Anda di halaman 1dari 2

BELAJAR DARI NEGERI CHINA

Ketika saya sedang Umroh tahun 2008 yang lalu, saya sempat berjalan-
jalan di beberapa pasar di sekitar Masjidil Haram dan Masjid An-Nabawi
untuk mencari oleh-oleh buat rekan-rekan dan keluarga di Indonesia. Di
toko-toko itu, tersedia berbagai macam buang tangan yang bermacam-
macam, mulai dari yang murah seharga satu real hingga ratusan real.
Yang menjadikan saya heran adalah hampir 90% produk yang ditawarkan
di toko-toko itu adalah bertuliskan made in China. Hanya sepuluh persen
saja mungkin produk-produk lain yang berasal dari negara-negara lain,
seperti Indonesia dan sebagainya. Melihat fenomena itu, maka saya
teringat sabda Rasulullah saw. Yang berbunyi:

‫اطلبوا العلم ولو بالصين‬

Artinya: carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China.

Hadits di atas menggambarkan bahwa sejak zaman Rasulullah, negeri


China telah memiliki satu keistimewaan tersendiri, terutama dalam
masalah ilmu pengetahuan, sehingga Rasulullah menganjurkan untuk
belajar ke negeri China. Sampai sekarang pun dapat kita lihat,
keunggulan bangsa China dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya,
terutama bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya di Asia.

Berbicara tentang negara China, tentu banyak sekali kelebihan yang


dimiliki. China terkenal sebagai bangsa pedagang. Di Indonesia
khususnya, dan di negara-negara Asia pada umumnya, bangsa China
menguasai hampir seluruh perdagangan yang ada di pusat-pusat kota.
Jika kita pergi ke kota-kota besar hingga ke kota-kota kecil, kita dapati
orang-orang China menguasai perdagangan-perdagangan besar. Tempat-
tempat kulakan para pedagang pribumi, hampir semuanya adalah bangsa
China. Jarang sekali, pedagang besar dari non China yang mampu
bersaing dengan para juragan dari China. Salah satu keunggulan orang
China dalam berdagang adalah jujur, konsisten, ramah dan murah. Mereka
memiliki prinsip untung sedikit tapi banyak. Bagi mereka kuantitas lebih
utama daripada kualitas. Dalam mengambil keuntungan per barang,
mereka hanya mengambil 100 rupah saja tapi kuantitas barang yang
dijual banyak. Dengan cara-cara seperti ini, akhirnya mereka dapat
berkembang dengan cepat dalam waktu singkat.

Adapun pola dagang orang Jawa pada umumnya, berbalik seratus derajat
dibandingkan dengan orang China. Mereka tidak konsisten, marah-marah
dan mahal. Kadang-kadang juga diikuti dengan penipuan dalam
timbangan atau menyembunyikan kualitas. Sesuatu yang kualitasnya
rendah dibilang berkualitas bagus. Bila membuka toko tidak konsisten,
kadang buka jam 9 kadang buka jam 10 dan kadang-kadang tutup tanpa
pemberitahuan, sehingga pelanggan yang akan beli menjadi ragu-ragu
untuk datang karena takut tutup. Dalam mengambil keuntungan juga
tidak tanggung-tanggung. Pembeli baru yang tidak diketahui tempat
tinggalnya, atau jauh dari tempat itu, maka dia akan mengambil
keuntungan yang besar dengan alasan aji mumpung, paling-paling tidak
kembali lagi kesini. Dalam menentukan timbangan, mereka juga kadang-
kadang menguranginya meskipun hanya sedikit. Akibatnya, para
pelanggan lebih suka berbelanja kepada China daripada orang Jawa,
karena jika belanja pada orang China akan mendapatkan barang yang
berkualitas dan harga yang lebih miring.

Bila kita mengamati lebih lanjut, perkembangan industri China akhir-akhir


ini berkembang dengan pesat. China hampir menguasai seluruh produk
teknologi dan informasi. Meskipun secara kualitas masih diragukan, akan
tetapi secara kuantitas, mereka mampu memproduksi apa saja yang bisa
diproduksi oleh bangsa lain, seperti Jepang dan Eropa, mulai dari
komputer dan perangkat-perangkatnya. Dunia otomotif juga mampu
diproduksi oleh mereka dengan harga yang sangat terjangkau. Memang
bangsa Indonesia masih menyangsikan produk-produk mereka, tetapi bagi
orang yang memiliki kantong pas-pasan, produk China menjadi alternatif
yang dapat dijangkau oleh mereka. Padahal untuk masyarakat Indonesia,
jumlah orang yang tidak mampu jauh lebihbanyak daripada mereka yang
mampu.

Dari paparan di atas intinya adalah bahwa kita mesti belajar kepada orang
China jika kita ingin sukses dalam membangun bangsa ini menjadi bangsa
yang mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Etika bangsa
China dalam bekerja, berdagang, dan berusaha, merupakan etika yang
sebenarnya berjalan seiring dengan apa yang diajarkan oleh Islam dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah, yaitu untuk bersikap jujur, amanah dan dapat
dipercaya. Wallahu a’lam bi shawab.

Anda mungkin juga menyukai