Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu bagian dari
Low Back Pain. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dapat disebut herniasi
diskus

intervertebralis,

Lumbar

Disc

Syndrome

atau

Lumbosacral

radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang


bersifat akut, kronik atau berulang. HNP pada umumnya adalah penyakit
yang sering ditemukan pada usia 30 hinggan usia 55 tahun, 95 persen hernia
pada nucleus terjadi pada vertebrae segmen L4-L5 atau L5-S1.
Skiatika bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu tanda dari
nyeri pada pinggul. Sebanyak 40% orang tua mengalami skiatika. Skiatika
terjadi kurang lebih 4%-6% pada keseluruhan penduduk. Banyak faktor yang
berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawah yaitu berat
badan, tinggi badan, usia, gender, pekerjaan, kebiasaan merokok dan genetik.
Sebagian besar pasien dapat sembuh secara sempurna, tetapi 20% dari total
penderita skiatika terjadi karena terdapat herniasi pada diskus intervertebralis
pada segmen lumbal. Prevalensi pasien dengan nyeri punggung bawah tiap
tahunnya adalah sekitar 15%-20% sedangkan insidensi brdasarkan kunjungan
pasien baru mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalnsi pasien dengan
jumlah 16.500.000 per tahunnya. Sampai saat ini data epidemiologik di
Indonesia belum ada. Tetapi dapat diperkirakan bahwa 40 % penduduk Jawa
Tengah antara usia 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dengan
prevalensi nyeri punggung belakang pada laki laki sebanyak 18,2% dan pada
wanita sebesar 13,6%.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana
bantalan yang berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus
pulposus mengalami kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi
tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah sehingga terjadi penonjolan
melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan iritasi
dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang
menjalar.1 Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk
atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri
4.

berkurang klien beristiraho berbaring.


Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot

5.

menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.


Nyeri bertambah bila daerah L5S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.

Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus


B. Etiologi dan Predisposisi

Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari anulus


fibrosus. Dalam keadaan

normal anulus fibrosus melindungi dari letak

nukleus yang terkandung di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada


nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang berdekatan dengan tempat
terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri yang
bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi sistem
saraf .2
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat
dirubah dan yang tidak dapat dirubah yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera atau trauma pada punggung
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang
konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.

Gambar 2. Gambar proses terjadinya herniasi

C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat
menahan nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena
gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri
mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai
stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi
nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk
proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer
pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya rangsang mekanik panas

yang sangat peka terhadap rangsang

mekanikal dan termal.2,3


D. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat
apabila duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan dari intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya
keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas
nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik, faktor yang
memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah
ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang
mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi,
lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.4
b. Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.

d.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
2. Posisi duduk:

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

3. Posisi berbaring :
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Pemeriksaan neurologik,
a

Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi


otot

Pemeriksaan tendon

Pemeriksaan yang sering dilakukan


1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes
Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi.4

Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque


c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.
2. Skrining rheumatologi.
3. Tes neuroendokrin
4. Elektromiografi (EMG)
5. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
6. Magnetic resonance imaging (MRI).4
d. Pemeriksaan Gold standard
Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic
resonance imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis
terjadinya kompresi pada tulang belakang.4

Gambar 4.Gambaran MRI HNP


E. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
OAINS yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan
digunakan dan harga yang akan diberikan. Apabila nyeri dirasakan sangat
menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik untuk mengurangi rasa nyeri
dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non steroid yang dapat diberikan
1.
2.
3.
4.

adalah:
Calecoxib
Ibuprofen
Naproxen
Ketoprofen

Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi
bedah yang dapat dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis
adalah microdiscectomy dan laminotomy
non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
1. Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian
penanganan awal seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi
fisik.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia
dan deficit jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk
memperkuat otot.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah
agar rasa nyeri kembali menyerang.4,5
F. Prognosis
1.

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.

2.

Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.

3.

Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,


kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

BAB 3
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. N

Usia

: 44 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Alamat

: Sayang-sayang, cakranegara

Suku

: Sasak

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Petani

No. RM

: 00 32 88

Tanggal pemeriksaan : 15 April 2016


2. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri punggung

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Saraf RSUP NTB mengeluhkan nyeri punggung. Nyeri
punggung bagian bawah yang dirasakan pasien sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu
hilang timbul dan semakin memberat 1 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan sakit
punggunnya memberat saat pasien bekerja di sawah dengan posisi membungkuk.
Nyeri punggung ini dirasakan menjalar hingga ke perut dan bagian kaki kanannya.
Pasien mengaku bahwa nyeri punggung di perberat juga saat batuk, bersin dan
mengedan. Sejak 1 bulan terakhir ini pasien jarang bertani akibat keluhan yang
dialami. Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Keluhan lain seperti sakit kepala (-),
demam (-) mual (-) muntah (-). BAK dan BAB masih dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat sakit jantung dan berobat ke poli jantung secara rutin.
Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa seperti nyeri di bagian punggung disangkal pasien. Riwayat
Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-), penyakit jantung (-)
Riwayat Pengobatan
Sebelum rutin berobat ke poli syaraf, pasien sebelumnya mengakui bahwa
pernah mengkonsumsi obat anti nyeri yang di beli di warung dan pasien juga
rutin mengkonsumsi obat jantung.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani dan menghabiskan waktu seharian di
sawah. Saat mulai timbul keluhan ini pasien megurangi aktifitasnya di sawah
karena keluhan nyeri punggung tersebut mengganggu pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
: Baik
- Kesadaran
: compos mentis
- GCS
: E4V5M6
- Vital sign
10

Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
Status Lokalis
Kepala

: 130/90 mmHg
: 86 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,4 C

Anemis

: (-/-)

Ikterus

: (-/-)

Sianosis

: (-)

Bentuk dan ukuran

: normal

Rambut

: normal

Edema

(-)

Malar rash

(-)

Hiperpigmentasi

(-)

Nyeri tekan kepala

(-)

Massa

(-)

Thorax
Inspeksi:

Bentuk & ukuran: normal, simetris antara sisi kiri dan kanan

pergerakan dinding dada simetris, jejas (-), kelainan bentuk dada (-), ictus
cordis tidak tampak

Pergerakan dinding dada: simetris.

Permukaan dada:
jejas (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi
(-), vena kolateral (-), massa (-).

Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tak tampak hipertrofi
SCM, otot bantu abdomen tidak aktif

Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)

Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: simetris kiri dan kanan.

Tipe pernapasan: torakal

Palpasi:

11

pengembangan dada simetris, vocal fremitus (+/+), simetris, nyeri tekan

Trakea: deviasi (-)

Nyeri tekan (-), benjolan (-), edema (-), krepitasi (-), getaran (-)

Gerakan dinding dada: simetris

Fremitus vocal: +/+, simetris kiri dan kanan.

Paru-paru

Perkusi

: sonor (+/+)

Auskultasi

: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung

Perkusi

batas kanan
batas kiri

ICS 2 parasternal dekstra


ICS 5 midklavikula sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen:
Inspeksi

: distensi (-), jejas (-)

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba.

Perkusi

: timpani pada seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas
-

Akral hangat

Edema

Status Neurologis
GCS

: E4V5M6

Kepala : Posisi
Penonjolan

normal
(-)

Nervus Cranialis
12

N. I (olfaktorius)
N. II (optikus)

: normal (normosmia)
:
OD

OS

Ketajaman penglihatan

3/60

3/60

Lapang pandang

Sesuai dengan pemeriksa

Sesuai dengan pemeriksa

Funduskopi

Tde

tde

N. III, IV danVI

Celah kelopak mata


Ptosis
: (-/-)
Exophthalmus

: (-/-)

Posisi bola mata


Pupil
Ukuran/bentuk

: orthoforia ODS

Isokor/anisokor

: isokor

Refleks cahaya

: RCL (+/+), RCTL (+/+)

: 3 mm / bulat

Gerakan bola mata


Paresis ke arah
: (-)
Nistagmus
: (-)

N. V (Trigeminus)

Sensibilitas

: N. V1 (+/+) simetris
N. V2 (+/+) simetris
N. V3 (+/+) simetris

Motorik

Refleks dagu/masseter : normal

Refleks kornea

N. VII (Fasialis)
Motorik

: inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit) dbn

: (+/+)

:
M. frontalis

M. orbicularis
Okuli

M .orbikularis
Oris

13

Istirahat

normal

normal

normal

gerakan mimic

normal

normal

normal

pengecapan 2/3 lidah bagian depan : tde

N. VIII (Auditorius)

Pendengaran

: dbn

Tes Rinne/Weber

: tde

Fungsi vestibularis

: tde

N. IX, X (Glossofaringeus, Vagus) :

Posisi arkus faring (istirahat/vernet Rideau phenomenon): uvula di


tengah

Refleks menelan/muntah

: tde

Pengecap 1/3 lidah bagian posterior

: tde

Suara

: normal

Takikardia/bradikardia

: (-)

N. XI (Accecorius)

Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : kekuatan baik

Mengangkat bahu

N. XII (Hypoglosus)

: dapat mengangkat bahu


:

Deviasi lidah : istirahat simetris, menjulurkan lidah simetris

Fasikulasi

:(-)

Atrofi

:(-)

Tremor

:(-)

Ataksia

:(-)

Leher

Meningeal Sign

14

Kaku kuduk

Kernigs sign : (-)

Lasegue

Brudzinski I

Kelenjar lymphe

Arteri carotis
-

Palpasi

: (-)
: (-)
: (-)
: pembesaran KGB (-)

: frekuensi 86 x/menit, reguler, kuat angkat,

thrill (-).

Auskultasi

: bruit (-)

Kelenjar tiroid

: struma (-)

Abdomen

Refleks kulit dinding perut

: normal

Kolumna Vertebralis

Inspeksi

: tde

Pergerakan

: tde

Palpasi

: tde

Perkusi

: tde

Ekstremitas
Motorik

Superior

Inferior

Dextra

Sinistra

dextra

sinistra

Pergerakan

Aktif

Aktif

Aktif

Aktif

Kekuatan

Tonus Otot

Normal

Normal

normal

normal

Bentuk Otot

Normal

Normal

normal

normal

Otot yang terganggu

Refleks Fisiologis
o Biceps

: +2/+2

o Triceps

: +2/+2

o Patella

: +2/+2

: (-)

15

o Achilles

Refleks Patologis
o Hoffman

: (-/-)

o Trommer

: (-/-)

o Babinsky

: (-/-)

o Chaddock

: (-/-)

o Gordon

: (-/-)

o Schaefer

: (-/-)

o Oppenheim

: (-/-)

Tropic : (-)

Klonus

: +2/+2

Lutut

: tde

Kaki

: tde

Sensibilitas
o

Eksteroseptif : Nyeri tde


Suhu tde
Raba halus tde

o Proprioseptif

: Rasa sikap tde


Nyeri dalam tde

o Fungsi kortikal

: Diskriminasi tde
Stereognosis tde

Pergerakan Abnormal yang Spontan : (-)


Gangguan Koordinasi : tde
Gangguan Keseimbangan : tde
Pemeriksaan Fungsi Luhur : kesan normal

3.1

Pemeriksaan Penunjang

16

3.2

Resume
Laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada

punggung yang sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri


ini makin memberat selama 1 bulan terakhir. Nyeri punggung
tersebut diperberat dengan aktifitas pasien di sawah dan
diperberat juga saat pasien batuk, bersin, mengedan dan
menduduk. Pasien mengakui tidak pernah memliki riwayat
trauma sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2
tahun yang lalu dan sakit jantung. Pasien berobat secara rutin di
Poli Jantung RSUP NTB.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
baik,

GCS

E4V5M6,

tekanan

darah

130/90

mmHg.

Nadi

86x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu aksila 36,4 oC. Pada


pemeriksaan neurologis didapatkan tanda lasegue positif dan
pemeriksaan patrick serta anti patrick positif.
17

3.3

Asessment

Diagnosis klinis : Low back pain, Ischialgia dextra


Diagnosis topis : Diskus intervetebralis L5-S1
Diagnosis etiologi : Hernia Nukleus Pulposus L5-S1
3.4

Planning

Diagnostik
-

Rontgen corpus vertebrae lumbosacral (AP/Lateral)


CT Scan

Farmakologi
- Natrium diklofenak 2x25 mg
Non-farmakologi
-

Renang dan bersepeda


Fisioterapi

1.8 Prognosis
Ad vitam
Ad functionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB 4
PEMBAHASAN dan Clinical Reasoning
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan
yang berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami
kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus
pulposus pecah sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis
spinalis dan mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah

18

iritasi terasa nyeri yang menjalar. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yaitu umur,
makin bertambah umur risiko makin tinggi; Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari
wanita serta riwayat cedera atau trauma pada punggung.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP yaitu aliran darah ke discus
berkurang, akibat beban berat dan ligamentum longitudinalis posterior menyempit.
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di
canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis,
termal, kimiawi).
Pada kasus ini didapatkan keluhan utama pasien datang ke poli syaraf RSUP
NTB adalah akibat nyeri punggung yang dirasakan pasien sejak kurang lebih 6 bulan
yang lalu. Menurut pasien, nyeri punggung ini memberat selama 1 bulan terakhir.
Pasien mengatakan bahwa nyeri makin di perberat jika pasien sedang menunduk
ketika bekerja di sawah dan saat batuk, bersin serta mengedan. Pasien juga
mengatakan bahwa nyeri ini seperti menjalar hingga ke kaki kanan pasien. Pasien
menyangkal memiliki riwayat trauma sebelumnya.
Pada Hernia Nukleus Pulposus didapatkan nyeri diskogenik yang akan
bertambah berat apabila duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan dari intradiscal. Terdapat juga keluhan Nyeri pinggang bawah
yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar
sesuai dengan distribusi saraf skiatik. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke
duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian
menjalar ke tungkai bawah. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakangerakan pinggang saat batuk atau mengedan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, GCS E4V5M6. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, nadi 86x/menit
dan suhu 36.4C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan tanda lasegue (+) serta
pemeriksaan patrick (+) pemeriksaan kontra patrick (+).
Dari penggambaran kasus diatas sesuai dengan pemaparan pada tinjauan
pustaka. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
19

adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul
dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang
serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi
ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya.
Secara umum terapi yang dapat diberikan pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Terapi farmakologis yang dapat diberikan yaitu golongan obat anti-inflamasi non
steroid. Pilihannya adalah Natrium Diklofenak 25 mg yang diberikan selama 2 kali
dalam 1 hari. Selain itu terapi non farmakologis yang dapat diberikan adalah
fisioterapi rutin serta menganjurkan pasien untuk berolahraga renang dan atau
bersepeda serta mengurangi berat badan.
Untuk prognosis pada kasus ini sebagian besar pasien akan membaik dalam 6
minggu dengan terapi konservatif. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik
meskipun sudah diterapi.

BAB 5
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low
Back
Pain akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan
biasanya dikenal sebagai sakit pinggang. Penderita penyakit ini sering mengeluh
sakit pinggang yang menjalar ke tungkai

bawah terutama pada saat aktifitas

20

membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas


mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis
akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Terapinya
medikamentosa

meliputi

medikamentosa

dan

rehabilitasi

medik.

Terapi

seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek. Sedangkan

terapi rehabilitasi

medik seperti High frequency current (HFC CFM), Traksi

Mekanik dan Bugnet Exercises. Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan
membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Benjamin C. 2011. Herniated Disk.University of Maryland Medical Center.


Available at http://www.umm.edu/imagepages/9700.htm
2. Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference.
Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/249113-

overview#a0112
3. Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference.
Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/1263961-

overview#aw2aab6b3
4. Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and
Interventions.

Medscape.

Available

at

http://www.medscape.com/viewarticle/512033
21

5. Frymore JW. 2010. Lumbar Disk Disease:Epidemiology.Pubmed.Available


at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104
6. Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP).
Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana
kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.

22

Anda mungkin juga menyukai