Anda di halaman 1dari 9

SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN

( D-1 )doni

I. Tujuan percobaan
Tujuan Umum
Mengenal dan memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
Tujuan khusus
1. menentukan jarak fokus lensa.
2. mengamati cacat bayangan (aberasi) dan penyebabnya.
3. mengurangi terjadinya cacat-cacat bayangan.

I. Alat-alat percobaan
II. Lensa positif kuat (bertanda ++)
Fungsi : sebagai objek yang akan ditentukan fokusnya
III. Lensa positif lemah (bertanda +)
Fungsi : sebagai objek yang akan ditentukan fokusnya
IV. Lensa negatif (bertanda -)
Fungsi : sebagai objek yang akan ditentukan fokusnya
V. Bangku optik
Fungsi : sebagai tempat duduk peneliti dan tempat benda dalam
meletakkan pegangan lensa
VI. Lampu pijar
Fungsi : sebagai alat penerangan
VII. Benda yang berupa anak panah
Fungsi : sebagai objek yang akan diamati bayangannya
VIII. Diafragma
Fungsi : untuk mengurangi efek aberasi
IX. Layar untuk menangkap bayangan
Fungsi : untuk tempat penampakan bayangan
X. Kabel-kabel penghubung dan sumber tegangan listrik
Fungsi :untuk menghubungkan ke sumber listrik

1
II. Tinjauan pustaka
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan bidang
lengkung atau salah satunya datar. Pembagian lensa berdasarkan banyaknya
penyusupan yaitu:
1. Lensa tunggal dengan dua permukaan pembiasan.
2. Lensa gabungan dengan permukaan pembiasan lebih.
Berdasarkan jenisnya, lensa terbagi atas:
1. Lensa cembung (lensa + \ konvek)
Disebut juga lensa konfergen yang bersifat mengumpulkan sinar.
Merupakan lensa + karena dapat mengumpulkan bayangan yang bisa
ditangkaplayar dan nyata. Kombinasi lensa cembung yaitu: bikonvek
(cembung-cembung) dan plankonvek (cekung cembung).
Sinar-sinar utama pada lensa cembung:
1. Sinar datang sejajar pada sumbu utama lensa dibiaskan melalui
titik fokus aktif F1.
2. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu
utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat oktik O diteruskan tanpa
membias.
Bayangan yang dibentuk adalah: nyata, terbalik, dan diperbesar.
2. Lensa cekung (lensa - \konkaf)
Disebut juga lensa divergen yang bersifat menyebarkan sinar. Merupakan
lensa -, karena tidak dapat membentuk bayangan yang bisa ditangkap layar
dan memiliki harga fokus negatif. Kombinasi lensa cekung yaitu: bikonkav
(cekung-cekung), plan konkav (datar cekung), dan konvek konkav (cembung
cekung).

Sinar-sinar utama pada lensa cekung:


1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus aktif F1.

2
2. Sinar datang seolah-olah menuju ketitik fokus pasif F2 dibiaskan
sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat optik O diteruskan tanpa membias.
Bayangan yang dibentu adalah: maya, tegak, dan diperkecil.
Penentuan titik api kedua lensa dapat diketahui besarnya titik api lensa negatif,
yaitu:
1
fgb
Jarak fokus F juga ditentukasn dengan persamaan :

F= S`
1+m
Jika S` jarak bayangan terhadap lensa, dan m perbesaran bayangan.
Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar (L tetap) kemudian lensa
positif yang akan ditentukan jaraknya, sehingga diperoleh kedudukan ( I dan II ).
Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil. Jika e = jarak antara dua
kedudukan lensa yang dapat memberikan bayangan yang jelas pada layar, maka
jarak fokus f dari lensa menurut Bessel dapat ditentukan dengan rumus:

F= L2-e2
4L
dimana,
f = jarak titik fokus lensa.
L = jarak benda ke layar.
E = jarak dua lensa.
o+i=L
o = L-i
o1 + i1 = L
o1= L-i1
i-i1 = e
I =e + i1

3
Pada kedudukan lensa I
1\F1 = 1\o + 1\i -------- 1\f = o + I\oi
1\f = p\(p-1)i………………………………………….(1)
Pada kedudukan lensa II
1\F1 = 1\o1 + 1\i1 -------- 1\f1 = o1 + i1\ o1 x i1
1\f = p\(p-i1)i1………………………………………….(2)

A. Menentukan jarak fokus lensa negatif (divergen).


Jarak fokus lensa negatif dapat dapat ditentukan dengan persamaan
F= S . S …………………………………(1-4)
S + S`
Lensa negatif tidak memberikan gambar pada layar karena
memberikan gambar secara tidak ril untuk sebuah benda sejati,untuk
mengatasinya kita letakkan lensa positif pada lensa negatif yang jarak
fokusnya sudah diketahuji.

B. Jarak fokus lensa bersusun.


Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2
digabungkan (dirapatkan) akan diperoleh satu lensa bersusun yang
jarak fokusnya f dapat ditentukan dengan persamaan :

XI. Prosedur percobaan


A. menentukan jarak fokus lensa
1. Mengukur tinggi (panjang) anak panah yang
dipergunakan sebagai benda.
2. Menyusun sistem optik seperti berikut:
- benda dengan lampu dibelakangnya.
- Lensa positif lemah ( tanda +)
- Layar.
3. Mengambill jarak ke layar lebih besar dari 1 cm.
4. Mengukur dan mencacatat jarak benda kelayar.

