I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SA
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 1 Oktober 1966
Status perkawinan : Sudah Menikah
Jumlah anak : 4 orang anak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Suku/bangsa : Gorontalo / Indonesia
Agama : ISLAM
Alamat sekarang : Paal 2
Cara datang ke RS : Pasien Datang Sendiri
Tanggal pemeriksaan : 13 April 2018
Nomor telepon : 085242554***
A. Keluhan Utama
1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
2
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Pasien tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal dan paru.
Pasien juga tidak ada keluhan nyeri yang mengganggu.
3
Pada stadium uretral (transisional), pasien diajarkan BAK di toilet (toilet
training) dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.
E. Masa Dewasa
Pada stadium keintiman lawan isolasi ( usia 21-40 tahun), setelah pasien
lulus SMA pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan
tinggi, pasien langsung bekerja honor di Jasa Raharja selama kurang lebih
1 tahun. Pasien sudah menikah sebanyak 3 kali.
4
F. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di SD GMIM Manado, setelah tamat kemudian pasien
melanjutkan sekolah di SMP Alkhairat Manado lalu pasien melanjutkan
sekolahnya lagi di SMA 4 Manado. Pasien mengatakan bahwa pretasinya
biasa-biasa saja. Kemudian pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya ke
perguruan tinggi.
2. Riwayat Pekerjaan
Saat ini pasien adalah seorang kepala keluarga, dan bekerja sebagai
wirausaha, pasien menjual roti.
3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien juga
sudah menikah sebanyak 3 kali dan memiliki 4 orang anak.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sebanyak 3 kali. Pernikahan pertama pasien
bertahan selama kurang lebih 5 tahun dan memiliki 2 anak. Pernikahan ke
dua pasien berjalan selama kurang lebih 17 tahun dan pasien juga
memiliki 2 anak dari pernikahan keduanya. Kemudian pasien menikah laki
yang ke tiga kalinya dan pernikahannya hanya berjalan selama kurang
lebih 6 bulan.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
6. Riwayat Kehidupan Sosial
Hubungan pasien dan keluarga baik dan hubungan pasien dengan tetangga
juga baik. Pasien sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah. Saat
bersekolah pasien memilki cukup banyak teman.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di rumah permanen 1 orang anaknya. Bentuk rumah pasien
sederhana, rumah beton 1 lantai, lantai semen. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1
ruang tamu yang tersambung dengan dapur. Kamar mandi pasien terdapat
5
di luar rumah. Perabotan seadanya. Air yang dipakai sehari-hari berasal
dari air sumur dan listrik dari PLN.
DENAH RUMAH
GENOGRAM
6
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
C. Pembicaraan
Kualitas : Volume sedang, intonasi jelas, artikulasi cukup
jelas.
Kuantitas : Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan
dan menjawab dengan jawaban yang cukup tepat.
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
D. Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi (-) : Pasien menyadari bahwa dirinya nyata
7
2. Derealisasi (-) : Pasien mengetahui dan menyadari
lingkungan
sekitar pasien adalah sesuatu yang nyata
3. Ilusi (-) : Tidak terdapat persepsi yang keliru dalam
mengenginterpretasi objek-objek sekitar
pasien
4. Halusinasi (-) : tidak terdapat persepsi yang keliru tanpa
stimulus eksternal yang nyata
E. Pikiran
Arus pikiran : koheren, menjawab sesuai pertanyaan.
Isi pikiran : waham (-), fobia (-), obsesi (-), kompulsi (-), preokupasi (+)
2. Orientasi
Orientasi waktu : Baik.
Orientasi tempat : Baik.
Orientasi orang : Baik.
Daya konsentrasi : Baik
3. Daya ingat
Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat menyebutkan
tempat kerjanya beberapa tahun lalu.
Jangka sedang : tidak terganggu. Pasien dapat menceritakan
sebagian informasi/pengalaman sesuai dengan kenyataan.
Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien masih ingat makanan
yang dimakan pagi hari.
8
segera : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengulang
angka yang disebut pemeriksa sebelumnya.
6. Kemampuan Visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambarkan denah jalan ke rumah pasien dengan
baik dan benar.
G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien masih dapat tersenyum dan berusaha melakukan banyak aktifitas.
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik.
H. Tilikan
Tilikan derajat 6 (pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan).
9
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Generalis
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. TRM : Tidak ada
3. Mata : gerakan normal, pupil bulat, isokor
4. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I) : Pasien dapat membedakan bau minyak wangi,
kesan dalam batas normal.
b. N. optikus (N.II) : Pasien dapat melihat objek dengan jelas. Kesan
dalam batas normal.
c. N. okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N.IV), N. abducens
(N.VI) Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki
gerakan bola mata yang wajar. Kesan tidak ada kelainan.
d. N. trigeminus (N.V) : Selama wawancara berlangsung terlihat
wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII) : Selama wawancara berlangsung terlihat wajah
pasien simetris.
10
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII) : Pasien dapat mendengar dan
mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan jauh. Selama
wawancara pasien hanya menjawab beberapa pertanyaan dengan
tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X) : Artikulasi pasien
jelas, kemampuan menelan normal. Kesan dalam batas normal.
h. N. accessories (N.XI) : kesan dalam batas normal
i. N. hypoglossus (N.XII) : Tidak ada deviasi saat pasien
menjulurkan lidah. Kesan dalam batas normal.
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik : dalam batas normal
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)
C. Pemeriksaan Penunjang
11
Sebelumnya pasien dapat tidur malam hari pada jam 9 malam dan terbangun pada
jam 5 pagi, tetapi sekarang pasien tidur pukul 9 malam dan terbangun jam 1 pagi,
saat pasien sudah terbangun dari tidur pasien sudah tidak bisa tidur lagi sampai
pagi. Pasien menyangkal jika memikirkan pikiran-pikiran yang membuatnya tidak
bisa tidur. Keluhan ini sangat menggangu pekerjaan pasien. Saat ini pasien juga
mengeluh sakit pada punggung dan lehernya seperti tegang otot pada leher. Nafsu
makan pasien biasa, pasien makan teratur 3 kali sehari.
VIII. PROBLEM
12
3. Lingkungan dan sosial ekonomi : Masalah yang terjadi dalam keluarga
pasien
IX. TERAPI
A. Psikofarmako
Valdimex 5 mg 0-0-1
B. Psikoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru
dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi
tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap
pertama untuk penderita insomnia.
13
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca,
menonton televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam
waktu 20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur,
tinggalkan tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan
hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah
merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam 20
menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal
yang membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang
dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan
berapa lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat
memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.
14
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
X. PROGNOSIS
XI. DISKUSI
Keluhan ini sangat menggangu pekerjaan pasien karena saat bekerja pasien
merasa kurang fokus sulit untuk berkonsentrasi dan agak mengantuk. Selain itu
pasien juga mengeluh sakit pada punggung dan lehernya seperti tegang otot pada
leher.
15
pasien adalah sulit untuk tidur. Pasien saat ini tidak mencari berobat ke dokter
yang lain karena menunggu jadwal untuk kontrol ke poliklinik RSJ
Ratumbuysang. Nafsu makan pasien biasa, pasien makan teratur 3 kali sehari.
Etiologi Insomnia
1. Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk
tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit
dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat
menyebabkan insomnia.
2. Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
16
3. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,
termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,
stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
4. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung
kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin meruibuan stimulan yang dapat
menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu
seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.
5. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan
bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami
insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut.
Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung,
penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer.
6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh
atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama
sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai
jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
Benzodiazepine
Golongan benzodiazepine telah lama digunakan dalam menangani penderita
insomnia karena lebih aman dibandingkan barbiturate pada era 1980-an. Namun
akhir-akhir ini, obat golongan ini sudah mulai ditingalkan karena sering
menyebab ketergantungan, efek toleran dan menimbulkan gejala withdrawal pada
kebanyakan penderita yang menggunakannya. Selain itu, munculnya obat baru
yang lebih aman yang sekarang menjadi pilihan berbanding golongan ini. Kerja
obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) postsynaptic, dimana
obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat neurotransmitter di CNS) yang
memberi efek sedasi, mengantuk, dan melemaskan otot. Beberapa contoh obat
dari golongan ini adalah : triazolam, temazepam, dan lorazepam. Namun, efek
samping yang dari obat golongan ini harus diperhatikan dengan teliti. Efek
17
samping yang paling sering adalah, merasa pusing, hipotensi dan juga distress
respirasi. Oleh sebab itu, obat ini harus diberikan secara hati-hati pada penderita
yang masalah respirasi kronis seperti penyakit paru obstrutif kronis (PPOK). Dari
hasil penelitian, obat ini sering dikaitkan dengan fraktur akibat jatuh pada
penderita dengan usia lanjut dengan pemberian obat dengan kerja yang lama
maupun kerja singkat.
