_____________________________ Perkenalan (taaruf) Kisah Islamnya Salman Al Farisi Persaksian manusia di alam ruh Bayi lahir dalam keadaan fithrah Nikmat iman & Islam adalah nikmat terbesar -
Kisah Salman Al Farisi
Kamu pernah dengar nama Salman Al Farisi? Ada nggak yang bernama Salman di antara kamu? Atau mungkin temanmu? Yang kita maksud di sini adalah Salman Al Farisi yang merupakan shahabat Rasulullah Muhammad SAW. Kamu tahu lagi nggak, siapa lagi shahabat Rasul yang Salman? Coba sebutkan! Berita Kenabian Sebelum masuk Islam, Salman Al Farisi beragama Nashrani (Kristen, pen). Ia berguru kepada seorang pendeta di sebuah gereja. Pendeta tersebut sering menyampaikan kepada Salman tentang kabar akan munculnya nabi terakhir yang diutus Allah. Dari mana sih pendeta itu tahu? Tentu saja dari kitab suci yang ia baca dan kaji, yaitu injil. Namun sayang, sekarang kita tidak akan menemukan lagi tulisan tersebut. Mengapa? Karena kitab tersebut telah diubah-ubah senaknya oleh orang-orang yang mengingkari kenabian nabi Muhammad SAW dan mengingkari sebagian dari hukum-hukum Allah. Mereka mengurang-ngurangi dan menambah-nambahi kitab mereka dengan seenaknya. Maka sudah tidak ada lagi kitab mereka yang asli hingga sekarang. Amat buruklah apa yang telah mereka lakukan. Kita kembali lagi ke Salman. Pada akhirnya, guru ngajinya Salman eh pendeta gurunya Salman meninggal dunia. Tapi, ia sempat berpesan pada Salman bahwa ia telah mendapat kabar munculnya nabi yang selama ini ditunggu-tunggu di jazirah Arab. Tepatnya di daerah yang di sana terdapat rumah Allah (Baitullah). Coba tebak, di manakah itu? Pengembaraan Salman Mulailah Salman mengembara menuju ke Mekkah. Namun sayang, begitu tiba di Mekkah ternyata orang yang dicari Salman (yaitu Muhammad, pen) telah hijrah ke Yatsrib/Madinah. Sudah mengembara jauh-jauh, eh nggak ketemu lagi!! Padahal jarak antara Mekkah ke Madinah itu seperti jarak kota Bogor ke kota Semarang!!! Subhanallah, sekitar 400 ratus kilometer lebih? Padahal pada jaman itu belum ada bis atau angkot, apalagi kereta Argobromo dan pesawat terbang. Yang ada cuma onta! Sedangkan Salman tidak punya onta. Nah, apakah Salman malah jadi BT? BT sih iya, tapi Salman tidak menyerah. Salman terus melanjutkan perjalanan ke kota Madinah. Setibanya di Madinah (fiuuh, akhirnya!), Salman kemudian melakukan pengamatan terhadap nabi tersebut, yang ternyata bernama Muhammad. Tentu saja Salman nggak langsung percaya. Mengapa? Menurut kitab yang dibacanya, nabi tersebut memiliki dua ciri-ciri. Apakah itu? Apakah kamu tahu? Mulailah salman bermain detektif-detektifan. Masuk Islamnya Salman Ciri pertama! Nabi itu tidak menerima sedekah, tetapi menerima hadiah. Salman menyaksikan bahwa suatu hari Muhammad dikirimi semangkuk besar susu kambing oleh tetangganya. Tetangga tersebut berkata bahwa ini adalah sedekah. Kemudian Muhammad memanggil orang-orang miskin yang ada di dekat rumahnya untuk minum susu itu bersama-sama. Tetapi, Muhammad tidak ikut minum!! Esoknya, ada seorang tetangga lagi yang mengirim semangkuk besar susu. Tetangga itu berkata bahwa ini adalah hadiah. Maka sekali lagi Muhammad memanggil orang-orang miskin tersebut untuk minum bersama. Kali ini, Muhammad ikut minum! Nah, ciri pertama ada pada nabi tersebut. Ciri kedua! Nabi itu memiliki bulatan merah sebesar apel di punggungnya. Nah lho! Salman bingung! Gimana caranya bisa tahu? Padahal, Muhammad kan selalu pakai baju. Mau ngintip? Enak aja, gengsi dong! Suatu hari