Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI

MELALUI OPTIMALISASI MEJA INFORMASI


DI PENGADILAN AGAMA

Oleh: H. A. ZAHRI, SH
( Hakim Pengadilan Agama Dompu – NTB)

Abstrak

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi


Publik sejalan dengan cetak biru (blue print) atau grand desain Mahkamah Agung yang
berisi gagasan utama tentang pembaruan peradilan menuju terciptanya badan peradilan
Indonesia yang agung. Gagasan pembaruan selalu meniscayakan perubahan, sementara
perobahan ke depan mengarah kepada trend keterbukaan informasi, maka mustahil akan
tercipta perubahan menuju peradilan yang agung tanpa keterbukaan informasi.

Program keterbukaan informasi di era IT (information technologi) sekarang ini


sangat strategis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern yang demokratis,
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, transparansi, akuntabilitas dan
kesetaraan di depan hukum. Keterbukaan informasi memberikan akses kepada publik
untuk memperoleh informasi yang bermanfaat sekaligus sebagai sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan
badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada
kepentingan publik.

Dalam hal keterbukaan informasi, Mahkamah Agung telah melakukan kebijakan


progresif yang belum banyak dilakukan oleh lembaga negara atau lembaga publik
lainnya, yaitu dengan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 144/KMA/SK/VIII/2007
tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Keputusan tersebut bahkan ditetapkan
sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.

1
Menindak lanjuti amanat undang-undang dan surat keputusan tersebut di atas,
pada tanggal 29 Juni 2009 Ketua Mahkamah Agung RI secara resmi membuka
(launching) meja informasi (Information desk) yang ada di lobi Mahkamah Agung
sebagai acuan (benchmark) pengembangan meja informasi di daerah. Dan mengacu pada
benchmark di tingkat Mahkamah Agung RI tersebut, beberapa pengadilan pada tahun
2009 mulai mengembangkan meja informasinya masing-masing, diantaranya 5 (lima)
pengadilan sebagai pilot project (percontohan).

Kerja keras Mahkamah Agung merealisikan keterbukaan informasi melalui meja


informasi nampaknya belum mendapat respon yang memadahi dan menggembirakan
dari lembaga peradilan yang ada di bawahnya, baik di tingkat banding maupun tingkat
pertama, termasuk di Pengadilan Agama. Oleh karena itu, agar program ini dapat
berjalan sebagaimana mertinya perlu digencarkan kegiatan sosialisasi dan atau
optimalisasi desk informasi, khususnya di pengadilan tingkat pertama sebagai ujung
tombak sasaran para pencari keadilan.

A. Era Keterbukaan Informasi

Globalisasi informasi memaksa kita turut mengambil peran dalam setiap


aspeknya. Hingga tanpa terasa, kita disuguhi ragam jenis informasi dengan berbagai
bentuk dan fungsinya masing-masing. Mulai dari informasi yang penting dan berkualitas
sampai kepada limbah informasi, seperti beredarnya video mesum di berbagai situs
internet yang mirip artis terkenal Luna Maya, Nasri Areil dan Cut Tari.

Ledakan sumber informasi ini mengakibatkan banyak orang gagap dan


kedodoran, tidak mampu memilah dan memilih mana yang tontonan, mana yang
tuntunan, mana yang harus dirahasiakan dan mana yang boleh dibuka. Dampak
leberalisasi informasi sangat mengkuatirkan bila tidak dilakukan upaya antisipasi dan
pencegahan yang serius dari semua pihak.

Doktrin agama belumlah dianggap cukup untuk meredam dampak buruk


keterbukaan informasi, karena norma agama hanya memberi sanksi dosa/moral.
Sementara Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kita tidak lagi memadahi dan
menjangkau tindakan-tindakan yang berdampak kerugian publik akibat keterbukaan
informasi. Untuk itu lembaga yang berkompeten telah mengeluarkan berbagai aturan

2
perundang-undangan yang berkaiatan dengan antisipasi dampak buruk keterbukaan
informasi, antara lain: Undang-Undanga Anti Pornografi dan Pornoaksi, Undang-
Undang Transaksi Elektronik, Undang-Undang Penyiaran dan lain-lain.

B. Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik

Adapun informasi publik yang bersumber dari badan publik telah pula
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Dasar filosofis lahirnya undang-undang ini, antara lain: bahwa informasi
merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting
bagi ketahanan nasional; bahwa hak memperoleh informasi
merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik
merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik; bahwa keterbukaan informasi
publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik
terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan
segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik; bahawa
pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan masyarakat informasi. 1

Undang-undang ini secara garis besar memuat hal-hal sebagai


berikut: ketentuan umum, asas dan tujuan, hak dan kewajiban
pemohon/pengguna informasi dan badan publik, informasi yang wajib
disediakan dan diumumkan, informasi yang dikecualikan, mekanisme
memperoleh informasi, komisi informasi, ketentuan pidana dan lain-
lain.

Dalam ketentuan umumnya dirumuskan bahwa yang dimaksud informasi


adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
1
Vide: Konsideran Menimbang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

3
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun
nonelektronik.2

Adapun informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,


disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik
yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya
yang sesuai dengan undang-undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik.3

Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN - APBD, atau organisasi
nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN - APBD,
sumbangan masyarakat, dan/atau sumber luar negeri. 4

Dalam undang-undang ini secara garis besar diatur mana informasi yang dapat
diakses secara bebas dan luas, bebas terbatas dan yang tidak bisa diakses oleh publik
karena sifatnya yang rahasia atau kerena membawa dampak tertentu.

Yang terpenting difahami oleh aparat badan publik, termasuk Pengadilan Agama
adalah mana informasi yang harus disediakan setiap saat, secara berkala dan mana yang
tidak boleh diakses publik atau belum waktunya diakses sehingga tidak merugikan
kepentingan publik dan yang terpenting tidak menimbulkan sengketa antara badang
publik (baca pengadilan) dan pengguna informasi.

C. Langkah Menyongsong Keterbukaan Informasi

Ketebukaan informasi sebagai bagian dari reformasi birokrasi


telah memiliki payung hukum/law umbrella yang lebih dari cukup.
Bahkan sebelum lahir undang-undang keterbukaan informasi

2
. Pasal 01 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik
3
. Ibid, ayat 2
4
. Ibid ayat 3

4
Mahkamah Agung telah mendahuluinya dengan mengelurkan Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 144/2007 tentang Keterbukaan
Infromasi di Pengadilan, dan untuk memastikan terlaksananya undang-undang
keterbukaan informasi dan surat keptusan tersebut, Mahkamah Agung juga telah
menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 06 Tahun 2010 tentang Instruksi
Implementasi Keterbukaan Informasi di Kalangan Pengadilan.

Selama tahun 2009, Mahkamah Agung telah melaksanakan berbagai kegiatan


persiapan terkait dengan pelaksanakan pelayanan informasi dan pengaduan. Mulai dari
penyusunan panduan, pembekalan petugas informasi dan pengaduan, serta
penyempurnaan sistem informasi dalam rangka membangun meja informasi yang ideal.
Untuk itu pada tanggal 29 Juni 2009, Ketua Mahkamah Agung RI secara resmi
membuka meja informasi yang ada di lobi Mahkamah Agung sebagai acuan
(benchmark) pengembangan meja informasi di daerah.5

Mengacu pada benchmark di tingkat Mahkamah Agung RI, beberapa pengadilan


pada tahun 2009 mulai mengembangkan meja informasinya masing-masing.
Diantaranya 5 (lima) pengadilan percontohan di lingkungan peradilan umum
(Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri
Semarang, Pengadilan Negeri Makassar, Pengadilan Negeri Medan), sedangkan di
lingkungan peradilan agama beberapa meja informasi yang sudah berjalan diantaranya
dapat ditemukan di Pengadilan Agama Jakarta Utara, Pengadilan Agama Surabaya,
Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan sebagainya.6