Non-Benzodiasepin
Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektifitas yang mirip dengan
benzodiazepine, tetapi mempunyai efek samping yang lebih ringan. Efek samping
seperti distress pernafasan, amnesia, hipotensi ortostatik dan jatuh lebih jarang
ditemukan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
SSRI
Penggunaan dengan dosis rendah seperti trazodone, amitriptyline, doxepine, dan
mitrazapine sering digunakan pada penderita insomnia tanpa gejala depresi. Bukti
efektivitas penggunaan antidepresan pada penderita insomnia sangat tidak
mencukupi. Penggunaan obat ini banyak ditemukan pada pasien yang mempunyai
riwayat penggunaan substance atau pada orang yang kontraindikasi atau respon
yang buruk terhadap penggunaan benzodiasepin reseptor agonis. Namun, obat ini
bisa diberikan karena tidak memberikan efek samping dan harga obat ini yang
sangat murah.
Anti Histamin
Antihistamin sangat banyak digunakan untuk penanganan insomnia kronik tapi
tidak didapatkan bukti tentang efektifitas dan resiko dari pengobatan ini. Efek
yang dapat ditimbulkan residual daytime sedation, menurunnya fungsi kognitif,
delirium. Efek lainya seperti mulut kering, pandangan kabur, retensi urin,
konstipasi, dan peningkatan tekanan intraokular pada pasien dengan narrow angle
glaucoma.
Psikoterapi
Terapi untuk Pasien
18
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini
umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita
insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi:
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan
pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi
ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
- Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang
positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam
grup.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur
yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton
televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20 menit
di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi
ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton
televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam
20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang
membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama
19
tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun
(kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.
Keterangan:
P : Pemeriksa
S : Pasien
20
P : Assalamu’alaikum pak...
S : wa’alaikumsalam…
P : Saya dengan dokter muda Sri. Mau batanya-tanya sadikit neh pa bapak?
S : nama SA.
P : tanggal Lahir?
S : 1 oktober 1966
P : pendidikan terakhir?
S : SMA
P : pekerjaan bapak?
S : wirausaha.
S : gorontalo
21
P : pe cerai deng ini istri ka 3 memang so nda bisa tidor ato so pernah bagini
sebelumnya?
S : nda noh dokter, nanti pe pas cerai taon 2016 ini baru qt so bagini.
S : yah so bagitu noh dokter rumah tangga, awalnya kwa dulu torang
harmonis-harmonis kong nintau le so baling bagemana dia pa qt jadi yah bagini
noh.
P : ada anak?
S : ada, 2 orang.
P : oh.. bagitu e, kong bapak ini bapak pe susah tidor susah tidur kong
gampang bangun atau mmg tidak bisa tidur sam skali?.
S : nah qt dokter kalo somo tidor jam jam 8 bagitu, qt smo tabangun jam 1
kong so nda bisa tatidor sampe pagi, kong ini pagi ini komang qt smo pigi bakerja
toh jadi yah rasa nda fit bagtu dokter.
S : yah masalah biasa sih,, Cuma da tinggal sandiri bagini toh dok.
22
P : oh bagitu e?
S : iyo dokter.
S : iyo dokter..nintau qyp dokter bisa bagitu. Dulu-dulu nda talalo mangarti
qt.
23
P : yasudah bapak dari pe susah tidor itu musti rajin-rajin minum obat neh?
Supaya bisa mo hilang itu keluhan2 bagitu.
P : nanti klo ada keluhan lain datang baperiksa ke poli RSJ Ratumbuysang
neh. Supaya mo di dikase obat yang sesuai.
S : iyah dokter
S : waalaikumsalam dokter…
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
26
DENAH JALAN RUMAH PASIEN
Keterangan :
: Rumah Pasien
27