4
5. Menggeser lensa hingga didapat bayangan yang
jelas pada layar.
6. Mencatat kedudukan lensa dan mengukur tinggi
bayangan pada layar.
7. Menggeser kedudukan lensa sehingga didapat
bayangan jelas yang lain. (jarak benda kelayar jangan diubah ).
8. Mengulang kembali percobaan no. IV-3 s\d IV-7
beberapa kali (ditentukan asisten) dengan harga L yang
berlainan.
9. Mengulang percobaan no. IV-2 s\d IV-8 untuk lensa
positif kuat ( tanda ++).
10. Membuat bayangan yang jelas dari benda pada layar
dengan pertolongan lensa positif untuk menentukan jarak lensa
negatif.
11. Kemudian meletakkan lensa negatif antara lensa
positif dan layar, dan mengukur jarak lensa negatif ke layar (S).
12. Menggeserkan layar sehingngga terbentuk bayangan
yang jelas pada layar. Mengkur jarak lensa negatif ke layar.
13. Mengulangi percobaan IV-10 s/d IV-12 beberapa
kali.
14. Menentukan jarak fokus lensa bersusun, dengan
merapatkan lensa positip kuat(++) dan lensa positip lemah(+)
serapat mungkin.
15. Menggunakan cara bassel (gb.1-2) untuk
menentukan jarak lensa bersusun tersebut. Mengulang
beberapa kali dengan harga L yang berubah-ubah. Mengamati
cacat bayangan
16. Menggunakan lensa positif kuat dan lampu pijar
sebagai benda untuk mengamati abrasi khromatik.

5
17. Menggeserkan layar, maka anda dapat mengamati
bahwa suatu kedudukan akan terdapat bayangan dengan tepi
merah dan pada kedudukan lain bayangan dengan tepi biru .
18. Mencatat masing-masing kedudukan lensa yang
memberikan bayangan dengan tepi berbeda warna.
19. Pasang diafragma pada lampu pijar.
20. Mengulang percobaan IV-14 dengan diafragma
yang berlainan.
21. Meletakkan lensa miring terhadap sumbu sistem
benda dan layar, meletakkan kaca baur di depan lampu untuk
mengamati astigmatisme.
22. Menggeserkan layar dan mengamati bayangan dari
benda.
23. Meletakkan diafragma di depan benda, dan
menggeser layar, mengamati perubahan yang terjadi pada
bayangan dari benda.

V . TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan rumus persamaan (1-1) s/d (1-5)
Jawab :
1 1 1
(1-1)  
f s s'

s  s'

s  s'
( s  s ' )²

s  s' (s  s' )
s ²  2 ss ' s ' s '

ss ' ( s  s ' )
s 2 s'
  
s' ( s  s' ) (s  s' ) s(s  s' )
1 2 s'
  
s' / s (s  s ' ) ( s  s ' ) s ( s  s ' )

6
1 2m m²
  
ml ml ml
ml

(1  m)²
1 1 1
(1-2) f  s  s'

1 m 1
 
f s' s'

s'
f 
(m  1)
1 1
(1-3) lensa 1 = 
f ( s  s )²
1 L
lensa 2 = 
f (e  e²  2e)  (s  s' )

maka
L L

(s  s' ) (e  e²  2e)  (s  s' )

Le
s dimana s’ = L – s
2
(L  e)
 L
2
1 e

2
1 1 1
sehingga diperoleh = f  s  s'

2. Dari rumus Bessel (1-3) bagaimana L harus dipilih ,upay terjadi dua
bayangan yang diperbesar dan diperkecil pada layar ?

3. Mengapa untuk menentukan jarak fokus lensa negatif harus menggunakan


perpotongan lensa positif
Jawab :

7
Lensa negati akan memberikan bayangan semu pada benda rill yang
berarti tak diperoleh gambarnya pada layar. Untuk mengatasi hal ini kita
tempatkan dan tempelkan pada lensa negatif itu sebuah lensa positif yang
jarak fokusnya telah diketahui

4. Terangkan apa yang dimaksud dengan aberasi khomatik?


Jawab :
Aberasi yang terbentuk rumbai-rumbai berwarna karena pembiasan
tiap warna cahaya oleh lensa berbeda,m hal ini disebabkan karena setiap
warna memiliki jarak fokus sendiri-sendiri

5. Apa yang dimaksud dengan astigmatisme


Jawab :
Astigmatisme adalah kelainan pembentukan bayangan dari suatu
benda titik yang jauh dari sumbu utama. Hal ini karena garis-garis horizontal
dan vertikal dikumpulkan pada jarak yang berbeda.

8
DAFTAR PUSTAKA

Silaban, Pantur, Ph.D dan Sucipto, Erwin, Drs.M.Sc. 1992. Fisika. Penerbit
Erlangga: Bandung.
Hallida D, Esnick R, Walker J. 1997. Fundamental of Physics, John Wiley and
Sons. SI Units. Edward Arnold Ltd.

Anda mungkin juga menyukai