Perencanaan Jarlokat PDF
Perencanaan Jarlokat PDF
Perencanaan Jarlokat PDF
Disusun Oleh
Heri Susanto
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
DAFTAR ISI .
BAB I
PENDAHULUAN
STUDI EKONOMI PERENCANAAN .
RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON
RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MAKRO.
RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MIKRO
- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK LAYANAN BARU .
BAB II PENENTUAN LETAK SENTRAL SECARA TEORITIS.
BAB III
BAB IV
STRUKTUR JARLOKAT .
DISAIN JARLOKAT
-
RANCANGAN DASAR.
RANCANGAN RINCI.
BAB V
-
RANCANGAN RINCI.
JARINGAN LOKAL AKSES RADIO (JARLOKAR)
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
SILABUS
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5. CCITT,CCITT,
DAFTAR PUSTAKA
1. CCITT, Outside Plant Technology for Public Network, ITU, Geneva, 1991
2. Peramalan Demand, PT. Telkom, 1990
3. Hideo Fukutoni, Telecomunication Outside Plant Engineering, The Telecom Assosiation,
1st.ed,1980
4. Perumtel, Petunjuk Pedoman Perencanaan Jaringan Kabel Telepon Lokal, 1984
5. Donald, Hamsher, Communication System Engineering Handbook, MGH, New York, 1967
6. CCITT, Local Network Planning
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah
jaringan
lokal
sudah
lama
dikenal
yaitu
saluran
yang
sentral lokal
dengan terminal pelanggan. Namun setelah pemakaian saluran non fisik dan
non kabel tembaga banyak digunakan untuk menggantikan peranan kabel
tembaga, istilah jaringan lokal itu menjadi tidak identik lagi dengan jaringan
tembaga, istilah jaringan lokal tersebut disebut dengan jaringan lokal akses
atau Local Loop Access (LLA). Akses di sini dapat diartikan sebagai suatu
cara atau metoda untuk menghubungkan peralatan induk dengan peralatan di
sisi pelanggan atau pengguna jasa. Jaringan akses dan metoda akses ini
membentuk sistem dan sistem akses merupakan hubungan fisik fungsional
ataupun interface.
Dengan adanya kecenderungan beralihnya pelayanan dari nerrow band
menuju broadband, dari POTS menuju multimedia dan serta dari infrastruktur
informasi
menghendaki service yang konfergen serta full service maka pada accsess
network harus :
Dengan demikian istilah jaringan lokal akses sesuai dengan media transmisi
yang digunakannya, maka untuk jaringan lokal dengan tembaga disebut
jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT). Demikian pula untuk jaringan lokal
dengan kabel serat optik disebut dengan istilah jaringan lokal akses fiber
(JARLOKAF).
Selain
jaringan
yang
berbentuk
kabel,
juga
ada
yang
menggunakan frekuensi radio yang disebut dengan jaringan lokal akses radio
(JARLOKAR).
Jaringan
menyerap porsi terbesar dari total investasi. Oleh karena itu pemilihan sistem
dan metoda akses ini harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang
agar diperoleh biaya yang efektif tetapi tetap memenuhi kualitas yang
ditetapkan, sebab tidak semua peralatan pelanggan dapat dihubungkan dengan
mudah dengan peralatan induk. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ketiga
konndisi dibawah ini;
kondisi geografis
kondisi demografis dan
kondisi sosiografis.
Ketiga kondisi tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dalam hal
penerapan, pemilihan dan penentuan arsitektur JARLOKAT ( Teknologi
Jaringan, Mekanisme Akses, Mode Aplikasi, Inteface, Aspek Keamanan dan
Persyaratan Unjuk Kerja)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Elemen-elemen
ini
dihubungkan
melalui
jaringan
distribusi
TMN
Q3
NMI
Perangkat
Induk
(ANT)
Terminal
Pelanggan
(NT/CPE)
Jaringan
Lokal Akses
(NU)
NNI
UNI
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
JARINGAN AKSES
ANT
CPE
NT
NU
Drop
Network
Distribution
Network
Interface
Standar
tersebut
secara
umum
disebut
CPE
(Custummer
Premises
Equipment).
Melalui NT yang sama (biasanya dipasang di rumah atau kantor)
biasanya terhubung dengan bermacam-macam CPE (Custummer Premises
Equipment) yang berbeda, oleh karena itu NT tidak bergantung dengan jenis
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
service yang harus dilewatinya sehingga tiap terminal yang menangani service
yang berbeda mempunyai interface lain yang disebut UNI (Network
Interface Unit).
TERMINAL
PELANGGAN
SERVICE NETWORK
JARINGAN AKSES
Digital Video
CPE
Bandwidth Dowdstream?
Bandwith Upstream?
Bit Rate Konstan/variable?
Multicasting?
CPE
Broadcast
POTS
VoD
Internet
Video
Conferencing
CPE
UNI
Layanan
Informas
i
NNI
Interface Unit).
Interface standar (NNI) digunakan antara jaringan akses dengan service
network. Keuntungan utama pemisahan antara jaringan akses dengan service
network adalah masing-masing lebih independen. Satu jaringan akses dapat
digunakan untuk beberapa service. Bila ada service baru pada service network
tetap dapat diakses tanpa membangun jaringan akses baru.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
yang
bervariasi
dihubungkan
dengan
switching
SYNCHRONIZ ATION
B PORTS
A PORTS
ANALOG
TERMINATION
DIGITAL
TERMINATION
A/D
D/A
MULTIPLEX
TRANSLATION
SWITCHING
CENTER
NETWORK
RESOURCES
MULTIPLEXER
CONTROL
I/O
ADMINISTRATION
AND
MAINTENANCE
SIGNALING
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
10
Bab I
Konsep Perencanaan
I.1
Latar Belakang
Meningkatnya sosial ekonomi dan pembangunan suatu daerah
Upaya untuk menghasilkan peningkatan pendapatan dan pelayanan
Mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna jasa
Upaya mengoptimalkan investasi dan menghitung dimensi perangkat dengan
tepat
I.2
Definisi Perencanaan
Perencanaan
dalam
arti
seluas-luasnya
tidak
lain
adalah
proses
I.3
11
I.4
Tujuan Perencanaan
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
12
I.5
Kondisi junction dan sirkit trunk yang tidak sama dengan dimensi load trafik
Kesalahan perangkat
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
13
BAB II
TEKNIK JARINGAN KABEL LOKAL TEMBAGA
DP
SENTRAL
DP
MDF
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
14
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
15
DP
RK
DP
RK
MDF
DP
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
16
DP
RK
DP
MDF
17
Merupakan terminasi sambung antar kabel dari luar (kabel primer) yang keluar
dari bawah tanah dengan beberapa kabel berkapasitas lebih kecil (entry cable).
Dengan dipakainya kabel PE (polithelyne ethane), maka terminal sambung
Pothead jarang digunakan. Kabel PE tidak lagi melewati pothead tetapi langsung
tersambung secara langsung ke terminal blok vertikal.
b. Terminal Blok Vertikal
Merupakan tempat diterminasikannya kabel primer, yang dipasang pada RPU ke
arah luar.
sambungannya.
terminal blok ini dihubungkan dengan terminal blok horisontal. Pada sentral SPC
analog maupun digital, biasanya digunakan terminal blok berkapasitas 100
pasang.
c. Terminal Blok Horisontal
Merupakan terminal tempat terminasi kabel yang datang dari sentral. Terminal
ini dipasang pada RPU ke arah sentral dengan kapasitas biasanya 100 pasang urat
kabel.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
18
kapasitas yang lebih besar, yaitu antara 60 sampai dengan 400 pasang kabel.
Pemasangan DP ini diusahakan serasi dengan keadaan lingkungan sekitarnya
dan memudahkan petugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta
harus mempertimbangkan keseimbangan rute
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
19
Pada umumnya
Walaupun penempatan DP ini dapat menunjang keindahan kota, akan tetapi dari
segi teknis, penempatan ini sangat tidak menguntungkan karena mudah dimasuki
air yang bisa membahayakan sambungan dan urat-urat kabel. Oleh karena itu
TPBT ini digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan aman dari
gangguan lalu lintas.
4.
Kabel Primer :
Kabel primer berfungsi untuk menghubungkan MDF (Main Distribution
Frame) suatu sentral telekomunikasi dengan RK pada sistem catuan tidak langsung
dan dengan DP pada sistem catuan langsung.
mempunyai kapasitas maksimum 2400 pasang, dengan diameter urat kabel 0,4 mm.
Namun, pada sentral telekomunikasi yang berkapasitas besar, jaringa kabel primer
biasanya ditanam langsung atau dipasang dengan pola pipa duct. Dalam prakteknya,
kapasitas jaringan primer ini berkisar antara 1,1 sampai dengan 1,5 kali kapasitas
sentralnya.
PRIMER
RK
MDF
DP
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
20
kapasitas jaringan kabel sekunder umumnya berkisar antara 1,1 sampai 1,5 kali
kapasitas kabel primer.
DP
RK
DP
DP
6. Kabel Penanggal :
Kabel penanggal berfungsi untuk menghubungkan DP dengan terminal blok
yang ada di rumah pelanggan. Jenis kabel yang digunakan sebagai kabel penanggal
ini umumnya adalah drop-wire, baik drop-wire yang menggunakan penguat atau
yang tanpa penguat
Batas Pelayanan
Batas pelayanan dapat didefinisikan sebagai batas daerah yang dapat dilayani
atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel penentuan batas
pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap kemudahan operasi dan
pemeliharaan, serta besar kecilnya biaya pembangunannya.
Batas Pelayanan KP
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
21
Distribusi
Yang dimaksud dengan Distribusi adalah penempatan KP pada daerah
pelayanan RK atau DCL (Daerah Catu Langsung) dengan tepat, sehingga
kebutuhan telepon dapat dicatu dengan baik dari KP tersebut. Lokasi KP
ditentukan dengan mempertimbangkan letak dan keadaan KP eksisting,
estetika, ekonomis dan effisien.
Kriteria Distribusi KP
Dalam menentukan letak KP harus berpegang pada ketentuan sebagai berikut
:
1) Kebutuhan telepon untuk kurun waktu 15 tahun
Kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun merupakan dasar utama dalam
menentukan letak KP. Batas Pelayanan untuk setiap KP ditentukan dari
batas catuan untuk kebutuhan telepon dengan jarak maksimum 250 meter.
Batas catuan tersebut ditetapkan setelah menganalisa hasil survei mikro
kebutuhan telepon dilokasi tersebut.
2)
Batas Pelayanan
Batas-bats tersebut dapat berupa batas geografis, utilitas batas persii, rel
kereta api, sungai besar, jalan besar, tegangan tinggi dan rencana tata kota.
Mengingat batas catuan KP merupakan batas pelayanan yang terkecil,
maka batas antara dua persil pada jalan yang sama dapat juga dijadikan
batas ideal bagi daerah pelayanan KP. Letak KP diupayakan ada di
tengah-tengah daerah pelayanan KP tersebut.
