Anda di halaman 1dari 27

STATUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SA
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 1 Oktober 1966
Status perkawinan : Sudah Menikah
Jumlah anak : 4 orang anak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Suku/bangsa : Gorontalo / Indonesia
Agama : ISLAM
Alamat sekarang : Paal 2
Cara datang ke RS : Pasien Datang Sendiri
Tanggal pemeriksaan : 13 April 2018
Nomor telepon : 085242554***

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 13 April 2018, di rumah pasien


Paal 2, Manado dari :

- Autoanamnesis dengan pasien.

A. Keluhan Utama

Pasien sering sulit untuk tidur.

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang


Manado dengan keluhan sering sulit untuk tidur. Pasien mengatakan keluhan tidak
bisa tidur masih sering dialami oleh pasien sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu
sebelum pasien kontrol kembali ke poliklinik. Sebelum gejala ini dialami pasien,
pasien tidur malam hari pada jam 9 malam dan terbangun pada jam 5 pagi, tetapi
sekarang pasien tidur pukul 9 malam dan terbangun jam 1 pagi, saat pasien sudah
terbangun dari tidur pasien sudah tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Bila pasien
terbangun dan tidak bisa tidur, pasien mencoba untuk tidur lagi dengan menonton
TV dengan harapan pasien bisa tidur lagi. Pasien menyangkal jika memikirkan
pikiran-pikiran yang membuatnya tidak bisa tidur.

Keluhan ini sangat mengganggu pekerjaan pasien karena saat bekerja


pasien merasa kurang fokus sulit untuk berkonsentrasi dan agak mengantuk.
Selain itu pasien juga mengeluh sakit pada punggung dan lehernya seperti tegang
otot pada leher.

Sebelumnya pasien berobat ke poliklinik RSJ Ratumbuysang sejak 2 tahun


yang lalu karena pasien sering merasa cemas, pasien mendapatkan obat Fluoxetin
20 mg 1x1 diminum saat pagi hari dan Valdimex 5 mg 1x1 dimunum saat malam
hari. Keluhan yang sebelumnya sudah berkurang, saat ini keluhan yang dirasakan
pasien adalah sulit untuk tidur. Pasien saat ini tidak mencari berobat ke dokter
yang lain karena menunggu jadwal untuk kontrol ke poliklinik RSJ
Ratumbuysang. Nafsu makan pasien biasa, pasien makan teratur 3 kali sehari.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.

2
2. Riwayat Gangguan Medis Umum

Pasien tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal dan paru.
Pasien juga tidak ada keluhan nyeri yang mengganggu.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan selain yang diberikan


dokter. Pasien merokok tetapi pasien sudah berhenti merokok sejak kurang lebih 5
tahun yang lalu. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien tidak pernah
menggunakan obat – obat narkotika.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Prenatal dan Perinatal

Pasien adalah terakhir dari delapan bersaudara. Menurut pasien selama


kehamilan ibu pasien dalam keadaan baik. Pasien dilahirkan normal
dibantu oleh dokter di rumah sakit Gunung Maria Manado. Tidak
ditemukan kelainan atau cacat bawaan. Menurut pasien sewaktu kecil
pasien diberikan ASI selama 2 tahun dan juga diberikan makanan
pendamping.

B. Masa Kanak Awal ( usia 0-3 tahun)


Pada stadium oral ( usia 0-18 bulan), pasien rutin diberi ASI. Pasien juga
mendapatkan makanan pendamping berupa bubur saring semenjak pasien
usia 6 bulan. Pasien akan menangis apabila merasa lapar dan akan berhenti
menangis apabila merasa sudah kenyang.
Pada stadium anal ( usia 1-3 tahun) pasien mulai bisa bicara, berjalan dan
makan. Pasien sudah bisa menggenggam benda-benda kecil, sudah bisa
mengucap beberapa kata. Pasien diberi ASI sampai dengan usia 2 tahun.
Pasien tidak memiliki riwayat psikiatri atau medis. Pasien di asuh oleh
kedua orang tuanya.

