri
perkontaktum yang bisa terjadi pada saat pasien batuk yang membawa bakteri
keluar dari bronkus atau paru-paru dan menempel serta menginfeksi faring.
Adanya retraksi suprasternal menunjukan digunakannya otot-otot bantu
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Bennete
M.J.
2013.
Pediatric
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
23
Pneumonia.
2. Nelson WE, ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta
: EGC, 2000.
3. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D.,
Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
4. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair.2006. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Surabaya
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
24