Mahkamah Agung telah mengeluarkan SK WKMA Nomor : 01/WKMA-


NY/SK/I/2009 tentang Pedoman Pelayanan Informasi pada Mahkamah Agung RI,
kemudian disusul terakhir dengan Surat Edaran Ketua Mahkamah Nomor : 06 Tahun
20l0 tentang Instruksi Implementasi Keterbukaan Informasi Pada Kalangan Pengadilan.
Surat edaran yang terakhir ini merupakan stressing agar semua pimpinan pengadilan,
baik tingkat banding mapun tingkat pertama melaksanakan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor 144/2007 tentang Keterbukaan Infromasi di Pengadilan karena
5
. Varia Peradilan, Majalah Hukum, Tahun XXV No. 293 April 2010, hal.07
6
. Ibid, hal 08

5
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 dinyatakan berlaku efektif setelah dua tahun
sejak diundangkan, tanggal 30 April 2008..

D. Meja Informasi Solusi Cerdas

Information Desk adalah suatu meja informasi sebagai pusat


layanan informasi publik terpadu dan pengaduan yang berada di
satuan kerja, baik di Mahkamah Agung, pengadilan banding maupun
pengadilan tingkat pertama.

Meja informasi (Information desk) merupakan wujud nyata implementasi


program keterbukaan informasi, karena melalui meja informasi para pencari keadilan
dan masyarakat pada umumnya akan mendapat pelayanan informasi yang dibutuhkan
dan dapat pula menyampaikan pengaduan. Dengan kata lain meja informasi ( boleh
dibaca Media Centre), yaitu pusat layanan informasi terpadu untuk publik yang
memberikan layanan informasi baik secara langsung face to face/muwajahah maupun
melalui dunia maya/internet

Untuk memenuhi amanat peraturan peundang-undangan keterbukaan informasi,


seyogyanya bentuk/setting meja informasi adalah team kerja yang dilaksanakan oleh
tenaga yang terampil atau profesional dibidangnya, baik di Mahkamah Agung sendiri
maupun di peradilan tingkat banding dan peradilan tingkat pertama. Team kerja ini di
peradilan tingkat pertama harus bersinergi dengan bagian dokumentasi dan team IT dan
secara struktural di bawah Panitera Muda Hukum.

Tugas pokoknya memberikan layanan informasi lansung/face to face kepada


publik/pemohon informasi maupun menerima pengaduan dari publik tentang kinerja
lembaga peradilan untuk diproses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Juga
melayani pemberian informasi melalu wesite, email dan lain sesui dengan jenis dan
karateristik informasi yang tersedia.

Di meja informasi terdapat berbagai jenis informasi, baik yang tersedia setiap
saat, maupun disediakan dalam jangka waktu tertentu setelah permohonan informasi
disampaikan oleh pemohon. Jenis informasi yang dapat diakses langsung antara lain
informasi mengenai profil peradilan dan para pejabat terkait, alur perkara, status

6
perkembangan penyelesaian perkara, putusan, mekanisme penanganan pengaduan
masyarakat, dan sebagainya. Berbagai informasi ini juga dapat diakses langsung oleh
masyarakat melalui website. Sedangkan informasi yang disajikan dalam jangka waktu
tertentu diantaranya menyangkut hasil akhir pengaduan masyarakat (sifatnya rahasia
sehingga aksesnya terbatas hanya pada pihak-pihak terkait saja misalnya pelapor, dsb).

Adapun pembentukan meja informasi dimaksudkan untuk:

1. Memberikan kemudahan kepada publik untuk mengakses informasi yang


dibutuhkan dan menyampaikan keluhan atau pengaduan.

2. Meminimalisir kontak langsung antara pencari keadilan dengan pejabat yang


berwenang atau terkait pemeriksaan dan penyelesaian perkara di luar prosedur
formal.

3. Memotong jaringan/net working Markus (makelar kasus) yang diduga beroperasi


di lembaga peradilan.

4. Menghindari pemberian informasi oleh pejabat yang tidak berwenang atau yang
tidak memahami sumber dan materi informasi sehingga kesalahan dan ketidak
akuratan informasi tidak terjadi.

