1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini membahas tentang pengertian masalah penelitian, cara
merumuskan masalah dan tujuan penelitian, pentingnya tujuan dan manfaat penelitian.
1.2. Relevansi
Sub pokok bahasan ini merupakan dasar dari seluruh sub pokok bahasan yang ada,
sebagaimana pada illustrasi 1. berikut ini
2. Penyajian
2.1. Pengertian Masalah Penelitian
Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian.
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama bagi orang-orang yang belum
banyak meneliti. Sehingga diperlukan kepekaan dari calon peneliti. Kepekaan seorang
peneliti dituntut untuk dapat memilah, memilih dan merumuskan suatu masalah penelitian.
Kepekaan itu antara lain memiliki sifat-sifat seperti open your Is: Intelegence
(kecerdasan), Interest (keingintahuan), Imagination (daya khayal), Inventive (daya cipta),
Informative (mengumpulkan keterangan-keterangan), Initiative (inisiatif), Industrious
(berusaha), Intense observation (pengamatan yang intensif), Integrity (kejujuran),
Infectious enthusiasm (antusiasme yang tinggi) dan Indefatigable writer (selalu
menulis/mempublikasikan).
Ditinjau dari sebab timbulnya, masalah penelitian seringkali muncul karena hal-hal
berikut (Illustrasi 2): adanya tantangan atau keraguan terhadap suatu fenomena/fakta
empiris; adanya rintangan atau kesenjangan atau perbedaan antara teori dan fakta empiris;
sehingga dengan adanya penelitian diharapkan dapat memecahkan permasalahan itu untuk
dicari jalan keluarnya.
Permasalahan dalam penelitian sering juga disebut dengan istilah problema atau
problematik. Secara garis besar ada 3 gejala problematik, yaitu: (1) Problema untuk
mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena (penelitian deskriptif)k, termasuk juga
penelitian historis, eksploratif dan filosofis; (2) Problema untuk membandingkan dua
fenomena atau lebih (penelitian komparasi). Dalam penelitian ini peneliti berusaha
mencari persamaan dan perbedaan dari suatu fenomena yang ada, selanjutnya mencari arti
atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada; dan (3) Problema untuk
mencari hubungan antara dua fenomena (penelitian korelasi).
sel, gen, molekul, pada manusia. Ilmuwan biomedis juga mempelajari substansi kimia,
biologi (misalnya, mikroba), dan fisika lainnya yang berasal dari agen penyakit dan
lingkungan (Wikipedia, 2010a dan b). Penelitian biomedis merupakan penelitian dasar
yang bertujuan untuk menemukan kandidat yang bisa dikembangkan untuk menemukan
teknologi kedokteran (misalnya, tes diagnostik) dan pengobatan baru (misalnya,
antibiotika baru). Melalui penelitian dasar biomedis dapat ditemukan terobosan baru yang
dapat memberikaan kontribusi signifikan untuk memecahkan masalah kesehatan pasien,
keluarga, dan komunitas.
Kedokteran klinis merupakan cabang sains kedokteran yang mempelajari dan
mempraktikkan berbagai pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memulihkan
kesehatan dengan cara mencegah dan mengobati penyakit pada individu pasien
(Wikipedia, 2010c). Berbeda dengan ilmuwan biomedis, klien seorang dokter/ klinisi
adalah individu manusia yang sedang mengalami masalah kesehatan. Dalam praktik klinis,
dokter melakukan penilaian pasien dalam rangka untuk mendiagnosis, mengobati, dan
mencegah penyakit, dengan melakukan pertimbangan dan keputusan klinis (clinical
judgment). Hubungan dokter-pasien dimulai dengan interaksi dokter-pasien, melalukan
wawancara (anamnesis) untuk menemukan riwayat keluhan (symptoms) pasien,
melakukan pemeriksaan riwayat medis dalam rekam medis, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik klasik kedokteran, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
Kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine) merupakan gerakan kontemporer
dalam praktik kedokteran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan dokter,
sehingga setiap keputusan klinis yang diambil dapat memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan kerugian bagi pasien. Tiga pilar utama kedokteran berbasis bukti
mencakup: (1) penggunaan secara sadar bukti-bukti ilmiah terbaik dan terbaru, (2)
penggunaan keahlian klinis (clinical expertise), dan (3) memperhatikan nilai-nilai dan
ekspektasi pasien. Penerapan kedokteran berbasis bukti dan bioetika akan meningkatkan
kualitas pelayanan dokter, meningkatkan manfaat bagi pasien, meminimalkan kerugian
bagi pasien (misalnya, malpraktik), dan meningkatkan keselamatan pasien. Gerakan
kedokteran berbasis bukti difasilitasi oleh perkembangan pesat sains dan teknologi
informasi, yang memungkinkan penyebaran (diseminasi) bukti-bukti ilmiah terbaik untuk
digunakan oleh para dokter.
Kedokteran komunitas (community medicine) adalah cabang kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan
diagnosis dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard)
kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas (The Free Dictionary, 2010). Kedokteran komunitas memberikan perhatian
tidak hanya kepada anggota komunitas yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang
sehat. Sebab tujuan utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan upaya
pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut juga kedokteran
pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas memberikan pelayanan
komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif.
Dalam memandang kausa masalah kesehatan pada pasien maupun komunitas,
kedokteran komunitas mengakui kausa penyakit yang terletak pada level populasi dan
lingkungan.
Artinya, dokter komunitas tidak hanya memperhatikan faktor-faktor
penyebab yang terletak pada level individu, tetapi juga determinan lainnya pada level
keluarga, komunitas dan lingkungan di mana pasien tersebut tinggal, bekerja, ataupun
bersekolah. Perspektif populasi memusatkan perhatian kepada kausa-kausa kontekstual
yang melatari penyakit, yakni determinan lingkungan, sosial, kultural, ekonomi, dan
politik yang menyebabkan terjadinya perbedaan frekuensi penyakit antar populasi
(Illustrasi 4). Sebagai contoh, keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan tidak hanya
oleh efikasi klinis dari pelayanan kesehatan itu sendiri tetapi juga oleh nilai-nilai sosial,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan pasien untuk menggunakan atau
tidak menggunakan pelayanan kesehatan tersebut. Alat kontrasepsi IUD memiliki efikasi
tinggi untuk mencegah kehamilan, tetapi metode itu tidak efektif jika diterapkan pada
komunitas yang memiliki nilai-nilai sosial bahwa memasang alat pada organ reproduksi
wanita merupakan cara yang tidak pantas.
10
x 100%
Arti tingkat penguasaan yang saudara capai: (a) 90%-100% = baik sekali; (b) 80%-89% =
baik; (c) 70%-79% = sedang dan (d) < 69 = kurang.