ada penduduk Madinah yang meninggal dunia. Muhammad memimpin acara penguburan jenazah. Saat penggalian tanah, Muhammad ikut serta menggali tanah bersama sahabatnya yang lain. Mata Salman tidak henti-hentinya melihat ke arah punggung Muhammad. Sampai akhirnya, Muhammad agak menurunkan bajunya sehingga punggungnya terlihat. Dan, Salman dengan mata yang berbinar-binar melihat adanya bulatan merah sebesar apel di punggung Muhammad!!! Mata Salman bercucuran air mata dan serta merta memeluk Rasulullah dari belakang dengan sangat gembiranya. Maka Salman pun bersyahadah di hadapan Rasulullah SAW dan disaksikan sahabat-sahabat yang lain saat itu juga. Subhanallah!! Salman sekarang masuk dalam barisan kaum muslimin. Pelajaran Bagi Kita Salman adalah seorang hamba Allah yang dengan gigihnya mencari kebenaran. Sampai akhirnya, ia mendapatkan Islam sebagai agamanya. Ia harus berusaha mencari Islam dengan cara yang tidak mudah. Padahal, agama yang ia cari adalah Islam yang merupakan agama yang kita anut saat ini. Alhamdulillah!! Kita patut bersyukur kepada Allah akan nikmat keimanan dan keislaman yang kita miliki saat ini. Padahal tidak semua orang seperti kita. Salman tetap memegang teguh keislamannya hingga akhir hayatnya. Ia ikut bersama Rasulullah SAW dan shahabat-shahabat yang lain dalam setiap perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Kita pun sama. Kita akan tetap menjaga keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak akan pernah rela melepaskan keislaman kita. Karena hanya dengan bekal inilah kita dapat berjumpa dengan Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya berupa kenikmatan surga yang abadi. Allah berfirman : dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih mereka adalah penghuni surga. Mereka hidup kekal di dalamnya. (QS 2 Al Baqarah : 82) Kesaksian Manusia di Alam Ruh Mari kita simak satu ayat indah yang terdapat di dalam kitab Allah yaitu Al Quran. Allah berfirman : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Alastu birobbikum? (Bukankah Aku ini Tuhanmu?) Mereka menjawab: Balaa syahidnaa! (Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi). (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (QS 7 Al Araf : 172) Dalam surat tersebut Allah berfirman bahwa semua manusia termasuk diri kita pernah dibariskan berjajar di hadapan Allah Azza wa Jalla. Saat itu Allah pernah bertanya kepada kita: Alastu birobbikum? Bukankan Aku ini Rabb kalian, Tuhan kalian? Serta merta saat itu kita menjawab : Balaa syahidnaa!. Betul, kami menjadi saksi (bahwa Engkau Tuhan kami)!! Apakah kamu ingat kalau pernah mengalami peristiwa yang satu ini? Seorang pun di antara kita tidak ada yang ingat, kan! Mengapa? Karena peristiwa tersebut terjadi sebelum kita lahir dan sebelum kita ada di dalam kandungan rahim ibu kita. Yaitu di alam ruh. Alam sebelum Manusia Lahir Sekarang coba jawab pertanyaan berikut?. Gimana sih rasanya waktu kita ada di dalam kandungan perut ibu kita? Ada yang ingat gimana rasanya? Seperti apa suasana di sana? Sekali lagi, nggak ada yang ingat satu pun di antara kita. Eh, tahu-tahu kita sudah ada di dunia. Lalu, dari mana kamu tahu kalau pernah ada di dalam rahim ibu kita? Dari ibu? Dari ayah? Dari melihat ibu yang hamil? Dari mana lagi? Kita semua dibuat lupa oleh Allah bahwa kita pernah ada dalam rahim ibu kita. Lalu setelah kita lahir, orang-orang yang ada di sekitar kita memberitahu kita tentang hal ini. Allah yang telah membuat kita lupa lalu Allah-lah yang memberitahu kita dalam kitab-Nya. Allah memberitahu kita dalam kitab-Nya tentang persaksian jiwa kita saat masih berada di alam ruh. Hal ini telah digambarkan dalam Al Quran surat Al Araf ayat 172. Itulah petualangan kita yang pertama!! Dan Allah juga memberitahu kita dalam kitab-Nya tentang penciptaan dan proses kelahiran kita. Dan inilah petuangan kedua kita di alam rahim. Allah berfirman : Bukankah Kami menciptakan kamu dari air (mani) yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (yaitu rahim), Sampai waktu yang ditentukan, Lalu Kami tentukan (bentuk-nya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan (QS 77 Al Mursalat : 20 23) Bayi yang Lahir Fithrah Oleh sebab itu, setiap bayi yang lahir selalu dalam keadaan fithrah. Yang dimaksud fithrah di sini adalah fithrah Islam. Rasulullah SAW bersabda : Semua bayi terlahir dalam keadaan fithrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani atau Majusi. (HR. Muslim) Maka, bayi mana pun itu yang lahir ke dunia ini adalah dalam keadaan suci! Dalam keadaan fithrah! Dalam keadaan Islam! Dan tidak membawa dosa keturunaan. Bayi yang lahir dari ibu mana pun yang ada di dunia ini! Apa pun bentuk keluarganya! Sekalipun tidak jelas orang tuanya! Semuanya lahir dalam keadaan fithrah. Dalam pemahaman agama kita, tidak ada bayi lahir yang membawa dosa orang tuanya. Seberat apa pun dosa orang tuanya. Alangkah Beruntungnya Kita Yang membuat bayi itu setelah beranjak besar keluar dari fithrah Islamnya adalah orang tuanya!! Orang tuanya lah yang menjadikan dia tidak Islam lagi. Apakah itu Yahudi, Nashrani, Majusi, Atheis, dsb. Sudah sepantasnya kita yang dilahirkan dalam keluarga muslim haruslah bersyukur! Bersyukur bahwa Allah telah menjaga fithrah kita dalam Islam. Tidak semua orang bernasib sama seperti kita. Lalu, buat kamu yang tidak dilahirkan dalam keluarga muslim akan tetapi Allah telah memberi hidayah kepadamu, sehingga kamu dapat kembali kepada fithrah Islam, maka bersyukurlah!! Bersyukur bahwa Allah telah memberikan hidayahnya kepadamu. Nikmat Terbesar Mengapa kita sangat bersyukur? Karena nikmat iman dan nikmat Islam adalah nikmat Allah yang paling besar. Allah berfirman : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagi kamu (QS 5 Al Ma-idah : 3) Kita bersyukur bahwa Islam adalah satu-satunya agama (dien) yang diridhai oleh Allah. Allah telah menyempurnakan dinul Islam bagi kita. Sedangkan Allah tidak menerima agama (dien) selain Islam. Allah berfirman : Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat nanti termasuk orang- orang yang merugi (QS 3 Ali Imran : 85) Kesimpulan Apa kesimpulan dari semua ini? Pertama, kita harus bersyukur kepada Allah atas nikmat iman dan Islam yang telah Dia berikan kepada kita. Kedua, kita harus tetap menjaga keimanan dan keislaman kita yang luar biasa mahal ini agar jangan sampai lepas dari kita, sekalipun nyawa taruhannya. Ketiga, kita senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah agar memperbarui keimanan kita dan menambah hidayah bagi kita. Inilah doa kita : Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbii ala diinika wa thoatik. (Wahai Tuhan Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamamu dan ketaatan padamu). Referensi : 1. Terjemahan Al Quran. Departemen Agama RI. 2. Khalid, Muhammad Khalid, 1981. Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah. CV Diponegoro, Bandung. 3. Hardian, Novi, et all, 2003. SuperMentoring tingkat SMU. Asy Syamil, Bandung.