3
Pada stadium uretral (transisional), pasien diajarkan BAK di toilet (toilet
training) dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.

C. Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)


Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3-5 tahun) pasien sudah
menyadari dirinya adalah seorang laki-laki dan senang bermain dengan
teman sebayanya, dan telah mampu berinteraksi dengan orang lain. Pasien
telah mengerti dan meminta maaf apabila telah melakukan kesalahan
kepada orang lain.
Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6-11 tahun), pasien mulai
menempuh pedidikan di SD GMIM Manado pada usia 8 tahun. Pasien
mengatakan bahwa prestasinya di sekolah biasa-biasa saja, tidak pernah
tinggal kelas, dan pasien tidak mengalami kesulitan belajar. Menurut
pasien, orang tua sangat menyanyangi dan memanjakan dirinya sehingga
pasien merasa kasih sayang yang diberikan lebih dari cukup..

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pada stadium identitas lawan difusi peran (usia 11-21 tahun), pasien
melanjutkan pendidikannya di SMP Alkhairat Banjer dan SMA 4 Manado.
Dalam pergaulan bersama teman-temannya disekolah pasien suka bergaul
dan berkumpul bersama teman-temannya. Saat ada masalah di sekolah
pasien sering menanyakan kepada teman-temannya. Pasien juga
mengatakan dia tidak pernah berpacaran selama SMP dan SMA.

E. Masa Dewasa
Pada stadium keintiman lawan isolasi ( usia 21-40 tahun), setelah pasien
lulus SMA pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan
tinggi, pasien langsung bekerja honor di Jasa Raharja selama kurang lebih
1 tahun. Pasien sudah menikah sebanyak 3 kali.

4
F. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di SD GMIM Manado, setelah tamat kemudian pasien
melanjutkan sekolah di SMP Alkhairat Manado lalu pasien melanjutkan
sekolahnya lagi di SMA 4 Manado. Pasien mengatakan bahwa pretasinya
biasa-biasa saja. Kemudian pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya ke
perguruan tinggi.
2. Riwayat Pekerjaan
Saat ini pasien adalah seorang kepala keluarga, dan bekerja sebagai
wirausaha, pasien menjual roti.
3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien juga
sudah menikah sebanyak 3 kali dan memiliki 4 orang anak.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sebanyak 3 kali. Pernikahan pertama pasien
bertahan selama kurang lebih 5 tahun dan memiliki 2 anak. Pernikahan ke
dua pasien berjalan selama kurang lebih 17 tahun dan pasien juga
memiliki 2 anak dari pernikahan keduanya. Kemudian pasien menikah laki
yang ke tiga kalinya dan pernikahannya hanya berjalan selama kurang
lebih 6 bulan.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
6. Riwayat Kehidupan Sosial
Hubungan pasien dan keluarga baik dan hubungan pasien dengan tetangga
juga baik. Pasien sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah. Saat
bersekolah pasien memilki cukup banyak teman.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di rumah permanen 1 orang anaknya. Bentuk rumah pasien
sederhana, rumah beton 1 lantai, lantai semen. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1
ruang tamu yang tersambung dengan dapur. Kamar mandi pasien terdapat

5
di luar rumah. Perabotan seadanya. Air yang dipakai sehari-hari berasal
dari air sumur dan listrik dari PLN.

DENAH RUMAH

GENOGRAM

C. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien tahu bahwa dirinya sakit dan tidak mengetahui penyebabnya.


Pasien juga mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya. Menurut pasien,
keluarganya tidak tahu tentang keadaanya saat ini.

6
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki berpenampilan tampak sesuai usianya.