3)
Kapasitas KP
Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10 dan 20.
Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare dengan
pertimbangan :
a) Kemudahan pemeliharaan
b) Keserasian saluran penanggal
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
22
5)
KP Existing
Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.
Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu
diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan atau
penggantian KP existing.
Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru terhadap
DP/KP Existing.
2.
Untuk daerah yang belum mantap, dimana pada daerah pelayanan masih
banyak
lahan-lahan
kosong
maka
penempatan
KP
harus
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
23
kenyataan
di
lapangan
kurang baiknya
pelaksanaan
2.
Batas Pelayanan RK
a.
Kebutuhan Telepon
Bila daerah di catu RK tersebut merupakan daerah yang mantap, maka jumlah
kebutuhan telepon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang digunakan sebagai
patokan dalam menentukan batas pelayanan tersebut. Namun bila daerah bila
daerah tersebut merupakan daerah yang berkembang, maka diupayakan untuk
mengintegrasikan daerah tersebut kedalam daerah pelayanan RK yang
berdekatan.
b.
Kapasitas RK
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
24
Batas
Batas Geografis, utilitas, batas Administrasi wilayah, rel KA, sungai, jalan
besar, tegangan tinggi merupakan batas-batas yang baik untuk batas pelayanan
RK. Bila tanda-tanda tersebut sulit ditemukan, maka batas administrasi
wilayah atau batas antara dua persil yang saling membelakangi akan saling
membelakangi merupakan alternatif terakhir.
d.
Penempatan RK
25
Tujuan Normalisasi
Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan antara DP/RK/Sentral.
Merapihkan sistem jaringan kabel telepon sehingga dapat memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan.
Memperbaharui/mengganti jaringan kabel dalam daerah pelayanan DP/RK
yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan spesifikasi teknis yang ada.
II.2.
Instalasi penangkal petir (Sistem Pentanahan) adalah suatu sistem dengan komponenkomponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap
petir, dan kemudian menyalurkannya ke tanah. Dimana sistem tersebut dapat disebut
juga sistem pentanahan. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa, sehingga semua
bagian dari bangunan beserta isinya, ataupun benda-benda lainnya yang dilindungi, akan
terhindar dari bahaya sambaran petir, baik sambaran petir secara langsung maupun dapat
juga sambaran petir secara tidak langsung.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
26
2.
a.
b.
c.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
27
d.
e.
f.
Dan bagan dari sistem pentanahan secara umum adalah sebagai berikut :
A
B
7
7
6
5
4
4
4
o
2
1
Keterangan gambar :
1 = kutub tanah.
2 = hantaran tanah.
7 = perangkat.
28
2.
Kawat penghantar / down counter, yaitu yang akan menghantarkan arus petir
dari finial ke sistem pembumian.
3.
Sistem pembumian, yaitu sistem yang akan membuang arus petir dengan
aman ke tanah (ground).
b.
Setiap
instalasi
penangkal
petir
harus
dilengkapi
dengan
gambar
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
29
d.
Instalasi penangkal petir harus dapat berfungsi dengan baik untuk jangka
waktu yang lama dan secara berkala harus diadakan pemeriksaan dan
pemeliharaan.
b.
c.
30
2.
3.
4.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
31
(Ohm)
R2 = V2
(Ohm)
I
I
Rangkaian alat ukur Earth tester adalah sebagai berikut :
V
A
1000 ohm
110 / 220
P
R1
C
R2
Keterangan gambar :
V = Voltmeter AC.
A = Ampere meter AC.
P = Kutub tanah batang pertolongan.
C = Sistem power yang diketanahkan.
E = Instalasi pentanahan yang diukur.
Dalam pengukuran sistem pentanahan terdapat tiga jenis metoda pengukuran, yaitu
antara lain :
a.
b.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
32
Tidak
bisa
dipergunakan
untuk
mengukur
a.
2.
3.
4.
5.
6.
Telepon umum.
Pentanahan pada RPU biasanya menjadi satu dengan pentanahan gedung dan
perangkat telekomunikasi lainnya. Syarat besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat
telekomunikasi biasanya maksimum 3 Ohm, sedangkan untuk gedung telekomunikasi
maksimum 5 Ohm.
33
2
1
1
4
2
3
5
Keterangan gambar : 1 = Saluran.
2 = Arestor / Varistor.
3 = Pemutus.
4 = Hantaran tanah.
5 = Kutub tanah.
Setiap ada kerusakan dari bagian instalasi penangkal petir akibat dari penyaluran
arus petir, maka harus segera diperbaiki.
b.
Setiap enam bulan dilakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran dan setiap
sambungan atau yang diterminasi dilakukan suatu pembersihan dari kotoran
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
34
berupa karat, sehingga terhindar dari tahanan yang kurang kontak dari terminasi
tersebut.
c.
d.
Untuk jenis tanah yang dikondisikan dengan teknik tertentu, kelembapan tanah
harus dipelihara dengan cara menyiramkan larutan garam disekitar kutub tanah.
Teknik Bentonik.
d. Teknik Garam
b.
Teknik Kokas.
c.
Sehingga pemilihan teknik pengkondisian tanah harus disesuaikan dengan kondisi yang
tergantung kepada :
a.
b.
Kemudahan pemasangan.
c.
Kemudahan pemeliharaan.
d.
e.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
35
II.3
Teknologi JARLOKAT
Sejalan dengan perkembangan jenis layanan yang cenderung kearah layanan pita
b.
JARLOKAT Tidak Murni adalah jaringan lokal akses tembaga yang didalam
operasionalnya
menggunkan
tambahan
teknologi/perangkat
lain
untuk
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
36
1.
Antar muka-Z
Antar muka akses layanan Jarlokat Murni menggunakan Z interface. Antar muka
Z adalah antar muka analog yang umum pada sisi sentral dari saluran pelanggan
analog untuk menghubungkan sentral dijital dengan perangkat pelanggan (misal
telepon dan PABX)
Antar muka-V2
Merupakan antarmuka dijital yang umum untuk menghubungkan perangkat jaringan
dijital secara remote atau lokal dengan menghubungkan multiplexer primer atau
multiplexer sekunder
Antarmuka-V3
merupakan antarmuka dijital untuk menghubungkan peralatan digital subscriber
37
3.
38
JARLOKAT Murni
Unjuk kerja JARLOKAT Murni hanya dipengaruhi oleh unjuk kerja saluran/jaringan
kabel lokal. Jaringan kabel lokal yang direkomendasi untuk perencanaan mendatang
menggunkan homogenitas diameter yaitu 0,6 mm
a. Karakteristik elektris saluran
Karakteristik elektris saluran mengacu pada Rec. ITU-T G.121 Annex C
Panjang
Maks.
Tanpa PBX
[Km]
130
Panjang
Redaman
Maks.
Semu Saluran
Dgn. PBX [dB/Km]
[Km]
5,7
5,2
Redaman
Jarkab
Lokal
[dB/Km]
1,67
1,67
b. Spesifikasi kabel
Spesifikasi kabel dan perangkat mengacu pada spesifikasi TELKOM
JARLOKAT Tidak Murni
Unjuk kerja didalam JARLOKAT Tidak Murni tergantung pada 2(dua) faktor utama
yaitu saluran dan perangkat aktif yang ada.
a. Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)
Unjuk kerja dan kelengkapan mengacu pada spesifikasi TELKOM, sedangkan
unjuk kerja saluran mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk teknologi yang
terkait (contoh : rilis teknologi, spesifikasi teknik, dll.).
b. Aplikasi HDSL
Redaman saluran yang diijinkan adalah 40 dB (pada 300 Khz) atau 27 dB (pada
150 Khz), sedangkan Near/Far End Crosstalk minimum adalah 65 dB
c. Aplikasi JARLOKAT ISDN
Unjuk kerja jaringan lokal aplikasi ISDN untuk Basic Rate Access sesuai dengan
persyaratan standar ITU-T
Pesyaratan
Redaman
Crosstalk NEXT/FEXT
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
39
40 Khz
<=50
160 Khz
<=50
<=44
Persyaratan untuk ISDN PRA 2,048 Mbps mengacu pada standar ITU-T
Recomendasi G.703
II.4
II1.4.1 REDAMAN
Seperti yang telah kita ketahui, dalam membuat rancang bangun jaringan kabel
perlu memperhatikan persyaratan transmisi agar informasi yang dikirim/diterima
penggguna jasa telekomunikasi mempunyai kualitas sesuai dengan tolak ukur yang telah
ditentukan. Tolak ukur ini dapat berupa redaman jaringan kabel. Dengan mengetahui
redaman ini kita akan dapat menentukan panjang maksimal jaringan dimana kualitas
telekomunikasi masih baik.
a. Alokasi Redaman
Alokasi redaman adalah pendistribusian lokasi redaman diantara rentetan sirkit.
1.
Hubungan Internasional.
Hubungan telepon internasional yang lengkap terdiri dari dua bagian :
Rantai internasional, umumnya tidak lebih dari empat sirkit internasional
empat kawat.
Dua sistem nasional, masing-masing satu sirkit pasa akhir rantai
internasional.
Umumnya LE dihubungkan ke rantai internasional dengan maksimum empat
sirkit nasional dimana tiga sirkit adalah empat kawat.
Alokasi redaman untuk berbagai bagian untuk hubungan telepon diturunkan dari
referene Equivalent dalam rekomendasi CCITT G.111 dan G121.
2.
Hubungan Nasional.
Pada gambar dibawah diperlihatkan pembagian SCRE dan RCRE untuk
berbagai bagian yang berbeda dari sirkit telepon nasional. CCITT tidak
memberikan rekomendasi untuk alokasi redaman pada bagian ini. Bagaimanapun
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
40
juga beberapa indikasi diberikan untuk CRF dari saluran langsung, hybrid dan
sentral.
a. Jaringan Lokal
Dari lokasi redaman pada pembahasan sebelumnya, didapat :
SCREL = 15,5 dB (SCREL = 14,5 dB jika digunakan mikrofon karbon
RCREL = 4,5 dB.
Ini diizinkan untuk telepon set dengan saluran pelanggan yang dikombinasikan
dengan feeding bridge. Juga dicakup kemungkinan PBX. Untuk tujuan perencanaan
perlu diketahui loss saluran pelanggan yang diperbolehkan atau lebih baik jarak
maksimum antara telepon set dan sentral lokal untuik diameter kabel tertentu.
Tahanan loop saluran dan telepon set yang diperbolehkan juga penting untuk
persyaratan signaling dari sentral yang tersambung. Karakteristik dari telepon set
terutama tergantung dari tipe mikrifon dan telepon set. Mikrofon karbon
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
41
memberikan level sinyal yang dipengaruhi oleh arus yang mengalir melelui
mikrofon. Arus ini terutama ditentukan oleh tahanan saluran pelanggan tetapi juga
tahanan dari telepon set dan feeding gridge pada sentral. Karenanya perlu untuk
mengetahui spesifikasi dari telepon set, feeding bridge dan diameter kabel sebelum
panjang saluran pelanggan maksimum dapat ditentukan. Untuk mencegah penurunan
kualitas transmisi yang lebih jauh, pembatasan diberikan untuk harga maksimum
yang diperbolehkan dari sidetone dengan sidetone reference equivalent SIRE dari
telepon set (G.121). SIRE ini paling sedikit 10 dB untuk mencapai persyaratan
sinyal to noise ratio untuk panggilan telepon.
Ro Co Np/Km
Dimana :
Ad = Image Attenuation (redaman semu) saluran
= 2 x 3,23 x f
Ro = Tahanan Jerat yang Tergantung Diameter Kabel (Ohm/Km)
Co = Mutual Kapasitansi (50 nF/Km)
1 Np = 8,686 dB
Jadi persamaan diatas dapat ditulis kembali :
Ad = 8,686
3,14 f Co Ro dB/Km
= 1,69 dB/Km
Dengan menggunakan diameter kabel 0,6 Ro = 1300 :
A (0,6) = 8,686
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
42
= 1,11 dB/Km
Dengan menggunakan diameter kabel 0,8 Ro = 73 :
A (0,8) = 8,686
3,14 x 800 Hz x 73 x 50 nF dB
= 0,87 dB/Km
2.
43
Diameter
Konduktor
(mm)
0,4
Tahanan
Jerat
(Ohm/Km)
300
Mutual
Kapasitansi
(f/Km)
50 n
Redaman
semu saluran
(dB/Km)
1,69
Redaman
Jarkab lokal
(dB/Km)
2,98
Jarak
kabel max
(Km)
3,5
0,6
130
50 n
1,11
1,67
6,2
0,8
73
50 n
0,87
1,18
8,7
1.
44
45
L = (14,5-4)/3,45 = 3,04 Km
0,6 mm
L = (14,5-4)/1,82 = 5,76 Km
0,8 mm
L = (14,5-4)/1,24 = 8,46 Km
Tahanan
Jerat
(Ohm/Km)
300
Mutual
Kapasitansi
(f/Km)
50 n
Redaman
semu saluran
(dB/Km)
2,13
Redaman
Jarkab lokal
(dB/Km)
3,45
Jarak
kabel max
(Km)
3,0
0,6
130
50 n
1,25
1,82
5,7
0,8
73
50 n
0,96
1,24
8,4
(CM.Zo/8 + LM/Zo)2
RA.CA +
RB.CB
Dimana :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
46
(CM.Zo/8 - LM/Zo)2
e2
w.PB.CB
II.4.3 IMPEDANSI :
Walaupun peran impedansi pada redaman tidak terlalu dominan, namun hal
ini masih perlu dipertimbangkan mengingat titik sambungan dengan perbedaan
impedansi yang besar akan menimbulkan gangguan. Pada titik sambung dengan
perbedaan diameter, akan terjadi mismatch. Untuk transmisi suara keadaan
mismatch masih belum berpengaruh mengingat redaman yang timbul kecil dan
dapat diabaikan.
47
merupakan variasi batas tahanan loop untuk jaringan lokal, yang besarnya
tergantung dari type sentral.
TIPE SENTRAL TELEPON
EWSD
1800 Ohm
AT&T
1800 Ohm
NEAX
1800 Ohm
Rb
b
Rb
l
A
(2.1)
dimana :
R = tahanan (Ohm)
l = panjang saluran (meter)
= tahanan jenis (untuk tembaga 0,0175)
A = luas penampang kabel (mm2)
Dari rumus di atas, harga tahanan saluran (R) suatu penghantar berbanding lurus
dengan panjang saluran dan tahanan jenis, serta berbanding terbalik dengan luas
penampangnya. Artinya semakin panjang suatu penghantar maka tahanan salurannya
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
48
semakin besar, dan jika luas penampangnya semakin besar maka tahanan salurannya
akan semakin kecil.
Harga standar tahanan saluran kabel tembaga tanpa loading coil adalah seperti
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Harga Standar Tahanan Saluran
Diameter Kabel
Tahanan Saluran
0,4 mm
300 Ohm/km
0,6 mm
130 Ohm/km
0,8 mm
73 Ohm/km
0,9 mm
58 Ohm/km
1,0 mm
46 Ohm/km
Untuk saluran yang menggunakan loading coil, harga tahanan saluran pada tabel di atas
masing-masing ditambah 4 Ohm.
Besarnya tahanan loop arus searah dari jaringan lokal berikut saluran penanggal
pada switching sistem tidak boleh melebihi batas tertentu yang besarnya tergantung pada
type sentral yang digunakan. Tabel dibawah ini merupakan variasi batas tahanan loop
untuk jaringan lokal, yang besarnya tergantung dari type sentral.
TIPE SENTRAL TELEPON
EWSD
AT&T
NEAX
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
49
Vo
Pi
Po
KABEL TEMBAGA
Po
(dB)
Pi
(2.2)
Vo
(dB)
Vi
(2.3)
Dirumuskan bahwa :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
50
(2.4)
Image attenuation loss adalah redaman yang terjadi karena sifat-sifat saluran,
yang tergantung dari jenis bahan saluran. Harga Image attenuation adalah nilai redaman
yang terukur pada saat pengukuran di lapangan. Nilai Image attenuation dapat dihitung
dengan rumus :
Image attenuation line loss k
k 0,675 D -0,25
(2.5)
Nilai k adalah faktor pengali yang besarnya tergantung pada jenis bahan dan diameter
saluran yang digunakan. Sedangkan D adalah diameter saluran dalam satuan mm.
Line loss adalah redaman yang disebabkan karena karakteristik besaran-besaran
saluran. Untuk saluran tanpa loading coil nilai line loss dirumuskan :
Ro Co
(dB/km)
(2.6)
= 3,14
f = frekuens (Hz)
Ro = tahanan loop (Ohm/km)
Co = mutual kapasitansi (F/km)
Harga standar line loss dan image attenuation untuk kabel dengan beberapa
ukuran diameter adalah seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Harga Standar Line Loss & Image Attenuation
Tanpa LC (dB/km) Dengan LC (dB/km)
Diameter Faktor
Line
Image
Line
Image
(mm)
k
loss
Attenuation
loss
Attenuation
0,4
1,1
1,686
1,855
1,26
1,386
0,6
1
1,11
1,11
0,56
0,56
0,8
0,93
0,873
0,811
0,34
0,216
1
0,87
0,66
0,575
0,21
0,183
FCL (Feeding current loss) adalah kerugian yang diakibatkan karena adanya tegangan
catuan dari sentral. Besarnya FCL tergantung dari besarnya tegangan catuan sentral.
Nilai FCL dapat dihitung dengan rumus :
Rloop
FCL(48V)
4,343
(dB)
(2.7)
800
Rloop
FCL(60V)
4 ,343 (dB)
(2.8)
1000
Harga standar FCL adalah seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3. Harga Standar FCL
Diameter
Catuan STO 48 V
Catuan STO 60 V
(mm)
0,4
1,629
1,303
0,6
0,706
0,565
0,8
0,396
0,317
1
0,25
0,2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
51
II.5
Kabel yang pada garis besarnya meliputi dua jenis jaringan, yaitu :
1. Jaringan kabel atas tanah.
2. Jaringan kabel bawah tanah.
Berikut akan coba diterangkan mengenai kedua jenis jaringan tersebut :
a.
b.
c.
d.
Hal-hal lain yang masih berkaitan dengan jenis jaringan yang diterangkan.
52
*. Mudah pemasangannya.
*. Mudah perbaikannya jika mengalami gangguan (putus).
Jaringan kawat terbuka ini tidak mempunyai pembungkus (isolasi) sehingga
akibatnya sangat mudah berkarat serta peka terhadap perubahan cuaca.
2. Kabel Udara :
Kabel udara merupakan kabel telekomunikasi yang dipasang di udara terbuka
yang merentang di antara tiang-tiang telepon penyangga. Kabel udara ini dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa jenis menurut ada tidaknya kawat penggantung :
Kabel Udara dengan Penyangga Terpisah.
Kabel jenis ini mempunyai kawat penggantung terbuat dari kawat baja/seng
yang terpisah dari kabelnya sendiri.
Kabel Udara yang Menyatu dengan Penyangganya.
Pada kabel ini, kabel udara menyatu dengan kawat penyangganya atau
penggantungnya (integral bearer aerial cable).
Sementara itu, dilihat dari letak kawat penggantungnya maka kabel udara ini dapat
dibedakan atas :
Penggantung terpisah dari urat kabel namun urat kabel beserta kawat
penggantungnya terbungkus bersama-sama dengan kulit kabel seperti
membentuk angka 8.
Penggantung melingkari urat/inti kabel .
Sedangkan jika dilihat dari susunan urat kabelnya, kabel udara dapat pula
dikelompokkan menjadi :
53
Ciri-ciri uratnya :
- Isolasi urat a, untuk pasangan pertama tiap lapisan berwarna
merah,
empatan
Kawat Cu
Urat kabel
Pita pembungkus Pita pelilit
inti
kode warna
Pelindung elektris
Kulit kabel
Bearer
Keterangan :
(1)
Urat kabel terdiri atas bahan penghantar yang terbuat dari bahan tembaga lunak
hasil proses penguatan campuran (annealing) dan bahan isolasi sebagai
pembungkus masing-masing penghantar diberi warna dan terbuat dari bahan
komponen polietilen.
(2)
54
(3)
Pita pembungkus inti sebagai pita non higroskopis yang terbuat dari bahan
polipropilin atau sejenisnya berfungsi selain sebagai pembungkus inti kabel juga
sebagai pencegah melelehnya osilasi pada proses pembuatan kulit kabel.
(4)
(5)
(6)
Bearer terbuat dari pilinan kawat baja galvanisit serta mempunyai daya kuat tarik
yang tinggi.
(7)
Kulit kabel berfungsi sebagai selubung inti kabel yang telah dilapisi pita
pembungkus dan pelindung elektris.
Sifat kelistrikan kabel :
Ketentuan tahanan penghantar urat kabel seperti terlihat pada tabel berikut :
Diameter Urat
(mm)
0,6
0,8
1,0
Tahanan Maksimum
(Suhu 20o C ) (Ohm/km)
65
36,5
23,4
55
Jenis kawat
DP mm (kg/mm2)
Fe
40
Cu
44
Br
70
Cw
63
Baja
66
2. Kuat Tegangan (S) dan Koefisien Pasti (KP) : Koefisien pasti merupakan harga
perbandingan antara Daya Panggul (DP) dengan Kuat Tegangan (S) kuat tegangan
adalah kekuatan rentang kawat yang terpasanga pada tiang. Besarnya kuat
tegangan ini lebih kecil dari besarnya daya panggul (S<DP). Rumus dari
Koefisien Pasti (KP) adalah :
KP = DP S
3.
Berat Kawat (G) : untuk menentukan besarnya Berat Kawat ini tergantung dari
Berat jenis (BJ) kawat yang digunakan. BJ Fe = 7,7 dan BJ Cu = 8,9.
4.
x R2 x L x BJ (kg)
= 3,14
Lentur Kawat (P) : merupakan selisih antara garis lurus tiang satu dengan
tiang yang lainnya, dengan ketinggian terendah kawat.
56
dimana
P = 350 x A
Dimana :
P : 350 x A ....Panjang belitan (cm)
S : Panjang gawang (m)
5. Lenturan Kabel.
b.
c.
57
Kabel tanah tanam langsung terdiri atas beberapa lapis yang masing-masing
mempunyai fungsi tersendiri seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Kulit dalam
kabel
Pembungkus
Inti kabel
Urat kabel
Armoring
Lapisan
Aluminium Foil
Pita pelilit
kode warna
a.
Urat kabel berfungsi sebagai penghantar arus listrik yang berisi informasi.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
Seperti halnya kabel tanah tanam langsung, kabel Duct juga mempunyai
konstruksi yang berlapis-lapis, seperti terlihat pada gambar berikut :
oooo
Urat kabel terbuat dari tembaga lunak hasil proses annealing (penguatan
melalui pemanasan dan isolasinya terbuat dari bahan polietilen berwarna.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
58
Petrojeli, diisikan ke sela-sela inti kabel agar tidak mudah kemasukan air
ataupun udara.
Pita pembungkus inti terbuat dari bahan kertas, kain katun dan PE (plastik
transparan) atau bahan lain.
Pelindung elektris terbuat dari aluminium setebal 0,2 mmberlapis polietilen di
kedua sisinya.
Selubung dalam terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi
persyaratan teknis.
Pelindung mekanis terbuat dari pita/kawat baja yang digalvanisir.
Pelindung luar terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi
persyaratan teknis berwarna hitam.
20 cm
Batu koral
Tanah urug
dipadatkan
50/100 cm
Deksten
pemasangan
kabel
Permukaan tanah
Pasir
10 cm
Kabel
30 cm
bawahnya 30 cm.
sedangkan kedalamannya adalah 80 cm. Untuk pemasangan kabel
sekunder hanya berbeda pada kedalaman galian yaitu 60 cm
terlebih
dahulu
20 cm
Permukaan tanah
Batu koral
10 cm
Pasir
Tanah urug
CPE( Costumer
Promise
UNTUK
Tembaga
dimasukkan
ke Equipment)
dalam pipa
PVC Perencanaan
50/80 cm Jaringan Lokal Akses dipadatkan
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
Pipa
berdiameter 10 cm dan Bytebal
Heri Susanto
kabel
yang
20 cm
oo
Pasir
Kabel
30 cm
59
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
60
selanjutnya
modul-
modul
Dapat dilakukan pada daerah yang tanahnya labil atau batu karang.
2)
3)
Lebar dan dalam alur galian tergantung pada susunan pipa duct yang akan
ditanam. Kedalaman alur penggalian (D) dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
62
Bila kita tinjau dari bentuknya maka suatu konektor yang digunakan untuk
menyambungkan urat kabel maka macam konektor dapat dibedakan atas :
1) Konektor Selongsong Kertas (Lashules) :
Macam konektor ini digunakan untuk menyambungkan urat kabel isolasi kertas atau
kabel kertas. Selongsong kertas inipun terdiri atas berbagai jenis, sesuai dengan
diameter urat kabel yang disambungkannya. Penyambungannya menggunakan
sistem lilit solder.
2) Konektor selongsong PE :
Konektor ini digunakan untuk penyambungan urat kabel isolasi PE (polietilen). Cara
penyambungannya sama dengan selongsong kertas dengan sistem lilit solder.
3) B-Wire Connector :
Konektor ini dalam penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut dengan
B-Wire CrimpingTool.
4) AMP Connector :
Konektor jenis AMP ini penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut
AMP crimping tool.
5) 3 M Connector :
Konektor 3 M ini penyambungannya juga menggunakan alat khusus , yaitu 3M
crimping tool, tetapi bila alat ini tidak ada kita bisa menggunakan kombinasi tang.
Penyambungan kabel tanah tanam langsung berisolasi PE biasanya menggunakan sarana
sambung XAGA 225 (Raychem), Untuk memilih tipe XAGA yang sesuai peru diketahui
lebih dulu diameter terkecil dari kabel yang akan disambung.
Material dan Peralatan Penyambungan Kabel :
Selongsong UC 6-9
Gergaji Besi
Clamping bar
Clamping band
Crimping tool
Pisau bengkok
Ground bar/plat
Pita Ukur
Scrapper
Klem Pengardean
Sealing tape
Pengukur kekencangan
Sealing cord
Sealing Pasta
Kertas Biru/abu-abu
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
63
Konektor
Benang katun
Kunci pas 10
Plasting Transparan
Gunting
PVC tape
Pembuka mof
NAMA PERALATAN
Gergaji Besi
Scrapper
Kombinasi tang
Crimping tool
Krup tang
Palu
Pisau Bengkok
Gunting
Obeng
Kompor gas
Pita ukur
64
Kedua ujung mulai dipertemukan. Atur jarak kupasan antar antar kulit dalam masingmasing dengan memasang klem arde. Ikat kedua ujung kabel pada pancang
sehingga posisi tetap. Lalu lepas lagi klem ardenya agar mudah menyambungnya.
Bahan penyambungan bebas dan usahakan agar tidak membesar dan diikat dengan
benang, lalu letakkan zat desicant dan balut dengan plastik transparan. Ardenya
dipasang kembali.
5) Melubangi Mof UC 3-5 :
Pasang mata bor dan lubangi pada kulit kabel dalam yang telah diukur tepat pada tanda
UC 3-5 yang terdapat pada drilling tool.
6) Pemasangan MOF pada Sambungan Kabel :
Oleskan sealing pasta pada kulit dalam yang akan ditutup mof UC. Pasang sealing
tape satu lapis dan sealing cord pada mof. Pasang MOF pada sambungan dan juga
sabuk pengencang di tengah-tengah dengan alat yang tersedia seperlunya serta
balut sabung pengencang dengan PVC tape.
7) Penanaman Sambungan Kabel :
Letakkan sambungan kabel pada galian secara perlahan dan tutupi dengan pasir atau
tanah lunak serta lindungi dengan batu di atasnya.
8) Cara Membuka Sambungan Kabel (untuk Perbaikan) :
Buka PVC tape dan lepas sabuk pengencangnya. Setelah itu buka MOFnya dan
lakukan perbaikan. Setelah selesai, balikkan kesemula.
65
66
3. TERMINASI KABEL :
Terminasi Kabel merupakan penyambungan (koneksi) beberapa bagian jaringan
kabel, seperti kabel primer, sekunder, saluran penanggal, dan saluran rumah sehingga
terbentuk satu sistem jaringan kabel untuk penyaluran jasa telekomunikasi.
Namun, sebelum kita membicarakan terminasi, lebih dulu perlu diketahui beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan terminasi tersebut, yaitu :
Terminal, adalah bahan konduktor tempat menyambungkan kabel yang masuk dan
keluar;
Penggenggam terminal adalah bahan isolator listrik yang berfungsi untuk
menggenggam terminal dalam membentuk satuan kapasitas dasar;
Blok terminal, adalah terminal yang sudah tersusun pada penggenggam dan
membentuk satuan kapasitas.
NAMA MATERIAL
JUMLAH (bh)
1.
Meter
1 bh
2.
2 bh
3.
Pengupas selubung PE
1 bh
4.
Obeng
2 bh
5.
Kniptang
2 bh
6.
Kombinasi tang
1 bh
7.
1 bh
8.
Mata gergaji
2 bh
9.
1 set
10.
Kunci pas/Inggris
1 set
67
NO
NAMA MATERIAL
JUMLAH
1.
Benang
2.
3.
2 bh
tanah
4.
Minyak tanah
68
8) Pembungkusan bundel pasangan urat kabel dengan pita plastik. Setelah pekerjaan
penyolderan selesai, diteliti urutan pasangan urat dan diukur tahanan isolasinya.
Bila hasil baik maka bundel pasangan urat tersebut dililit atau dibungkus dengan
pita isolasi plastik, sedangkan kawat tanahnya dipasang pada klem yang
disediakan.
9) Penutupan Blok Terminal. Selesai pekerjaan terminasi masih perlu diteliti kembali
penyolderan urat kabel pada terminasi satu demi satu. Setelah pekerjaan terminasi
diyakini benar dan baik maka bagian belakang blok terminal dapat ditutup
kembali;
10) Pemasangan blok terminal pada rangka besi di dalam RK.
11) Sebelum blok terminal dipasang pada rangka besi, kabel perlu diatur dan ditarik ke
bawah dari lubang pondasi RK;
Setelah kabel lurus dan posisi blok terminal sudah tepat pada rangka besi
maka terminal blok dipasang dengan baut satu di bagian atas dan satu lagi di
bagian bawah;
Agar kedudukan blok terminal lebih kuat, bagian bawah dimasukkan kedalam
mangkok plastik;
Tugas selanjutnya adalah pemasangan cincin untuk kawat sambung pada
tempat-tempat yang telah ditentukan;
Pentanahan. Pada suatu RK diharuskan adanya kawat pentanahan. Kawat
tanah dengan tahanan tidak lebih dari 3
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
69
untuk
menanggulangi masalah tersebut diatas ke dalam era information super higway. Sistem
xDSL menjanjikan laju data 160 (IDSL) sampai 6 Mbps (ADSL) bahkan sampai 52 Mbps
(VDSL). Namun tanpa memperhatikan layanan yang ditawarkan, unjuk kerja xDSL
terbatas dan tergantung pada parameter elektris kjaringa kabel tembaga (tahanan saluran,
tahanan isolasi, redaman saluran antara sentral telepon sampai ke terminal pelanggan).
Jaringan eksisting yang digunakan sekarang pada dasarnya bekerja pada frekuensi 0
4 khz dan dalam pembangunannya tidak diperhitungkan akan menggunakan lebar pita
yang melebihi 4 khz, padahal dengan teknologi xDSL diperlukan lebar pita sekitar 1
Mbps sehingga perlu diperhitungkan masalah interferensi saluran dalam satu quad atau
satu unit kabel yang dapat menurunkan kualitas pelayanan, selain itu kapasitansi dan
induktansi reaktif akan lebih kelihatan pada frekuensi tersebut.
Perlu diperhitungkan jarak antara sentral ke pelanggan karena teknologi xDSL
mempunyai keterbatasan jarak, misalnya ADSL dengan menggunakan kabel diamater 0,6
mm hanya mampu mengirimkan data kurang dari 3,6 km dan 4,5 km untuk HDSL.
70
sinyal pada jalur transmisi dengan menggunakan kode saluran 2BIQ(dua binary satu
quartener). Dengan menggunakan teknologi transmisi digital ini akan dapat menghasilkan
performansi yang optimum dengan jarak yang maksimum dan sekaligus membuat sistem
kebal terhadap efek interferensi.
Secara umum perangkat pengganda saluran digital dapat digambarkan sebagai
berikut :
saluran 1
saluran n
A/D
Conver
ter
MultiLine
plexer System
saluran
lokal
Line
System
Multiplexer
saluran 1
A/D
Conver
ter saluran n
Pada system tersebut diatas, akan didapatkan sistem pengganda saluran digital
(Digital Pair Gain System) dua kanal, dengan faktor penggandaan dua kali.
Bentuk diagram blok suatu pengganda saluran digital dua kanal (Digital Pair Gain
2-Kanal) dapat digambarkan sebagai berikut [ERC-94]:
EXCHANGE
SPC - PCM
or
Step by Step
or
Cross Bar
System
EXCHANGE
UNIT
saluran
kabel
lokal
a1,b1
Feeding Voltage
a2,b2
40 - 60 V
Ringing Voltage
40 - 130 V
REMOTE
UNIT
EU
a, b
a1,b1
RU
a2,b2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
71
Perangkat pengganda saluran digital (Digital Pair Gain System) ini terdiri dari
exchange unit (EU) yang diinstalasi pada subrack(Type BGTR) yang ditempatkan
bersebelahan dengan perangkat switching (Umumnya Dibagian MDF), sedangkan bagian
remote unit (RU) di instalasi pada sisi pelanggan(Umumnya Pada Sisi DP). Pada sistem
pengganda saluran digital dua kanal, EU dihubungkan dengan kedua saluran pelanggan
pada sentral melalui sepasang saluran pelanggan pada sentral melalui saluran dua kawat,
sinyal pembicaraan pada kedua kanal pelanggan dikonversi menjadi 64 kbit/s oleh
CODEC, selanjutnya melalui kanal B (berisi Bit-bit Data) dan kanal D (Bit-bit
pensiyalan) sinyal ini ditransmisikan ke RU dalam bentuk kode saluran 2B1Q melalui
saluran sepasang dua kawat dengan diameter 0,6 mm.
Pada sisi pelanggan bagian RU ini dihubungkan dengan jalur digital pada UInterface, kanal-kanal digital (2B dan D) dikonversi menjadi pembicaraan analog dan
sinyal kontrol sentral (Ringging, Charging) dan ditransmisikan pada kedua interface
saluran pelanggan. Dimana pada sisi RU sinyal analog ini dihubungkan ke pelanggan
melalui saluran dua kawat (Diameter 0,6 mm).
Untuk arah sebaliknya pada sisi RU baik sinyal pembicaraan maupun signaling
pada saluran akan disampling dan ditransmisikan ke EU melalui kanal B dan kanal D
dalam format kode saluran 2B1Q. Yang selanjutnya pada sisi EU sinyal ini dikonversi
menjadi sinyal analog dan ditransmisikan ke sentral lokal.
Kecepatan transmisi total antara EU dan RU(Jalur Digital) adalah 160 kbit/s
yaitu untuk membawa dua kanal B(64 kbit/s) + satu kanal D(16 kbit/s) + satu kanal M(16
kbit/s).
Feature-feature yang disediakan sistem pengganda saluran digital ini antara lain :
Penggandaan pemakaian saluran telepon.
Dapat melayani dua pelanggan secara independen dengan menggunakan saluran
dua kawat.
Dapat dipakai untuk pelayanan tambahan selain pelayanan suara misalnya faximile,
komunikasi data dan lain-lain.
Solusi yang efisien dan ekonomis untuk mengatasi masalah percepatan pemasaran.
Dan dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sangat efisien dan sebagai solusi ekonomis.
2. Menggunakan teknologi transmisi digital(ISDN).
3. Memberi cadangan pada penambahan saluran telepon.
4. Reaksi cepat atas pemberian layanan.
5. Menambah pendapatan operator telekomunikasi
6. Memberi fleksibilitas dari akses pelanggan.
7. Menambah pendapatan operator telekomunuikasi.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
72
Jaringan CatuExchange
Unit
Langsung
DP
SP
KP
DSL
(Digital Subscriber Line)
KP
MDF
sentral
Jaringan Catu Exchange
Unit
Tidak Langsung
Remote
Unit
KS
DP
RK
SP
Keterangan :
MDF : Main Distribution Frame
RK : Rumah Kabel
DP
: Distribution Point
KP : Kabel Primer
KS
: Kabel Sekunder
SP : Saluran Penanggal
73
saluran telepon biasa dan menciptakan tiga kanal informasi yaitu down stream kecepatan
tinggi, duplex kecepatan menengah dan sebuah kanal POTS. Kanal POTS dipisahkan oleh
modem dijital dengan filter untuk menjamin uninterupted, walaupun ADSL mengalami
kegagalan operasi. Kanal kecepatan tinggi mempunyai rentang dari 1,5 sampai 6,1 Mbps,
sedangkan kanal duplexs mempunyai rentang dari 16 sampai 640 kbps. Tiap kanal dapat
di submultiplex sehingga dapat dibentuk multiplikasi kanal-kanal dengan bit rate yang
lebih rendah.
Kecepatan down stream tergantung oleh beberapa faktor, termasuk panjang dan
ukuran kabel, kualitas sambungan fisik dari kabel, interferensi dari kopling silang.
Redaman saluran akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjang saluran dan akan
mengecil jika diameter bertambah.
Karateristik ADSL pada jenis kabel yang dipakai adalah sebagai berikut :
Data rate layanan ADSL
Diameter Kabel
Jarak
0,8 mm
5,5 km
0,6 mm
4,6 km
6,1 Mbps
0,8 mm
3,7 km
6,1 Mbps
0,6 mm
2,7 km
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
LTUBy/Heri
NTU
Susanto
R
I M C H E
G
74
frame
yang mempunyai kapasitas 144 oktet dengan durasi 500 s. Oktet-oktet akan
dibagi dalam frame-frame yang akan ditransmisikan oleh HDSL transceiver
secara paralel.
Maintenance : merupakan blok fungsional yang digunakan untuk kepentingan
pemeliharaan.
Common Circuitry (C) : untuk mengkombinasikan dua atau tiga buah sistem
transceiver HDSL.
HDSL transceiver (H) : merupakan sebuah bidirectional transceiver yang akan
mengubah data biner ke dalam sinyal 2B1Q (2-Binary/1-Quarterny).
Regenerator (REG) : untuk memulihkan kondisi sinyal yang ditransmisikan
agar dapat menjangkau jarak yang lebih jauh (berupa penguatan dan reshaping).
DLL sebagai penghubung NTU dan LTU yang dapat digunakan sebagai saluran
transmisi, memiliki persyaratan minimum :
Tanpa beban coil (non-loaded) : beban yang biasa dipasang di saluran telepon
untuk mendapatkan band frekuensi 3 KHz.
Menggunakan dua buah kabel pilin tembaga (twisted pair) atau kabel quad (4
buah konduktor).
Tanpa lapisan pelindung (unshielded).
Jika terdapat bridge tap, maka jumlah maksimum yang diijinkan adalah dua
buah dengan panjang masing- masing maksimum 500m.
Bagian utama dari suatu DLL adalah SDP (Subscriber Distribution Point), CDP
(Cross Connect Point), dan MDF (Main Distribution Point). Sedangkan kombinasi antara
C, H, DLL, dan REG (optional) disebut HDSL core.
Model fisik dari suatu DLL diperlihatkan dalam gambar berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN
ACEH d
b 5 TELKOM BANDA
c
HDSL a
HDSL
SDP
CCP
By
Heri Susanto MDF
NTU
LTU
75
b = kabel distribusi
c = kabel utama
d = kabel exchange
Fungsi-fungsi yang disediakan oleh HDSL core disajikan pada tabel berikut :
LTU NTU
Keterangan :
berarti bidirectional
berarti unidirectional
#
Keterangan fungsi :
Fungsi HDSL core : menyediakan transmisi bidirectional (menggunakan dua atau
tiga transceiver disusun paralel) secara transparan bagi core frame (144 oktet), yang
berarti core frame tidak akan diproses oleh perangkat yang dilewati.
Fungsi stuffing dan destuffing : untuk sinkronisasi antara aplication data clock
sistem transceiver HDSL, dengan menambahkan zero atau dua buah stuffing quarts
pada setiap frame HDSL.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
76
77
Asimetris
DSL
SDSL
HDSL
VDSL
ADSL
DSL Lite
VDSL
Yang dimaksud dengan simetris adalah kecepatan arah kirim (upstream) dan arah terima
(downstream)sama besarnya. Sedangkan asimetris adalah kecepatan upstream dan
downstream berbeda. Berdasarkan kecepatan transmisi downstream maka teknologi xDSL dapat dibagi atas :
Tabel 2.2 Kecepatan Teknologi x-DSL
Kecepatan
Teknologi x-DSL
Downstream
160 Kbps
DSL
1,5 atau 2 Mbps
HDSL, SDSL, DSL Lite, RDSL, ADSL
4 Mbps
ADSL,Wdsl, RDSL
6 Mbps
ADSL, RADSL
8 Mbps
ADSL, RADSL
55 Mbps
VDSL
Perbedaan paling mendasar antara teknologi modem analog dengan teknologi xDSL adalah mekanisme pembentukan hubungan. Pada modem analog sebelum hubungan
terbentuk perlu dilakukan proses dial up, yaitu proses pemanggilan pada nomor tujuan
seperti yang dilakukan pada layanan telepon biasa. Sedangkan pada teknologi x-DSL
tidak diperlukan proses dial up.
Konfigurasi dasar x-DSL terdiri dari sepasang modem, satu terletak pada sisi
sentral dan satu lagi pada sisi pelanggan seperti pada gambar 2.7.
Kabel Temabaga
Modem DSL
Kabel Temabaga
Switching/
Jaringan telepon
Modem DSL
Modem DSL
Modem DSL
78
menggunakan jaringan kabel tembaga dapat mengirimkan data dengan kecepatan hingga
160 kbps. Teknik line coding yang digunakan adalah 2B1Q (2 Binary 1 Quartenary),
yang juga digunakan pada ISDN.
DSL mengirimkan data secara duplex (dua arah sekaligus, dari arah penerima dan
pengirim). Data dapat dikirim 2 arah secara simultan dengan kecepatan 160 kbps pada
kabel berdiameter 0,6 mm dengan perkiraan jarak maksimumnya adalah 6 km. Selain itu,
bila dikombinasikan dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk menggandakan
saluran menjadi beberapa kanal suara yang lebih dikenal dengan istilah pairgain,
meskipun sebenarnya terminologi pairgain adalah nama vendor pembuat produk tertentu.
Proses multiplexing dan demultiplexing data menjadi 2 kanal B (masing-masing 64 kbps)
dan 1 kanal D (16 kbps) dan overhead untuk diteruskan ke terminal pelanggan.
Modem DSL mempunyai spektrum frekuensi dari 0 kHz sampai 80 kHz, namun
demikian beberapa sistem di Eropa menggunakan spektrum 0 kHz sampai 120 kHz. Saat
ini DSL digunakan pada aplikasi pengganda saluran digital, dimana DSL
mengkonversikan saluran tunggal menjadi 2 kanal logic, sehingga instalasi saluran kedua
tidak diperlukan.
Pemanfaatan teknologi DSL yang cukup aplikatif dan murah adalah akses jaringan
internet, hanya dengan menambahkan antarmuka yang berlaku umum. Seperti diketahui,
antarmuka yang umum pada jaringan internet adalah Ethernet 10 Base-T atau serial port
pada ternimal PC (Personal Computer). Dengan kecepatan DSL yang setara BRA maka
tidak diperlukan NIC (Network Interface Card) Ethernet 10 Base-T. Kecepata tersebut
masih bisa ditangani oleh serial port pada PC. Contoh konfigurasi pemanfaatan teknologi
DSL untuk akses internet seperti pada gambar 2.8.
Sentral
Telepon
Telepon
Analog
115 kbps
Network
Termination
115 kbps
Network
Termination
Antarmuka
RS 232
ISP
Router/Hub
PC
79
sentral ditempatkan modem HTU-C (HDSL Transceiver Unit Central Terminal) dan
pada sisi pelanggan ditempatkan HTU-RT (HDSL Transceiver Unit Remote Terminal).
Berdasarkan tipenya, perangkat HDSL dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
HDSL tipe rak/shelf.
Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa modul-modul/card yang ditempatkan pada
rak/shelf. Tipe ini lebih cocok digunakan pada tempat yang terpusat dengan jumlah
pengguna yang banyak. Karena tipe ini memiliki kapasitas yang besar, maka harus
dilengkapi dengan sistem kontrol operasional perangkat.
HDSL tipe desktop/stand-alone.
Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa terminal desktop/modem dan lebih sesuai
untuk lokasi yang terdistribusi dan jumlah pemakai kecil.
Aplikasi tipikal untuk HDSL seperti pada hubungan PBX (Private Branch
Exchange), BTS (Base Transceiver Station) komunikasi selular, sistem DLC (Digital
Loop Carrier), jaringan komunikasi data, remote LAN (Local Area Network), dan
internet. Konfigurasi dasar HDSL terlihat pada gambar 2.9 di bawah ini.
2 Mbps
2 Mbps
HTU-CT
HTU-RT
2 atau 3 pair
kabel tembaga
Modem HDSL
Modem HDSL
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
HTU-CT
HTU-RT
Saluran HDSL
Sisi
Sentral
Sisi
Sentral
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
HTU-CT
HTU-RT
Saluran HDSL
Sisi
Sentral
Base Station
Base Station
LAN
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
HTU-CT
Router
HTU-RT
Saluran
HDSL
LAN
Router
80
dengan menggunakan satu saluran telepon saja, oleh karena itu disebut Single line Digital
Subscriber Line.
SDSL mempunyai keunggulan komparatif karena SDSL hanya membutuhkan satu
saluran saja tanpa harus menambah saluran lain seperti halnya pada pemasangan HDSL.
Ini merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelanggan, karena biasanya
pelanggan hanya memiliki satu saluran saja. Kecepatan data yang didukung oleh SDSL
sama dengan HDSL, yaitu 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Karena hanya menggunakan satu
saluran saja, maka jarak jangkau maksimal SDSL lebih pendek dari HDSL.
2.4 MDSL (Multi rate Symmetric Digital Subscriber Line)
Teknologi ini tergolong teknologi x-DSL dengan mode transmisi simetris.
Lahirnya MDSL dipicu oleh kebutuhan akan link transmisi simetris dengan kecepatan
menengah sebagai penghubung antar router maupun bridge. Sesuai dengan namanya,
MDSL mendukung beberapa kecepatan transmisi data.
Konfigurasi MDSL masih seperti teknologi x-DSL yang lain, yaitu sepasang
modem (di sisi sentral dan di sisi pelanggan) yang menggunakan jaringan kabel tembaga
sebagai media penghubungnya. Interface yang digunakan pada teknologi ini adalah V.35
atau T1/E1 serta line coding yang digunakan adalah CAP. Kecepatan transmisi yang
disediakan oleh MDSL cukup beragam, mulai dari 144 kbps, 272 kbps, 400 kbps, 528
kbps, 784 kbps, 1040 kbps, 1552 kbps, 2060 kbps, sampai 2320 kbps. Jarak operasi yang
bisa dicapai oleh MDSL pada jaringan kabel tembaga berdiameter 0,55 mm adalah 8,9 km
pada kecepatan terendah. Konfigurasi MDSL terlihat pada gambar 2.10.
SISI SENTRAL
SISI PELANGGAN
PSTN
PABX
Sentral
Telepon
2.320 kbps - 144 kbps
Modem
MDSL
Modem
MDSL
2.320 kbps - 144 kbps
PC
Router
Frame
Relay
Router/Hub
PC
81
(Mbps)
(Mbps)
Perkiraan
jarak
(Meter)
34
26
19
13
6,5
4,3
2,3
34
26
19
13
6,5
4,3
2,3
300
1000
1500
2500
3500
Downstream Upstream
Downstream
Upstream
(Mbps)
(Mbps)
Perkiraan
jarak
(Meter)
52
34 atau 38
26
19
13
6,5
6,4
4,3
3,2
2,3
1,6
1,6 atau 8
300
1000
1500
2000
Dengan kecepatan data yang sedemikian tingginya, maka diharapkan VDSL akan
menjadi suatu solusi penyedia layanan multimedia interaktif secara penuh ataupun
kebutuhana kanal komunikasi yang membutuhkan kecepatan data yang tinggi.
Konfigurasi VDSL seperti pada gambar 2.11.
-Sentral Telepon
-Jaringan komputer
Data
-ISP
Telepone
PC dengan
ATM NIC
VTU-R
B-ONU
dengan VTU-C
Splitter
POTS/ISDN
STB
VOD,MOD
(hiburan)
82
Perkiraan Jarak
(Mbps)
(km)
2
4
6
8
5,5
4,5
4
3,5
Teknik line coding yang digunakan pada ADSL ada dua macam yaitu CAP
(Carrierless Amplitude/Phase Modulation) atau DMT (Discrete Multi Tone). Teknik line
coding DMT memberi keuntungan dimana sistem menjadi lebih tahan terhadap noise atau
interferensi. Disamping itu dengan DMT menjadikan ADSL rate adaptive, yaitu
kecepatan transmisi bisa berubah mengikuti performansi jaringan kabel tembaga yang
dijadikan media transmisinya. Sementara itu pada teknik konvensional apabila
performansi kabel turun maka sinyal yang dikirimkan akan rusak.
PELANGGAN RUMAH
PC
Sentral
Telepon
Router/
ATM Switch
Data
Network
ATU-R
Telepon
ATU-C
PELANGGAN BISNIS
ATU-R
Telepon
Internet Service
Provider
Network
Management
PC
PC
PC
Corporate
Network
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
83
DS2
DS
DS1
U atau S/T
Interface
DS
DS
DS
Digital
Signal
Processing
Digital
Interfaces
US
EOC
US
Analog
Interfaces
US
Saluran
Telepon
US
DS
Saluran
Telepon
DS
US
A Bus
DS
Digital
Signal
Processing
Analog
Interfaces
US
DS
Digital
Interfaces
US
U atau S/T
Interface
US
EOC
Serial
to
Paralel
1
2N point
Complex
to
Real
IFFT
Block
Encoder
N
Paralel to
Serial
and
Cyclic
Prefix
D/A
Converter
and Analog
Lowpass
Filter
Channel
2N
84
1
Channel
Analog
Receive
Filter and
A/D
Converter
Time
Domain
Equalizer
Removal of
Cyclic
Prefix
1
2N point
Real to
Complex
FFT
Serial to
Paralel
2N
1
Data
Paralel
to
Serial
1
One tap
per
Channel
Equalizer
Decision
Device
N
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
85
BAB 3.
KONSEP PERAMALAN
DEFINISI PERAMALAN
ADALAH PERKIRAAN TENTANG SESUATU YANG AKAN TERJADI PADA
WAKTU YANG AKAN DATANG BERDASARKAN PADA DATA YANG ADA
PADA WAKTU SEKARANG DAN WAKTU LAMPAU, YANG DILAKUKAN
BERULANG DAN HARUS SELALU DIULANG SESERING MUNGKIN.
TUJUAN PERAMALAN
MEMPERSIAPKAN DASAR PERENCANAAN YANG AKAN MEMANDU
IMPLEMENTASI DARI SUATU KEGIATAN
MEMBERIKAN INFORMASI DASAR YANG DIPERLUKAN UNTUK
PERENCANAAN
MEMBERI GAMBARAN MASA DEPAN YANG PALING MENDEKATI
KENYATAAN, YANG AKAN DIPAKAI SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK
MENENTUKAN STRATEGI PERUSAHAAN
PASSIVE
AKTIF
FORECAST
PLAN
PENYUSUNAN
ALTERNATIF
PEMILIHAN
ALTERNATIF
STRATEGI
BUDGET
RENCANA
PELAKSANAAN
DLL
86
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
87
PERIODE PERAMALAN
ADA 3(TIGA) PERIODE ATAU TAHAPAN
PERIODE 0(NOL) TAHUN, YAITU SAAT DILAKUKAN SURVEY
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
JUMLAH CALON PELANGGAN YANG TELAH TERDAFTAR PADA DAFTAR
TUNGGU DAN POLA
PERIOSDE 5(LIMA) TAHUN
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 5 TAHUN
KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA
PENDEK
PERIODE 15(LIMABELAS) TAHUN
DIHITUNG UNTUK MASING-MASING LOKASI BERDASARKAN :
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 15 TAHUN
KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA
PANJANG
PERAMALAN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI
BERDASARKAN REKOMENDASI CCITT WORKING GROUP GAS 5
MELIPUTI FASE-FASE :
PENGUMPULAN DATA
PENINJAUAN
PENELITIAN
EVALUASI & PERHITUNGAN DALAM BERBAGAI CARA
KEAKURATANNYA TINGGI
AGAR
ANTARA
88
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
89
Model yang mendasari metode peramalan adalah model deret berkala. Pemilihan suatu
metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data yang
dapat dibedakan dibedakan menjadi 4(empat) jenis, yaitu :
d. Pola Horisontal.
Pola horisontal adalah pola dimana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata
yang konstan. Deret seperti ini stasioner terhadap nilai rata-ratanya.
e. Pola Musiman
Waktu
Pola musiman terjadi bila nilai data berfluktuasi secara periodik. Pola ini dipengaruhi
oleh faktor musiman seperti kuartal atau bulanan yang merupakan gerakan berulang
secara teratur selama setahun.
1 2 3 4
5 6 7 8
9 10
Waktu
f. Pola Siklis
Pola data yang memiliki gerakan menaik dan menurun secara siklis disekitar trend
statistik. Pola ini dipengaruhi oleh fluktusasi ekonomi jangka panjang.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
90
g. Pola Trend
Pola trend adalah pola data yang mempunyai gerakan berjangka panjang dan
cenderung menuju ke satu arah, yaitu arah naik atau arah turun. Pola trend
mencerminkan sifat kontinuitas sehingga memiliki gerakan yang paling stabil
dibandingkan dengan ketiga pola lainnya.
Waktu
PENGECEKAN PERAMALAN
MELAKUKAN PENGUKURAN TINGKAT KELAYAKAN DAN KESESUAIAN
DENGAN MENGUKUR :
RELEVANSI PERAMALAN (Valid)
KEAKURATAN (Accuracy)
KELAYAKAN (Reliability)
KEPERCAYAAN (Credibilyty)
1. Relevansi Peramalan
Peramalan jumlah trafik untuk sentral didasarkan pada hasil peramalan jumlah
subscriber dan calling rate tiap subscriber seperti keadaan yang digambarkan kurca
dibawah ini
N
t
Past
Future
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
91
Calling Rate
t
Past
Future
Dari dua kurva tersebut maka dihasilkan peramalan trafik mengikuti perhitungan A= N
x a sebagaimana kurva berikut :
t
Past
Future
KEAKURATAN
Y
Benar
Salah
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
92
t
Past
Future
KELAYAKAN
Y
terlalu banyak mengabaikan
simpangan data yang ada
t
Past
Future
KEPERCAYAAN
N
Salah
Benar
Karena
adanya pola siklis yang tidak diperhatikan
t
Past
Future
PERENCANAAN JARINGAN
SUATU JARINGAN DIBANGUN UNTUK MENCAKUP
COMMUNITY OF INTEREST YANG BESAR.
SUATU
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
WILAYAH
93
III.2
dan
c. Evaluasi Data.
1) Evaluasi Data Kota.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
94
Data pertahun sering tidak dapat diperooleh, disamping dari data yang didapat
sering berbeda pada tahun yang sama.
Dengan demikian diperlukan kecermatan dalam memilih dan menentukan data
sebagai masukan. Kompensasi data yang diperoleh dari RIK sangat membentu
dalam pengambilan keputusan.
2) Analisa Kota.
Kecenderungan kota perlu diketahui dengan pendekatan-pendekatan yang
dilakukan
berdasarkan
perencanaan
PEMDA/BAPPEDA,
kebijakan
95
Dimana :
(a,b,) adalah variabel-variabel dari faktor-faktor yang berpengaruh.
Misalnya : ekoonomi, sosial , dll.
Q adalah variabel yang tidak bergantung pada (a,b,)
Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain :
(1) Pendapatan nasional.
(2) Prosentasi populasi dalam industri, kepegawaian, dll.
(3) Distribusi pendapatan.
(4) Struktur ekonomi setempat.
b) Metode Ekstrapolasi.
Peramalan dibuat berdasarkan tingkat perkembangan pada masa lalu.
Perhitungan kebuuhan telepon pada metode ini dapat dibagi sebagai
berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
96
yang
dibutuhkan
merupakan
dua
kelompok
hasil
observasi/pengukuran.
e) Metode Normatif.
Metode ini menganut apa saja yang menjadi aturan nasional. Digunakan
hanya untuk perkiraan awal perencanaan.
f) Metode Causal (Sosio-Economic Mode).
Cara ini cukup akurat namun perlu terus mempertimbangkan cara-cara
pengerjaannya.
3)
Metoda Ekstrapolasi.
Metoda ekstrapolasi dipakai bilamana :
a) Daerahnya masih luas banyak lahan kosong.
b) Pembangunan daerah cukup lancar dan sesuai rencana.
c) Fluktuasi kebutuhan telepon rendah/kecil.
Metoda ini dapat diandalkan untuk melakukan peramalan kebutuhan telepon
untuk jangka waktu yang pendek, selama data informasi (daftar tunggu) dari
tahun-tahun sebelumnya dikerjakan secara baik.
Ekstrapolasi dapat dikelompokkan sbb :
a) Ekstrapolasi Linier
Penggunaan cara ini, apabila tingkat kenaikan/penurunan kebutuhan telepon
pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan konstan atau hampir sama
dengan tingkat perkembangan pada tahun sebelumnya.
(1)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
97
Dimana :
Y
= perioda tahun.
a,b = konstanta nilai-nilai statistik yang dihitung dari data sampel deret
berkala yang bersangkut (berdasarkan data statistik UPT).
Persamaan dari nilai-nilai observasi dan nilai-nilai trend bagi garis linier
dapat diberikan sebagai berikut :
IYi=
IYi=
I(a
1.3
t.b =
t2 b =
Y.t
B = (n
Y.t -
Y) / (n. t2 - ( t)2 )
A = ( Y b t) / a
Dimana n = jumlah pasang observasi atau pengukuran dan koefisien b disebut koefisien
regresi.
98
II.2.2.1
Metode Iterasi
Dalam hal ini variabel yang menjelaskan belum ditentukan lebih dulu (masih
dicoba korelasinya terhadap variabel yang diramalkan).
Metode diselesaikan tahap demi tahap :
Tahap 1 : Pilih sejumlah variabel yang menjelaskan x1, x2,, xn.
Tahap 2 : Hitung koefisiensi korelasi antara variabel yang dijelaskan dengan
setiap variabel yang menjelaskan x1, x2, , xn.
Tahap 3
Tahap 4 : Bila faktor inimisalnya x2, buat fungsi regresi usaha pertama y1
= ai + b1x2 dan hitung harga a dan b.
Tahap 5 : Hitung residu r1 = y2 (a1 + b1x2)
Tahap 6 : Hitung koefisien korelasi antara r1 dan setiap sisa faktor yang
menjelaskan.
Tahap 7 : Pilih sisa faktor yang menjelaskan yang mempunyai koefisien
yang paling tinggi dengan r1.
Tahap 8 : Bila faktor ini x1, buat usaha kedua dengan mempergunakan
fungsi regresi : y2 = a2 + b2x1. Hitung parameter a2 dan b2
dengan cara seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.
Tahap 9 : Fungsi usaha pertama dan kedua memberikan :
Y1 = (a1 + b1x2)+r1
Y2 = (a2 + b1x1)
Y3 = Y1 + Y2
= (a1 + a2) + b2x1 + b1x2
dimana merupakan perbaikan bila dibandingkan dengan fungsi
regresi pada usaha pertama.
Tahap 10 : Hitung residu r2 = y1 {(a1+a2) + b2x1+ b1x2}
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
99
Tahap 11 : Hitung koefisien korelasi antara r2 dengan setiap sisa faktor yang
menjelaskan, yang dalam hal ini x1,x2,,xn.
Tahap 12 : Diteruskan dengan usaha ketiga dan seterusnya sama seperti cara
sebelumnya sampai harga residu cukup kecil.
II.2.4.
Metode Gompertz
Persamaan gompertz adalah salah satu metode yang dipergunakan dalam analisa
trend non linier. Umumnya dipergunakan dalam analisa perkembangan ekonomi,
perkembangan kota, perkembangan penduduk, dan sebagainya.
Persamaan :
Y = e a-b.r t
Dalam hal ini ada 3 parameter a,b, dan r sehingga untuk menentukan ketiga parameter
tersebut diperlukan 3 (tiga) buah persamaan.
Untuk memudahkan perhitungan, maka kondisi-kondisi berikut harus diketahui, yaitu:
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
100
Bila parameter r >= 1, maka objek yang diamati tidak memenuhi model persamaan
Gompertz.
X1
XI + b.
XI 2
Y = a + b.u
yi = a + b.uI
YI = n.a + b. uI
YI
uI = a. uI + b. uI
uI = 0
a=
Yi/n
uIYI = a. ui + b ui2
b = Yi.uI /
ui2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
101
Pola ini menggambarkan bahwa nilai-nilai data mengalami kenaikan atau penurunan
yang tidak konstan.
3.1.2.1.
Dalam jangka panjang, trend linier cenderung semakin mendatar sehingga secara
keseluruhan akan memperlihatkan bentuk yang non linier yakni trend kuadratik.
Persamaan secara matematis :
Y = a + bX + c X2
X2 Y = a. X2 + b. X3 + c. X3
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
Y = n.a + b. u + c. u2
uY = a. u + b. u2 + c. u3
u2Y = a. u2 + b. u3 + c. u4 , jika
maka :
Y = n.a + c. u2 dan
uY = b. u2
sehingga :
u2 y = a. u2 + c. u4
3.1.2.2 Trend Exponensial
Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio
perubahan yang konstan.
Persamaan trend eksponensial :
Y = a.bX
log Y = log a + X log b
X log Y = log a. X +log b.
X2
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
log Y
= n log a
(u log Y)
= log b
u2, dimana
u=0.
102
Data :
TAHUN
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
Xi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Yi
0.45
0.43
0.47
0.48
0.49
0.55
0.53
0.53
0.59
0.75
XI.YI
0
0.43
0.94
1.44
1.95
2.75
3.48
4.41
5.52
6.75
XI2
0
1
4
9
16
25
36
49
54
81
JUMLAH
45
5.52
27.68
285
5.52
X1 (1)
XI + b.
XI 2 (2)
= 10 a + b 45 .. (1)
27.68 = 45 a + b. 285 .. (2)
(1) x 9
49.68 = 90 a + b 405
(2) x 2
55.36 = 90 a + b 570
- 5.68 =
- b 165
b = 0.0344
a = 0.3971
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
103
2.1
Trend Eksponensial
Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio
perubahan yang konstan.
Persamaan trend eksponensial :
Y = a.bX
log Y = log a + X log b
X log Y = log a. X +log b.
X2
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
log Y = n log a (1)
(u log Y) = log b
dimana
u2 .. (2)
u=0
Data :
TAHUN
U2
Log Y
U Log Y
1982
-9
0.45
81
-0.3468
3.1212
1983
-7
0.43
49
-0.3665
2.5655
1984
-5
0.47
25
-0.3279
1.6395
1985
-3
0.48
-0.3187
0.9561
1986
-1
0.49
-0.3098
0.3098
1987
0.55
-0.2596
-0.2596
1988
0.58
-0.2366
-0.7093
1989
0.63
25
-0.2006
-1.0030
1990
0.69
49
-0.1611
-1.1277
1991
0.75
81
-0.1249
-1.1241
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
104
JUMLA
H
0.75
330
-2.6525
4.3679
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
105
2.2
TREND KUADRATIS
Data :
TAHUN
U2
U.Y
U2.Y
U4
1982
-9
0.45
-4.05
81
36.45
6561
1983
-7
0.43
-3.01
49
21.07
2401
1984
-5
0.47
-2.35
25
11.75
625
1985
-3
0.48
-1.44
4.32
81
1986
-1
0.49
-0.49
0.49
1987
0.55
0.55
0.55
1988
0.58
1.74
5.22
81
1989
0.63
3.15
25
15.75
625
1990
0.69
4.83
49
33.61
2401
1991
0.75
6.75
81
60.75
6561
JUMLAH 0
5.52
5.68
330
190.16
19338
Y = n.a + b. u + c. u2
5.52 = 10 a + c 330
jika
a = 0.552 - 33 c (1)
u=0 dan
u3=0
uY = a. u + b. u2 + c. u3
5.68 = b 330
b = 0.0172 (2)
u2Y = a. u2 + b. u3 + c. u4 , jika
106
107
Pelanggan +
Calon Pelanggan +
Suppressed Demand
FP =
Klasifikasi Bangunan
Di.Fi
108
m = (K / FP(0)) 1
a = - (1 / t) ln {(K pf(t)) / (m.pf(t))}
Dimana : pf(t) adalah pertumbuhan / trend PDRB rata-rata per tahun.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
109
LOKASI
BLOK I
BLOK II
BLOK III
BLOK IV
BLOK V
BLOK VI
BLOK VII
BLOK VIII
BLOK IX
BLOK X
BLOK XI
TANAH
KOSONG
TOTAL
R1
JML SST CP
R2
JML SST CP
R3
JML
SST CP
5
5
7
6
0
1
1
0
0
0
0
0
2
2
4
2
0
0
1
0
0
0
0
0
3
3
3
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
4
2
1
0
4
0
0
5
0
5
0
0
0
0
0
3
0 1.5
1
0
0
0
1 2.25
0
0
0
0
1
3
0
0
0 3.75
0
0
0
0
2
0
2
10
2
0
2
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0.5
0
0
0 0.5
3 1.75
1 0.25
0
0
0 0.5
0 1.75
25
11
14
21
3 13.5
25
4 5.25
LOKASI
BLOK I
BLOK II
BLOK III
BLOK IV
BLOK V
BLOK VI
BLOK VII
BLOK VIII
BLOK IX
BLOK X
BLOK XI
R1
JML SST CP
5
5
7
6
0
1
1
0
0
0
0
2
2
4
2
0
0
1
0
0
0
0
R2
JML SST CP
3
3
3
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
4
2
1
0
4
0
0
5
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1.5
0
0
2.3
0
0
3
0
R3
JML SST CP
0
0
0
0
2
0
2
10
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
0
0
0
0
0
0.5
0
0.5
1.8
0.3
0
0.5
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
110
TOTAL
25
11
14
16
9.8
18
3.5
Dari data-data yang ada di peta, ingin dicari perkiraan traffik untuk 10 tahun yang
akan datang .
Pada peta terdapat tanah kosong seluas 5000 m2 yang dialokiasikan untu sarana umum
sebesar 10 %, sedangkan sisanya untuk rumah type R2 dan R3.
Dalam hal ini pembagian tersebut di rinci sbb :
1. 10 % dari 5000 m2 = 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah
type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.
2. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :
Rumah type R2 sebanyak
: 4 buah ( 2400 m2)
Rumah type R1 sebanay
: 7 Buah ( 2100 m2)
Untuk penghitungan faktor penetrasi pada nol tahun, pada asumsi pertama ini, tanah
kosong yang terdapat di peta dianggap merupakan bangunan yang telah ada walaupun
baru siap dibangun 5 tahun yang akan datang. Hal ini karena perhitungan yang dilakukan
adalah untuk 10 tahun yang akan datang, dimana pada saat itu , bangunan pada tanah
kosong sudah pasti ada . Disamping itu juga jenis dan type rumah yang akan dibangun
sudah jelas, sehingga perkiraan akan kebutuhan sambungan telponnya dapat diketahui.
Dan juga dari gambar yang ada tidak memungkinkan lagi untuk menambah bangunan,
karena semua tanah sudah ditempati (termasuk tanah kosong ).
Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :
Type
Jumlah SST
R1
11
14
R2
13,35
R3
5,25
Dari data diatas dapat dicari demand telepon untuk 10 tahun mendatang yakni :
Untuk R1 :
111
= 1,05
Untuk R2 :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
112
3. 10 % dari 5000 m2 = 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah
type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.
4. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :
Rumah type R2 sebanyak
Rumah type R1 sebanay
Untuk menghitung demand untuk 10 tahun mendatang, kita bagi atas dua tahap. Tahap
pertama adalah menghitung Faktor Pentrasi tahun ke-nol, data-data pada tanah kosong
yang akan dibangun tidak dimasukkan karena bangunan tsb baru siap setelah 5 tahun.
Lalu kita cari Faktor Penetrasi tahun ke-5 nya.
Tahap kedua adalah menghitung demand untuk 5 tahun ke dua. Pada tahap ini, Faktor
Penetrasi tahun ke-5 pada tahap pertama dijadikan Faktor Penetrasi ke-nol pada
perhitungan tahap ke-dua. Data-data pada tanah kosong diikut sertakan untuk , terutama
dalam hal jumlah bangunan .
Jadi perhitunggannya :
Type
Jumlah SST
R1
11
14
R2
9,75
R3
3,5
113
Untuk R2 :
Untuk R3 :
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:
Untuk R2 :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
114
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):
FP(t,i) = FP(R1,5)
= FP(S+0)x(1+0,1)5
= 1,34754 x (1,1)5 = 2,170
Untuk R3 :
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
115
Kesimpulan :
R1
R2
R3
Asumsi 1
68
50
25
Asumsi 2
68
46
29
143
143
Total
V.1.
Batas Pelayanan
Batas pelayanan dapat didefuinisikan sebagai batas daerah yang dapat
dilayani atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel
penentuan batas pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap
kemudahan
operasi
dan
pemeliharaan,
serta
besar
kecilnya
biaya
pembangunannya.
Penentuan Letak Sentral secara Teoritis
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Sentral merupakan salah satu komponen dari sistem telekomunikasi yang akan
direncanakan . Untuk itu harus mengenal terlebih dahulu tentang sentral yakni
bagaimana cara kita melihat model sentral, dan bagaimana cara menghitung biaya
untuk suatu konfigurasi sentral.
Nodes
Pada nodes, pelanggan ditentukan dengan pemakaian
titik-titik diskrit ,
Rectangular Grid
Digunakan pada daerah yang berpopulasi lebih padat. Caranya, rectangular
grid diletakkan pada peta daerah yang sedang diamati dan dengan peramalan,
kita tentukan jumlah pelanggan dalam setiap elemen gridnya untuk masa yang
akan datang.
Abritari
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Abritari atau daerah sembarang adalah daerah tertutup oleh suatu rentetan
garis lurus. Daerah ini biasanya menghubungkan blok-blok rumah ke daerah
kabinaer. Biasanya dipakai sbagai pengganti grid, dan peramalan dapat
menentukan subscriber di masa yang akan datang pada daerah yang berbentuk
poligon sembarang.
Penentuan letak sentral ini dapat dilakukan setelah melakukan demand survey.
Ada beberapa cara untuk penentuan letak sentral , diantaranya :
K2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
B1
B2
Titik berat dari jaring-jaring adalah perpotongan antara B2 yang terakhir dibagi 2,
dengan K2 yang terakhir di bagi 2. Titik berat tersebut adalah letak dari sentral
switching, dimana merupakan lokasi yang menggunakan jaring-jaring sependek
mungkin.
A(X1,Y1)
Y1
Y2
B(X2,Y2)
L1
L2
Y3
(X0,Y0)
L0
X
X1
X2
X3
(Xo-X1)2 + (Yo-Y1)2 )
L2 = ( (Xo-X2)2 + (Yo-Y2)2 )
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Ln = ( (Xo-Xn)2 + (Yo-Yn)2 )
Total : L = (L1+L2+ + Ln )
Panjang rata-rata adalah :
L = (L1+L2+ + Ln )
n
Y0 = Y1 + Y2 + Y3 + .. + Yn
n
Xn
n 1
(X0,Y0) dimana : X0 =
n
n
Yn
n 1
Yn =
c.
Pendekatan ini dapat dilakukan jika daerah tersebut dapat dianggap memiliki
bentuk empat persegi panjang
l1
l
2
l1 + l2
4
Batas Pelayanan
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
8)
Kapasitas KP
Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10 dan
20. Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare
dengan pertimbangan :
c) Kemudahan pemeliharaan
d) Keserasian saluran penanggal
KP dengan kapasitas 20 digunakan bila potensi kebutuhan telepon
di daerah pelayanan KP tersebut tinggi.
9)
10) KP Existing
Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.
Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu
diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan
atau penggantian KP existing.
Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru
terhadap DP/KP Existing.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
4.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2) Cara Perhitungan
a. Kabel Tanah/udara
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
2 m (KU).
b. Kabel Duct
Cara menghitung volume kebutuhan kabel duct perhitungannya
adalah sebagai berikut :
1)
2)
RK dan
5m
3m
c. End Cap
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
2)
Rumah kabel
3)
Kotak pembagi
4)
5)
Tiang telepon
pekerjaannya yaitu :
2)
a)
Penarikan kabel
b)
Penyambungan kabel
c)
Pemasangan KP
d)
Pemasangan RK
e)
Pemasangan RPU
f)
Pemasangan tiang KP
g)
h)
i)
Terminal kabel
j)
Pengetesan kabel.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
3)
a)
b)
c)
d)
e)
b)
2)
Volume jasa
3)
4)
Rincian
perhitungan
alat
sambung,
endset,
tempat
6)
7)
8)
9)
10)
11) Rincian penghitungan lintasan parit, sungai, rel KA, tiang rute KU
dan temberang.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
II.4
Route Meter
Route meter adalah panjang kabel yang melalui jalan yang sama atau jarak
terpendek dari kabel primer / sekunder yang diambil apabila sentral telepon atau
rumah kabel sebagai pusat.
Route meter ini perlu diperhatikan :
-
2 ) + ( l2 - 1 ) ( l1 / 2 )
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Biaya kabel
Didalam perencanaan selain kabel harus dipasang menurut konfigurasinya, juga
harus dihitung berapa biaya kabelnya.
Jumlah seluruh biaya kabel :
K = ( a + b p1 ) l1 + ( a + b p2 ) l2 + . = a L + b M
Dimana :
Selain dari pada itu masih harus diperhitungkan biaya pekerjaan penyambungan
kabel yaitu :
K = C.N
Disamping itu masih ada lagi faktor maintenance dari kabel yaitu :
= 1 + ( 1 s ) / ( 1 + r )t
+(u/r)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto