Disusun oleh:
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Periode 21 Maret 2016 - 27 Mei 2016
M. Faza Naufal
04054821517013
BAB I
PENDAHULUAN
Meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada
meninges atau lapisan otak, 3 lapisan membran yang melapisi otak dan sumsum
tulang belakang yang terdiri dari Duramater, Arachnoid dan Piamater. Secara klinis,
meningitis bermanifestasi dengan gejala meningeal (misalnya, sakit kepala, kaku
kuduk, fotofobia), serta pleositosis (peningkatan jumlah sel darah putih) dalam
cairan cerebrospinal (CSS). Tergantung pada durasi gejala, meningitis dapat
diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Meningitis secara anatomis dibagi menjadi
inflamasi dura, kadang-kadang disebut sebagai pachymeningitis (agak jarang) dan
leptomeningitis, yang lebih umum dan didefinisikan sebagai peradangan pada
jaringan arakhnoid dan ruang subaraknoid.2
Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap
patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1
12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi
pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen,
kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan padat
penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin lakilaki dan pada bayi yang
tidak diberikan ASI pada umur 2 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak
orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan.7
Secara umum, mortalitas dari meningitis bacterial bervariasi menurut usia
dan jenis pathogen, dengan angka tertinggi untuk S.pneumoniae. Mortalitas pada
neonatus tinggi dan meningitis bakterial juga menyebabkan long term sequelae yang
menyebabkan morbiditas pada periode neonatal. Mortalitas tertinggi yakni pada
tahun pertama kehidupan, menurun pada pertengahan (mid life) dan meningkat
kembali di masa tua. Insidens lebih banyak pada kulit hitam. Bayi laki laki lebih
sering terkena meningitis gram negatif, bayi perempuan lebih rentan terhadap infeksi
L.monocytogenes , sedangkan Streptococcus agalactiae (GBS) mengenai kedua jenis
kelamin.8
Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2 tahun.
Umumnya terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens
meningitis bakterialis pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000 kelahiran
2
hidup. Insidens meningitis pada bayi berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Streptococcus group B dan E.coli
merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada neonatus. Penyakit ini
menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir 40% diantaranya
mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit neurologis.9-11
Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan di
seluruh dunia. Keadaan ini harus ditangani sebagai keadaan emergensi. Kecurigaan
klinis meningitis sangat dibutuhkan untuk diagnosis. Bila tidak terdeteksi dan tidak
diobati, meningitis dapat mengakibatkan kematian. Selama pengobatan meningitis,
perlu dimonitor efek samping penggunaan antiobiotik dosis tinggi; periksa darah
perifer serial, uji fungsi hati dan uji fungis ginjal. Perlu dilakukan pemantauan ketat
terhadap tumbuh kembang pasien yang sembuh dari meningitis.
BAB II
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTIFIKASI
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Nama Ayah
e. Nama Ibu
f. Suku
g. Alamat
h. Dikirim oleh
i. MRS Tanggal
: RDS
: 19 Juni 2008 (7 tahun)
: Laki-laki
: Rudi Budiono / 32 th
: Yunarsih / 29 th
: OKU
: Bangun Rejo Lk 1 Kecamatan Betuk
: RS. Muhammadiyah (29 Maret 2016)
: 29 Maret 2016 / 21:09:4
ANAMNESIS (Subjektif/S)
Tanggal
: 30 Maret 2016
Diberikan oleh
: Alloanamnesis terhadap ibu pasien
a. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama
: Penurunan kesadaran
2. Keluhan tambahan
: Demam, kejang, BAB cair
3. Riwayat Perjalanan Penyakit :
+ 2 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mendadak mengalami
demam tinggi, demam terus menerus, batuk (+), pilek (+) muntah (+)
frekuensi 5 kali, sebanyak gelas belimbing, muntah isi apa yang dimakan
dan minum, sakit kepala (+), BAB dan BAK dalam batas normal. Kemudian
pasien dibawa berobat ke IGD RS Muhammadiyah dan diberi obat 3 macam
ibu lupa nama obatnya. Selama perawatan di IGD demam pasien masih
demam sehingga pasien disarankan untuk dirawat inap.
Selama di RS Muhammadiyah pasien mengalami kejang umum, tonik
klonik mata mendelik keatas frekuensi 1 kali lamanya 15 menit, post iktal
pasien tidak sadar. Demam tinggi (+) batuk (+),pilek (+) sesak (-), sakit
kepala (+), BAB frekuensi 6 kali banyaknya 3-5 sendok makan cairan lebih
banyak dari pada ampas, darah (-) lendir (-). Penderita diberi diazepam rektal,
kejang berhenti penderita lalu dirujuk ke RSMH.
3.
: 0-2,5 tahun
: Tidak pernah
: 3-7 bulan
: 8 bulan-2 tahun
: 2 tahun sekarang @1/2 piring
: 4 x seminggu
: 4-5x/minggu @2 potong
: 4-5x/minggu @ 1 potong
Riwayat Imunisasi
BCG
Umur
IMUNISASI DASAR
Umur
Umur
ULANGAN
Umur
DPT 1
HEPATITIS
B1
Hib 1
POLIO 1
CAMPAK
DPT 2
HEPATITIS
B2
Hib 2
POLIO 2
DPT 3
HEPATITIS B
3
Hib 3
POLIO 3
POLIO 4
: 7 bulan
: 3 bulan
: 3 bulan
: 7 bulan
: 5 bulan
Berdiri
Berjalan
Berbicara
Kesan
: 9 bulan
: 11
: 10
: Normal
III.
A.
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA :
Mata
: Mata cekung (+), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
Mulut
Gigi
Lidah
Faring
Tonsil
LEHER
Inspeksi
Palpasi
AXILLA
Tidak teraba massa
THORAX
Inspeksi
Palpasi
PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
: simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, scar (-),
massa (-).
: fraktur (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-)
: retraksi (-)
: nyeri tekan (-), krepitasi (-), stem fremitus normal, kanan
sama dengan kiri
: sonor pada kedua lapang paru
: vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
: ictus cordis tidak terlihat
: ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
: batas jantung dalam batas normal
: HR 102/mnt, bunyi jantung I-II (+) normal, murmur (-),
gallop (-)
: cembung, scar (-), massa (-), luka (-), pelebaran pembuluh
darah (-)
: nyeri tekan (-), lemas, massa (-), cubitan perut kembali
lambat
Perkusi
: timpani (+)
Auskultasi
: bising usus (+) normal
HEPAR
Tidak teraba pembesaran
LIEN
Tidak teraba pembesaran
GINJAL
Nyeri tekan (-), ballotement (-), nyeri ketok (-)
7
EKSTREMITAS
Inspeksi
Bentuk
: normal
Deformitas
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Trofi
: tidak ada
Pergerakan
: aktif
Tremor
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Akral
: telapak tangan dan kaki pucat, CRT <3
Palpasi
Nyeri tekan
: tidak ada
Fraktur/krepitasi: tidak ada
Edema
: tidak ada
INGUINAL
Hernia (-), lesi (-)
Kelenjar getah bening
GENITALIA
Laki-laki
Phimosis
: tidak ada
Testis
Scrotum
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Tungkai
Tungkai Kiri
Kanan
Lengan
Lengan Kiri
Kanan
Gerakan
Luas
Luas
Luas
Luas
Kekuatan
+5
+5
+5
+5
Tonus
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Klonus
Reflek fisiologis
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
Reflek patologis
Gejala rangsang meningeal: Ditemukan adanya kaku kuduk (+), kernigs aign (+)
Fungsi sensorik
: Dalam batas normal
Nervi craniales
: Tidak dilakukan pemeriksaan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30 Maret 2016
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin(Hb)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit (Ht)
Trombosit (PLT)
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hasil
13,3 gr%
4,44.106/mm3
8,6.103/mm3
40%
265.103/L
0
2
78
34
4
Nilai Rujukan
11,3-14,1 gr%
4,40 4,48. 106/mm3
4,5 13,5. 103/mm3
37 - 41%
217 497.103/L
01
16
50 70
20 40
28
Metabolisme
karbohidrat
Glukosa sewaktu
85
50-90 mg/dl
Elektrolit
Ca
10,1
9,2-11,0 mg/dl
Na
139
135-155 mEq/l
K
3,8
3,5-5,5 mEq/l
Cl
103
96-106 mEq/l
Pemeriksaan Lumbal Pungsi
LCS Vol 1 cc, tidak berwarna, agak keruh, tidak berbau, BJ 1.020, bekuan (-),
pH: 9, Leukosit: 364, PMN 74, MN 26, blast (-), nonne (+), pandy (+),
protein 12,7 , LDH: 37, Glukosa 66,7, 8, Cl:121.
V. RESUME
mengalami demam tinggi, demam terus menerus, batuk (+), pilek (+) muntah
(+) frekuensi 3 kali, sebanyak gelas belimbing, muntah isi apa yang
dimakan dan minum, sakit kepala (+), BAB dan BAK dalam batas normal.
Kemudian pasien dibawa berobat ke IGD RS Muhammadiyah dan diberi
obat 3 macam ibu lupa nama obatnya. Selama perawatan di IGD demam
pasien masih demam sehingga pasien disarankan untuk dirawat inap.
Selama
di
RS
Meningitis Virus
FARMAKOLOGIS
Kausal
Ceftriaxone 1x 2 g selama 7-10 hari.
Ampicillin 4x 1 g selama 7-10 hari
Dexametason 3x 5 mg selama 4-5 hari.
Suportif
IVFD KAEN 3B 4 jam I 50 cc/KgBB 1200 cc dalam 4 jam
Simptomatis
Paracetamol 250 mg jika T>38,5 C
c. MONITORING
Pantau derajat kesadaran dan kejang
Pantau vital sign (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu badan
setiap 6 jam
Keseimbangan cairan dan elektrolit
d. EDUKASI
11
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam
: dubia ad bonam
b. Qua ad functionam : dubia ad bonam
c. Qua ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP (Subjektif/Objektif/Assestment/Planning)
T
a
Penatalaksanaan
Assesment
n
g
g
al
3
1
M
ar
et
2
0
1
6
- IVFD D5 NS gtt
S : pucat (-), demam (-)
O : Sens : compos mentis, TD :
16/mikro
Ceftriaxone
2x1gr IV
110/80 mmHg, N: 106x/menit,
Ampicillin
1x2gr
IV
RR: 19x/menit, T: 37,4oC
- Diet:
BB : 25 kg, TB : 125 cm.
Nasi biasa
:31
KS : kepala : NCH (-), CA (-),
porsi
edema palpebra (-)
(-).
A : Meningitis Bakterialis +
Diare akut dehidrasi ringan
2
A
- IVFD D5 NS gtt
S : pucat (-), demam (-)
O : Sens : compos mentis, TD :
16/mikro
100/80 mmHg, N: 106x/menit, - Ceftriaxone 2x1gr IV
- Ampicillin 1x2gr IV
RR: 19x/menit, T: 36,9oC
- Diet:
BB : 25 kg, TB : 125 cm.
Nasi biasa
:31
KS : kepala : NCH (-), CA (-),
porsi
edema palpebra (-)
Leher : JVP( 5-2) pembesaran
pr
il
2
0
1
sedang
A : Meningitis Bakterialis +
Diare akut dehidrasi ringan
sedang
13
5
A
- IVFD D5 NS gtt
S : pucat (-), demam (-)
O : Sens : compos mentis, TD :
16/mikro
Ceftriaxone
2x1gr IV
120/80 mmHg, N: 101x/menit,
Ampicillin
1x2gr
IV
RR: 20x/menit, T: 36,6oC
- Diet:
BB : 25 kg, TB : 125 cm.
Nasi biasa
:31
KS : kepala : NCH (-), CA (-),
porsi
edema palpebra (-)
Leher : JVP( 5-2) pembesaran
pr
il
2
0
1
6
A : Meningitis Bakterialis +
Diare akut dehidrasi ringan
sedang
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
(meninges) termasuk dura, arachnoid dan pia mater yang melapisi otak dan
medulla spinalis yang dapat disebabkan oleh beberapa etiologi (infeksi dan
non infeksi) dan dapat diidentifikasi oleh peningkatan kadar leukosit dalam
likuor cerebrospinal (LCS).3
Meningitis
dibagi
menjadi
dua
golongan
berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan
protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab
yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi.
15
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat
dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua
lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di
tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus
venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan
dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara
bagian-bagian otak.
16
2. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya
terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia
menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis,
cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan
septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system
rongga-rongga yang saling berhubungan.
secara bebas dengan cisterna yang berbatasan dengan rongga sub arachnoid
umum.
3. Piamater
4. Sirkulasi LCS
ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari
sinus atau vena-vena) di berbagai daerah kebanyakan di atas konveksitas
superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk
mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan
cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi
dan reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang.
3.3 Epidemiologi
imunologi terhadap patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda.
Resiko terbesar pada bayi (1 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5
tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur. Resiko tambahan
adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan individu
yang menderita penyakit invasif, perumahan padat penduduk, kemiskinan,
ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang tidak diberikan
ASI pada umur 2 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak orang ke
orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan.7
satu
penyebab
dewasa
di
oleh
bakteri
Bakteri penyebab
ini
meningitis
juga bervariasi menurut kelompok umur.5 Selama usia bulan pertama, bakteri
yang menyebabkan meningitis pada bayi normal merefleksikan flora ibu atau
lingkungan bayi tersebut (yaitu, Streptococcus group B, basili enterik gram
negatif, dan Listeria monocytogenes). Meningitis pada kelompok ini kadang
20
Risk and/or
Predisposing Factor
Age 0-4 weeks
Bacterial Pathogen
Listeria monocytogenes
S agalactiae
E coli
H influenzae
S pneumoniae
Age 3 months to 18
N meningitides
N meningitidis
years
S pneumoniae
H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Aerobic gram-negative bacilli
21
Immunocompromised
S pneumoniae
state
N meningitidis
L monocytogenes
Intracranial
manipulation, including
Coagulase-negative staphylococci
neurosurgery
P aeruginosa
S pneumoniae
H influenzae
CSF shunts
Group A streptococci
Coagulase-negative staphylococci
S aureus
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes
Tabel 1. Bakteri penyebab tersering menurut umur dan faktor
predisposisi 2
nyeri punggung.
spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan
leher.
Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.
3
.5.2 Pemeriksaan Penunjang Meningitis
Kontraindikasi
bila penggunaan jarum pungsi tidak kering, jarum patah, herniasi dan
tertusuknya saraf oleh jarum pungsi karena penusukan tidak tepat yaitu
kearah lateral dan menembus saraf di ruang ekstradural.
etiologinya
1. Pemeriksaan radiologi :
o X-foto dada : untuk mencari kausa meningitis
o CT Scan kepala : dilakukan bila didapatkan tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakranial dan lateralisasi
25
2. Pemeriksan lain:
Darah : LED, lekosit, hitung jenis, biakan
Air kemih : biakan
Uji tuberkulin
Biakan cairan lambung
3.7 Tatalaksana
Usia 1 3 bulan :
o Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Sefotaksim
200- 300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
o Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis
o
o
o
o
o
o
N meningitidis - 7 hari
H influenzae - 7 hari
S pneumoniae - 10-14 hari
S agalactiae - 14-21 hari
Bacil aerob Gram negatif - 21 hari atau or 2 minggu
L monocytogenes - 21 hari atau lebih
Terapi Deksametason
Studi eksperimen mendapatkan bahwa pada hewan dengan
Prognosis
meningitis
tergantung
kepada
umur,
mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan
mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta
mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan
gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita mengalami
kematian.
27
pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka
kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa
penderita mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8
minggu.
BAB IV
ANALISIS KASUS
dengan keluhan penurunan kesadaran dan kejang. Kejang dapat terjadi akibat
peningkatan suhu tubuh. Pada kasus ini pasien kejang yang dipengaruhi oleh
peningkatan suhu tubuh. Pada saat MRS pasien di suspek diagnosis
meningitis dengan DD Meningitis TB, ensefalitis karena terdapat gejala
panas, kejang, dan penurunan kesadaran. Meningitis adalah Peradangan pada
selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam
cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam
cairan serebrospinal.
untuk
dari 100 hingga 500 mg/dl. Pada kasus ini didapatkan hasil LCS cairan
jernih, tidak berbau, ditemukan nonne (+), pandy (+), glukosa 66, PMN 77,
protein 0,1. Pada hasil kultur ditemukan positif bakteri yang berarti penyebab
utama pada meningitis ini adalah bakteri.
29
DAFTAR PUSTAKA
Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-71
Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29th, 2011. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview.
Tan TQ. Meningitis. In : Perkin RM, Swift JD, Newton DA, penyunting. Pediatric
Hospital Medicine, textbook of inpatient management. Philadelphia : Lippincott
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-mega2.pdf.
Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention.
Updated: August
6th,
2009
Available
from
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html.
Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5 th ed. Philadelphia : Elvesier saunders;
2005. h. 106-13.
Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman,
Jenson, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta:
30
13 Anonymous.
Meningitis.
Centers
for
Disease
Control
and
Prevention.
31