Kulit sawo matang, rambut berwarna hitam, berpakaian cukup rapi.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat


diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien
tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimia
2. Afek : luas
3. Kesesuaian : serasi

C. Pembicaraan
 Kualitas : Volume sedang, intonasi jelas, artikulasi cukup
jelas.
 Kuantitas : Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan
dan menjawab dengan jawaban yang cukup tepat.
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

D. Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi (-) : Pasien menyadari bahwa dirinya nyata

7
2. Derealisasi (-) : Pasien mengetahui dan menyadari
lingkungan
sekitar pasien adalah sesuatu yang nyata
3. Ilusi (-) : Tidak terdapat persepsi yang keliru dalam
mengenginterpretasi objek-objek sekitar
pasien
4. Halusinasi (-) : tidak terdapat persepsi yang keliru tanpa
stimulus eksternal yang nyata

E. Pikiran
 Arus pikiran : koheren, menjawab sesuai pertanyaan.
 Isi pikiran : waham (-), fobia (-), obsesi (-), kompulsi (-), preokupasi (+)

F. Kesadaran dan Fungsi Kognitif


1. Taraf kesadaran dan kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, memperhatikan, mengalihkan
dan memusatkan pikirannya.

2. Orientasi
 Orientasi waktu : Baik.
 Orientasi tempat : Baik.
 Orientasi orang : Baik.
 Daya konsentrasi : Baik

3. Daya ingat
 Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat menyebutkan
tempat kerjanya beberapa tahun lalu.
 Jangka sedang : tidak terganggu. Pasien dapat menceritakan
sebagian informasi/pengalaman sesuai dengan kenyataan.
 Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien masih ingat makanan
yang dimakan pagi hari.

8
 segera : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengulang
angka yang disebut pemeriksa sebelumnya.

4. Konsentrasi dan perhatian


Baik, tidak terganggu. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat
memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.

5. Kemampuan membaca dan menulis


Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan baik.

6. Kemampuan Visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambarkan denah jalan ke rumah pasien dengan
baik dan benar.

7. Intelegensi dan Daya Informasi


Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien masih dapat tersenyum dan berusaha melakukan banyak aktifitas.
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik.

H. Tilikan
Tilikan derajat 6 (pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan).

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan pasien dapat dipercaya

9
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Generalis

1. Keadaan umum : tampak sehat

2. Kesadaran : compos mentis

3. Tanda vital : T: 120/80mmHg, N: 76x/m, R: 20x/m, SB:36,20C

4. Kepala : conj.anemis -/-, sklera ikterik -/-

5. Thoraks : C: SI-II regular, bising (-)

P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-

6. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Nyeri tekan (-)

7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. TRM : Tidak ada
3. Mata : gerakan normal, pupil bulat, isokor
4. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I) : Pasien dapat membedakan bau minyak wangi,
kesan dalam batas normal.
b. N. optikus (N.II) : Pasien dapat melihat objek dengan jelas. Kesan
dalam batas normal.
c. N. okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N.IV), N. abducens
(N.VI) Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki
gerakan bola mata yang wajar. Kesan tidak ada kelainan.
d. N. trigeminus (N.V) : Selama wawancara berlangsung terlihat
wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII) : Selama wawancara berlangsung terlihat wajah
pasien simetris.

10
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII) : Pasien dapat mendengar dan
mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan jauh. Selama
wawancara pasien hanya menjawab beberapa pertanyaan dengan
tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X) : Artikulasi pasien
jelas, kemampuan menelan normal. Kesan dalam batas normal.
h. N. accessories (N.XI) : kesan dalam batas normal
i. N. hypoglossus (N.XII) : Tidak ada deviasi saat pasien
menjulurkan lidah. Kesan dalam batas normal.
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik : dalam batas normal
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien berusia 51 tahun, laki-laki,


sudah menikah sebanyak 3 kali dan memiliki 4 orang anak. Pendidikan terakhir
SMA, agama Islam, suku bangsa Gorontalo, datang ke RSJ Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado dengan keluahan utama pasien sering merasa sulit tidur.

Pada riwayat penyakit dahulu, didapatkan sebelumnya pasien berobat ke


poliklinik RSJ Ratumbuysang sejak 2 tahun yang lalu dengan keluhan ansietas,
diberikan terapi dengan obat Fluoxetin 20 mg 1x1 diminum saat pagi hari dan
Valdimex 5 mg 1x1 dimunum saat malam hari. Keluhan yang sebelumnya sudah
berkurang, saat ini keluhan yang dirasakan pasien adalah sulit untuk tidur. Pasien
mengatakan keluhan tidak bisa tidur masih sering dialami oleh pasien sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum pasien kontrol kembali ke poliklinik.

11
Sebelumnya pasien dapat tidur malam hari pada jam 9 malam dan terbangun pada
jam 5 pagi, tetapi sekarang pasien tidur pukul 9 malam dan terbangun jam 1 pagi,
saat pasien sudah terbangun dari tidur pasien sudah tidak bisa tidur lagi sampai
pagi. Pasien menyangkal jika memikirkan pikiran-pikiran yang membuatnya tidak
bisa tidur. Keluhan ini sangat menggangu pekerjaan pasien. Saat ini pasien juga
mengeluh sakit pada punggung dan lehernya seperti tegang otot pada leher. Nafsu
makan pasien biasa, pasien makan teratur 3 kali sehari.

Pasien adalah seorang laki-laki tampak sesuai usianya. Berkulit sawo


matang. Berpenampilan rapi. Ekspresi wajah tampak cemas. Riwayat
perkembangan sesuai dengan anak seusianya. Tidak terdapat riwayat psikiatri
sebelumnya. Pasien menamatkan sekolahnya tepat waktu, sampai lulus dari SMA.
Riwayat penyakit dahulu pasien tidak ada. Riwayat merokok dan obat-obatan
terlarang tidak ada.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

o Aksis I : Insomnia Disorder


o Aksis II : ciri kepribadian dependent
o Aksis III : tidak ada
o Aksis IV : Masalah pernikahan (perceraian) dengan istrinya
yang belum bisa pasien lupakan
o Aksis V : Global Assesment of Functioning (GAF) scale,
Current 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap diabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik, disabilitas sedang. GAF scale
High Level Past Year (HLPY) 70-61 yaitu terdapat beberapa gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. PROBLEM

1. Organobiologi : tidak ada


2. Psikologi : Pasien tampak murung dengan keluhan yang dialaminya.

12
3. Lingkungan dan sosial ekonomi : Masalah yang terjadi dalam keluarga
pasien

IX. TERAPI

A. Psikofarmako
 Valdimex 5 mg 0-0-1

B. Psikoterapi
a. Terapi Tingkah Laku 
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru
dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi
tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap
pertama untuk penderita insomnia.

Terapi tingkah laku meliputi:


- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu
mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda
mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood. 
- Terapi kognitif. 
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan
pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada
konseling tatap muka atau dalam grup. 
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di
tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan
untuk beraktivitas.

13
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca,
menonton televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam
waktu 20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur,
tinggalkan tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan
hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah
merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam 20
menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal
yang membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang
dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan
berapa lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat
memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia:
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur. 
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan
tidur pada malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur

14
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik

X. PROGNOSIS

a. Ad vitam : dubia ad bonam


b. Ad fungsionam : dubia ad bonam
c. Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. DISKUSI

Pada anamnesis, didapatkan pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof.


Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan keluhan sering sulit untuk tidur. Pasien
mengatakan keluhan tidak bisa tidur masih sering dialami oleh pasien sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum pasien kontrol kembali ke poliklinik.
Sebelum gejala ini dialami pasien, pasien tidur malam hari pada jam 9 malam dan
terbangun pada jam 5 pagi, tetapi sekarang pasien tidur pukul 9 malam dan
terbangun jam 1 pagi, saat pasien sudah terbangun dari tidur pasien sudah tidak
bisa tidur lagi sampai pagi. Bila pasien terbangun dan tidak bisa tidur, pasien
mencoba untuk tidur lagi dengan menonton TV dengan harapan pasien bisa tidur
lagi. Pasien menyangkal jika memikirkan pikiran-pikiran yang membuatnya tidak
bisa tidur.

