Anda di halaman 1dari 3

Tindakan Bedah pada Anak II

Beberapa Kondisi yang Memerlukan Pembedahan Segera

Pada bagian ini akan dibahas beberapa penyakit dan kondisi yang terjadi pada anakanak dan mungkin memerlukan tindakan bedah segera (operasi emergensi). Seperti
telah disinggung pada tulisan yang lalu, walaupun tentu bukan merupakan hal yang
diharapkan, orangtua sebaiknya mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu si kecil
mengalami kondisi ini. Pengetahuan yang cukup mengenai berbagai gejala dan tanda
yang muncul pada anak yang sakit dan memerlukan tindakan bedah segera, akan
membantu orangtua untuk secepatnya meminta pertolongan medis bagi anaknya
sehingga penanganan tidak terlambat. Pengetahuan yang cukup juga memberikan
dasar yang kuat bagi orangtua untuk memberikan persetujuan tindakan operasi yang
akan dilakukan dokter kepada si anak.
Apendisitis akut
Apendisitis adalah peradangan atau infeksi pada apendiks, suatu struktur usus kecil
yang menempel pada pangkal usus besar. Apendiks sering disebut juga sebagai usus
buntu, karena walaupun merupakan bagian dari usus tetapi tidak memiliki fungsi
pencernaan dan tidak meneruskan sisa makanan ke bagian usus selanjutnya. Apendiks
mudah mengalami peradangan, biasanya karena ada sebagian kotoran di usus atau
sisa makanan terperangkap di dalamnya. Setelah meradang, apendiks akan
membengkak, menjadi terinfeksi, dan menyebabkan nyeri.
Gejala yang umum terjadi pada apendisitis akut adalah nyeri perut yang tiba-tiba dan
hebat, terutama di daerah kanan bawah. Sering disertai dengan gejala lain seperti
mual, muntah, perut menjadi kembung, sulit buang air besar dan buang angin, demam
ringan, dan kadang-kadang diare. Perlu diingat, anak-anak terutama yang masih kecil,
sering tidak memberikan gejala apendisitis akut yang khas. Akibatnya keterlambatan
dan kesalahan diagnosis mungkin saja dapat terjadi. Oleh sebab itu, dibutuhkan
kewaspadaan orangtua terhadap gejala nyeri perut yang tidak biasa pada anak-anak
mereka.
Apendisitis akut memerlukan tindakan bedah segera. Yang dilakukan adalah membuka
dinding perut untuk memotong dan membuang apendiks atau usus buntu yang
meradang tersebut. Tindakan bedah pada apendisitis akut umumnya bukan hal yang
sulit, bila belum terdapat komplikasi. Setelah operasi, si anak hanya membutuhkan
waktu beberapa hari saja untuk dapat makan-minum serta beraktivitas seperti biasanya.
Bila tidak segera dioperasi apendisitis akut dapat menimbulkan berbagai komplikasi,
antara lain pecahnya usus yang umumnya disertai infeksi berat di rongga perut. Bila
sudah terjadi komplikasi maka penanganannya menjadi semakin sulit. Pada beberapa
kasus dapat berakhir dengan kematian.
Yang sering menjadi pertanyaan bagi para orangtua adalah, apakah ada pengaruhnya
bagi kondisi kesehatan seorang anak yang apendiks/usus buntu-nya sudah dioperasi
dan dibuang? Seperti telah dijelaskan sebelumnya, struktur apendiks tidak mempunyai
fungsi yang jelas untuk pencernaan maupun daya tahan tubuh. Oleh sebab itu
membuang apendiks atau usus buntu tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap
kesehatan seseorang.