E. Optimalisasi Meja Informasi

Sejak era reformasi berbagai produk hukum telah dihasilkan untuk memenuhi
kebutuhan hukum masyarakat dan tuntutan perkembangan zaman. Banyaknya produk
hukum yang dihasilkan DPR bersama pemerintah semakin memperkuat statemen bahwa
dalam hal pembuatan undang-undang (making law) Indonesia sudah cukup maju, namun
dalam hal law enfocement/law implementing sangatlah kedodoran. Banyak undang-
undang yang belum diketahui publik, apalagi dilaksanakkan, sudah diamandemen. Wal
hasil sisi penegakkan hukumnya yang sangat lemah di negara kita. Tidak terkecuali
undang-undang yang berkaiatan dengan keterbukaan informasi, tidak hanya oleh
masyarakat awam, namun juga oleh aparat yang terkait dengan pelaksanaan undang-
undang dimaksud.

Meskipun telah hampir tiga tahun sejak dikeluarkanya SK 144/2007, yang


kemudian mendapat legitimasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 serta ditindak

7
lanjuti dengan me-launching meja informasi di Mahkamah Agung dan beberapa
pengadilan sebagai pilot project, namun faktanya desk informasi yang dicanangkan
Mahkamah Agung belum banyak diketahui dan difahami oleh aparat peradilan, termasuk
para pimpinannya di daerah, tidak terkecuali di Pengadilan Agama yang berada di
wilayah Pengadilan Tinggi Agama Mataram. Dalam setiap kunjungan kerjanya ke
Pengadilan Agama, Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Agama Mataram yang lalu, Drs.
Sudirman Malaya, SH. MH selalu mengintruksikan pemberdayaan desk informasi,
namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut secara kongkrit, jadi adanya sama
dengan tidak ada(wujuduhu ka adamihi). Oleh karena itu, agar keterbukaan informasi
sebagaimana yang diamanatkan peraturan perundang-undangan dapat terwujud perlu
sosialisasi dan atau optimalisasi desk informasi, khususnya di pengadilan tingkat
pertama sebagai ujung tombak sasaran para pencari keadilan.

Dalam rangka sosialisasi dan atau optimalisasi/pemberdayaan meja informasi


perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyebar luasan informasi mengenai meja informasi melalui penerbitan buku


panduan, brosur, leftlet dan lain sebagainya kepada jajaran pengadilan dan
masyarakat luas;

2. Pelatihan/penataran sertifikasi petugas pelaksana meja informasi, petugas


dokumentasi, team IT dan penyelenggara keterbukaan informasi (Pansek, Wapan
dan Panmud Hukum.

3. Singkronisasi pelaksanan meja informasi, dokumentasi dan team IT dibawah


kendali Pnmud Hukum.

4. Rekrutmen petugas pelaksana dari sarjana komukasi dan


mengusulkan/menetapkan petugas meja informasi sebagai jabatan fungsional.

5. Menyiapkan dan meningkatkan dukungan menejemen dan dana yang memadai.

Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan tujuan dibentuknya meja informasi


dapat tercapai dan keberadaan meja informasi tidak hanya formalitas belaka, namun
benar-benar berguna dan berhasil guna sehingga pengadilan dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada publik, khususnya pencari keadilan. Dengan demikian

8
pelan tapi pasti visi terbentuknya peradilan Indonesia yang agung dapat terpenuhi.
Semoga, wallahu a’lam.

DAFTAR BACAAN

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan


Publik

3. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor:144/KMA/SK/VIII/2007


tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.

4. Surat Keputusan Ketua Mahkamah RI Nomor 204/SK/KMA/XI/2007 tentang


Tanggung Jawab dan Pengelolaan Informasi di MA

5. Surat Keputusan Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Nomor:


01/WKMA/NY/SK/I/2009 tentang Pedoman Pelayanan Informasi pada Mahkamah
Agung RI.

6. Surat Edaran Ketua Mahkamah RI Nomor : 06 Tahun 20l0 tentang Instruksi


Implementasi Keterbukaan Informasi Pada Kalangan Pengadilan. Surat edaran.

7. Varia Peradilan Tahun XXV Nomor 293 April 2010.

8. Badilag.Net, Menengok Information Desk di Mahkamah Agung

9
10

Anda mungkin juga menyukai