Keluhan ini sangat menggangu pekerjaan pasien karena saat bekerja pasien
merasa kurang fokus sulit untuk berkonsentrasi dan agak mengantuk. Selain itu
pasien juga mengeluh sakit pada punggung dan lehernya seperti tegang otot pada
leher.

Sebelumnya pasien berobat ke poliklinik RSJ Ratumbuysang sejak 2 tahun


yang lalu karena pasien sering merasa cemas, pasien mendapatkan obat Fluoxetin
20 mg 1x1 diminum saat pagi hari dan Valdimex 5 mg 1x1 dimunum saat malam
hari. Keluhan yang sebelumnya sudah berkurang, saat ini keluhan yang dirasakan

15
pasien adalah sulit untuk tidur. Pasien saat ini tidak mencari berobat ke dokter
yang lain karena menunggu jadwal untuk kontrol ke poliklinik RSJ
Ratumbuysang. Nafsu makan pasien biasa, pasien makan teratur 3 kali sehari.

Bedasarkan DSM V kriteria diagnostik untuk Insomnia Disorder adalah:


A. Keluhan utama dari ketidakpuasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur,
berhubungan dengan 1 (atau lebih) gejala dibawah ini:
1. Sulit untuk memulai tidur.
2. Sulit untuk mempertahankan tidur, dikategorikan dengan sering
terbangun atau kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun.
3. Bangun pada dini hari dan ketidakmampuan untuk kembali tidur.
B. Gangguan tidur yang disebabkan kelainan klinis yang bermakna dalam
sosial, okupasi, edukasi, akademik, kebiasaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Kesulitan tidur muncul setidaknya 3 kali dalam 1 minggu.
D. Kesulitan tidur muncul setidaknya dalam 3 bulan.
E. Kesulitan tidur muncul sekalipun ada kesempatan tidur yang adekuat.
F. Insomnia tidak lebih baik dijelaskan pada gangguan tidur lainnya (i.e;
narcopsy, masalah tidur yang berhubungan dengan gangguan nafas,
gangguan irama tidur circadian, dan parasomnia).
G. Insomnia tidak diakibatkan dari gangguan fisiologis dari penggunaan zat
(penyalahgunaan zat, pengobatan).
H. Adanya gangguan mental dan kondisi medis tidak adekuat menjelaskan
keluhan predominan dari insomnia.

Etiologi Insomnia
1. Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk
tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit
dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat
menyebabkan insomnia. 
2. Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

16
3. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,
termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,
stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
4. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung
kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin meruibuan stimulan yang dapat
menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu
seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam. 
5. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan
bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami
insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut.
Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung,
penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer.
6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh
atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama
sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai
jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

Pengobatan pada insomnia secara farmakologi:

Benzodiazepine
Golongan benzodiazepine telah lama digunakan dalam menangani penderita
insomnia karena lebih aman dibandingkan barbiturate pada era 1980-an. Namun
akhir-akhir ini, obat golongan ini sudah mulai ditingalkan karena sering
menyebab ketergantungan, efek toleran dan menimbulkan gejala withdrawal pada
kebanyakan penderita yang menggunakannya. Selain itu, munculnya obat baru
yang lebih aman yang sekarang menjadi pilihan berbanding golongan ini. Kerja
obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) postsynaptic, dimana
obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat neurotransmitter di CNS) yang
memberi efek sedasi, mengantuk, dan melemaskan otot. Beberapa contoh obat
dari golongan ini adalah : triazolam, temazepam, dan lorazepam. Namun, efek
samping yang dari obat golongan ini harus diperhatikan dengan teliti. Efek

17
samping yang paling sering adalah, merasa pusing, hipotensi dan juga distress
respirasi. Oleh sebab itu, obat ini harus diberikan secara hati-hati pada penderita
yang masalah respirasi kronis seperti penyakit paru obstrutif kronis (PPOK). Dari
hasil penelitian, obat ini sering dikaitkan dengan fraktur akibat jatuh pada
penderita dengan usia lanjut dengan pemberian obat dengan kerja yang lama
maupun kerja singkat.

Non-Benzodiasepin
Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektifitas yang mirip dengan
benzodiazepine, tetapi mempunyai efek samping yang lebih ringan. Efek samping
seperti distress pernafasan, amnesia, hipotensi ortostatik dan jatuh lebih jarang
ditemukan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

SSRI
Penggunaan dengan dosis rendah seperti trazodone, amitriptyline, doxepine, dan
mitrazapine sering digunakan pada penderita insomnia tanpa gejala depresi. Bukti
efektivitas penggunaan antidepresan pada penderita insomnia sangat tidak
mencukupi. Penggunaan obat ini banyak ditemukan pada pasien yang mempunyai
riwayat penggunaan substance atau pada orang yang kontraindikasi atau respon
yang buruk terhadap penggunaan benzodiasepin reseptor agonis. Namun, obat ini
bisa diberikan karena tidak memberikan efek samping dan harga obat ini yang
sangat murah.

Anti Histamin
Antihistamin sangat banyak digunakan untuk penanganan insomnia kronik tapi
tidak didapatkan bukti tentang efektifitas dan resiko dari pengobatan ini. Efek
yang dapat ditimbulkan residual daytime sedation, menurunnya fungsi kognitif,
delirium. Efek lainya seperti mulut kering, pandangan kabur, retensi urin,
konstipasi, dan peningkatan tekanan intraokular pada pasien dengan narrow angle
glaucoma.
Psikoterapi
Terapi untuk Pasien

18
a. Terapi Tingkah Laku 
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini
umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita
insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi:
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan
pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi
ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood. 
- Terapi kognitif. 
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang
positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam
grup. 
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur
yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton
televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20 menit
di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi
ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton
televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam
20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang
membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama

19
tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun
(kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia:
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur. 
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari
kebisingan
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap
hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik

XII. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan di rumah pasien di Paal 2, Manado pada tanggal 13 April


2018

Keterangan:

P : Pemeriksa

S : Pasien

20
P : Assalamu’alaikum pak...

S : wa’alaikumsalam…

P : Saya dengan dokter muda Sri. Mau batanya-tanya sadikit neh pa bapak?

S : Oh, io dokter, bole.

P : nama lengkap sapa kote?

S : nama SA.

P : umur berapa bapak?

S : 51 tahun jalan 52 tahun

P : tanggal Lahir?

S : 1 oktober 1966

P : pendidikan terakhir?

S : SMA

P : pekerjaan bapak?

S : wirausaha.

P : usaha apa dank ini?

S : usaha jual roti kwa qt.

P : suku apa bapak?

S : gorontalo

P : skrng qt mo tanya ttg bapak pe keluhan neh? Awalnya bapak datang ke


RSJ Ratumbuysang itu dengan keluhan apa pak?

S : tidak bisa tidur,

P : so dari kapan itu?

S : sudah lama,, sejak pisah dengan qt pe istri yang ka 3 itu so nimboleh


tatidor qt.

P : bapak pe perceraian so sejak taon barapa?

S : bulum lama, so sejak taon 2016.

21
P : pe cerai deng ini istri ka 3 memang so nda bisa tidor ato so pernah bagini
sebelumnya?

S : nda noh dokter, nanti pe pas cerai taon 2016 ini baru qt so bagini.

P : memangnya berapa lama pernikahan deng istri k 3?

S : qt kwa deng ini yang ke 3 Cuma 6 bulan pernikahan kong cerai?.

P : memangnya apa yang bekeng bapak deng ini istri ke 3 bacerai?

S : yah so bagitu noh dokter rumah tangga, awalnya kwa dulu torang
harmonis-harmonis kong nintau le so baling bagemana dia pa qt jadi yah bagini
noh.

P : bapak pe pernikahan pertama berapa lama dang?

S : qt pe pernikahan pertama kurang lebih 5 tahun.

P : ada anak?

S : ada, 2 orang.

P : kong pernikahan ke 2 brapa lama pak?

S :pernikahan ke 2 berjalan selama 17 tahun tapi cerai juga,,ada 2 anak le qt


deng istri k 2.

P : oh.. bagitu e, kong bapak ini bapak pe susah tidor susah tidur kong
gampang bangun atau mmg tidak bisa tidur sam skali?.

S : nah qt dokter kalo somo tidor jam jam 8 bagitu, qt smo tabangun jam 1
kong so nda bisa tatidor sampe pagi, kong ini pagi ini komang qt smo pigi bakerja
toh jadi yah rasa nda fit bagtu dokter.

P : bapak da masalah sto?

S : yah masalah biasa sih,, Cuma da tinggal sandiri bagini toh dok.

P : oh iyah. kong bapak so pernah berobat sebelumnya?

S : so pernah dokter pa dokter umum mar nda ada perubahan makanya qt di


rujuk ke spesialis jiwa.

P : kong bapak rasa bagemana bapak pe keadaan skrng?

S : yah dokter masih babagini jo, menurut qt pe tamang-tamang kwa qt


disuruh menikah lagi, supaya boleh mo tatidor.

22
P : oh bagitu e?

S : iyo dokter.

P : kong anak-anak tau ini bapak pe kondisi?

S : dorang nintau dokter qt pe keadaan ini.

P : eh bapak tinggal deng sapa di rumah ini dank?

S : qt Cuma tinggal deng qt pe anak 1, yang 1 so menikah jadi so tinggal


basandiri.

P : kong yang 2 lagi mana?

S : oh dorang tinggal deng dorang pe mama kwa.

P : oh.. kong bapak pe makang bagemana dank?

S : makang bagus nda susah makang qt ini.

P : bapak anak ke berapa dari berapa bersaudara?

S : anak terakhir dari 8 bersaudara qt.

P : bapak deng sodara-sodara pe hubungan bagemana?

S : bae-bae torangsamua torang pe hubungan deng sodara-sodara.

P : Bapak masok SD umur berapa?

S : qt masok SD umur 8 tahun.

P : berarti so agak besar kang? Qyp bisa bagitu noh

S : iyo dokter..nintau qyp dokter bisa bagitu. Dulu-dulu nda talalo mangarti
qt.

P : pernah tinggal kelas bapak?

S : pernah waktu SMA (sambil tertawaa)

P : Waktu lulus SMA bapak langsung kerja atau kuliah?

S : nda kuliah Cuma bekrja, waktu itu di jasa raharja.

P : bapak skrng kerja Cuma bajual roti dank?

S :iyo bajual roti.

23
P : yasudah bapak dari pe susah tidor itu musti rajin-rajin minum obat neh?
Supaya bisa mo hilang itu keluhan2 bagitu.

S : iyah dokter qt le so bingo deng qt pe keadaan ini,

P : nanti klo ada keluhan lain datang baperiksa ke poli RSJ Ratumbuysang
neh. Supaya mo di dikase obat yang sesuai.

S : iyah dokter

P : yasudah bapak,saya mo pamit pulang dulu neh,,so malam soalnya

S : iyah dokter, makasih so datang. Hati2 neh dokter kalo pulang

P : iyah bapak. Assalamu’alaikum..

S : waalaikumsalam dokter…

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.
2. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia, 2004.
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric
Publishing; Washington DC. 2013.
4. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001.
5. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1997. p. 17-67, 284.
6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed.
Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya;
2001

25
LAMPIRAN

FOTO BERSAMA PASIEN

26
DENAH JALAN RUMAH PASIEN

Keterangan :

: Jalan Raya Manado Bitung

: Jalan ke rumah pasien

: Rumah Pasien

27

Anda mungkin juga menyukai