Volvulus
Volvulus atau usus terpuntir adalah suatu kondisi dimana suatu bagian usus besar
terpuntir atau terpelintir (lihat gambar), menyebabkan sumbatan terhadap berbagai
benda (sisa makanan, kotoran, cairan, dan gas) yang melalui usus. Terpuntirnya usus
juga dapat menyebabkan sumbatan pembuluh darah yang memperdarahi usus,
sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan usus di sekitarnya.
Volvulus umumnya terkait dengan kelainan bawaan yang disebut malrotasi usus, yaitu
terjadinya salah letak dari usus ketika periode perkembangan janin. Akibatnya usus
besar tidak melekat secara sempurna di dinding perut, mengakibatkan bagian usus
besar tersebut bergeser dari posisi normalnya dan terpuntir. Volvulus juga dapat terjadi
walaupun tidak ada kelainan malrotasi usus ini. Bila volvulus terjadi akibat malrotasi
usus maka umumnya terjadi ketika bayi berumur di bawah 1 tahun.
Anak yang mengalami volvulus umumnya merasakan sakit perut yang tiba-tiba karena
ususnya tersumbat. Selain nyeri, gejala lain yang dapat muncul adalah mual dan
muntah, muntah berwarna hijau, perut mengembang (distensi), adanya darah di
kotoran, dan kesulitan buang air besar (konstipasi). Gejala-gejala tersebut umumnya
timbul secara dramatis, dan membuat si anak menjadi sakit berat sehingga memerlukan
pertolongan gawat darurat di rumah sakit. Pada beberapa kasus, gejala-gejala di atas
dapat muncul pada derajat ringan dan kemudian hilang dengan sendirinya yang terjadi
berulang kali. Hal ini disebut volvulus intermiten, dimana usus sedikit terpuntir
kemudian puntiran tersebut terlepas dengan sendirinya tanpa tindakan medik apapun.
Volvulus yang berat memerlukan tindakan operasi segera. Tindakan yang dilakukan
adalah memperbaiki usus yang terpuntir untuk mengatasi sumbatan usus maupun
sumbatan pembuluh darah. Bila volvulus sudah menyebabkan sebagian jaringan usus
sudah mati, maka tindakan operasi dapat diperluas hingga memotong bagian usus
tersebut.
Komplikasi akibat dari volvulus, selain kematian jaringan usus, antara lain pecahnya
usus yang tersumbat dan menyebabkan infeksi berat di rongga perut. Komplikasi akibat
tindakan operasi yang mungkin terjadi adalah sindrom usus pendek (short bowel
syndrome), bila bagian usus yang mati dan dibuang cukup panjang.
Intususepsi
Intususepsi terjadi bila satu bagian usus masuk ke bagian usus di bawahnya (lihat
gambar). Kondisi ini akan menyebabkan sumbatan usus, karena dinding-dinding usus
yang terlibat akan saling menekan rongga usus. Selanjutnya akan terjadi
pembengkakan, peradangan, dan berkurangnya aliran darah pada bagian usus yang
terlibat.
Penyebab pasti terjadinya intususepsi masih belum jelas. Beberapa teori menyebutkan
mungkin terkait dengan infeksi virus saluran napas atas, karena umumnya intususepsi
terjadi pada musim dingin/hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas. Pada
beberapa kasus, intususepsi terjadi setelah terjadinya infeksi saluran cerna (diare).
Intususepsi umumnya terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, terbanyak antara
usia 5 sampai 10 bulan dan lebih sering pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
Anak yang mengalami intususepsi akan merasakan nyeri perut yang hebat sehingga
menangis sekeras-kerasnya sampai melipat lututnya hingga ke dada. Nyeri biasanya
hilang timbul dan yang muncul berikutnya akan lebih berat. Diantara serangan

umumnya si anak tidak mersakan nyeri apapun dan terlihat baik-baik saja. Gejala lain
yang muncul sama seperti gejala sumbatan usus lain, yaitu mual dan muntah, muntah
berwarna hijau, tidak bisa buang angin dan buang air besar.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya intususepsi adalah dengan foto
ronsen perut biasa atau dengan zat warna (kontras). Dengan foto ronsen biasa dapat
dideteksi adanya tanda-tanda sumbatan usus, tetapi intususepsi biasanya tidak terlihat.
Foto ronsen dengan zat kontras (biasanya cairan barium) dilakukan dengan
memasukkan zat kontras ke dalam usus melalui dubur dengan selang khusus dan
mampu mendeteksi adanya intususepsi, bila ada, yaitu berupa gambaran teleskop di
usus. Pemberian cairan kontras ke dalam usus ini akan menimbulkan tekanan pada
usus sehingga akan mendorong bagian usus yang masuk, sehingga cara ini terkadang
dapat menjadi cara mengobati intususepsi juga.
Tidak semua kasus intususepsi dapat diatasi dengan prosedur pemberian cairan seperti
di atas, umumnya bahkan hanya dapat diatasi dengan pembedahan. Dengan
pembedahan dapat dilakukan koreksi terhadap kelainan di usus, sehingga sumbatan
usus dapat diatasi. Sumbatan yang dapat diatasi dalam waktu kurang dari 24 jam
umumnya akan kembali normal lagi tanpa komplikasi. Si anak biasanya butuh waktu
beberapa hari untuk dapat makan-minum seperti biasa. Komplikasi yang dapat timbul
antara lain kerusakan/ kematian jaringan usus, pecahnya usus, infeksi rongga perut,
dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai