Gejala DBD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dengue
yang
berlainan.
Re-infeksi
ini
akan
menyebabkan
suatu
reaksi
anafilatoksin
C3a
dan
C5a.
C5a
menyebabkan
dalam
ampuh
jumlah
besar,
terhadap
walupun
anafilatoksin,
plasma
C3a
Dan
mengandung
c5a
agaknya
oleh
sistem
retikuloendotel
dengan
berakibat
melepaskan
trombosit
faktor
III
yang
merangsang
koagulasi
intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini,
plasminogen
akan
menjadi
plasmin
yang
berperan
dalam
Virus bereplikasi
Kompleks virus-antibodi
Agregasi frombosit
Aktivasi koagulasi
Aktivasi komplemen
Plasmin
Gangguan fungsi Pelepasan trombosit
trombosit
faktor III
Penghancuran
trombosit oleh RES
Aktivasi factor
hageman
Rangsang koagulasi
intravaskular
Anafilatoksin
Rangsang sistem
kinin
Permeabilitas dinding
pembuluh darah
meningkat
Kinin
Trombositopenia
Faktor
pembekuan menurun
Produk digraasi fibrin
Perdarahan yang
berlebihan
Shock
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu
diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis
meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:
1. Pada
manusia,
sel
fagosit
mononukleus,
yaitu
monosit,
histiosit,
tersebut
mengakibatkan
permeabilitas
berupa
aktivasi
dinding
monokin
dan
komplemen
pembuluh
mediator
dengan
darah,
serta
efek
lain
yang
peninggian
tromboplastin
yang
Derajat III : Ada kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut,
kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan
yang
mungkin
terjadi
pada
sistem
retikuloendotelial
seperti
yang
mengurangnya
berakibat
volum
ekstravasasi
plasma,
terjadi
cairan
intravaskular.
hipotensi,
Berakibat
hemokonsentrasi,
hipoproteinemia,
perjalanan
efusi
penyakit
pleura
mulai
dan
dari
renjatan.
saat
Plasma
permulaan
merembes
demam
dan
selama
mencapai
puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma
dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan kematian.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
ganguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit
muda
dalam
sumsum
menimbulkan
dugaan
tulang
dan
meningkatnya
pendeknya
destruksi
masa
hidup
trombosit
trombosit
dalam
sistem
disebabkan
proses
retikuloendotelial.
Fungsi
agregasi
trombosit
menurun
mungkin
tetapi
Demam anoreksia
muntah
Manifestasi
perdarahan
Dehidrasi
hepatomegali Permeaabilitas
vascular
trombositopenia
Derajat I
Kebocoran plasma :
Komplek Ag Ab
komplemen
Derajat II
Demam dengue
Perdarahan
DIC saluran
cerna
Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Efusi pleura
Asites
Derajat III
Hipovolemia
Syok
Derajat IV
Asidosis
Anoksia
Meninggal
Tirah baring
Dengan berkelambu dan kamar terpisah
2. Makanan lunak
Bila nafsu makan belum ada anjurkan untuk minum banyak 1,5-2
lt/24 jam) (susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar
ditambah dengan garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
-
Hiperpireksia
dikompres
es
dikepala,
ketiak
dan
inguinal.
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus < 7 hari tidak
disertai ISPA badan lemah/lesu
Ada kedaruratan
Tanda syok
Tatalaksana
disesuaikan (lihat
bagan 3,4,5)
(Ruple Leede)
(Ruple Leede)
Jumlah trombosit
Jumlah trombosit
< 100.000 I
< 100.000 I
Rawat inap
Rawat jalan
Rawat Jalan
(Lihat bagan 3)
Bagan 3
Tatalaksana Kasus tersangka DBD (Lanjutan bagan 2)
Pulang
(lihat : Kriteria memulangkan pasien)
Bagan 4
Tatalaksana Kasus DBD
Cairan awal
Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam
Perbaikan
Tidak gelisah
Perbaikan
Gelisah
Nadi kuat
Distres pernafasan
Diuresis cukup
Ht tetap tinggi/naik
(1 ml/kgBB/jam)
Tetesan dikurangi
tetesan dinaikkan
Perbaikan
10 ml/kg BB/jam
5 mk/kgBB/jam
15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
diuresis kurang tandatanda syok
Sesuaikan tetesan
3 ml/kg
IV FD stop setelah 24-48 jam
Apabila tanda vital/Ht stabil
dan diuresis cukup segar
Koloid
20-30 ml/kgBB
Transfusi darah
Perbaikan
1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20
ml/kgBBsecepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2
lt/mnt. Untuk DSS berat ( DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak
terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama kolid. Observasi tensi dan
nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit
dan gula darah.
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
tetap dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau
koloid (dekstran 40) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid
diberikan
pada
lajur
infus
yang
sama
dengan
kristaloid,
diberikan
secara
bertahap
cairan
diturunkan
5ml
dan
kristaloid
8cmH2O)
10ml/kgBB/jam.
padasyok
berat
Pemasangan
kadang-kadang
CVP
(dipertahankan
diperlukan,
5-
sedangkan
DSS
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Kesadaran menurun
Distres pernafasan/sianosis
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FFP
10-20 (max 30) mi/kgBB
Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Stabil dalam 24 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jam
Syok teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht turun