Anda di halaman 1dari 9

SUB POKOK BAHASAN

MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN

1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini membahas tentang pengertian masalah penelitian, cara
merumuskan masalah dan tujuan penelitian, pentingnya tujuan dan manfaat penelitian.
1.2. Relevansi
Sub pokok bahasan ini merupakan dasar dari seluruh sub pokok bahasan yang ada,
sebagaimana pada illustrasi 1. berikut ini

Illustrasi 1. Hubungan antar sub pokok bahasan dalam metodologi penelitian


1.3. Kompetensi
1.3.1. Standar Kompetensi
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan mampu: mendefinisikan arti masalah
penelitian, memilih dan merumuskan masalah dan tujuan penelitian, pentingnya
tujuan dan manfaat penelitian.
1.3.2. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mahasiswa mampu:
menjelaskan konsep dan memilih masalah penelitian dan merumuskannya
merumuskan tujuan dan manfaat penelitian

2. Penyajian
2.1. Pengertian Masalah Penelitian
Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian.
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama bagi orang-orang yang belum
banyak meneliti. Sehingga diperlukan kepekaan dari calon peneliti. Kepekaan seorang
peneliti dituntut untuk dapat memilah, memilih dan merumuskan suatu masalah penelitian.
Kepekaan itu antara lain memiliki sifat-sifat seperti open your Is: Intelegence
(kecerdasan), Interest (keingintahuan), Imagination (daya khayal), Inventive (daya cipta),
Informative (mengumpulkan keterangan-keterangan), Initiative (inisiatif), Industrious
(berusaha), Intense observation (pengamatan yang intensif), Integrity (kejujuran),
Infectious enthusiasm (antusiasme yang tinggi) dan Indefatigable writer (selalu
menulis/mempublikasikan).
Ditinjau dari sebab timbulnya, masalah penelitian seringkali muncul karena hal-hal
berikut (Illustrasi 2): adanya tantangan atau keraguan terhadap suatu fenomena/fakta
empiris; adanya rintangan atau kesenjangan atau perbedaan antara teori dan fakta empiris;
sehingga dengan adanya penelitian diharapkan dapat memecahkan permasalahan itu untuk
dicari jalan keluarnya.
Permasalahan dalam penelitian sering juga disebut dengan istilah problema atau
problematik. Secara garis besar ada 3 gejala problematik, yaitu: (1) Problema untuk
mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena (penelitian deskriptif)k, termasuk juga
penelitian historis, eksploratif dan filosofis; (2) Problema untuk membandingkan dua
fenomena atau lebih (penelitian komparasi). Dalam penelitian ini peneliti berusaha
mencari persamaan dan perbedaan dari suatu fenomena yang ada, selanjutnya mencari arti
atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada; dan (3) Problema untuk
mencari hubungan antara dua fenomena (penelitian korelasi).

Illustrasi 2. Masalah penelitian merupakan hulu proposal

2.2. Kriteria Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian


Mengidentifikasi dan memilah serta memilih masalah penelitian merupakan langkah
awal sebelum merumuskannya. Minimal terdapat 5 kriteria dasar di dalam
mengidentifikasi, memilah dan memilih masalah penelitian untuk dapat dirumuskan
sebagai topik penelitian, yaitu yang dikenal dengan FINER (Feasible, Interesting,
Novelthy, Ethics, Relevant) (Illustrasi 3):
1. Masalah yang dipilih harus Feasible
2. Masalah yang dipilih harus Interesting
3. Masalah yang dipilih harus ada unsur Novelthy-nya
4. Masalah yang dipilih tidak boleh bertentangan dengan Ethics
5. Masalah yang dipilih harus Relevant
Permasalahan yang dipilih dalam penelitian harus feasible, artinya harus tersedia
subjek penelitian, metode, data, dana, waktu, alat dan keahlian). Permasalahan penelitian
yang diangkat juga harus menarik (interesting). Ciri menarik adalah bahwa masalah yang
dirumuskan sedang in/trendy atau bersifat futuristik (memecahkan permasalan untuk
solusi masa depan). Masalah penelitian yang dipilih harus ada unsur kebaruan (novelthy),
baik yang bersifat inovatif maupun inventif, walaupun kadarnya kecil. Masalah penelitian
juga tidak boleh bertentangan dengan kode etika (keilmuan, hukum dan adat) dan sesuai
dengan kepakaran/keahlian penelitinya.

Illustrasi 3. FINER: Kriteria memilih masalah yang baik


Permasalahan penelitian dalam disiplin sains kedokteran (medical science) dapat
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu permasalahan di bidang: (1) Ilmu-ilmu Dasar/Biomedis;
(2) Kedokteran Klinis; dan (3) Kedokteran Komunitas. Ilmu biomedis merupakan cabang
sains kedokteran yang menerapkan prinsip biologi dan fisiologi dalam praktik kedokteran
klinis. Termasuk dalam sains biomedis adalah anatomi, fisiologi, genetika, patologi,
kimia, biokimia, biologi, mikrobiologi, fisika medis, dan sebagainya. Ilmuwan biomedis
mempelajari dan mengembangkan teori kedokteran pada level struktur, organ, jaringan,

sel, gen, molekul, pada manusia. Ilmuwan biomedis juga mempelajari substansi kimia,
biologi (misalnya, mikroba), dan fisika lainnya yang berasal dari agen penyakit dan
lingkungan (Wikipedia, 2010a dan b). Penelitian biomedis merupakan penelitian dasar
yang bertujuan untuk menemukan kandidat yang bisa dikembangkan untuk menemukan
teknologi kedokteran (misalnya, tes diagnostik) dan pengobatan baru (misalnya,
antibiotika baru). Melalui penelitian dasar biomedis dapat ditemukan terobosan baru yang
dapat memberikaan kontribusi signifikan untuk memecahkan masalah kesehatan pasien,
keluarga, dan komunitas.
Kedokteran klinis merupakan cabang sains kedokteran yang mempelajari dan
mempraktikkan berbagai pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memulihkan
kesehatan dengan cara mencegah dan mengobati penyakit pada individu pasien
(Wikipedia, 2010c). Berbeda dengan ilmuwan biomedis, klien seorang dokter/ klinisi
adalah individu manusia yang sedang mengalami masalah kesehatan. Dalam praktik klinis,
dokter melakukan penilaian pasien dalam rangka untuk mendiagnosis, mengobati, dan
mencegah penyakit, dengan melakukan pertimbangan dan keputusan klinis (clinical
judgment). Hubungan dokter-pasien dimulai dengan interaksi dokter-pasien, melalukan
wawancara (anamnesis) untuk menemukan riwayat keluhan (symptoms) pasien,
melakukan pemeriksaan riwayat medis dalam rekam medis, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik klasik kedokteran, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
Kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine) merupakan gerakan kontemporer
dalam praktik kedokteran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan dokter,
sehingga setiap keputusan klinis yang diambil dapat memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan kerugian bagi pasien. Tiga pilar utama kedokteran berbasis bukti
mencakup: (1) penggunaan secara sadar bukti-bukti ilmiah terbaik dan terbaru, (2)
penggunaan keahlian klinis (clinical expertise), dan (3) memperhatikan nilai-nilai dan
ekspektasi pasien. Penerapan kedokteran berbasis bukti dan bioetika akan meningkatkan
kualitas pelayanan dokter, meningkatkan manfaat bagi pasien, meminimalkan kerugian
bagi pasien (misalnya, malpraktik), dan meningkatkan keselamatan pasien. Gerakan
kedokteran berbasis bukti difasilitasi oleh perkembangan pesat sains dan teknologi
informasi, yang memungkinkan penyebaran (diseminasi) bukti-bukti ilmiah terbaik untuk
digunakan oleh para dokter.
Kedokteran komunitas (community medicine) adalah cabang kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan
diagnosis dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard)
kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas (The Free Dictionary, 2010). Kedokteran komunitas memberikan perhatian
tidak hanya kepada anggota komunitas yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang
sehat. Sebab tujuan utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan upaya
pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut juga kedokteran
pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas memberikan pelayanan
komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif.
Dalam memandang kausa masalah kesehatan pada pasien maupun komunitas,
kedokteran komunitas mengakui kausa penyakit yang terletak pada level populasi dan
lingkungan.
Artinya, dokter komunitas tidak hanya memperhatikan faktor-faktor
penyebab yang terletak pada level individu, tetapi juga determinan lainnya pada level
keluarga, komunitas dan lingkungan di mana pasien tersebut tinggal, bekerja, ataupun
bersekolah. Perspektif populasi memusatkan perhatian kepada kausa-kausa kontekstual
yang melatari penyakit, yakni determinan lingkungan, sosial, kultural, ekonomi, dan
politik yang menyebabkan terjadinya perbedaan frekuensi penyakit antar populasi

(Illustrasi 4). Sebagai contoh, keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan tidak hanya
oleh efikasi klinis dari pelayanan kesehatan itu sendiri tetapi juga oleh nilai-nilai sosial,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan pasien untuk menggunakan atau
tidak menggunakan pelayanan kesehatan tersebut. Alat kontrasepsi IUD memiliki efikasi
tinggi untuk mencegah kehamilan, tetapi metode itu tidak efektif jika diterapkan pada
komunitas yang memiliki nilai-nilai sosial bahwa memasang alat pada organ reproduksi
wanita merupakan cara yang tidak pantas.

Illustrasi 4. Perspektif biomedis dan populasi tentang akibat paparan penyakit


Untuk dapat memahami dengan lebih jelas konsep kedokteran komunitas, perhatikan
antara pendekatan kedokteran komunitas dan kedokteran klinis (Tabel 1).
Tabel 1. Perbedaan pendekatan kedoktyeran klinis dan kedokteran komunitas

Setelah masalah diidentifikasi, dipilah dan dipilih; maka dilanjutkan dengan


merumuskannya. Perumusan masalah penelitian merupakan titik tolak bagi perumusan
tujuan dan hipotesis serta topik penelitian. Perumusan masalah dapat berbentuk suatu
pertanyaan atau narasi yang jelas dan padat dan berisi implikasi adanya data untuk
memecahkan masalah penelitian. Beberapa contoh berikut kasus-kasus cara merumuskan
masalah, antara lain:

Illustrasi 5. Beberapa cara merumuskan masalah penelitian

2.3. Sumber-Sumber Masalah Penelitian


Kesanggupan seorang peneliti dalam menggali dan mengidentifikasi masalah
penelitian serta mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian itu diperoleh
merupakan langkah lanjutan untuk memperkaya cakrawala wawasan si peneliti. Sumbersumber itu antara lain seperti: fakta empiris dari kegiatan keseharian manusia, sumbersumber pustaka (primer dan sekunder), kasus yang sedang trendy atau futuristik atau
melalui pengamatan ilmiah. Untuk itu, peneliti dituntut untuk sebanyak-banyaknya
mengakses sumber-sumber informasi untuk memperkaya wawasan terhadap permasalahan
yang diangkat.
2.4. Cara Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan luaran setelah penelitian selesai. Untuk penelitian yang
sifatnya komplek dan banyak tahapan, maka tujuan dapat dipilah menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus, tetapi bila penelitiannya sederhana, maka cukup menyusun tujuan saja.
Menyusun tujuan penelitian harus SMART (Specific, Measurable, Acountable,
Reasonable dan Tangible); ditulis dalam bentuk kalimat aktif serta menghindari
penggunaan kata-kata klise seperti untuk mengetahui, memahami, menyelidiki,
mempelajari...... dst. Karena bersifat tidak spesifik. Contoh yang baik misalnya dengan
menggunakan kata-kata: (a) untuk mengkaji ..., (b) untuk mengidentifikasi......, (c) untuk
menjelaskan ......., (d) untuk menjajaki ......, (e) untuk menentukan perbedaan ......, (f)
untuk menentukan hubungan.... dsb. (Illustrasi 6).

Illustrasi 6. Cara merumuskan tujuan penelitian

2.5. Cara Merumuskan Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian harus dapat dirumuskan untuk kemanfaatan secara
teoritis/keilmuan/scientific, praktis dan kelembagaan/pembangunan; sebagai gambaran
dampak/oucome dari tujuan/output penelitian.
3. Penutup
3.1. Tes Formatif
1. Jelaskan pengertian masalah penelitian !
2. Sebutkan kriteria memilih masalah penelitian !
3. Uraikan cara merumuskan masalah penelitian !
4. Uraikan cara merumuskan tujuan penelitian !
5. Uraikan cara merumuskan manfaat penelitian !
3.2. Umpan Balik
Cocokkanlah hasil jawaban saudara dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
terdapat di bagian akhir sub pokok bahasan ini. Hitunglah jumlah jawaban saudara yang
benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menghitung tingkat penguasaan
saudara terhadap materi sub pokok bahasan ini (Masalah dan Tujuan Penelitian).
Rumus:
Tingkat Penguasaan =


10

x 100%

Arti tingkat penguasaan yang saudara capai: (a) 90%-100% = baik sekali; (b) 80%-89% =
baik; (c) 70%-79% = sedang dan (d) < 69 = kurang.

3.3. Tindak lanjut


Apabila saudara mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar sub pokok bahasan selanjutnya (Tinjauan pustaka,
kerangka teori dan kerangka konsep). Bagus!. Tetapi bila tingkat penguasaan saudara
masih di bawah 80% saudara harus mengulangi kegiatan belajar sub pokok bahasan ini
(Masalah dan Tujuan penelitian), terutama bagian yang belum saudara kuasai.
3.4. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. Masalah penelitian muncul karena hal-hal berikut: adanya tantangan atau keraguan
terhadap suatu fenomena/fakta empiris; adanya rintangan atau kesenjangan atau
perbedaan antara teori dan fakta empiris.
2. Kriteria masalah pnelitian yang baik adalah FINER
3. Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk suatu pertanyaan atau narasi yang
jelas dan padat dan berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
penelitian
4. Cara merumuskan tujuan penelitian adalah berbasis SMART
5. Manfaat penelitian dirumuskan untuk tigal hal dampak, yaitu kemanfaatan terhadap
keilmuan/teoritis, praktis dan institusi/pembangunan
3.5. Daftar Pustaka
Aziz, E., Elfindri, E. Hasnita., Z. Abidin, R. Machmud dan Elmiyasna. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Baduose Media, Padang.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
The Free Dictionary. 2010. Community medicine. medical-dictionary.thefreedictionary.com/
community+medicine. Diakses 20 Agustus 2012.
Wikipedia. 2010a. Biomedicine. en.wikipedia.org/wiki/Biomedicine. Diakses 24 Agustus 2012.
Wikipedia. 2010b. Health sciences. en.wikipedia.org/wiki/Health_science Diakses 24 Agustus 2012.
Wikipedia. 2010c. Medicine. en.wikipedia.org/wiki/Medicine Diakses 24 Agustus 2012.

Anda mungkin juga menyukai